• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

5. Triangulasi Data

3.1.1.7 Tahap – tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan ditempuh melalui tahap-tahap sebagai berikut :

Sebelum melaksanakan penelitian, ada beberapa kegiatan yang penulis tempuh yaitu diawali dengan melakukan seminar proposal penelitian, setelah memperoleh masukan dari para dosen penguji, maka penulis menyempurnakan dan mengkonsultasikannya dengan pembimbing lalu diperbaiki. Langkah selanjutnya adalah menyelesaikan masalah administrasi berupa surat-surat perizinan penelitian.

2. Tahap Orientasi

Pada tahap ini penulis melakukan kunjungan ke sekolah yang dijadikan objek penelitian, guna melakukan orientasi kepadaphak sekolah dalam hal ini SMA Negeri 4 Garut. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian serta hal-hal yang diperlukan dalam penyelesaian penelitian kepada kepala sekolah dan guru-guru.

Pada kunjungan tersebut kepala sekolah menyambut dengan baik dan menyetujui untuk melakukan penelitian dan pihak sekolah akan membantu apa yang diperlukan dari sekolah berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. 3. Tahap Eksplorasi

Pelaksanaan pengumpulan data berlangsung selama semester genap dan ganjil tahun ajaran 2011-2012 yaitu penulis melakukan observasi selama pelaksanaan pembelajaran sejarah yang dilaksanakan di kelas XI IPS dan XI IPA 3 dan IPA 4. Kegiatan observasi dilakukan pada semester genap sehingga akhirnya menemukan data yang diperlukan. Pengumpulan dan pengolahan data penelitian dengan menggunakan teknik studi dokumentasi, studi lapangan, wawancara, dan observasi. Penulis melakukan wawancara dengan guru

Sejarah sebagai pengajar di kelas XI IPS dan XI IPA, termasuk dengan kepala sekolah dan kurikulum beserta siswa. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran sejarah.

4. Tahap Member Check

Kegiatan member check dilakukan guna memantapkan informasi yang diperoleh melalui tahap eksplorasi, ini dilakukan agar hasil penelitian ini dapat dipercaya. Data yang diperoleh melalui wawancara dipelajari dan dibuat dalam bentuk catatan lapangan. Setelah itu disampaikan dan dikemukakan kepada responden untuk dibaca dan diperiksa kesesuaiannya dengan informasi yang telah responden kemukakan atau yang telah responden lakukan. Dalam pelaksanaannya jika ditemukan informasi yang kurang sesuai, maka diubah, apakah dikurangi, ditambah atau dihilangkan sama sekali. Penggunaan atau penambahan informasi tersebut dilakukan sepanjang tidak mengurangi arti data yang diperoleh.pelaksanaan member check berlangsung mulai tahap pengumpulan data dan bersifat sirkuler, artinya setelah informasi terkumpul langsung dikonfirmasikan dengan responden, setelah di buat transkip maupun catatan lapangan kembali di sampaikan kepada responden untuk diperiksa, diperbaiki kebenarannya sehingga dapat dipercaya.

Disamping dengan responden, peneliti juga mengadakan member check dengan pembimbing untuk diperiksa dan disempurnakan.pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sampai semua selesai.

5. Tahap Triangulasi

Pada tahap ini dilakukan pengecekan peme5riksaan dari data yang telah diperoleh dari lapangan terutama untuk memperoleh keabsahan data. Hal ini sebagaimana yang dikemukakann Moleong (1991:179) bahwa : “merupakan tahap pemriksaan keabsahan data yang diperoleh yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk melakukan pengecekan atau sebagai perbandingan”.

Pada tahap ini dilakukan cara-cara (a) membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara dengan guru, (b) membandingkan hasil informasi dari guru dengan informasi dari siswa dengan masalah yang sama, (c) membandingkan wawancara dengan subjek penelitian sendirian dengan ketika ada orang lain. (d) membandingkan situasi dan kondisi subjek penelitian dengan situasi dan kondisi di luarnya, (e) membandingkan data yang diperoleh dan sumber pendekatan yang sesuai dengan rentang waktu yang berbeda.

Itulah beberapa tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini meskipun nanti nya ada perubahan pada tahap-tahap tertentu nanti setelah turun ke lapangan.

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan melakukan telaah terhadap pembelajaran sejarah di lingkungan agraris perkebunan yaitu pada pembelajaran sejarah yang dilakukan di SMA Negeri 4 Garut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yang tertuang di Bab I adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan pandangan dari orang tua siswa yang berlatar belakang masyarakat agraris perkebunan terhadap keberadaan SMAN 4 Garut, bahkan dikarenakan terdapat klasifikasi jabatan di perkebunan maka terdapat dua pandangan yang pertama adalah dari kelas pejabat perkebunan setingkat ADM yang menganggap SMAN 4 Garut adalah sekolah biasa sehingga keberadaannya sekalipun dekat tetap menyekolahkan putra-putrinya ke SMA yang favorit dan berada di kota, pandangan kedua yaitu dari pekerja perkebunan setingkat kepala bagian sampai mandor memiliki pandangan positif terhadap SMAN 4 Garut, sehingga cenderung menyekolahkan ke SMAN 4 Garut. Hal ini merupakan modal utama yang dapat mempengaruhi terhadap pembelajaran sejarah sehingga nilai- nilai utama yang ditanamkannya seperti budi pekerti, kedisiplinan, tanggungjawab dan kebersamaan sudah menjiwai peserta didik yang bersal dari keluarga agraris perkebunan, sehingga

tidak heran peserta didik yang berasal dari lingkungan agraris perkebunan kelas menengah lebih cenderung mampu menghargai, berbudi dan berdisiplin, karena peserta didik merasa terawasi oleh orang tua mereka dikarenakan kedekatan hubungan antara orang tua dengan pihak sekolah terutama guru. 2. Proses Pembelajaran sejarah di SMAN 4 Garut sudah memasukan Budaya

Masyarakat Agraris Perkebunan dalam pembelajaran sejarahnya seperti halnya di kelas XI oleh Bu MK, akan tetapi untuk kelas X oleh Bapak Y belum diterapkan, padahal sangat memungkinkan untuk dijadikan sumber belajar. penerapan budaya masyarakat agraris perkebunan sebagai sumber belajar diterapkan pada kelas XI semester 2 yaitu pada standar kompetensi “Menganalisis Perkembangan Pengaruh Barat dan Perubahan Ekonomi, Demografi, dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di Indonesia pada masa Kolonial”. Hanya saja menurut pengamatan penulis belum maksimal dikarenakan berbagai faktor diantaranya adalah guru sejarah di SMAN 4 Garut masih menganggap keterbatasan waktu. Selain itu terdapat perbedaan dari kedua guru sejarah yang ada di SMAN 4 Garut dalam menerapkan “budaya masyarakat agraris perkebunan” dalam proses pembelajaran. Sehingga sekalipun keduanya menganggap penting dan perlu sekali kalau “budaya masyarakat agraris perkebunan” dijadikan sumber belajar akan tetapi dalam pelaksanaanya baru satu guru yang sudah menerapkannya. Dalam proses pembelajaran sejarah, guru SMAN 4 Garut masih cenderung bersifat konvensional yaitu masih berpusat pada guru dan hanya ceramah dan tanya jawab, padahal lingkungan sekitar sekolah SMAN 4 Garut memiliki fasilitas

yang sangat representatif apabila guru mampu membawa siswa ke dalam kehidupan nyata yang dialami siswa, karena sekolahnya berada di lingkungan masyarakat agraris perkebunan sehingga apabila para siswa di ajak ke objek dan melihat musieum hidup maka para siswa akan menyadari betapa di lingkungannya itu terdapat warisan kolonial (penjajahan).

3. Minat dan Motivasi Peserta Didik Dalam Pembelajaran Sejarah di SMAN 4 Garut menurut pengamatan penulis dapat dikelompokan kedalam 4 kelompok yaitu kelompok pertama yang memiliki minat dan motivasi sangat tinggi dalam pembelajaran sejarah, siswa ini berasal dari kelas menengah lingkungan perkebunan, kelompok kedua masih dari kelas menengah perkebunan yang memiliki minat dan motivasi tinggi. Kelompok ketiga adalah kelompok yang memiliki minat dan motivasi sedang. Kelompok keempat tidak berminat bahkan kurang termotivasi diantaranya siswa yang berasal dari lingkungan kelas pejabat perkebunan, yang sudah cenderung beranggapan bahwa sekolah di kota lebih baik dari pada di desa. Minat yang besar untuk menggunakan lingkungan perkebunan sebagai sumber belajar sejarah adalah mereka yang berasal dari kelas menengah.

4. Profesionalisme Guru Sejarah di Lingkungan Agraris Perkebunan Dalam Pembelajaran Sejarah di SMAN 4 Garut apabila mengacu kepada kriteria yang dikeluarkan oleh Depdiknas yang mana guru profesional harus memiliki 4 kompetensi, maka penulis melihat bahwa pada dasarnya guru sejarah di SMAN 4 Garut sudah cukup profesional untuk di lingkungan agraris perkebunan, karena sekalipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana akan tetapi mampu

mengelola kelas dan melaksanakan proses pembelajaran sejarah secara maksimal berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Dari mulai administrasi, dokumentasi, hasil observasi dan wawancara, penulis melihat bahwa guru sejarah di SMAN 4 Garut sudah berupaya untuk menjadi guru yang profesional untuk di lingkungan agraris perkebunan, hanya saja masih perlu meningkatkan keprofesinalannya terutama dalam kompetensi pedagogik dan kompetensi profesi.

5.2 Rekomendasi

Setelah penelitian dilaksanakan peneliti mengajukan beberapa rekomendasi untuk pihak sekolah, guru sejarah, MGMP Kabupaten Garut, Dinas pendidikan kabupaten Garut, agar dijadikan bahan pertimbangan dalam pembelajaran sejarah dalam lingkungan agraris perkebunan di SMAN 4 Garut yaitu

1. Untuk pihak sekolah khususnya kepala sekolah dan wakasek kurikulum agar mengkomunikasikan kurikulum KTSP kepada seluruh guru sekolah agar tercapai visi,misi dan tujuan sekolah sehingga ketercapaian program sekolah dapat dioptimalkan dan mensosialisasikan guru profesional sejarah secara khusus oleh PKS kurikulum sekolah.

2. Untuk MGMP Kabupaten Garut agar melaksanakan MGMP dari guru mata pelajaran sejarah yang lebih terarah kepada proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas agar mampu menemukan solusi bersama dari

pemasalahan yang ada dan apabila dipandang penting maka dapat dilibatkan tenaga ahli (konsultan).

3. Untuk Guru Sejarah pertama adalah agar dalam penyusunan RPP selain mengacu pada kurikulum KTSP hendaknya melalui penelaahan terhadap lingkungan internal dan eksternal sekolah: kedua diperlukan gagasan, kreativitas, inovasi dan informasi baru untuk merespon perubahan dan perkembangan lingkungan budaya sekitar sekolah agar tercipta dan terakomodasi segala keiinginan masyarakat (orang tua) lingkungan sekitar sekolah, ketiga untuk guru sejarah harus lebih memperdalam muatan lokal yang berada di lingkungan sekolah agar dapat di implementasikan di kelas dalam pembelajaran sejarah serta lebih menyatukan hati dan mempererat hubungan antara pihak sekolah dengan pejabat perkebunan agar guru sejarah mampu mengimplementasikan nilai-nilai muatan lokal di lingkungan sekiar sekolah.

4. Untuk komite sekolah karena keberhasilan sekolah dapat diraih dengan kerjasama semua pihak, bukan Cuma kepala sekolah atau segelintir orang saja. Sehingga dalam upaya meningkatkan mutu pendidikaan sekolah tidak hanya tanggung jawab sekolah saja akan tetapi harus dapat berjalan sendiri misalnya Komite Sekolah untuk mendukung program-program sekolah, menggalang partisipasi orang tua dan masyarakat, membangun kerjaasama dengan dunia usaha daam hal ini usaha perkebunan.

5. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Garut agar mengadakan pembinaan serta mengadakan konsultan pendidikan untuk setiap guru mata pelajaran agar setiap

kendala di lapangan khususnya untuk kegiatan pembelajaran dapat segera ditemukan solusinnya.

Dokumen terkait