• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap tahap dalam bedah ortognatik: 1. Pra bedah ortodontik

Pada tahap ini, gigi secara ortodontik akan diposisikan pada tempat yang baru sehingga akan beroklusi satu dengan lainnya ketika dilakukan pembedahan posisi rahang. Tahap perawatan pra bedah ortodontik ini biasanya berlangsung selama 6-18 bulan. Pasien memakai kawat gigi dan dilakukan perawatan kontrol ke dokter gigi. Karena gigi dipindahkan posisinya, maka biasanya setelah dilakukan pembedahan, pasien mengeluh gigitannya semakin buruk selama proses pengobatan. Padahal itu hanyalah masalah kebiasaan dalam oklusi gigi. 21

2. Catatan sebelum pembedahan

Saat perawatan pra bedah ortodonti mendekati penyelesaian, ahli bedah mulut dan maksilofasial membuat persiapan akhir untuk prosedur operasi. Dokter bedah menggunakan sinar x baru, model gigi serta rahang untuk mensimulasikan penyelesaian gerakan bedah rahang dan mengantisipasi hasil perawatan. Ketika tim mengatakan bahwa gigi berada dalam posisi pra bedah yang benar, maka bedah ortognatik akan dijadwalkan.21

3. Persiapan bedah ortognatik

Sebelum bedah dilaksanakan, pasien akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan bahwa pasien berada dalam kesehatan yang baik secara keseluruhan.

Suplemen makanan dan olahraga tertentu dapat ditentukan untuk mencapai kesehatan optimal, sehingga penyembuhan setelah bedah akan lancar.21

Bedah ortognatik biasanya dilakukan dengan anestesi umum dengan endotracheal breathing tube yang dilewatkan melalui hidung sehingga ahli anestesi dapat mengontrol pernafasan pasien selama pasien tidak sadar. Juga dilakukan pemasangan nasogastric tube yang dipasang melewati hidung sampai ke dalam lambung guna pemberian makanan pasca bedah.

4. Prosedur bedah ortognatik

Untuk memperbaiki hipoplasia maksila akibat perbaikan celah palatum sebagian operator menggunakan teknik Le Fort I. Prosedur ini dilakukan dengan melakukan insisi bevel 3-4 mm diatas pertemuan mukosa bergerak dan tak bergerak, memanjang dari arah sirkumferensial dari sisi mesial gigi molar pertama. Periosteum diinsisi dan flap diangkat ke superior agar foramen infraorbital terlihat. Pembuatan saluran di subperiosteal bilateral hingga mencapai sutura pterygomaxillaris akan membentuk batas posterior pembedahan, sementara dibagian anterior, bagian inferior dari arpertura piriformis dan spina nasalis akan terbuka. Dengan menggunakan bur gigi, dibuat garis osteotomi bilateral dari sutura pterygomaxillaris hingga ke tepi lateral arpertura piriformis pada bidang sebelah superior apeks akar sedikitnya 7-8 mm. Melalui garis osteotomi kedua yang diukur secara hati-hati dari garis pertama, diambil tulang dalam bentuk segitiga simetris pada kedua sisi (ostektomi) agar peninggian posterior atau pergeseran segmen ke superior dapat dikontrol. Sutura pterygomaxillaris dibagi secara bilateral dengan osteotom dan kartilago serta septum tulang hidung dipisahkan oleh palatal. Setelah pembagian transal bilateral dari

dinding nasal lateral, segmen maksila diturunkan. Sehingga aspek inferior dari hidung dan atap antrum akan terlihat, sementara segmen dibawahnya akan memperlihatkan lantai atau dasar antrum dan nasal.25

Setelah dilakukan “down fracture” dari segmen premaksila yang masih berada pada posisi protrusi ke arah palatal, lalu mukosa pada kedua sisi premaksila diinsisi pada bagian pinggir, demikian pula pada daerah kedua sisi dari palatum yang berada berdekatan dengan premaksila tadi. Kemudian dilakukan pergeseran palatum pada kedua sisi ke arah lateral dan ke arah premaksila.

Setelah palatum/maksila dan premaksila berada pada posisi yang baru sehingga hubungannya dengan mandibula berada pada oklusal yang baru, yang tidak mempunyai kontak prematur posterior, lalu segmen maksila dengan premaksila distabilisasi dalam posisinya dengan menggunakan transosseus wiring atau fiksasi skeletal internal, ditambah dengan fiksasi maksilomandibula. Dalam kasus tertentu, fiksasi dengan menggunakan osteosintesis kaku (plat pengadaptasi) dapat membuat fiksasi maksilomandibula tidak diperlukan lagi atau dipersingkat lama pemakaiannya. Setelah kedua segmen premaksila dan maksila berada pada posisi oklusi yang tepat dengan mandibula, dilakukan penjahitan pada sisi yang dilakukan insisi tadi. Setelah irigasi dan pemeriksaan ulang, penutupan pada teknik Le Fort I dilakukan dengan jahitan bersambung menggunakan benang yang dapat diabsorbsi.25

Gambar 5a. Pasien dengan celah palatum bilateral

sebelum reposisi(Diego F. Wyszynski, Cleft lip and palate, Oxford University Press, 2002, hal. 343)

Gambar 5b. Pandangan arah palatal sebelum

penutupan celah(Diego F. Wyszynski, Cleft lip and palate, Oxford University Press, 2002, hal. 343)

Gambar 6. Insisi Le Fort I dalam tiga segmen (Diego F. Wyszynski,

Cleft lip and palate, Oxford University Press, 2002, hal. 343)

Gambar 7. Premaksilari osteotomi dari sisi palatal

(Diego F. Wyszynski, Cleft lip and palate, Oxford University Press, 2002, hal. 343)

Gambar 8. Penutupan hidung sisi fistula dan penambahan sisi

mukosa oral (Diego F. Wyszynski, Cleft lip and palate, Oxford University Press, 2002, hal. 343)

Gambar 9. Penutupan luka (Diego F. Wyszynski, Cleft lip and palate, Oxford University Press, 2002, hal. 343)

Gambar 10a. Celah palatum setelah reposisi

(Diego F. Wyszynski, Cleft lip and palate, Oxford University Press, 2002, hal. 343)

Gambar 10b. Pandangan arah palatal

sesudah penutupan celah

(Diego F. Wyszynski, Cleft lip and palate, Oxford University Press, 2002, hal. 343)

5. Tahap pasca bedah

Segera setelah operasi pasien dirawat di ruang pemulihan sampai pengaruh anestesi umum memudar. Obat-obatan dan nutrisi yang dibutuhkan dimasukkan ke dalam tubuh melalui intravena pada lengan dan nasogastric tube sampai pasien dapat memakan makanan yang cukup melalui mulut. Perban elastik digunakan pada wajah untuk mengurangi pembengkakan. Pendarahan minor juga mungkin akan terlihat setelah bedah. Jika bedah rahang atas telah dilakukan, kadang darah mengalir dari hidung yang akan berhenti dalam waktu 24 jam. Kemungkinan akan terjadi pembengkakan sementara di bibir, pipi, dan hidung. Ini merupakan respon penyembuhan normal dan akan hilang setelah seminggu atau lebih. Sensasi karena obat yang digunakan dapat menyebabkan mual dan muntah.

Untuk membantu penyembuhan, rahang pasien dicegah untuk bergerak dengan menggunakan alat-alat fiksasi. Selama masa penyembuhan, pasien dapat mengkonsumsi makanan cair yang mengakibatkan kehilangan berat badan, tetapi hal ini dapat kembali setelah masa fiksasi berakhir.

Kebersihan mulut pasien harus diperhatikan. Pasien harus rajin menyikat gigi dengan benar. Apabila pasien mengalami kesulitan dalam menggunakan sikat gigi dewasa, maka pada awalnya dapat menggunakan sikat gigi bayi. Pasien harus menyikat gigi dan mencuci mulut dengan obat kumur untuk mulut dan meningkatkan pembengkakan wajah.24

Penyembuhan awal pasca bedah memerlukan waktu enam minggu tapi selesainya proses penyembuhan memakan waktu hingga 9-12 bulan. Selama periode ini pasien diharuskan untuk mengunjungi dokter bedah dan gigi secara teratur.

Selama periode ini kesehatan mulut harus dijaga secara ketat dan kawat dikeluarkan enam atau delapan bulan setelah bedah. Ahli ortodonti biasanya melakukan tahap pasca bedah perawatan ortodonti 4-8 minggu setelah bedah untuk menentukan gigitan yang tepat. Dalam kebanyakan kasus, kawat dikeluarkan dalam waktu enam sampai dua belas bulan setelah bedah. Untuk fungsi bicara, bedah ortognatik tidak memberi pengaruh yang signifikan dan tidka mempengaruhi kualitas vocal atau pengucapan huruf secara permanen.

Dokumen terkait