18 Nilai Karakter
6. Tahapan Internalisasi Pendidikan Karakter di Madrasah
Dalam rangka menginternalisasi pendidikan karakter menuju
akhlak mulia dalam diri setiap peserta didik, menurut Thomas Lickona
ada serangkaian strategi dan tahapan-tahapan yang harus dilalui yang
(components of good character) yaitu moral knowing, moral feeling
dan moral action, seperti gambar di bawah ini:37
Gambar 2.2
Tahapan Internalisasi Pendidikan Karakter di Madrasah Menurut Lickona
a. Moral Knowing atau Learning to do
Tahapan ini merupakan langkah pertama yang harus
dilaksanakan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter
kepada peserta didik. Tahap ini peserta didik diharapkan mampu
menguasai pengetahuan tentang nilai-nilai dasar dan nilai-nilai
moral. Peserta didik diharpakan mampu membedakan dan memilah
nilai-nilai mana yang termasuk dalam akhlak mulia dan akhlak
tercela. Peserta didik juga diharapkan mampu mencari sosok
digugu dan ditiru yang bisa menginpirasi dan menjadikan panutan
dalam berakhlak mulia, misalnya Rasulullah SAW. Sehingga
37
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), 50. Tahap 1 Moral Knowing Tahap 2 Moral Feeling atau Moral Loving Tahap 3 Moral Doing atau Moral Action
peserta didik diharapkan dengan mudah memahami secara rasional
dan logis tentang pentingnya akhlak mulia untuk kemudian
diwujudkan dalam setiap sikap dan tindakan dalam kehidupan
sehari-hari.38
William Kalpatric yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian
Andayani dalam bukunya, menyebutkan bahwa aspek yang
pertama yaitu moral knowing memiliki enam unsur, yaitu:
1) Pengetahuan nilai-nilai moral (knowing moral values);
Mengetahui dan menerapkan berbagai nilai moral seperti
tanggung jawab, saling menghormati, toleransi dalam segala
situasi dan lain sebagainya.
2) Kesadaran moral (moral awareness);
Menggunakan kecerdasan yang dimiliki untuk menilai
suatu keadaan agar sesuai dengan nilai moral yang berlaku.
3) Logika moral (moral reasoning);
Kemampuan penalaran moral untuk mengambil keputusan
dan tindakan dalam menghadapi masalah.
4) Penentuan sudut pandang (perspective taking);
Kemampuan mengambil sudut pandang dari orang lain,
seperti merasakan apa yang orang lain rasakan dan
membayangkan apa yang orang lain mungkin berfikir dan
bereaksi terhadap suatu hal.
5) Pengenalan diri (self knowledge);
38
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), hlm.31.
Kemampuan untuk mengetahui dan mengevaluasi perilaku
tentang diri sendiri.
6) Keberanian mengambil dan menentukan sikap (decision
making).
Kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan
dalam menghadapi masalah.
Keenam unsur tersebut merupakan komponen-komponen
yang harus dikenalkan dan diajarkan kepada peserta didik untuk
mengisi ranah kognitif atau ranah pengetahuan mereka.
b. Moral Loving atau Moral Feeling
Tahapan yang kedua yaitu Moral Loving atau Moral
Feeling merupakan tahapan yang menjadi sasaran guru adalah
dimensi emosional peserta didik, jiwa dan hati peserta didik. Guru
berupaya untuk menumbuhkan rasa kesadaran rasa untuk
berakhlak mulia. Melalui tahapan ini peserta didik diharapkan
mampu mengintropeksi atau menilai dirinya sendiri.39
Moral Loving atau Moral Feeling merupakan suatu tahapan
yang bertujuan sebagai penguatan aspek dimensi emosional peserta
didik untuk menjadi manusia yang berkarakter (berakhlak mulia).
Pada aspek ini berkaitan dengan penguatan dan pembentukan sikap
yang harus dirasakan peserta didik, meliputi kesadaran akan jati
diri yaitu:
1) Hati Nurani (Consvience);
39
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), hlm.34.
Memiliki dua sisi, yang pertama sisi kognitifnya adalah
dengan mengetahui apa yang benar dan yang kedua sisi
perasaan emosionalnya adalah dengan berkewajiban
melaksanakan yang benar.
2) Cinta kebenaran (loving the good);
Mencintai kebaikan dengan menjadi benar-benar terkait
dengan segala hal yang baik.
3) Kepekaan terhadap penderitaan orang lain (emphaty);
Kemampuan untuk mengenali, merasakan dan memahami
keadaan orang lain.
4) Kerendahan hati (humanity);
Kemampuan kerendahan hati akan membuat seseorang
menjadi terbuka terhadap keterbatasan diri dan mau
menginstropeksi atau mengkoreksi kesalahan yang dilakukan.
5) Harga diri (self esteem);
Seseorang harus memiliki ukuran yang benar tentang harga
diri agar bisa menilai diri sendiri, pikiran atau mengijinkan
orang lain untuk melecehkan diri sendiri.
6) Pengendalian diri (self control).
Kemampuan pengendalian diri membantu seseorang untuk
berperilaku sesuai dengan etika.
c. Moral Action atau Moral Doing
Tahapan yang ketiga yaitu Moral Doing atau Moral Action
penguatan pendidikan karakter. Melalui tahapan ini peserta didik
sudah mampu melaksanakan dan mempraktikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Peserta didik mampu mengimplementasikan
dan menunjukkan sikap seperti menjadi rajin, taat beribadah,
sopan, santun, hormat, patuh, disiplin, jujur, penyayang, cinta kasih
dan lain sebagainya. Mengutip pernyataan dari
UNESCO-UNEVOC yang menyatakan sebagi berikut:
“The first challenge for the education is to examine the level of teaching that is enaging the learner. There are basically three levels of teaching: facts and concept-knowing and understanding; valuing-relecting on the personal level; acting-appliying skills and competencies”.40
Dalam hal ini moral action atau moral doing menunjukkan
bahwa sebagai seorang pendidik (guru) mempunyai tiga
tantangan untuk menguji tingkat pengajaran yang melibatkan
peserta didik yaitu; Pertama, belajar untuk memahami dan
mengetahui pengajaran yang berisikan fakta-fakta dan
konsep-konsep; Kedua, melalui nilai-nilai dan sikap melalui refleksi;
Ketiga keterampilan atau tindakan untuk melakukan.
Moral action merupakan perwujudan nyata dari moral
knowing dan moral feeling, yang terdiri dari tiga aspek yaitu:
1) Kompetensi (competence);
40
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), hlm.113.
Memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian dan
perasaan moral yang menjadi suatu tindakan moral yang
efektif.
2) Keinginan (will);
Memiliki keinginan yang dibutuhkan untuk menjaga emosi,
melihat, berfikir dan menempatkan tugas sebelum kesenangan
serta bertahan dari segala godaan dan tekanan.
3) Kebiasaan (habit)
Membiasakan hal-hal atau segala sesuatu yang baik dan
menerapkannya dalam berperilaku.