• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 BermainEdukatif

2.6.3 Tahapan Dan PerkembanganPermainan

Mildred Parten (1982) mengembangkan suatu klasifikasi permainan anak, yang didasarkan atas observasi pada anak-anak dalam permainan bebas di sekolah asuhan, yang kategorinya adalah (Mutiah, 2010):

1. Unoccupied play, yaitu anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain pada tahap ini hanya mengamati ke sekitar ruangan dan berjalan, tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang bermain.

2. Solitary play, yaitu terjadi ketika anak bermain sendirian dan mandiri dari orang lain. Anak asyik sendiri dan tidak peduli terhadap apa pun yang sedang terjadi. Anak usia 2-3 tahun sering terlibat dalam solitary play.

3. Onlooker play, yaitu terjadi ketika anak menonton orang lain bermain.

Berbicara dan menanyakan tetapi tidak ikut dalam permainan.

4. Parallel play, yaitu anak bermain terpisah dari anak-anak lain, dengan mainan yang sama dengan cara meniru cara mereka bermain.

5. Assosiative play, terjadi ketika permainan melibatkan interaksi sosial dengan sedikit organisasi. Mereka cenderung tertarik dan terjadi tukar-menukar mainan. Meminjam atau meminjamkan mainan dan mengikuti atau mengajak anak-anak antri adalah contoh-contoh assosiative play.

6. Cooperative play, meliputi interaksi sosial dalam suatu kelompok yang memiliki suatu rasa identitas kelompok dan kegiatan yang terorganisasi.

Dalam buku yang berjudul “Optimalkan Potensi Anak Dengan Game”

yang dituliskan oleh AL-Tridhonanto (2011) dijelaskan bahwa game sebenarnya sudah ditemukan sejak tiga dawarsa lalu kemunculannya pertama kali atas prakarsa Steven Russel dalam proyek yang bernama Computer games pada tahun 1962 produk andalannya bernama Star wars.Dalam bahasa indonesia “ Games “ dapat diartikan sebagai permainan. Permainan adalah sebuah sistem dimana pemain terdapat dalam konflik buatan , disini pemain berinteraksi dengan sistem dan konflik dalam permainan yang merupakan rekayasa dan buatan (Lestari, D.

2012) . Didalam permainan terdapat peraturan yang bertujuan untuk membatasi perilaku pemain dalam permainan dan ada target-target yang harus dicapai oleh pemainnya.Game atau permainan adalah sesuatu yang dapat dimainkan dengan aturan tertentu sehingga ada yang menang dan ada yang kalah , biasanya dalam konteks tindakserius dengan tujuan refreshing (Anggra ; 2010 )

Dalam buku yang berjudul “Langkah Mudah Membuat Game 3d” yang ditulis oleh Ivan C. Sibero; 2009 dijelaskan bahwa genre game adalah klasifikasigame yang didasari interaksi pemainnya. Visualisasi juga menjadi

klasifikasi genre ini. Namun untuk beberapa kasus pengembangan game membuat kompilasi antara berbagai genre ini.Adapun berbagai jenis genre dan tema permainan yang selama ini banyak dinikmati adalah :

1. Aksi

Genre ini merupakan macam game yang paling popular. Game jenis ini membutuhkan kemampuan refleks pemain. Salah satunya subgenre action yang popular adalah first person shooter (FPS) diperlukan kecepatan bepikir game ini dibuat seolah-olah pemain berada pada susasana tersebut.Aksi PetualanganGenre ini memadukan game play aksi dan petualangan. Contohnya pemain diajak untuk menelusuri gua bawah tanah sambil mengalahkan musuh sambil mencari artefak kuno, atau menyebrangi sungai untuk mencari harta karun yang tersembunyi

2. Role play game

Genre ini menitik beratkan pada kemampuan berpikir dan organisasi.Game strategi dibagikan menjadi dua yaitu turn based strategy dan real time strategy. Jika real time strategi mengharuskan pemain membuat keputusan dan secara bersama pihak yang berlawanan juga beraksi hingga menimbulkan serangkaian kejadian dalam waktu yang sebenarnya , sedangkan turn based strategi pemain bergantian menjalankan taktiknya saat pemain mengambil langkah, pihak lawan menuggu. Demikian juga sebaliknya. biasanya game play dibuat semirip mungkin dengan kondisi olahraga yang sebenarnya.

5. Puzzle

Genre puzzle adalah penyanyian teka-teki, menyamakan warna bola, perhitungan matematika, menyusun balok, atau mengenal huruf dan gambar.

6. Permainan Kata

Genre ini sering disebut dengan Word games sering dirancang untuk kemampuan dengan bahasa atau mengeksplorasi sifat-sifatnya. Word game umumnya digunakan untuk melayani tujuan pendidikan.

game pun sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa ditinggalkan.jadi manusia memiliki kebutuhan untuk bermain ,dan perpustakaan menyediakannya dan terwujudlah game dalam layanan perpustakaan. Bedasarkan

uraian diatas game adalah salah satu hasil proses multimedia berupa alat untuk bersenang-senang atau rekreasi dan dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis konten. Menurut sugiyono (2012, 86) “Metode deskriptif adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri atau lebih tanpa membuat perbandingan antara variable satu dengan yang lain”. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan analisis konten.

Dalam penelitian ini peneliti memaparkan rancangan strategi minat baca dalam upaya yang akan dipergunakan untuk menarik pengunjung pada layanan anak pada Dinas Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi. Peneliti akan langsung melihat unsur-unsur yang dapat mendukung pembuatan rancangan strategi minat bac pada layanan anak. Selanjutnya peneliti akan merancang strategi dari beberapa unsur yang telah dikelolah.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara yang beralamat pada Jln. Bridgen Katamso No. 45 K, Sei mati, Medan Maimun, Kotamadya Medan.

3.3. Unit Analisis

Menurut Arikunto (2006, 143) “Unit analisis merupakan satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian”.Dari pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa unit analisis diartikan sebagai sesuatu yang diberikan dengan fokus/komponen yang diteliti (subjek peneltian).

Penelitian ini menggunakan unit analisis sistem perancangan strategi yang meliputi subjek penelitiannya meliputi layanan anak, pustakawan, layanan anak, orang tua ataupun wali anak.

3.4 Teknik Pengumpulan data

Menurut Sugiono (2012, 308) “Teknk pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

adalah mendapatkan data”. Berdasarkan pernyataan diatas, diketahui bahwa teknik pengumpulan data adalah suatu langkah strategis yang digunakan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menjawab rumusan masalah penelitian.

Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan sistematis dengan:

1. Studi literature

Studi literature dengan menumpulkan informasi lebih lanjut mengenai permasalahan yang akan dibahas seperti informasi dari penelitian atau aktivitas terdahulu. Studi literature juga menggunakan bahan kepustakaan yang lain seperti buku, jurnal, artikel, dan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dalam proses menunjang kelengkapan data.

2. Observasi

Yaitu melakukan pengumpulan data yang diperoleh langsung pada layanan anak dinas perpustakaan arsip dan dokumentasi provinsi sumatera utara.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data merupakan hal yang sangat penting dan diperluakan dalam proses penelitian. Data digunakan sebagai bahan dasar dalam penelitian.Arikunto (2010, 172) menjelaskan “Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh”. Berkaitan dengan hal tersebut, Sugiyono (2012 , 137) menjelaskan “ Sumber data penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder”.

Adapun jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Data primer

Data secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk keperluan kebutuhan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer berupa diperoleh dari obseravasi atau pengamatan langsung

terhadap layanan anak pada Dinas Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

2. Data skunder

Data sekunder merupakan data yang mendukung data primer yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu literatur atau buku, jurnal, artikel lepas, laporan penelitian, internet maupun dokumen penelitian lainnya yang berkaitan dan berkenaan dengan objek penelitian dan wawancara langsung kepada pengelola layanan anak

3.6. Instrumen Penelitian

Menurut sugiyono (2010, 312) “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik fenomena ini disebut variable penelitian”. Bersadarkan pendapat diatas, seorang peneliti diwajibkan menggunakan instrumen penelitian ataupun alat dalam menjalankan metode penelitian agar mudah untuk mengelola data yang telah diperoleh sebelumnya.Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian yang berupa catatan observasi dan pedoman wawancara terhadap informan.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari data dan menata secara sistematis catatan hasil studi dokumentasi dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan kepada orang lain. Setelah data terkumpul selanjutnya melakukan pengolahan dan menerapkan data sesuai dengan pendekatan penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Dinas Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Sumatera Utara 4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Perpustakaan Dan Arsip Sumut

Pada awalnya Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara bernama Perpustakaan Negara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI No.09103/S/1956 tanggal 23 Mei 1956. Sesuai dengan perubahan sistem pemerintahan sehingga pada 23 Juni 1978 nama perpustakaan Negara berubah menjadi Perpustakaan wikayah melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 0199/0/1978. Pada saat ini Kepala Perpustakaan Wilayah dijabat oleh pejabat eselon IV/A. Berselang kurun waktu lebih kurang 10 tahun terjadi lagi perubahan terhadap Perpustakaan di seluruh Indonesia termasuk di Sumatera Utara sehingga lahir nama baru bagi Perpustakaan Wilayah dengan sebutan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres ) nomor 11 tahun 1989 tepatnya tanggal 8 Maret 1989 dan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 001/ORG/9/1990 tanggal 21 September 1990.

Melalui Keppres Nomor 50 tahun 1997 tanggal 29 Desember 1997dan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI nomor 44 Tahun 1998 tanggal 23 Juli 1998 kembali berubahmenjadi Perpustakaan Daerah sampaipada diberlakukannya Otonomi Daerah. Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah,

Daerah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun2001 tanggal 31 Juli 2001. Namun sejak diberlakukannya Perda Nomor 8 tahun 2008bertambah fungsi perpustakaan dan Arsip dengan tugas baru yang secarafilosofis merupakan satu induk keilmuan yaitu melakukaan pengelolaan dokumentasi sehingga bernama Badan Perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD-SU) dan sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 38 Tahun 2016 Tanggal 27 Desember 2016 Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara berganti nama menjadi Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara.

4.1.2 VISI dan MISI Dinas Perpustakaan Dan Arsip Prov Sumatera Utara

Visi dari pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara adalah “Menjadi Lembaga Pembina dan Pengembang Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi yang Profesional”. Misi dari pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara adalah:

1. Mengumpulkan dan menyelamatkan karya cetak, karya rekam, karya tulis dan naskah-naskah / dokumen sebagai hasil karya budaya bangsa.

2. Meningkatkan promosi gemar budaya baca dan masyarakat sadar arsip.

3. Meningkatkan pelayanan bagi pemustaka, pengguna arsip yang berbasis teknologi informasi guna mendukung kegiatan menulis, meneliti, berdiskusi dan wisata baca.

4. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan semua jenisperpustakaan dan kearsipan pada instansi pemerintah, BUMD, Swasta dan masyarakat.

5. Mendorong pengembangan kualitas sumber daya manusia guna mendukung tata pemerintahan yang baik.

4.2Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah Penanggung Jawab (PENJAB) Dinas Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Sumatera Utara terutama pada bagian layanan anak, Pemilihan informan sama halnya dengan pemilihan responden yakni pemilihannya merupakan hasil proses pra penelitian yang dilakukan peneliti yang direncanakan untuk penelitian, dengan menjajaki dan menilai keadaan lapangan saat observasi awal, untuk mengenal unsur lingkungan sosial, fisik. Maka, dipilih 4 kategori narasumber atau informan yang terdiri atas:

Tabel 4.1 : Karateristik Informan K

ode

Status

I

1

Kepala Koordinator Layanan Anak

I

2

Pustakawan Layanan Anak

I

3

Anak yang didampingi orang Tua

Informan pertama (I1) adalah informan kunci yang berhasil diwawancarai dengan perkenalan pendekatan terlebih dahulu, I2 adalah informan yang diusulkan oleh I1, begitu juga dengan I3, ,dimana wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara dan wawancara secara mendalam. Suasana dan kondisi wawancara bersifat alamiah artinya apa adanya dan tidak dibuat-buat atau tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Begitu juga dengan bahasa yang digunakan tidak formal (informal), meskipun terkadang penulis menggunakan istilah bidang Ilmu Perpustakaan. Wawancara dilakukan berulang jika penulis merasa ada yang perlu ditambahi atau kurang jelas dari wawancara sebelumnya.

4.3 Kategori

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, penulis menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding.

Penulis kemudian kembali membaca transkrip wawancara dan melakukan coding dengan melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembahasan dan menunjukan hubungan antar bagian-bagian yang diteliti sehingga menghasilkan beberapa kategori.

4.3.1 Strategi perancangan minat baca anak

Minat baca merupakan faktor utama dalam meningkatkan kualitas masyarakat dan suatu bangsa . Seseorang tidak akan bisa membaca, maka seharusnya ia memiliki kebiasaan membaca apalagi memiliki budaya baca apabila minat membaca mereka rendah dan sebaliknya apabila minat membaca mereka tinggi, menurut Sartono (2001:4). Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa, pada layanan anak ada penurunan drastis dari tahun ke tahun ini membuktikan turunnya minat baca pada anak di provinsi sumatera utara. Hasil pengamatan di

lapangan bahwa memang sedikit pengunjung pada Perpustakaan Umum Dinas dan Arsip Sumatera Utara. Sesuai dengan pernyataan dari informan I1

“Beberapa Tahun belakangan ini dek, pengunjung perpustakaan pada layanan anak sangatlah menurut indikatornya saya kurang tau kenapa”

Gambar 4.1

melakukan penyusunan strategi sesuai dengan tahapan yang Dijelaskan oleh Kusdi (2013:88) bahwa, proses yang terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu 1) analisis, 2) formulasi, dan 3) implementasi. Perpustakaan Umum Dinas Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Sumatera Utara sudah merancang (1) tugas pokok atau misi dan tujuan, (2) strategi atau kebijakan, (3) program-program dan fungsi, (4) tugas-tugas dan peranan. Jadi dapat dikatakan bahwa Perpustakaan Umum Dinas Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Sumatera Utarabelum menciptakan program sebagai wujud layanan dan pendorong minat bacaanak.Selanjutnya, setelah membahas mengenai strategi dilanjutkan bahasan mengenai program.Menurut informan I1 Dan I2Tidak ada program khusus yang dilakukan untuk meningkatkan minat baca pada anak di perpustakaan arsip povinsi sumatera utara.

Gambar 4.2

“ Belum ada strategi khusus untuk meningkatkan tingkat baca pada anak, tapi ada kegiatan yang mendukung seperti promosi di layanan anak, karena banyak penurunan pengunjung ”

Selain fungsi informatif, perpustakaan juga memiliki beberapa fungsi yang lain salah satunya adalah fungsi rekreasi, oleh karena anak-anak yang memilik sikap mudah bosan .sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologhi ada beberapa hal yang perlu di perbahurui untuk menumbuhkan minat baca pada anak itu sendiri.

“ Banyak fasilitas yang kurang memadai disini, sehingga pada anak sendiri mengangap perpustakaan bukan tempat yang menyenangkan”

Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa pustakawan telah siap melayani kebutuhan yang diperlukan para pengunjung layanan anak . Akan tetapi fasilitas yang kurang memadai.. Hal ini sesuai pernyataan 𝐼1𝑑𝑎𝑛 , 𝐼2.

“ iya kak, saya malas terkadang ke perpustakaan. Karena disini yang ada hanya buku saja,tempatnya membosankan.gak bebas disini . kurang nyaman , ibu-ibu disini juga sering memarahi kami, jangan lari-lari yah . kemudian disini tidak ada komputer, jaringan wi-finya juga kurang”

Dari pernyataan tersebut mendukung bahwa fasilitas dan kegiatan-kegiatan yang ada di layanan anak sendiri kurang memadai.sehingga perlunya perancangan

strategi minat baca pada layanan anak pada Dinas perpustakaan dan Arsip provinsi sumatera utara.

4.3.2 Program Berbasis Bacaan (literature based programs) Hasil pengamatan langsung pada peserta kunjungan berkelompok selama dua minggu,menunjukkan bahwa peserta kunjungan kelompok menyenangi kegiatan pembacaan dongeng dari pustakawan. Mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan literasi ataupun membaca itu bukanlah hal yang mudah, perlu adanya upaya ataupun suatu bentuk nyata akan mewujudkan harapan tersebut yang antara lain dengan adanya suatu kegiatan yang mendukung . Dari pernyataan Informan I2

“ kita ketahui, untuk menumbuhkan minat baca itu sangat sulit untuk kalangan anak,sendiri sehingga layanan anak melakukan berbagai upaya, untuk menumbuhkan minat baca pada anak,Ada beberapa kegiatan yang dilakukan disini ”

Gambar 4.3

Dari pernyataan pada informan I1 Dan Inforaman I2 kegiatan yang ada di perpustakaan salah satunya kegiatan mendogeng.

“iya dek, disini ada kegiatan mendogeng yang dilakukan oleh satu

“ iya disini juga ada kegiatan mendogeng yang dilakukan oleh komunitas kampung dogeng yang dilakukan setiap minggu ke – 2 pada hari kamis “

Melihat bahwa pengguna menyukai dan antusias terhadap kegiatan mendongeng menunjukkan bahwapenanaman minat terhadap membaca memungkinkan sekali dilakukan melalui program mendongeng. Kemudian melalui tanya jawab pada beberapa pengguna, hal ini bedasarkan data dari informan I3.

Ini sejalan dari pernyataan Children’s Guidelines, ada beberapa kegiatan yang ada pada layanan anak : layanan membaca, bimbingan membaca, layanan refensi anak, acara mendogeng ,permutaran film, bermain edukatif

“ iya kak, saya sangat suka dengan kegiatan mendogeng kak.tapi kadang kak,ini juga menumbuhkan minat baca karena kebetulan saya menyukai cerita dogeng, terutama cerita rakyat “.

menunjukkan bahwa meskipun rata-rata belum pernah mengalami program dongeng, namun rata-rata pengguna anak-anak maupun dewasa, beberapa diantara mereka tertarik dan setuju bahwa mendongeng dapat meningkatkan minat baca anak.Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara beserta Ruang Baca Anak harus lebih aktif lagi dalamberpromosi. Serta mungkin dapat dipertimbangkan untuk membuat program ini agar dilaksanakan di luar dari rangkaian kunjungan berkelompok, peneliti menilai bahwa program mendongeng hanya dapat bergantung dan dinilai keberhasilannya dari hasil penilaian kunjungan berkelompok saja, sehingga akan sulit dilakukan evaluasi program, dan pada akhirnya kesulitan dalam perbaikan program.

4.3.3 Program Tidak Berbasis Bacaan (non-literature based programs)

Dari data yang ada di transkip ada perancangan program baru , setelah masa renovasi menurut pernyataan dari informan I2

“ Sebenarnya saya pernah mengusulkan beberapa kegiatan baru disini dek, seperti : Pemutaran film anak, Pojok kreativitas,dan permainan edukatif yang berbasis digital , karena sangkin sepinya disini banyak buku refensi yang boleh diperpinjamkan dan di bawa pulang, karena ibu sendiri merasa sayang kalau buku-buku disini tidak dipergunakan”

1. Pemutaran Film Anak

Pemutaran FilmHasil pengamatan menunjukkan bahwa pengguna anak tertarik dan menyukai program pemutaran film anak. Selain tertarik dan menyukai, banyak yang berpendapat bahwa program ini akan dapat membantu untuk meningkatkan minat baca anak. Akan tetapi, hasil tanya jawab dengan pustakawan di Ruang Baca Anak menunjukkan bahwa belum ada fasilitas yang merealisasikan kegiatan ini. Bedasarkan pernyataan dari informan I2

“iya dek kegiatan ini tidak dapat dilakukan karena tidak ada fasilitas yang mendukung disini hanya ada proyektor saja, tidak ada televise di ruangan ini “

Gambar 4.4

2. Pojok kreativitas

Pojok kreativitas tempat dimana anak bisa berkreasi atau melakukan beberapa kegiatan keterampilan atau riset dari buku yang dibaca, misalnya anak perempuan yang suka bermain boneka, di ajak cara membuat keterampilan bagaimana cara membuat boneka , lalu pustakwan akan menunjukan buku tentang pembuatan boneka yang sederhana, dan kegiatan ini di bawah bimbingan pustakawan ataupun orang tua, ini akan mengasah minat baca anak juga. Sangat disayangkan bahwa berdasarkan hasil tanya jawab, pojok kreativitas tidak dapat juga terealisasikan karena ada faktor penghambat , padahal pojok kreaifitas dapat meningkatkan minat baca pengguna anak, Kemungkinan pojok kreativitas jarang diketahui dan dimanfaatkan terjadi dikarenakan posisi ruangan dan fasilitas yang kurang memadai. Sama seperti yang terjadi pada kasus koleksi audio visual yang kurang dimanfaatkan dan sekarang ditiadakan untuk anak. Seperti yang dijelaskan oleh Kosam Ambarawa (2006),

bahwa, yang terjadi pada kasus koleksi audio visual yang kurang dimanfaatkan adalah dikarenakan oleh kurangnya promosi. Ini didukung oleh pernyataan oleh informan I2

“ iya dek, ruangan kita yang belum pernah di renovasi ulang untuk membuat kegiatan ini dek, dan belum ada kebijakan tentang ini. Dan emang ruangan audio visual untuk anak telah di tiadakan ini juga salah satu faktor penghambat “

3. Permainan edukatif

Menurut pengamatan peneliti, masih terdapat pengguna Ruang Baca Anak yang tidak mengetahuiBahwa ada fungsi rekerasi pada perpustakan dan pustakawan tetap saja merasa permainan edukatif ini kurang jadi program ini tidak dilaksanakan pada perpustakaan dan arsip provinsi sumatera utara . program permainan edukatif tampaknya juga bermasalah dengan promosi. Perihal lain yang harus diperhatikan ialah memastikan bahwa sarana bermain harus selalu dapat digunakan setiap saat. Dari pernyataan oleh Informan I2

“ iya diruangan ini juga tidak alat bermain manual,ataupun digital padahal anak-anak pada hakikatnya mau bermain. Dan bermain juga adalah salah satu metode persuasive untuk membuat anak berkunjung di perpustakaan”

Menurut Hasil wawancara pada salah satu anak yang berkunjung di perpustakaan ada kejenuhan yang dia rasa pada perpustakaan. Dia lebih memilih di dalam rumah dan bermain gadget.yaitu informan I3

“Suka bosan kak gak ada permainan ,terus komputernya juga gak bisa dipakai bagus aku main gadget dirumah kak, itu yang buat aku kurang betah disini kak gak bisa – bisa asal megang buku kak. Terus aku suka bigung gimana cara cari bukunya soalnya raknya banyak kak”

Maka dari pernyataan diatas saya menyimpulkam, pustakawan dituntut untuk tanggap dan cepat dalam mengatasi masalah. Agar tidak kehilangan pengguna layanan anak. Apalagi mengingat bahwa terdapat pengguna yang merasa minat bacanya meningkat dengan berbagai

Maka dari pernyataan diatas saya menyimpulkam, pustakawan dituntut untuk tanggap dan cepat dalam mengatasi masalah. Agar tidak kehilangan pengguna layanan anak. Apalagi mengingat bahwa terdapat pengguna yang merasa minat bacanya meningkat dengan berbagai

Dokumen terkait