• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAPAN PENGUMPULAN DATA

Dalam dokumen USAT Liberty Tulamben Ancaman Lingkungan (Halaman 64-69)

CAGAR BUDAYA BAWAH AIR Oleh Yadi Mulyad

B. TAHAPAN PENGUMPULAN DATA

Secara umum tahapan pengumpulan data meliputi dua hal yaitu pengumpulan data pustaka dan pengumpulan data lapangan. Pengumpulan data pustaka sangat penting dalam kegiatan penanganan cagar budaya bawah air, karena dari aktifitas ini dapat dirancang strategi yang tepat untuk pengumpulan data di lapangan. Berikut di bawah ini uraian terkait dengan kegiatan pengumpulan data.

1. Pengumpulan Data Pustaka

Pengumpulan data pustaka atau disebut juga literature studies,

dapat dilakukan dengan cara mencari

data tertulis yang berhubungan dengan objek atau situs yang diteliti. Data tertulis yang dimaksud berupa arsip- arsip, buku-buku, majalah, artikel, peta dan manifes kapal serta laporan penelitian. Data pustaka juga bisa berupa sumber online yang diperoleh melalui penelusuran di Internet. Selain itu, penting juga untuk mengumpulkan data terkait dengan iklim, cuaca dan hidrologi serta aspek perairan dan aspek sosial budaya di daerah yang akan disurvei. Dalam prosedur kerja pengumpulan data pustaka, hal penting yang dilakukan adalah pengelolaan data pustaka, dalam artian suatu proses untuk mengelola data menjadi informasi yang dapat dipergunakan untuk memudahkan proses penelitian yang akan dilakukan.

Proses pengelolaan data pustaka ini meliputi identifikasi data pustaka, pengklasifikasian atau pengelompokan data pustaka dan pengolahan data pustaka. Hasil akhir dari pengolahan data pustaka ini yang menjadi informasi dalam bentuk database atau sistem informasi yang terkait dengan objek penanganan cagar budaya bawah air. Dengan adanya database ini, maka kita dimudahkan dalam merancang strategi

penanganan cagar budaya bawah air yang tepat termasuk pemilihan tim peneliti, maupun metode survei dalam pengumpulan data lapangan.

2. Pengumpulan Data Lapangan atau Survei

Pengumpulan data lapangan dalam kegiatan penanganan cagar budaya bawah air, khususnya metode pengumpulan dan perekaman data meliputi beberapa hal yaitu; pencarian lokasi situs, penentuan titik situs, penandaan situs, dan identifikasi serta pendeskripsian situs cagar budaya bawah air.

a. Pencarian Situs

Kegiatan pencarian situs pada dasarnya adalah kegiatan survei untuk mencari lokasi situs cagar budaya bawah air. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk menindaklanjuti informasi tentang keberadaan situs cagar budaya bawah air yang diperoleh dari penelusuran data pustaka. Dalam teknis operasionalnya, informasi dari data pustaka bisa dipadukan dengan data hasil wawancara dari pihak-pihak yang memiliki informasi terkait dengan situs tersebut.

Adapun teknik kegiatan pencarian situs cagar budaya bawah air ini dapat dilakukan dengan sistem banjar linier dan sistem banjar melingkar. Pencarian situs dengan sistem banjar linier diterapkan untuk area survei yang memiliki tingkat kejernihan air yang tinggi dan dapat diamati langsung dari permukaan air. Teknik ini dilakukan dengan cara para penyelam sekaligus peneliti menempatkan diri pada jarak tertentu kemudian bergerak bersama-sama ke satu arah dalam satu garis lurus sampai pada batas yang ditentukan.

Sedangkan sistem banjar melingkar dapat dilakukan pada perairan yang memiliki jarak pandang yang pendek akibat tingkat kejernihan air yang kurang baik. Adapun caranya yaitu para penyelam menempatkan diri pada jarak tertentu, kemudian dengan cara berbanjar melakukan pencarian dengan mengelilingi suatu titik yang telah ditentukan, dengan membentuk radius pengamatan yang semakin lama semakin membesar.

Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pencarian situs ini adalah, memastikan luasan areal situs yang di survei, sehingga

dapat memperbesar peluang untuk memperoleh titik situs yang tepat. Kedua kerjasama tim dan alokasi waktu survei yang direncanakan dengan matang. Hal ini perlu dilakukan karena adanya keterbatasan waktu dan situasi yang serba terbatas di kegiatan penelitian arkeologi bawah air, sehingga optimalisasi waktu survei menjadi penting untuk diterapkan.

b. Penentuan Titik

Aktifitas pencarian situs, dilanjutkan dengan penentuan situs, dimana setelah situs ditemukan termasuk area sebaran tinggalan

cagar budaya bawah air, situs tersebut kemudian ditentukan titiknya. Penentuan titik situs pada dasarnya adalah upaya penentuan letak astronomik situs. Adapun cara yang dilakukan yaitu dengan teknik baringan kompas dan plotting asrtonomic. Teknik baringan kompas dilakukan dengan cara menarik dua buah garis dengan azimut tertentu dari dua titik pada fitur darat yang telah dibidik dengan menggunakan kompas, teknik ini dilakukan terhadap lokasi yang jauh dari pantai. Fitur darat yang biasa digunakan biasanya berupa perbukitan, puncak gunung,

Gambar 1.

celah gunung dan semenanjung dan sebagainya.

Sedangkan plotting astronomik dilakukan terhadap lokasi yang berda di laut lepas dimana garis pantai tidak kelihatan. Di era sekarang penentuan titik situs dapat dilakukan secara efektif dengan menggunakan GPS (Global Position System). Hasil dari penentuan

titik situs ini kemudian ditindaklanjuti dengan memindahkan titik tersebut pada peta yang sesuai. Adapun di area yang disurvei perlu juga diberikan tanda khusus yang memudahkan kita dalam mengidentifikasi area situs arkeologi bawah air yang menjadi objek penelitian.

Gambar 2.

c. Penandaan Lokasi

Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk memberi tanda di permukaan air terhadap lokasi tinggalan cagar budaya bawah air sehingga nantinya akan mudah untuk ditemukan kembali. Biasanya, tanda tersebut berupa pelampung atau sesuatu yang mengapung yang dipasangkan dengan tali ke lokasi tinggalan. Hal yang perlu diperhatikan, yaitu memilih media yang tepat sebagai tanda situs, termasuk di dalamnya memperhatikan aspek kondisi dari perairan di lokasi

survei tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar tanda tersebut dapat bertahan dan tidak mengalami pergeseran atau pindah karena faktor terbawa arus atau mengalami kerusakan.

d. Identifikasi dan Deskripsi Temuan

Pada prinsipnya, proses identifikasi dan pendeskripsian dalam penanganan cagar budaya bawah air sama dengan penanganan cagar budaya di darat. Tetapi karena dilakukan di lingkungan air maka, setiap tim peneliti

Gambar 3. Penentuan Titik Situs Cagar Budaya Bawah Air dengan GPS (sumber Nautical Archaeology Society)

harus memlikii kemampuan menyelam dan didukung dengan peralatan selam yang memungkinkan tim beraktifitas di dalam lingkungan air atau di bawah air. Oleh karena itu kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan peralatan Scuba Dive sesuai dengan pembagian tugas yang telah ditetapkan.

Adapun aktifitas yang dilakukan berupa penjaringan data sesuai dengan yang dibutuhkan peneliti; baik dengan pengambilan gambar seperti, pembuatan sketsa, pengukuran dan pengambilan foto dengan menggunakan kamera bawah air maupun dengan pendeskripsian atau pencatatan terhadap semua hal yang memiliki kaitan dengan tinggalan cagar budaya bawah air. Inti dari proses identifikasi dan pendeskripsian ini adalah perekaman data. Hal paling penting dalam perekaman data yaitu,

provenience atau tiga dimensi keletakan dalam arkeologi yang meliputi dimensi bentuk, ruang dan waktu.

Dalam dokumen USAT Liberty Tulamben Ancaman Lingkungan (Halaman 64-69)

Dokumen terkait