• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Persalinan 1. Pengertian

5. Tahapan Persalinan

a. Kala I (Pembukaan).

Pasien dikatakan dalam tahap persalina kala 1 jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selam 40 detik. Kala 1 adalah pembukan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi

menjadi 2 fase yaitu fase laten (8 jam) diman serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his,kala berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient ( ibu yang sedang bersalin ) masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala 1 untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap bisa diperkirakan.

b. Kala II (Pengeluaran Bayi).

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah dengan kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga keluar. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam multigravida. Diagnosa persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :

1. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik.

2. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

3. Ketuban pech pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.

4. Dua kekuatan yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu suboksiput bertindak sebagai hipomochlion , berturut - turut lahir ubun-ubun besar ,dahi, hidung, dan muka, serta kepala seluruhnya.

5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar , yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

6. Setelah putaran paksi luar berlangsung , maka persalinan bayi ditolong dengan jalan berikut :

a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagukemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang. b. Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikai untuk melahirkan

sisa badan bayi.

c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.

3). Kala III (Pelepasan Plasenta).

Kala III adalah waktu untuk pelesan dan pengeluaran plasenta. Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus , maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch. Lepasnya plasenta sudah dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tandan-tanda sebagai berikut :

(1). Uterus menjadi berbentuk bundar.

(2). Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.

(3). Tali pusat bertambah panjang. (4). Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uterus.

Sebab-sebab terlepasnya plasenta

(a) Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan organ dengan dinding yang tebal dan rongganya hampir tidak ada. Posisi fundus uterus turun sedikit dibawah pusat, karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat perlekatan plasenta juga sangat mengecil. Plasenta harus mengikuti proses pengecilan ini hingga tebalnya menjadi dua kali lipat dari pada permulaan persalinan, dan karena pengecilan tempat perlekatannya maka plasenta menjadi berlipat-lipat pada bagian yang terlepas dari dinding rahim katrena tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya. Jadi faktor yang paling penting dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi uterus setelah anak lahir.

(b) Di tempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua basalis terjadi perdarahan, karena hematom ini

membesar maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom tersebut sehingga daerah pelepasan meluas. 4). Kala IV (Observasi)

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

(1). Tingkat kesadaran pasien

(2).Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, dan pernafasan

(3). kontraksi uterus

(4). Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Sulistyawati, 2010).

Pada persalinan dapat tejadinya persalinan dengan ketuban pecah dini, penatalaksanaan persalinan ketuban pecah dini meliputi:

1. Konservatif

a. Rawat di rumah sakit

b. Beri antibiotika : bila ketuban pecah > 6 jam berupa: Ampisillin4 x 500 mg atau Gentamycin 1 x 80 mg.

c. Umur kehamilan <32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Bila usia kehamilan 32-34 minggu,masih keluar air ketuban,maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan

untuk terminasi kehamilan (hal sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature).

e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu,leukosit,tanda-tanda infeksi intrauterine)

f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu,berikan st.eroid selama untuk memacu kematangan paru-paru janin. 2. Aktif

Kehamilan > 35 minggu : induksi oksitosin,bila gagal dilakukan seksio sesaria.

Cara induksi : 1 ampul syntocinon dalam dektrose 5 %,dimulai 4 tetes/menit,1/4 jam dinaikan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit.

a. Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan seksio sesaria. b. Bila ada tanda-tanda infeksi : beri antiobiyikadosis tinggi

dan persalinan diakhiri (Nugroho, 2012;h. 55).

Pada persalinan dengan ketuban pecah dini sering terjadi persalinan prematur atau persalinan kurang bulan,Persalinan prematur adalah persalinan belum cukup umur dibawah 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram.

Persalinan prematur disebabkan oleh faktor kehamilan (perdarahan antepartum, hamil usia muda,grandemultipara, dan interval pendek, ketuban pecah dini, kehamilan anatomi uterus, idiopatik dengan meningkatnya reseptor, preeklamspsia/eklamsia) atau faktor individu sosial ekonomi rendah (kerja keras dalam keadaan hamil tua, gizi kurang dan

anemia),penyakit sistemik (paru, jantung, hati diabetes melitus, hipertensi, dan infeksi organ vital) dan infeksi kehami lan(korioamnionitis, servisitis, dan inspeksi plasenta.

Dokumen terkait