• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Penyajian Data

1. Ketaatan Dalam Menjalankan Hukum Iddah oleh

Mengenai jumlah mu‟taddah di Kecamatan Jember sepanjang tahun 2021-2022 menurut data dari pengadilan Agama Jember , secara resmi wanita yang telah menerima surat keputusan cerai sebanyak 10. 334 data dengan rincian sebagai berikut95

Tabel 4.3

Jumlah Data Perceraian Sepanjang 2021-2022

No Bulan Tahun Cerai Talak Cerai Gugat

1 Januari 2021 154 413

2 Februari 2021 147 358

3 Maret 2021 135 413

4 April 2021 97 276

5 Mei 2021 97 287

6 Juni 2021 184 514

7 Juli 2021 121 258

8 Agustus 2021 118 316

9 September 2021 145 449

10 Oktober 2021 145 348

11 November 2021 144 391

12 Desember 2021 151 430

13 Januari 2022 158 438

14 Februari 2022 112 333

15 Maret 2022 142 429

16 April 2022 94 239

17 Mei 2022 166 478

18 Juni 2022 158 442

19 Juli 2022 130 346

20 Agustus 2022 129 449

Dari data tersebut bisa kita lihat rincian jumlah wanita mu‟taddah sepanjang tahun 2021 sampai bulan Agustus 2022 di Kabupaten Jember, namun untuk data secara spesifik atau secara husus jumlah mu‘taddah di

54

Desa Pancakarya peneliti tidak mendapatkan jumlah pasti dikarnakan sistematika pengelompokan data untuk perkecamatan belum tersedia.

Sedangkan untuk data jumlah mu‟taddah cerai mati tidak ditemukan jumlah yang valid karna minimnya pendataan di Desa Pancakarya mengenai data kematian warga Desa Pancakarya, sehingga peneliti tidak memiliki jumlah pasti wanita iddah di tahun 2021 sampai pertengahan 2022. Namun peneliti merangkum data jumlah mu‘taddah sepanjang jangka waktu januari 2021-Agustus 2022 dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa pihak terkait seperti Kepala Dusun dan Ketua RT setempat sepanjang waktu Juni-Agustus 2022, data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.4

Jumlah Mu’taddah Desa Pancakarya

NO Nama Mu‘taddah Jenis Perceraian Tahun perceraian

1 Sumiati Cerai Mati 2021

2. Supiati Cerai Mati 2021

3 Lestari Prasetya Yanti Cerai Mati 2021

4 Susanti Cerai Mati 2021

5 Saminah Cerai Mati 2021

6 Fatimah Cerai Mati 2022

7 Srikandi Cerai Mati 2022

8 Siti Farida Cerai Mati 2021

9 Munifah Cerai Mati 2022

10 Sutinem Cerai Talak 2021

11 Susanti Cerai Talak 2022

12 Ira Wulandari Cerai Talak 2021

13 Siti Nur Azizah Cerai Talak 2021

Untuk mengetahui tingkat ketaatan masyarakat Desa Pancakarya yang harus menjalani masa iddah, peneliti terlebih dahulu mengetahui tingkat pengetahuan mereka pada keberadaan hukum iddah sendiri, baik dari segi waktu dan hal-hal yang dibebankan pada mu‘taddah. Karna

tingkat pengetahuan terhadap hukum iddah menjadi salah satu faktor dari ketaatan dalam ketaatan menjalani iddah.

Langkah pertama untuk mengetahui keefektian penerapan iddah oleh masyarakat Desa Pancakarya, peneliti terlebih dahulu mewawancarai beberapa informan terkait yaitu beberapa wanita yang telah mengalami putusan pernikahan baik karna talak maupun setelah kematian suami serta pendapat tokoh masyarakat lainnya, yang pada dasarnya memiliki peran andil dalam membentuk sikap peduli hukum pada diri masyarakat disekitarnya.

Mengenai pemahaman ilmu fiqh masalah iddah dalam wawancara dengan Susanti, salah seorang wanita yang sudah menjalani iddah sebab kematian suami, dia mengaku kurang memahami bagaimana maksud iddah dan aturannya, sehingga penerapan iddah yang ia lakukan hanya sebatas mengetahui bahwa dirinya dalam masa iddah dengan hitungan waktu yang ia ketahui dari orang sekitar.

―ya, saya sadar setelah suami meninggal saya harus menjalani masa iddah, cuma di ingatkan sama saudara bahwa saya harus iddah, tidak boleh keluar rumah, tapi saya tidak tau makna iddah itu apa, terus harus gimana saya tidak tau, pokoknya saya dalam masa iddah katanya 3 bulanan‖96

Hal senada juga di ungkapkan oleh Susanti yang baru saja mendapat surat keputusan dari pengadilan mengenai putusnya perkawinan dengan sang suami, pada tanggal 27 April 202.

96 Susanti, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 17Juni 2022.

56

―saya tidak tau apa itu iddah, pokoknya setelah dapat surat dari pengadilan saya sudah jadi janda, tapi saya pernah mendengar jika sudah berpisah dengan suami katanya tidak boleh kemana-mana, sudah itu saja‖97

Dalam menerapkan iddah, informan juga menyatakan bahwa selama menjalani iddah mereka tidak menjalani ketentuan dalam iddah dikarnakan kurangnya pemahaman. Seperti yang di ungkapkan Azizah:

―saya selama iddah tetap jalan-jalan sama teman-teman, jika di rumah terus pikiran kurang sehat karna baru selesai dari satu masalah, jadi harus refreshing. Mengenai masalah hukum wanita iddah yang katanya tidak boleh keluar rumah saya tau, hanya saja saya berfikir ,jika tidak refreshing nanti malah tambah tidak sehat pikiran, dari kemaren sudah pusing karna masalah sama mantan suami. Tapi saya sedikit paham mengenai iddah, katanya wanita iddah diperbolehkan keluar jika ada hal yang sangat penting, tapi kadang saya juga keluar, buat refreshing selain itu saya juga banyak lupa ilmu yang saya dapat di pesantren‖98

Hal serupa dinyatakan oleh Susanti:

―saya setelah suami wafat tetap keluar rumah, karna saya rasa itu keperluan penting, mengantarkan anak dan lainnya,tapi kadang juga jalan-jalan. Untuk masalah ihdad saya tidak tau, pendidikan saya juga kurang untuk mengenal hukum-hukum islam, apalagi iddah, cuma taunya setelah suami meninggal, saya harus menjalani iddah, itu saja‖99

Siti Farida juga menjelaskan bagaimana keadaanya ketika dalam masa iddah:

―saya selama suami meninggal memang tidak pergi kemanapun selama empat bulan sepuluh hari karna klo masalah uang terkadang dapat dari anak saya yang sudah bekerja. Tapi sepanjang masa iddah saya juga pernah keluar rumah untuk rewang (membantu tetangga ketika ada acara), sebenarnya itu bukan kepentingan, tapi kan saya orang desa, disini klo ada hajatan terus tidak rewang adabnya juga kurang bagus ke tetangga, jadi saya memilih keluar

97 Susanti, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 2 Juli 2022.

98 Siti Nur Azizah, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 17 Juni 2022.

99 Susanti, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 17 Juni 2022.

rumah. Tapi selain itu saya benar-benar menerapkan masa iddah sesuai ilmu yang saya dapat‖100

Dari pernyataan para informan, akibat minimnya pemahaman pada dasarnya beberapa informan merasa tidak sedang menjalani iddah, karna mereka beraktifitas seperti biasanya selayaknya wanita yang sedang tidak terbebani iddah, seperti tetap keluar rumah tanpa ada kepentingan serta tidak menghitung secara baik masa iddah yang menjadi bebannya.

Menurut penuturan salah seorang tokoh masyarakat Desa Panckarya, Ibu Farida Selaku Ketua muslimat Dusun Curah Welut, penerapan iddah di Desa Pancakarya kurang maksimal karna hanya beberapa orang saja yang menerapkan sesuai hukum yang ada.

―klo penerapan iddah sendiri saya lihat di sini kurang begitu berjalan mbak, soalnya yang ikut pengajian disini yang tua-tua saja, klo yang muda kan sibuk sekolah sama kerja. Sepertinya masih banyak yang tidak paham masalah iddah, karna yang seharusnya menjalani ihdad sekarang tetap nonggo (main ke tetangga), tapi beberapa yang lain, mereka yang tau dan patuh ya tetap menjalani seperti yang diajarkan pas pengajian mbak‖101 Di sisi lain, bagi masyarakat yang mengikuti kajian keislaman yang tersediaserta menerapkan ilmu yang ia dapat dengan baik, mereka akan beraktifitas dengan tuntutan hukum yang diketahui. Seperti penjelasan dari ustadzah Munawwaroh

―untuk penerapan iddah di sini saya kira cukup berjalan bagi mereka yang aktif mengikuti pengajian dan muslimatan, tapi untuk selain itu saya kurang paham, seperti ibu A salah satu anggota muslimat Roudhotul Sholihah, setelah suaminya wafat, ia benar menjalani iddah seperti yang diajarkan ketika kajian,

100 Siti Farida, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 17 Agustus 2022.

101 Farida, di wawancarai oleh peneliti, Jember, 2 Juli 2022

58

benar tidak keluar rumah kecuali kepentingan yang sangat penting‖102

Menurut Ibu Farida selaku ketua Muslimat Nurul Huda, beberapa warga di sekitarnya yang harus menjalani iddah sudah menjalani iddah sesuai aturannya namun sebagian ada yang tidak menjalankan, seperti pernyataan Ibu Farida saat diwawancara oleh peneliti:

―klo penerapan iddah oleh ibu-ibu muslimat insyallah sudah terlaksana soalnya mereka sudah tau dan mau menerapkan ilmunya, tapi kalo ibu-ibu yang lain sepertinya tidak menjalani iddah, karna beraktifitas seperti biasanya, tidak ada bedanya mereka sebelum dan ketika menjalani iddah‖103

Dari hasil wawancara pada tokoh masyarakat yang keberadaannya memiliki peran penting terhadap penyebaran ilmu di tengah masyarakat, mereka menjelaskan bahwa beberapa masyarakat yang memiliki sikap taat pada ilmu yang diajarkan tetap menjalani iddah beserta ihdadnya seperti mematuhi anjuran tidak keluar rumah kecuali ada keperluang penting, namun bagi yang tidak taat pada ajaran maka penerapan ihdad tidak diterapkan semaksimal mungkin.

2. Faktor ketidaktaatan mu’tadah pada hukum iddah

Dalam melindungi kehidupan masyarakat terdapat beberapa aturan yang dikodifikasi supaya menjadi satu acuan masyarakat dalam melakukan suatu pekerjaan. Dalam hukum perkawinan, dikenal sebuah hukum yang di dalam fiqih disebut iddah. Mengenai pengertian, hukum dan beberapa ketentuan untuk mu‟taddah sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Saat

102 Siti Munawwaroh diwawancarai oleh peneliti, Jember, 27 Juni 2022.

103 Siti Munawwaroh, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 27 Juni 2022.

ini dalam mencapai cita-cita hukum yang sebenarnya, seringkali terhalang oleh kurangnya efektifitas penerapan hukum sendiri , salah satu sebab kekurangan tersebut bisa dari bermacam-macamnya keadaan sosial masyarakat yang seringkali berpengaruh pada sikap masyarakat ketika berhadapan dengan hukum yang ada.

Salah satu karakteristik Hukum Islam adalah Takammul yaitu karakteristik hukum yang pada dasarnya suatu hukum menghimpun aneka sudut pandang dengan tidak mengehendaki adanya pertentangan antara ushul dan furu‘.104 Dari uraian tersebut suatu penerapan hukum boleh menyesuaikan dengan keadaan beserta alasannya namun tetap ada dalam satu garis ketentuan hukum asal. Karnanya dalam penerapan hukum, dalam hukum Islam memiliki beberapa asas yang teruaian sebagai berikut:105

a. Asas tidak memberatkan, artinya hukum Islam diciptakan tidak sampai keluar dari batas kemampuan umatNya. Hal ini dijelaskan dalam surah al-Baqoroh ayat 185 yang berbunyi

















Artinya: "...Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu"

104 Rohidin, Pengantar Hukum Islam, (lampung Timur:Lintang rasi Aksara Books, 2016), 65. 105

Rohidin, 64.

60

b. Asas tidak memperbanyak beban, artinya hukum islam diciptakan tidak sampai memberikan beban yang begitu banyak sehingga menimbulkan kepayahan dalam menjalankannya. Asas ini berdasarkan firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 101:





















































Artinya : ―Hai orang0orang yang beriman janganlah kamu menanyakn( kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya mnyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu al-Quran itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan akan hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun‖

c. Asas bertahap, artinya bahwa penerapan hukum Islam itu diterapkan secara berkala tidak dilakukan secara sekaligus. Terutama bagi orang-orang yang baru bertemu atau mengetahui keberadaan hukum Islam.

Meskipun hukum Islam memiliki asas-asas tersebut, namun dalam penerapannya tentu harus sesuai dengan karakteristik di atas.

Sehingga ke tiga asas tersebut tidak bisa menjadi alasan menerapkan hukum sesuka hati sehingga penerapannya tidak selaras dengan ketentuan hukum yang ada.

Mengenai ketidaktaatan dalam penerapan hukum, yang menjadi faktor utama yaitu kurang adanya kesadaran hukum. menurut pendapat Ewick dan Silbey yang dikutip oleh Ali Achmad menjelaskan bahwa

kesadaran hukum merupakan persoalan hukum empiris sebagai perilaku bukan sebagai aturan norma atau asas.106

Melihat dari pembahasan mengenai ketaatan dalam penerapan hukum iddah di Desa Pancakarya, perihal faktor yang didapat dari studi lapangan, ada beberapa faktor yang menjadi kurangnya ketaatan dalam penerapan iddah sendiri yaitu:

1) Kurangnya edukasi

2) Kurangnya kesadaran akan hukum

3) Adanya kebutuhan yang mengharuskan meninggalkan ihdad

Azizah yang sudah menjalani iddah sejak keputusan surat talaknya turun mengungkapkan cukup memiliki pengetahuan tentang iddah saat dia masih aktif di salah satu Pondok Pesantren, namun setelah tidak aktif di Pondok Pesantren banyak ilmu yang dilupakan, salah satunya masalah iddah, sehingga saat menjalani iddah ada beberapa hukum yang tidak dijalani.

―saya dulu pernah belajar tentang iddah di pesantren, tapi sekarang sudah lupa,ketika menjalani iddah saya ingatnya jika iddah karna talak itu 3 bulan, saya sadar sedang menjalani iddah tapi klo masalah aturan untuk wanita iddah saya kurang paham, dari keluarga sama orang sekitar juga gak ada masukan, cuma selalu di nasehati sama ibuk tidak boleh keluar rumah terus‖107 Sebelumnya telah diuraikan bahwa dalam penerapan iddah di Desa Pancakarya tidak berjalan dengan baik karna memang pengetahuan tentang iddah minim, penerapan iddah yang juga

106 Ali Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theori) dan teori Peradilan (Judicial prudence) Termasuk Interprestasi Undang-Undang, (Legisprudenci, Kencana,2019), 510.

107 Siti Nur Azizah, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 17 juni 2022.

62

terkendala dengan keharusan menjaga anak hasil pernikahannya, dia menjelaskan keluar rumah hanya untuk bekerja, memenuhi kebutuhan diri sendiri dan anaknya, seperti yang di ungkapkan Susanti:

―sekalipun saya tidak paham iddah, tapi saya tidak keluar rumah untuk bermain, keluar rumah itu untuk kerja, mencari uang untuk anak, ketika hari raya anak saya saja yang jalan-jalan, saya di rumah, tapi itu karna saya memang tidak mau jalan-jalan‖108

Susanti menambahkan bahwa dirinya selama menjalani masa iddah, dari tokoh masyarakat setempat tidak memberi arahan secara husus baginya mengenai hal-hal yang harus dijalankan dan dijahui selama masa iddah sedangkan dirinya tidak mengikuti majlis muslimat yang ada. Hal ini juga menjadi faktor kurang terealisasinya penerapan hukum iddah.

―Saya juga tidak mengikuti kajian muslimatan disini, karna anak masih kecil, masih usia 3 tahun, nanti malah ribut, dari ketua Muslimat sini juga tidak mengingatkan, dari tetangga juga tidak mengingatkan mengenai iddah, ketika saya jalan kesana kesini mereka hanya bertanya mengenai surat dari pengadilan,jadi ketika bertemu tetangga saya curhat masalah saya‖109

Muhammad Hafidz menjelaskan bahwa kurangnya efektifitas penerapan iddah di Desa Pancakarya dikarnakan wanita yang paham hukum atau berilmu di Desa Pancakarya kurang terjun dan lebih dekat dengan wanita dengan pendidikan yang bisa dinilai kurang, namun

108 Susanti, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 2 Juli 2022

109 Susanti, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 2 Juli 2022

disisi lain golongan wanita yang minim pendidikan juga kurang memiliki rasa keingintahuan akan ilmu-ilmu ibadah sehari-hari.110 3. Perspektif urf mengenai penerapan iddah masyarakat pedesaan di

Desa Pancakarya Kecamatan Ajung Kabupaten Jember

Dalam hukum Islam dikenal beberapa istilah untuk sebuah peraturan yang ada, salah satunya yaitu iddah. Dalam bab II sudah dipaparkan penjelasan iddah secara rinci mulai dari makna secara etimologi, makna terminologi, waktu pelaksanaan, hukum-hukum yang dibebankan, sampai pada hikmah akan adanya hukum iddah. Menurut Roidi hikmah dibelakukannya hukum iddah sendiri adalah sebagai bentuk kepedulian hukum islam kepada keselamatan seorang perempuan dan kejelasan anaknya, selain itu adanya iddah juga sebagai alat untuk mengingatkan kembali kepada manusia bahwa sebuah akad pernikahan adalah akad yang memiliki kemuliyaan sehingga putusnya ikatan pernikahan harus difikirkan alasannya secara baik agar supaya tidak terjadi hal serupa di kemudian hari.111

Dalam hukum Islam terdapat cabang ilmu yakni ilmu ushul fiqh.

Keberadaan ilmu ushul fiqih sebagai wadah proses menemukan hukum.112 dalam ushul fiqih menjelaskan beberapa sumber hukum Islam baik yang telah disepakati secara bersama oleh semua ulama dan sumber hukum

110 Muhammad Hafidz, diwawancarai oleh peneliti, Jember,13 Juni 2022.

111 Roidi, diwawancarai oleh peneliti, Jember, 17 Juni 2022

112 Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh, 10.

64

yang hanya disepakati oleh sebagian ulama. Sumber hukum yang disepakati oleh sebagian ulama anatara lain:113

a. Istihsan b. Istishab c. Urf

d. Maslahah Mursalah e. Syar‘u man Qoblana f. Saddu al-Dzariah g. Qoul shahabi

Dalam penelitian ini, yang menjadi pisau analisa adalah urf . pengambilan pisau analisa ini dikarnakan urf adalah dalil hukum yang secara spesifik melihat suatu hukum dari kebiasaan yang ada disekitar.

Dalam kajian teori sudah diejlaskan macam-macam urf dalam ushul fiqh baik secara kualitas maupun bentuk urf sendiri.

Masyaraakt pedesaan dikenal dengan sifatnya yang oral tradition sehingga perubahan keadaan lingkungan di suatu Desa tentu juga memberi pengaruh pada perubahan sikap dan keadaan inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa masyarakat Desa Pancakarya memiliki sikap kurang merealisasikan pada penerapan iddah. dikutip oleh Moh. Hipni bahwa Abu Zahra menjelaskan yang dinamakan urf adalah segala bentuk kebiasaan perbuatan dan hal itu selalu dilakukan secara berulang114 dari makna urf

113 Bahrudin, 62.

114 Moh.Hipni, Urf Sebagai Akar Hukum Islam Yang Responsible, Universitas Trunojoyo Madura, 2016.

tersebut maka bentuk penerapan iddah yang tumbuh di tengah masyarakat Desa Pancakarya adalah salah satu kebiasaan yang bisa disebutkan urf karna sudah dilakukan secara berulang oleh setiap mu‘taddah yang ada.

Dari hasil wawancara pada setiap aktifitas mu‘taddah yang telah dipaparkan sebelumnya, jika dipandang dari kacamata urf maka aktifias yang menjadi kelumrahan atau kebiasaan beberapa mu‟taddah´ adalah suatu kebiasaan yang tidak sesuai dengan aturan ihdad yang ada, seperti yang dilakukan oleh mu‘taddah dimana pada dasarnya mu‘taddah mengetahui aturan tidak diperbolehkannya wanita iddah keluar rumah kecuali kebutuhan yang sangat penting serta beberapa hal ihdad yang harus dilakukan, namun karna kebiasaan sekitar (dari janda-janda sebelumnya) tetap melakukan hal yang tidak diperbolehkan, dia juga melakukan kebiasaan tersebut, serta membenarkan beberapa alasannya, seperti tetap keluar rumah dengan tanpa adanya kepentingan dengan alasan ingin refreshing, kebiasaan seperti ini seharusnya tidak dilanjutkan keberadaannya. Muhammad Hafidz juga memaparkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang kurang benar tersebut berasal dari mereka yang tidak memiliki ilmu namun tidak mau bertanya dan lebih memilih mengikuti kebiasaan yang ada, meskipun kebiasaan tersebut belum tentu benar dan boleh diikuti.115

Dari realita yang ada, beberapa kebiasaan yang ada secara pandangan urf dalam ushul fiqh dari segi kualitas, sebagian bentuk

115 Muhammad Hafdz, diwawancarai oleh peneliti, 13 Juli 2022

Dokumen terkait