Bab 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi
2.2. Tahapan Pengembangan Sanitasi
Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan tujuan dan sasaran
pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten
Pasaman Barat. Kabupaten Pasaman Barat merumuskan strategi layanan sanitasi didasarkan
pada isu-isu utama / strategis yang dihadapi pada saat ini.
2.2.1. Tahapan Pengembangan Sanitasi Sektor Air Limbah Domestik
Pada umumnya seluruh limbah domestik dibuang langsung ke dalam badan sungai atau
sembarang tempat yang tidak bertuan dan tanpa didahului pengolahan walaupun sederhana.
Padahal limbah domestik mengandung campuran unsur unsur yang sangat kompleks
(Sudarmadji, 1995). Kehadiran bahan pencemar di dalam badan air ada yang secara langsung
dapat diketahui tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti timbulnya busa, warna
dan bau yang tidak sedap (Suriawiria, 1996). Akibat kepadatan penduduk, seringkali ditemukan
letak lobang-lobang pembuangan (WC) sangat berdekatan dengan sumber air (misal: sumur),
yang tentu saja tak memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan bagi masyarakat penghuninya.
Beberapa penelitian membuktikan banyaknya kandungan bakteri Ecoli yang berasal dari
kotoran manusia telah mencemari badan air (terutama permukaan) dan media tanah,
penyebab pokok penyakit-penyakit amoebiasis.
Cakupan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Pasaman Barat berdasarkan data
dari Dinas Pekerjaan Umum dapat digambarkan sebagai berikut : Sistem pengelolaan air
limbah di Kabupaten Pasaman Barat masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah
setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di
sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan
membuang limbahnya ke saluran atau sungai.
Melalui Dana APBD Propinsi Sumatera Barat melalui Dinas Prasarana Jalan tata Ruang dan
Permukiman Sumatera Barat telah membangun 1 (satu) Instalasi Pengolajan Lumpur Tinja di
Sukamenanti Kecamatan Pasaman. Pemanfaatan IPLT menunggu pengadaan 1 (satu) unit
mobil tinja yang diadakan Tahun 2013 oleh Dinas Pekerjaan Umum Pasaman Barat.
Pengelolaan limbah cair domestik yang ada di Kabupaten Pasaman Barat lebih pada
pemanfaatan sistem setempat (on site system) antara lain black water dan grey water yang
yang dihasilkan langsung di buang ke sungai, lahan terbuka serta ada yang dibuang ke septik
tank kemudian dibuang ke drainase lingkungan.
Bab 2 | 13
Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang
berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat
dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu:
a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system).
b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).
Di beberapa tempat, pada bangunan-bangunan tertentu diwajibkan menyediakan fasilitas
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) seperti: rumah sakit, industri, penginapan dll. Fasilitas
pengolahan ini sangat dibutuhkan untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan hidup.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pengelolaan air limbah karena bagaimanapun
juga masyarakat juga berperan dalam menghasilkan air limbah. Beranekaragam karakter
masyarakat tentu akan berpengaruh terhadap perilakunya dalam pengelolaan air limbah. Hal ini
karena berkaitan dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan yang berpotensi
menimbulkan pencemaran di Kabupaten Pasaman Barat adalah limbah yang berasal dari
rumah tangga
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada
meningkatnya volume pencemar khususnya yang berasal dari buangan domestik, baik air
limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan limbah WC (black water). Sehingga baik dalam
jangka pendek atau menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah
yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kabupaten Pasaman Barat. Di dalam
SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air
limbah (on-site maupun off-site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam
penentuan prioritas tersebut, yaitu : kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau
perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial
atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.
Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem
pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam
beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kabupaten dalam
merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Pasaman
Barat, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off-site system).
Diagram alir proses penetapan sistem dan zona sub sektor air limbah dapat dilihat pada gambar
2.1.a. sebagai berikut :
Bab 2 | 14
Sumber : Petunjuk Praktis Penyusunan SSK, Tahun 2012
Rencana tahapan pengembangan air limbah domestik sistem setempat (on-site system) dan
sistem terpusat (off-site system) dapat diilustrasikan pada peta 2.1a. dan peta 2.1b. sebagai
berikut :
Bab 2 | 15
Peta 2.1.a.
Bab 2 | 16
Peta 2.1.b.
Bab 2 | 17
Dari hasil pentahapan pengelolaan sanitasi sub sektor air limbah di Kabupaten Pasaman barat
serta data kondisi eksisting prasarana dan sarana sanitasi sistem on-site dan off-site, masih 22%
kepala keluarga telah menggunakan jamban keluarga individual (tangki septik) data dari survey
EHRA Kabupaen Pasaman Barat, 8,0% yang menggunakan komunal (MCK, MCK++). Sedangkan
sistem off-site kondisi eksisting masih 0%, informasi lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.2
sebagai berikut :
Tabel 2.2.1. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Pasaman Barat
No. Sistem Cakupan layanan
eksisting* (%)
Target cakupan layanan* (%)
Jangka
pendek
Jangka
menengah
Jangka
panjang
A. Sistem On-site
1. Individual (tangki septik) 22 30 40 60
2. Komunal (MCK, MCK++) 8,0 4 6 10
3. Cubluk dan sejenisnya. 5 4 3 0
4. Tangki septik Komunal 0 5 10 25
B. Sistem Off-site
1. Skala Perkotaan 0 0 0 0
2. Skala Kawasan 0 0 1 2
C. Buang Air Besar
Sembarangan (BABS)** 58,7 50 40 0
Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten pasaman Barat, Tahun 2013.
Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total
penduduk.
Bab 2 | 18
**) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai dll. Termasuk di dalamnya adalah jamban
yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan) atau yang dikenal
juga dengan istilah BABS terselubung. Gunakan data hasil EHRA yang terdapat di dalam Buku
Putih Sanitasi.
Pembagian Zona Sanitasi Sektor Air Limbah Domestik – On Site :
a. Zona I : adalah penyediaan jamban pribadi
b. Zona II : adalah penyediaan jamban pribadi dan komunal (MCK)
c. Zona III : III adalah penyediaan jamban pribadi dan Tangki Septik Komunal
d. Zona IV : adalah penyediaan jamban pribadi, MCK dan Tangki Septik Komunal
Pembagian Zona Sanitasi Sektor Air Limbah Domestik – Off Site :
a. Zona I adalah penyediaan system Off Site skala kawasan
2.2.2. Tahapan Pengembangan Sanitasi Sektor Persampahan
Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Pasaman Barat saat ini dapat dikatakan masih cukup
berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat terutama
masyarakat pedesaan masih menggunakan sistem konvensional yaitu menimbun atau
membakar. Sebaliknya, untuk masyarakat perkotaan sudah menggunakan sistem pengolahan
sampah secara terpusat yang telah difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Pasaman Barat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah setempat. Pengelolaan sampah
terpusat merupakan proses terkoordinasi dari rangkaian panjang pengumpulan sampah,
pengangkutan dan pembuangan di Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Sedangkan pembuangan
sampah setempat dilakukan oleh warga ke permukaan tanah atau ke dalam lubang di setiap
pekarangan rumah. Selanjutnya sampah dibakar atau ditimbun untuk dijadikan pupuk atau
dibiarkan.
Berdasarkan kondisi eksisting diatas, maka dalam penentuan SSK ini dapat ditentukan wilayah
pengembangan pengelolaan persampahan. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan
prioritas tersebut, yaitu: wilayah komersial (CBD)/kawasan strategis Kabupaten Pasaman Barat,
jumlah penduduk eksisting, proyeksi jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk.
Bab 2 | 19
Memperhatikan hal diatas pelayanan kebersihan akan ditingkatkan dalam jangka pendek yaitu
dengan memperluas daerah layanan persampahan dengan armada pengangkut sampah dan
membangun TPA Sampah yang baru untuk melayani Kawasan strategis Kecamatan Pasaman.
Sosialisasi dan stimulasi kepada masyarakat untuk mengolah sampah dengan menerapkan
prinsip-prinsip 3R juga perlu dilakukan dalam jangka pendek. Dengan adanya pengolahan
sampah berbasis Rumah Tangga (RT) dan memperkuat keberadaan Bank Sampah yang dikelola
masyarakat yang nantinya menjadi alternatif dalam meningkatkan pengasilan masyarakat.
Dalam jangka menengah pelayanan kebersihan akan ditingkatkan pada Kawasan Perkotaan dan
Kawasan Strategis Kabupaten Pasaman Barat, dimana perkotaan dan Kawasan Strategis
Kabupaten Pasaman Barat menjadi pusat orientasi pergerakan masyarakat. Dengan demikian
pelayanan persampahan perlu adanya peningkatan terutama penambahan kendaraan
pengangkut sampah.
Gambar 2. 2 Diagram Alir Proses Penetapan Sistem dan Zona
Sektor Persampahan
Bab 2 | 20
Gambar 2. 3 Diagram Alir Proses Penetapan Sistem dan Zona
Subsektor Persampahan
Tabel 2.3. Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Pasaman Barat
No. Sistem
Cakupan
layanan
eksisting* (%)
Cakupan layanan* (%)
Jangka
pendek
Jangka
menengah
Jangka
panjang
A. Penanganan langsung (direct)
1. Kawasan Komersial dan
Permukiman di Perkotaan
19,98 25 40 100
B. Penanganan tidak langsung
(indirect)
1. Kawasan Permukiman di
Perkotaan dan Perdesaan
2,35 5 7,5 20
2. Kawasan Permukiman di
Perdesaan
25,70 40 60 80
Bab 2 | 21
Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total
penduduk perkotaan.
Pembagian Zona Sanitasi Sektor Persampahan :
a. Zona I adalah penanganan sampah secara indifidual
b. Zona II adalah penanganan sampah secara indifidual dan komunal
Bab 2 | 22
Peta 2.2.
Bab 2 | 23
2.2.3 Tahapan Pengembangan Sanitasi Sektor Drainase
Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengendalikan
kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat maupun pengguna jalan serta
dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Saat ini perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali
dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan,
mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir
air dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air
permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai dan membawa dampak rendahnya
kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun, untuk mengalirkan air ke laut.
Dalam penanganan drainase perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat menimbulkan
permasalahan, salah satunya berupa masalah genangan air. Ada beberapa kawasan di
Kabupaten Pasaman Barat terjadi masalah genangan air yang pada umumnya disebabkan
antara lain karena prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya
kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada sistem jaringan saluran
secara keseluruhan yang mengakibatkan hambatan (black-water) dan beban saluran dari
hulunya, tidak menyadari bahwa sistem drainase kawasan harus terpadu dengan sistem badan
air regionalnya (system flood control), kurang menyadari bahwa pemeliharaan (pembersihan
dan perbaikan) saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat penting untuk menurunkan
resiko genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait agar sistem pengaliran air
hujan dapat berjalan dengan baik.
Selain hal diatas, penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai
prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan.
Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air
penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih
banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/alamiah seperti kolam
tandon, waduk lapangan, sumur-sumur resapan, penataan lansekap dan lain-lain.
Berdasarkan hal diatas, maka dalam penentuan SSK ini dapat ditentukan wilayah pengelolaan
drainase. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: wilayah
komersial (CBD), Kawasan Strategis Kabupaten kepadatan penduduk, banjir tahunan dan resiko
kesehatan lingkungan.
Bab 2 | 24
a Zona I adalah sistem drainase dengan pola gravitasi
b. Zona II adalah sistem drainase dengan mengggunakan pompa
c. Zona III adalah gabungan system drainase gravitasi dan pompa
Gambar 2. 4
Diagram Alir Proses Penetapan Sistem dan Zona Sektor Drainase
Bab 2 | 25
Tahapan pengembangan drainase di Kabupaten Pasaman Barat terkait dengan sistem Gravitasi
dan Pompa saluran , dimana kondisi eksisting kawasan perkotaan, cbd dan kawasan strategis
sebesar 30 %, sedangkan kawasan strategis kabupaten dan kawasan rawan bencana besar.
Tabel 2.4.
Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Pasaman Barat
No. Sistem
Cakupan
layanan
eksisting*
(%)
Cakupan layanan* (%)
Jangka
pendek
Jangka
menengah
Jangka
panjang
Gravitasi
1. Kawasan Perkotaan, CBD dan
Kawasan Strategis Kabupaten 30 40 50 100
Pompa
1. Kawasan rawan bencana dan
Kawasan Strategis 0 0 0 100
Gravitasi dan Pompa
1. Kawasan Strategis Kabupaten 0 0 0 100
Bab 2 | 26
Peta 2.3.
Bab 2 | 27
Dalam dokumen
EKSUM (EXECUTIVE SUMMARY)
(Halaman 27-42)