• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Pengembangan Sanitasi

Dalam dokumen EKSUM (EXECUTIVE SUMMARY) (Halaman 27-42)

Bab 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

2.2. Tahapan Pengembangan Sanitasi

Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan tujuan dan sasaran

pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten

Pasaman Barat. Kabupaten Pasaman Barat merumuskan strategi layanan sanitasi didasarkan

pada isu-isu utama / strategis yang dihadapi pada saat ini.

2.2.1. Tahapan Pengembangan Sanitasi Sektor Air Limbah Domestik

Pada umumnya seluruh limbah domestik dibuang langsung ke dalam badan sungai atau

sembarang tempat yang tidak bertuan dan tanpa didahului pengolahan walaupun sederhana.

Padahal limbah domestik mengandung campuran unsur unsur yang sangat kompleks

(Sudarmadji, 1995). Kehadiran bahan pencemar di dalam badan air ada yang secara langsung

dapat diketahui tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti timbulnya busa, warna

dan bau yang tidak sedap (Suriawiria, 1996). Akibat kepadatan penduduk, seringkali ditemukan

letak lobang-lobang pembuangan (WC) sangat berdekatan dengan sumber air (misal: sumur),

yang tentu saja tak memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan bagi masyarakat penghuninya.

Beberapa penelitian membuktikan banyaknya kandungan bakteri Ecoli yang berasal dari

kotoran manusia telah mencemari badan air (terutama permukaan) dan media tanah,

penyebab pokok penyakit-penyakit amoebiasis.

Cakupan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Pasaman Barat berdasarkan data

dari Dinas Pekerjaan Umum dapat digambarkan sebagai berikut : Sistem pengelolaan air

limbah di Kabupaten Pasaman Barat masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah

setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di

sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan

membuang limbahnya ke saluran atau sungai.

Melalui Dana APBD Propinsi Sumatera Barat melalui Dinas Prasarana Jalan tata Ruang dan

Permukiman Sumatera Barat telah membangun 1 (satu) Instalasi Pengolajan Lumpur Tinja di

Sukamenanti Kecamatan Pasaman. Pemanfaatan IPLT menunggu pengadaan 1 (satu) unit

mobil tinja yang diadakan Tahun 2013 oleh Dinas Pekerjaan Umum Pasaman Barat.

Pengelolaan limbah cair domestik yang ada di Kabupaten Pasaman Barat lebih pada

pemanfaatan sistem setempat (on site system) antara lain black water dan grey water yang

yang dihasilkan langsung di buang ke sungai, lahan terbuka serta ada yang dibuang ke septik

tank kemudian dibuang ke drainase lingkungan.

Bab 2 | 13

Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah mempunyai karakteristik yang

berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat

dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu:

a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site system).

b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).

Di beberapa tempat, pada bangunan-bangunan tertentu diwajibkan menyediakan fasilitas

instalasi pengolahan air limbah (IPAL) seperti: rumah sakit, industri, penginapan dll. Fasilitas

pengolahan ini sangat dibutuhkan untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan hidup.

Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pengelolaan air limbah karena bagaimanapun

juga masyarakat juga berperan dalam menghasilkan air limbah. Beranekaragam karakter

masyarakat tentu akan berpengaruh terhadap perilakunya dalam pengelolaan air limbah. Hal ini

karena berkaitan dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan yang berpotensi

menimbulkan pencemaran di Kabupaten Pasaman Barat adalah limbah yang berasal dari

rumah tangga

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada

meningkatnya volume pencemar khususnya yang berasal dari buangan domestik, baik air

limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan limbah WC (black water). Sehingga baik dalam

jangka pendek atau menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah

yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kabupaten Pasaman Barat. Di dalam

SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air

limbah (on-site maupun off-site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam

penentuan prioritas tersebut, yaitu : kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau

perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial

atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.

Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem

pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam

beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kabupaten dalam

merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Pasaman

Barat, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off-site system).

Diagram alir proses penetapan sistem dan zona sub sektor air limbah dapat dilihat pada gambar

2.1.a. sebagai berikut :

Bab 2 | 14

Sumber : Petunjuk Praktis Penyusunan SSK, Tahun 2012

Rencana tahapan pengembangan air limbah domestik sistem setempat (on-site system) dan

sistem terpusat (off-site system) dapat diilustrasikan pada peta 2.1a. dan peta 2.1b. sebagai

berikut :

Bab 2 | 15

Peta 2.1.a.

Bab 2 | 16

Peta 2.1.b.

Bab 2 | 17

Dari hasil pentahapan pengelolaan sanitasi sub sektor air limbah di Kabupaten Pasaman barat

serta data kondisi eksisting prasarana dan sarana sanitasi sistem on-site dan off-site, masih 22%

kepala keluarga telah menggunakan jamban keluarga individual (tangki septik) data dari survey

EHRA Kabupaen Pasaman Barat, 8,0% yang menggunakan komunal (MCK, MCK++). Sedangkan

sistem off-site kondisi eksisting masih 0%, informasi lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.2

sebagai berikut :

Tabel 2.2.1. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Pasaman Barat

No. Sistem Cakupan layanan

eksisting* (%)

Target cakupan layanan* (%)

Jangka

pendek

Jangka

menengah

Jangka

panjang

A. Sistem On-site

1. Individual (tangki septik) 22 30 40 60

2. Komunal (MCK, MCK++) 8,0 4 6 10

3. Cubluk dan sejenisnya. 5 4 3 0

4. Tangki septik Komunal 0 5 10 25

B. Sistem Off-site

1. Skala Perkotaan 0 0 0 0

2. Skala Kawasan 0 0 1 2

C. Buang Air Besar

Sembarangan (BABS)** 58,7 50 40 0

Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten pasaman Barat, Tahun 2013.

Keterangan:

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total

penduduk.

Bab 2 | 18

**) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai dll. Termasuk di dalamnya adalah jamban

yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan) atau yang dikenal

juga dengan istilah BABS terselubung. Gunakan data hasil EHRA yang terdapat di dalam Buku

Putih Sanitasi.

Pembagian Zona Sanitasi Sektor Air Limbah Domestik – On Site :

a. Zona I : adalah penyediaan jamban pribadi

b. Zona II : adalah penyediaan jamban pribadi dan komunal (MCK)

c. Zona III : III adalah penyediaan jamban pribadi dan Tangki Septik Komunal

d. Zona IV : adalah penyediaan jamban pribadi, MCK dan Tangki Septik Komunal

Pembagian Zona Sanitasi Sektor Air Limbah Domestik – Off Site :

a. Zona I adalah penyediaan system Off Site skala kawasan

2.2.2. Tahapan Pengembangan Sanitasi Sektor Persampahan

Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Pasaman Barat saat ini dapat dikatakan masih cukup

berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat terutama

masyarakat pedesaan masih menggunakan sistem konvensional yaitu menimbun atau

membakar. Sebaliknya, untuk masyarakat perkotaan sudah menggunakan sistem pengolahan

sampah secara terpusat yang telah difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Pasaman Barat dilakukan dengan dua cara yaitu

pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah setempat. Pengelolaan sampah

terpusat merupakan proses terkoordinasi dari rangkaian panjang pengumpulan sampah,

pengangkutan dan pembuangan di Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Sedangkan pembuangan

sampah setempat dilakukan oleh warga ke permukaan tanah atau ke dalam lubang di setiap

pekarangan rumah. Selanjutnya sampah dibakar atau ditimbun untuk dijadikan pupuk atau

dibiarkan.

Berdasarkan kondisi eksisting diatas, maka dalam penentuan SSK ini dapat ditentukan wilayah

pengembangan pengelolaan persampahan. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan

prioritas tersebut, yaitu: wilayah komersial (CBD)/kawasan strategis Kabupaten Pasaman Barat,

jumlah penduduk eksisting, proyeksi jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk.

Bab 2 | 19

Memperhatikan hal diatas pelayanan kebersihan akan ditingkatkan dalam jangka pendek yaitu

dengan memperluas daerah layanan persampahan dengan armada pengangkut sampah dan

membangun TPA Sampah yang baru untuk melayani Kawasan strategis Kecamatan Pasaman.

Sosialisasi dan stimulasi kepada masyarakat untuk mengolah sampah dengan menerapkan

prinsip-prinsip 3R juga perlu dilakukan dalam jangka pendek. Dengan adanya pengolahan

sampah berbasis Rumah Tangga (RT) dan memperkuat keberadaan Bank Sampah yang dikelola

masyarakat yang nantinya menjadi alternatif dalam meningkatkan pengasilan masyarakat.

Dalam jangka menengah pelayanan kebersihan akan ditingkatkan pada Kawasan Perkotaan dan

Kawasan Strategis Kabupaten Pasaman Barat, dimana perkotaan dan Kawasan Strategis

Kabupaten Pasaman Barat menjadi pusat orientasi pergerakan masyarakat. Dengan demikian

pelayanan persampahan perlu adanya peningkatan terutama penambahan kendaraan

pengangkut sampah.

Gambar 2. 2 Diagram Alir Proses Penetapan Sistem dan Zona

Sektor Persampahan

Bab 2 | 20

Gambar 2. 3 Diagram Alir Proses Penetapan Sistem dan Zona

Subsektor Persampahan

Tabel 2.3. Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Pasaman Barat

No. Sistem

Cakupan

layanan

eksisting* (%)

Cakupan layanan* (%)

Jangka

pendek

Jangka

menengah

Jangka

panjang

A. Penanganan langsung (direct)

1. Kawasan Komersial dan

Permukiman di Perkotaan

19,98 25 40 100

B. Penanganan tidak langsung

(indirect)

1. Kawasan Permukiman di

Perkotaan dan Perdesaan

2,35 5 7,5 20

2. Kawasan Permukiman di

Perdesaan

25,70 40 60 80

Bab 2 | 21

Keterangan:

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total

penduduk perkotaan.

Pembagian Zona Sanitasi Sektor Persampahan :

a. Zona I adalah penanganan sampah secara indifidual

b. Zona II adalah penanganan sampah secara indifidual dan komunal

Bab 2 | 22

Peta 2.2.

Bab 2 | 23

2.2.3 Tahapan Pengembangan Sanitasi Sektor Drainase

Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengendalikan

kelebihan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat maupun pengguna jalan serta

dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Saat ini perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali

dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan,

mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir

air dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air

permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai dan membawa dampak rendahnya

kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun, untuk mengalirkan air ke laut.

Dalam penanganan drainase perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat menimbulkan

permasalahan, salah satunya berupa masalah genangan air. Ada beberapa kawasan di

Kabupaten Pasaman Barat terjadi masalah genangan air yang pada umumnya disebabkan

antara lain karena prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya

kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada sistem jaringan saluran

secara keseluruhan yang mengakibatkan hambatan (black-water) dan beban saluran dari

hulunya, tidak menyadari bahwa sistem drainase kawasan harus terpadu dengan sistem badan

air regionalnya (system flood control), kurang menyadari bahwa pemeliharaan (pembersihan

dan perbaikan) saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat penting untuk menurunkan

resiko genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait agar sistem pengaliran air

hujan dapat berjalan dengan baik.

Selain hal diatas, penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai

prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan.

Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air

penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih

banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/alamiah seperti kolam

tandon, waduk lapangan, sumur-sumur resapan, penataan lansekap dan lain-lain.

Berdasarkan hal diatas, maka dalam penentuan SSK ini dapat ditentukan wilayah pengelolaan

drainase. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: wilayah

komersial (CBD), Kawasan Strategis Kabupaten kepadatan penduduk, banjir tahunan dan resiko

kesehatan lingkungan.

Bab 2 | 24

a Zona I adalah sistem drainase dengan pola gravitasi

b. Zona II adalah sistem drainase dengan mengggunakan pompa

c. Zona III adalah gabungan system drainase gravitasi dan pompa

Gambar 2. 4

Diagram Alir Proses Penetapan Sistem dan Zona Sektor Drainase

Bab 2 | 25

Tahapan pengembangan drainase di Kabupaten Pasaman Barat terkait dengan sistem Gravitasi

dan Pompa saluran , dimana kondisi eksisting kawasan perkotaan, cbd dan kawasan strategis

sebesar 30 %, sedangkan kawasan strategis kabupaten dan kawasan rawan bencana besar.

Tabel 2.4.

Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Pasaman Barat

No. Sistem

Cakupan

layanan

eksisting*

(%)

Cakupan layanan* (%)

Jangka

pendek

Jangka

menengah

Jangka

panjang

Gravitasi

1. Kawasan Perkotaan, CBD dan

Kawasan Strategis Kabupaten 30 40 50 100

Pompa

1. Kawasan rawan bencana dan

Kawasan Strategis 0 0 0 100

Gravitasi dan Pompa

1. Kawasan Strategis Kabupaten 0 0 0 100

Bab 2 | 26

Peta 2.3.

Bab 2 | 27

Dalam dokumen EKSUM (EXECUTIVE SUMMARY) (Halaman 27-42)

Dokumen terkait