• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Tahapan Pelaksanaan Maria Raja pada Upacara Adat Perkawinan

Masyarakat Batak Toba yang ada di Kabupaten Toba Samosir sebelum melakukan upacara adat perkawinan, terlebih dahulu melakukan kegiatan yang disebutmariaraja. Dalam hal ini, seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, tujuan maria raja adalahawal pembicaraan tentang adat itu sendiri. Pada kesempatan ini akan dibahas segala sesuatu yang diperlukan mulai dari persiapan perlengkapan, gonghon (undangan),parjambaran, acara, hewan yang dipotong, dan urutan acara yang akan dilaksanakan esok harinya. Di Desa Sigumpar Kabupaten Toba Samosir, ada 2 versi yang dilakukan dalam upacara maria raja, yaitu pada siang hari dan malam harinya. Tetapi, masalah waktu tidaklah mengurangi dan menambahi proses pembicaraan dalam maria raja, akan

tetapi hanyakesepakatan tentang waktu saja.

Perkawinan pada masyarakat Batak Toba tidak hanya urusan ayah dan ibu kedua calon pengantin, tetapi merupakan urusan semua keluarga. Karena itu, orang tua calon pengantin akan mengumpulkan semua anggota keluarga di rumah mereka masing-masing, menyangkut dalihan na

toluyaitu hula-hula, boru, dongan sabutuha, dan dongan sahuta (teman sekampung).

Berikut ini proses maria raja masyarakat Batak Toba di Desa Sigumpar, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba Samosir.

1. Marsipanganon(makan)

Setelah seluruh undangan berkumpul baik antara golongan pihak tuan rumah disajikanlah makanan, dan biasanya sebelum melakukan upacara makan bersama diawali dengan doa, setelah itu dilakukanlah sambutan pertama dengan menyebutkan : kepada seluruh undangan raja ni dongan sabutuha, raja ni dongan sahuta, raja ni boru serta inanta soripada, inilah yang dapat kami sajikan, kiranya dapat memberikan kesehatan dan berkat untuk kita semua. Setelah seluruh undangan dan seluruh pihak suhut (tuan rumah) sudah hadir maka dilakukan makan bersama. Proses makan bersama ini diawali dengan penyajian makanan yang sudah diatur sedemikian rupa (tudu-tudu ni sipanganon) yang bertujuan untuk menghargai dan mencari perhatian dari para undangan supaya mereka juga ikut terlibat dalam upacara itu sendiri, menghormati dan melayani mereka dengan baik. Penyajian makan yang dipersiapkan harus sesuai dengan adat yang biasanya dilakukan dilokasi tersebut. Setelah penyerahan atau penyajian pihak suhut langsung meninggalkan nya dan berdiri di tengah undangan dan menyampaikan sambutan kepada seluruh undangan.

“Songoni ma angka raja nami, raja ni dongan sabutuha, raja ni dongan sahuta, raja ni boru dohot inanta soripada, songon na didokni umpasa ni angka natua-tua“

Sititi ma sigompa

Golang-golang pangarahutna

Ba tung songon I ma nuaeng na patupa hami Ba sai godang ma pinasuna. Botima

Dung marpugu sude na niontang (na niundang) suang songon i sude horong ni suhut, dipatupa ma rap marsipanganon. Andorang so martangiang jumolo ma dipasahat hasuhuton tudu-tudu ni sipanganon tu adopan ni sude raja na niontang disirapdohotinasoripada. Songon patamahon na diadophon tudu-tudu ni sipanganon i tu sude raja na niontang, dihaliangkon (diputar) ma inganan ni tudu-tudunisipanganonitolu hali. Dung rade sude sipanganon jala dung ditangiangkon hasuhuton, mangan ma. Dung i jongjong ma wakil ni hasuhuton manghatahon huhuasi ni sipanganon, didok ma: “Ba songon i ma da rajanami, raja ni dongan sabutuha, raja ni dongan sahuta, raja ni parboruon dohot inanta soripada”, songon nidokniangkanatua-tua.“Imatutu”,ninnasudena mangan i.

Komunikasi yang terjadi pada pembicaraan diatas memiliki beberapa tujuan khusus dan cara khusus serta aturan yang khusus sesuai dengan kebutuhan sehingga mempengaruhi derajat kesopanan karena dilakukan dengan tulus. Sesuatu tuturan dapat berfungsi apabila penutur melakukannya dengan baik. Seperti pada pembicaraan diatas dapat dilihat hubungan penutur dengan tindak tutur secara langsung dengan rasa dan tanggung jawab sebagai salah satu pelaku adat dalam kegiatan sebuah pesta.

Kedekatan dan rangsangan yang disampaikan oleh penutur mampu diserap dengan baik sehingga tidak muncul kesalahpahaman antara seluruh pelaku adat.

2. Marbagijambar(pembagian jambar)

Gambar 1.. Tata cara pembagian jambar

Marbagi jambar biasanya dilakukan setelah makan siang. Jambar ialah bagian dari daging yang dipotong-potong kecil dan dibagi rata kepada seluruh undangan sesuai dengan posisi dan kedudukan mereka dalam dalihan na tolu. Biasanya jambar ini diambil dari sebagian tudu-tudu ni sipanganon yang disajikan sebelumnya oleh pihak suhut.

Jambar ini berupa daging babi yang dipotong, dan biasanya jambar ini terdiri dari kepala bagian atas(ulu/namarsanggulan), rahang(osang), leher(aliang), upa suhut(bagian belakang sampai ekor), pangkal paha(soit), rusuk, tanggalan rungkung(bagian leher), dan bagian organ dalamnya.

Dalam pembagian parjambaran ini penulis mengemukakan beberapa macam pembagian parjambaran yaitu:

1. Pembagian jambar juhut dalam upacara adat perkawinan. 2. Pembagian jambar juhut dalam pesta tugu.

3. Pembagian jambar juhut memasuki rumah baru. 4. Pembagian jambar juhut dalam pesta di rumah.

5. Pembagian jambar juhut pada acara kematian, yaitu saur matua dan sari matua.

Setelah selesai makan bersama, pihak paranak dan parboru duduk berhadapan beserta keluarga turunan saompu. Disebelah kanan duduk tulang (paman) dari pihak laki-laki didampingi bona tulang dan bona niari.

Disebelah kiri duduk boru. Demikian pihak perempuan duduk bersama kerabat sesuai dengan dalihan na tolu dan suhi ni ampang na opat.

Pembagian jambar ini dapat dilihat dari undangannya. Apabila pihak paranak (pihak laki-laki) yang mengundang, maka acara ini disebut mangalangdekke, sedangkan pihak parboru (pihak perempuan) yang mengundang maka acara ini disebut mangalang juhut.

Menggunakan jambar juhut na marmiak-miak, karena penulis merujuk pada upacara perkawinan, parjambaran yang digunakan pada upacara perkawinan ini berupa sigagat duhut (kerbau atau lembu). Adapun jambar juhut tersebut terdiri dari:

1. ulu (kepala)

2. tanggalan rungkung atau haliang (leher) 3. somba-somba (rusuk)

4. ihur (ekor)

Adapun komponen-komponen penerima jambar juhut adalah: a. Dongan Sabutuha

- Suhut yaitu yang hajatan

- Pamarai yaitu saudara laki-laki suhut

- Panambol yaitu keturunan laki-laki kakek bersaudara

- Pangalapa yaitu keturunan laki-laki dari ama mangulahi bersaudara - Pomparan ompu parsadaan marga yaitu kumpulan marga

b. Hula-hula

- Hula-hula pangalapan boru suhut yaitu mertua suhut atau keturunannya laki-laki

- Tulang yaitu saudara laki-laki ibu suhut atau keturunannya laki-laki - Bona tulang yaitu saudara laki-laki dari nenek pihak ayah suhut

keturunannya laki-laki

- Bona ni ari yaitu saudara laki-laki inang tua mangulahi suhut atau keturunannya laki-laki

- Tulang rorobot yaitu tulang dari hula-hula c. Boru.

- Boru suhut yaitu saudara perempuan suhut - Boru tubu yaitu putri atau menantu suhut

- Boru na tua-tua yaitu saudara perempuan dari kakek suhut atau keturunannya laki-laki

- Boru torop yaitu saudara perempuan yang semarga dengan suhut Ketiga komponen di atas merupakan kelompok penerima jambar-jambar pokok yang harus disebut nama dari jambar tersebut.

Pariban ini termasuk ke dalam golongan dongan sabutuha, namun harus dibedakan karena pariban merupakan kelompok kerabat yang ditarik dari garis perempuan dan bukan dari garis laki-laki.

e. Bere dohot ibe bere

Yang dimaksud dengan bere adalah keponakan laki-laki, sedangkan ibebere adalah keponakan perempuan.

Adapun tanda atau makna dari bagian-bagian jambar juhut dalam upacara adat perkawinan ini sebagai berikut:

1. Ulu (kepala) diberikan kepada tulang pengantin perempuan, ini merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki sahala atau wibawa dimana tulang sebagai debata na ni ida yang memberkati serta memberikan pasu-pasu. Jadi ulu dapat dikatakan memegang peranan penting dalam seluruh gerak kehidupan.

2. Tanggalan rungkung atau haliang (leher) diberikan kepada kelompok boru yang menandakan atau bermakna sebagai mediator sejak awal sampai akhir upacara adat perkawinan yang berlangsung, serta melambangkan penghubung atau pemersatu diantara hula-hula bila terjadi perselisihan paham. Oleh karena itu, setiap ada urusan musyawarah adat, kelompok boru ini akan selalu diminta pendapatnya, karena apa saja yang menjadi keputusan dalam acara itu pelaksanannya

cepat akan diserahkan kepada boru. Dengan kata lain,boru adalah kelompok pekerja kepada hula-hula dalam setiap pekerjaan adat yang dilaksanakan.

3. Somba-somba atau handang (rusuk) bagian tengah yang berbentuk lingkaran dan menyerupai telapak tangan yang menyebar diberikan kepada kumpulan hula-hula yaitu (bona tulang, bona niari, tulang rorobot), ini menandakan atau bermakna dialah yang melingkari dan yang melindungi martabat parboru, serta melambangkan orang yang terhormat.

4. Ihur (ekor) merupakan bagian tubuh hewan paling belakang diberikan kepada suhut ini menandakan atau bermakna sebagai tumpuan atau pokok yang paling berkompeten dalam hidup maupun kehidupan kedua pengantin.

Dung sidung mangan (andorang so manghatai dope) dipature (dibagi) ma parjambaran ima sian tudu-tudu ni sipanganon i. Laos diuduti ma muse manghatai.

Artinya, setelah siap makan sebelum melakukan pembicaraan berikutnya jambar dibagi sesuai dengan hasil pembicaraan sebelumnya dan setelah itu dimulailah pembicaraan tentang acara berikutnya.

3. Manghatai/manise(pembicaraan).

Manise merupakan kata pembukaan yang dilakukan oleh dongan sahuta dari pihak suhut yang berpesta. Dalam acara manise ini akan berlangsung percakapan antara pihak suhut kepada seluruh tatanan adat dalihan na tolu. Tujuan percakapan disini adalah mencari kesepakatan dan mencegah tumpang tindihnya acara yang akan dilaksanakan. Dalam pembahasan ini pada manghatai akan terlihat jelas hubungan manghatai interaksi antara tatanan dalihan na tolu yang saling menghormati diantara hula-hula, dongan sabutuha, dan secara tidak lansung dapat diketahui kesiapan dan sikap tolong- menolong yang sangat tinggi. Bagi pihak dalihan na tolu kesalahan yang terjadi pada acara martonggo raja adalah sebuah kesalahan yang fatal akibatnya bisa menimbulkan rasa malu diantara keluarga suhut, danboru. Berikut ini acara panghataion:

Dongan sabutuha:

Manghatai ma hita suhut nami

Somalna tar sian angka dongan sahuta ma panungkun, ia so i sian dongan sabutuhama(mardosnirohamadisi.

Manungkundongansabutuha,

Manghataimahitasuhutnami,“Gokkon sipaimaon, jou-jou sialusan; ia nunga ro hami manggohi gokkon dohot jou-jou muna tu bagasta na marampang marjual on, bagas sibagandingtua panjaloan sangap dohot tua sian Tuhanta, jala nunga hundul iba di amak tiar, ba, sai

tiar ma tutu panggabean parhorasan di hita tu joloansa on tumpahon ni Amanta Debata. Nunga bosur iba huhut mangan indahan na las na pinarade muna i, sagat huhut marlompan juhut na tabo i, sombu uas marhite aek sitio-tio”, onpe amang suhut nami, songon nidok ni sijolo-jolo tubu : Sai jolo ni nangnang do asa ni nungnung, Sai jolo pinangan do asa sinungkun. Banuaengpe,namanungkunmahamidihasuton :Dia ma matana, dia ma haltona Diamahatana,dianidokna. Botima!

Teman Semarga ( Dongan Sabutuha ) Marilah kita bicara suhut kami,

Biasanya untuk mengawali pembicaraan tentang acara adat masyarakat Batak yang pertama bicara dimulai dari pihak teman semarga atau teman seperadatan.Undangan yang datang alangkah lebih baik kita hadiri, dan pada kesempatan ini kami telah hadir sesuai dengan pemberitahuan dan undangan yang disampaikan kepada kami, dirumah yang indah ini, dan kita telah memperoleh berkat dari Tuhan masih diberi kesempatan bagi kita dapat berkumpul untuk membicarakan adat yang akan kita laksanakan dalam waktu dekat. Terimakasih atas undangan dan tempat yang diberikan kepada kami, makanan yang enak, air putih yang sangat segar, seperti pepatah leluhur mengatakan setelah kita melihat maka akan kita akan tanyakan, setelah kita makan kami ingin bertanya apakah makna dari semua ini, begitulah!

Inti dari seluruh pembicaraan diatas ialah bahwa pihak dongan sabutuha telah menyampaikan rasa terima kasih atas undangan serta makanan yang disuguhkan kepada pihak suhut. Dan pada kesempatan itulah dongan sabutuha menanyakan apa maksud dari acara tersebut. Pembicaraan diatas juga menunjukan makna yang sangat luas dan mampu menunjukan sikap gotong-royong dan sikap saling menghargai. Dari sini muncul implikatur percakapan yang berkaitan erat dengan ungkapan bahasa yang sangat indah dan halus. Hal itu terlihat dalam kutipan diatas. Selain dari pada itu percakapan diatas menunjukan sikap responsif kepada lawan bicaranya. Secara tidak langsung tampak jelas memberikan hubungan yang baik diantara kelompok Dalihan na Tolu dimana bentuk kehadiran mereka dapat menunjukan sikap tanggung jawab yang utuh. Dari beberapa hal yang diuraikan pada percakapan diatas jelaslah bahwa sebuah tuturan tidaklah senantiasa merupakan representasi langsung oleh elemen yang menyinggung unsur-unsurnya.

Paiduanisuhut mangalusi

“Gabe ma hita jala horas. Ba ia nunga manungkun hamu dihata dohot lapatan ni sipanganon, tung so sadia pe nuaeng na pinatupa ni suhutta ba, sai pamurnas mai tu pamatangta, saudara tu bohi, sipasindak paniali ma i, sipaneang holi-holi. Sai mamasu-masu ma Tuhanta lam ditambai dihami hagabeon dohot pansamotan tu joloansa on, asa boi dope nian patupaon nami sipanganon na gumodang jala na tumabo. Ia taringot di sungkun-sungkun muna i

Hahadoli / anggidoli, taringot di hata ni sipanganon i, ba sipanganon panggabean parhorasan do lapatanna”. Boti mahahadoli, anggidoli”. Pihak kedua dari suhut menjawab :

Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan, setelah kalian menanyakan apa maksud dari makanan yang telah kami sajikan tadi, walalupun itu semua ala kadarnya semoga itu dapat memberi berkat untuk kita semua yang dicurahkan oleh Tuhan dan semoga makin diberi lebih berkatnya kepada kita ke hari yang akan datang. Untuk menjawab pertanyaan itu ialah makanan kebahagiaan dan tanda suka cita untuk kita semuanya. Begitulah abang kami!

Panungkun,

“Ba molo songon i do hape ba na uli ma i tutu, sai asi ma roha ni Tuhanta pardenggan basa i, sai ditambai dope pasu-pasu di hamu tu joloansa on

Bagotnamarhaltomanatubudirobean Basaihorasmahaminamanganhon Sailamtambamadihamunamangalean

Alai ale amang, sai marangkup do ninna na uli, mardongan do na denggan. Nuaeng pe tangkasma paboa hamu siangkupna songon na hundul, sidonganna songon na mardalan, asa tung torang huboto hami sangkap dohot tujuanna na

Penanya

Baiklah jika itu maksud dan tujuanya, semoga Tuhan memberkati dan mencurahkan rahmatnya untuk kita di hari yang akan datang.Tetapi, segala sesuatu yang baik akan memberikan hasil yang baik pula, sekarang jelaslah disampaikan kepada kami apa maksud dan makna yang sebenarnya biar semuanya kita dapat mengetahui apa rencana yang akan dilakukan kedepan atas segala penyajian makanan dan undangan itu. Begitulah!

Paiduanisuhutmangalusi:

“I do tutu, rajanami, toho do nanidokmunai, sai marangkup do na uli, mardongan do na denggan. Jadi nuaeng pe paboaon nami ma tangkas dia dohot aha do alana hubahen hami parpunguan on. Songon naung tangkas tarida di surat gokkon dohot jou-jou nami tu hamu, tonggo raja do parpunguanta on. Na marbonsir do i ala adong ulaon adat si patupaonta ndang pola sadia leleng nari be. Molo asi roha ni Tuhanta, jala molo so adong ambat bingkolangna be, na marsangkap do hami (dipaboa ma ulaon adat aha sibahenon i). Jadi mardomu tusi, aturanna ma i, molo adong sangkap ni roha mangula manang aha, denggan jala na patut do tahe paboaon i huhut pasungkunhononhon tu raja ni dongan sabutuha, dongan sahuta dohot tutur ulaon i. Asa na pasungkunhon ma hami parjolo tu hamu angka na pinarsangapan manang songon dia pandapot dohot pingkiranmuna taringot tu sangkap nami songon naung pinaboa nangkin. Jala molo nunga satolop hita disiulaon i, ba, na laos mangido ma hami tu hamu angka napinarsangapan, tarlobi raja ni dongan sabutuha, raja ni dongan sahuta, raja ni parboruon, asa rade nian hamu saluhutna mangalehon tingki dohot pingkiran mangurupi hami patulushon ulaon i.

Ba, i ma da angka rajanami umbahen na hupatupa hami tonggorajaon”.Botima.

Pihak ke dua dari tuan rumah menjawab :

Benar, apa yang disampaikan oleh pihak undangan kami, segala yang baik akan menghasilkan yang baik pula. Dan sekarang akan kami meyampaikan hal yang sebenarnya tentang makna dari perkumpulan, makan bersama itu. Seperti yang kami sampaikan pada surat undangan bahwa ini adalah adat martonggo raja yang bertujuan bahwa dalam waktu dekat ini akan kita adakan pesta adat pernikahan dari anak kami. Jika Tuhan memberikan izin dan menjauhkan segala marabahaya, jadi menurut adat kita perlu kami sampaikan itu kembali agar kita selalu bekerjasama demi terlaksananya pesta tersebut. Itulah sebabnya mengapa kami melaksanakan acara ini. Begitulah!

Panungkun,

“Hamu suhut nami, nunga torang huantusi hami hatamuna i. Ndada pola ganjang be dohonon hata. Pendek ma ni alusan: ‘Satolop ma hami disangkap muna I, jala rade do hami mangalehon tingki, nang angka pingkiran mangurupi hamu olat ni na tarbahen’. On pe ba paaboa jala rimangi hamu ma sude angka na porlu bahenonta,ima:

- Andiganmataniulaoni

- Didiadoinganan/alamanniulaoni - Sipatupaontupestai

- Hirapigahalakmatoropnisiundangontupestai

Jala dung dipaboa hamu i annon sude, ba pintor tatontuhon ma parbagi ni ulaon i dohot angka na martugas tu ganup bagianna. Songon i ma jolo hata sian hami. Botima!”

Panungkun ( Tindak tutur )

Suhut kami, kami sudah mengetahui dengan jelas apa yang menjadi rencana berikutnya. Tidak perlu diperpanjang lagi, kami siap dengan apa yang akan kami kerjakan nantinya baiktenaga maupun pikiran, sekarang beritahukanlah kepada kami kapankah acara itu dilakukan dan persiapan apa yang harus kota siapkan. Seperti :

 Kapan pesta itu dilaksanakan

 Dimana lokasi pesta itu berlangsung

 Apa yang akan di siapkan pada pesta tersebut  Dan para undangan seberapa banyak.

Setelah itu nanti diberitahukan, tentukan jugalah petugas sesuai dengan pekerjaan masing-masing. Itulah yang perlu kami sampaikan. Begitulah !

“Mauliate ma rajanami dihatamuna i, sai diurupi Tuhanta ma hita diulaonta on. Ba nuaeng pe, satahi saoloan ma hita mamillit dohot manotophon songon pandohanmunai”.Dung i dipaboa hasuhuton ma pangalaho ni pesta, ari ni ulaon i,inganan dohot angkasipatupaontupestai. Udut tusi dihatai ma angka na martugas di sude si ulaon jala dipillit huhut ditotophon ma manang angka ise do halakna, ima :

- Protokol(pandemangatur) - Rajaparhata(parsinabung)

- Patarupingganpanungkunandohotmik(sianboru)

- Koordinator manjalo haroro ni hula-hula (sian horong hasuhuton) - Koordinatormanjalodengkesiuk

- Koordinatormanjaloborassipirnitondidohotangkanaasingnai.

Laos disungguli ma muse angka na ringkot siparadeon ni hasuhuton na porlu tu ulaon i, mamungka sian hal na metmet sahat tu na balga asa unang adong na lupa. Dung sidung i laos hataan do muse angka paradaton naung ditontuhon ditonga-tonga ni Punguan marga dohot parsahutaon.

Pihak Suhut II

Terimakasih banyak atas kesiapan kritik dan saran itu kami sampaikan, kiranya tuhan juga dapat memberi pertolongan untuk kita untuk pelaksanaan pesta itu nantinya. Dan pada kesempatan ini akan kami sampaikan petugas pada acara yang akan kita laksanakan yaitu :

 Pande mangatur ( protokol )  Parsinabul ( juru bicara )

Parhobas /sisuruon untuk mengantar pinggan panungkunan ( jambar yang dibuat di piring ) dan mikropon

 Koordinator penyambutan hula-hula

 Koordinator untuk membagi dan menerima dengke ( ikan mas )

 Koordinator penerima boras sipir ni tondi ( beras ) yang dibawa oleh seluruh undangan.

Dan pada kesempatan ini juga akan dibahas hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh suhut mulai daei hal yang kecil sampai yang besar untuk menjaga hal-hal yang perlu nantinya. Setelah itu akan dibicarakan kembali tentang adat yang biasa dilaksanakan pada kampung itu sendiri.

Arti dari percakapan ini ialah sambutan balasan dari pihak suhut melalui suhut dua yang masih bagian dari keluarga dekat sendiri. Maksud dari makanan yang kami sediakan merupakan ungkapan terima kasih dan kebahagiaan kami karena seluruh rumpun dan keluarga yang berhubungan dengan kegiatan pesta.

4. Suhut mangampu hata:

Pangampuon adalah sambutan terakhir dari pihak suhut kepada seluruhundangannya. Dalam sambutan ini suhut mengucapkan terimakasih atas waktu dan kesediannya untuk mengambil peran pada upacara adat nantinya. Pihak suhut juga mengharapkan agar tugas yang diberikan kepada pihak yang dipercayainya dapat melaksanakannya dengan baik. Tugas dan

amanah itu bukan semata-mata sebagai salah satu tugas yang diperintahkan saja, namun itu sudah merupakan suatu keharusan bagi masyarakatBatakToba. Berikut ini acara pangampuon dalam upacara martonggo raja :

Molo nunga sae sude dihatai, suhut bolon ma mandok hata mauliate, didok ma;

“Hamu angka na pinarsangapan, tung mandok mauliate godang do hami parjolo di Tuhan pardenggan basa i, na mangalehon tu hamu angka na pinarsangapan roha holong gabe rade hamu sude mangalehon tingki dohot pingkiran laho mangurupi hami di ulaonta na naeng ro. Mauliate malambok pusu do dohononnami nang tu hamu sude na pinarsangapan ala ni rade ni rohamuna mangalehon pangurupion i. Sai dipargogoi Tuhanta ma hita patupahon ulaonta i jala dipasu-pasu ulaon i. Botima

Setelah selesai semua pembicaraan pada martonggo raja, biasanya suhut melakukan pangampuon kepada seluruh undangan yang datang dengan ungkapan berikut ini :

Kepada semua undangan yang kami hormati, marilah kita mengucap syukur dan terimakasih kepada Tuhan yang memberikan kasih karunianya kepada kita semua terlebih kepada kalian semua atas partisipasi, kehadiran tenaga dan pikiran untuk pelaksanaan adat nantinya, kiranya Tuhanlah yang

Dokumen terkait