• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

A. Tahapan Persiapan

KONSEP DASAR , STRA TEGI DAN MEKANISME LANGKAH-L ANGKAH PEL AKSANAAN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PENANGANAN PENDIDIKAN ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI KERJASAMA MULTIPIHAK 13

BAB III

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

A. Tahapan Persiapan

1. Pembentukan Tim Kerja Pendidikan

Pembentukan Tim Kerja Pendidikan tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan ini merupakan salah satu bentuk kerjasama multipihak dalam penyelenggaraan pendidikan, dan secara khusus dalam hal ini untuk melakukan penanganan putus sekolah pendidikan dasar. Ada dua bentuk Tim Kerja Pendidikan yang dapat dibentuk, yaitu Tim Pengembangan Pendidikan Kecamatan (TPPK) dan Bina Keluarga Remaja (BKR). TPPK dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan bertugas melakukan koordinasi penanganan anak putus sekolah di tingkat kecamatan. TPPK terdiri dari unsur-unsur pemerintah kecamatan, UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Pendidikan, pengawas sekolah, kepala sekolah, komite sekolah, Dewan Pendidikan, lembaga pendidikan negeri dan swasta, dan organisasi/ kelompok lain yang memiliki kepedulian pada pendidikan di wilayah kecamatan bersangkutan.

Tim BKR bekerja pada tingkat desa/kelurahan dengan memberikan penanganan langsung kepada keluarga yang memiliki anak putus sekolah. Tim BKR terdiri dari kader-kader remaja serta didukung oleh Kepala Desa/Lurah, kepala lingkungan, ketua dasawisma, ketua rukun tetangga, tokoh masyarakat dan agama. Tugas utama Tim BKR adalah memberikan konsultasi dan pembinaan pada anak putus sekolah dan orang tua/walinya. Pembinaan difokuskan pada masalah mental dan sosial anak yang bersangkutan yang seringkali menyebabkan anak malas kembali ke sekolah, walaupun telah diberi dukungan pembiayaan. 2. Pendataan Anak Putus Sekolah Pendidikan Dasar

Pendataan anak putus sekolah dilakukan oleh Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, TPPK dan BKR dengan dukungan pemerintah kecamatan dan kelurahan. Sebagai tambahan referensi adalah data-data yang telah dikumpulkan oleh instansi atau organisasi

Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah penanganan pendidikan untuk anak putus sekolah pendidikan dasar dengan pendekatan multipihak yang dilakukan dua daerah mitra kerja Proyek BASICS. Langkah-langkah yang dijabarkan dalam bagian ini selalu dapat dikembangkan sesuai kebutuhan,

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS

PENANGANAN PENDIDIKAN ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI KERJASAMA MULTIPIHAK

14

dan kelompok lainnya. Sasaran pendataan adalah anak putus sekolah usia pendidikan dasar 7 sampai 15 tahun.

Pendataan dilakukan dengan survei langsung ke masyarakat dengan mendatangi setiap rumah penduduk yang diketahui mempunyai anak usia sekolah pendidikan dasar. Dalam proses pendataan anak putus sekolah pendidikan dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bersama Kantor Kemenetrian Agama bertugas untuk:

a) menyiapkan anggaran;

b) menyiapkan format-format yang dibutuhkan dalam pendataan; c) melakukan pelatihan bagi petugas pendataan;

d) melakukan analisa hasil pendataan; dan e) melakukan pengelolaan data.

Data atau informasi yang dikumpulkan dalam pendataan ini adalah: a) identitas anak putus sekolah (nama, usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, alamat tempat tinggal, pekerjaan, kondisi fisik dan mental);

b) identitas orang tua/wali anak putus sekolah (nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, jumlah anggota keluarga, kondisi ekonomi, bantuan yang pernah diterima); c) faktor-faktor penyebab anak putus sekolah (diusahakan untuk

mengungkapkan faktor-faktor penting selain “alasan klasik” yaitu “kurang biaya” atau “anak perlu bantu-bantu orang tua”) karena data ini akan membantu mencari solusi yang paling tepat; dan

d) intervensi atau penanganan yang sudah pernah dilakukan sebelumnya untuk mengembalikan anak ke sekolah (oleh orang tua/wali, sekolah, pemerintah setempat, pihak-pihak lain);

Hasil pendataan yang dilakukan di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan kemudian dikirimkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota untuk dilakukan analisa. Pengumpulan data anak putus sekolah sebaiknya dilakukan setiap tahun agar selalu didapatkan data yang mutakhir. Apabila diperlukan, pendataan dapat diperluas pada anak-anak yang terancam (beresiko tinggi) putus sekolah. Data ini bisa didapatkan dari pihak sekolah, karena umumnya pihak sekolah mengetahui siswa yang sudah tidak lagi masuk sekolah selama kurun waktu tertentu sehingga dikhawatirkan akan putus sekolah.

Dari hasil pendataan yang dilakukan akan dapat diketahui dan dianalisa: a) jumlah seluruh anak putus sekolah di Kabupaten/Kota; b) faktor –faktor utama penyebab putus sekolah;

MENGAP A, UNTUK AP A, DAN UNTUK SIAP A P ANDU AN INI DIBU AT? KONSEP DASAR , STRA TEGI DAN MEKANISME LANGKAH-L ANGKAH PEL AKSANAAN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PENANGANAN PENDIDIKAN ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI KERJASAMA MULTIPIHAK 15

c) sebaran atau lokasi anak-anak putus sekolah, termasuk daerah-daerah yang merupakan “kantong putus sekolah”; dan d) efektivitas dari intervensi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.

3. Rapat Koordinasi Pendidikan Tingkat Kabupaten

Rapat Koordinasi Pendidikan tingkat Kabupaten dilakukan untuk membahas hasil analisa pendataan anak putus sekolah pendidikan dasar yang telah dilakukan dan merencanakan intervensi program dan kegiatan yang tepat sesuai dengan masalah- masalah yang ditemukan.

Rapat koordinasi ini menghadirkan instansi terkait dari unsur pemerintah (Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa/ Kelurahan, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Perempuan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Pendidikan, Tim Pengembangan Pendidikan Kecamatan, dan pengurus Bina Keluarga Remaja, organisasi profesi pendidik, akademisi, dan pengelola lembaga pendidikan non formal baik pemerintah maupun swasta.

Intervensi yang dilakukan dalam penanganan pendidikan anak putus sekolah pendidikan dasar ditujukan pada anak putus sekolah dan orang tua/wali. Intervensi yang dilakukan pada anak putus sekolah meliputi konseling dan pemberian bantuan biaya bagi yang akan melanjutkan pendidikan formal, penyediaan lembaga pendidikan non formal bagi anak yang akan melanjutkan pendidikan di jalur non formal, penyediaan lembaga pendidikan bagi anak dengan kondisi khusus.

Dalam semua upaya pengumpulan dan analisa data, mutlak perlu memperhatikan faktor gender dan faktor—faktor sosial lain, misalnya sejauh mana kelompok- kelompok marjinal tertentu (penyandang cacat, kelompok etnis tertentu, dll) berhalangan dalam melanjutkan pendidikannya. Menyangkut aspek kesetaraan gender, perlu diteliti sejauh mana terdapat ketimpangan dalam jumlah/proporsi anak laki-laki dan perempuan yang putus sekolah. Analisa gender membantu mencari akar masalah dan solusinya. Misalnya, di daerah pesisir pantai lebih banyak anak laki-laki putus sekolah karena diajak melaut oleh orang tuanya. Di desa terpencil lebih banyak anak perempuan putus sekolah karena dinikahkan pada usia muda. Dalam hal ini, intervensi yang dilakukan tidak hanya dengan memberikan bantuan biaya pendidikan tetapi juga pendekatan budaya kepada masyarakat serta menyediakan pendidikan alternatif yang disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi daerah.

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS

PENANGANAN PENDIDIKAN ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI KERJASAMA MULTIPIHAK

16

Intervensi yang dilakukan kepada orang tua meliputi konseling dan pemberdayaan ekonomi bagi keluarga miskin. Pemberdayaan ekonomi bagi keluarga miskin dilakukan bersama antara instansi pemerintah terkait dan swasta.

4. Pembentukan Kebijakan Daerah

Salah satu langkah strategis yang penting dilakukan dalam penanganan pendidikan untuk anak putus sekolah adalah membangun komitmen Pemerintah Daerah. Upaya tersebut dilakukan dengan cara mendorong lahirnya regulasi daerah, baik berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Kepala Daerah (Bupati/Walikota). Pelaksanaan Program Basekolah di Kota Bitung mendapat dasar hukum pelaksanaannya melalui Peraturan Walikota Bitung tentang Pedoman Umum Program Penanggulangan Anak Usia Sekolah Putus Sekolah dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga untuk teknis pelaksanaannya. Sementara Program Sumikolah di Kabupaten Minahasa Utara diatur melalui Peraturan Bupati tentang Pencegahan dan Penanganan Anak Putus Sekolah Pendidikan Dasar. 5. Pencanangan Gerakan Pengentasan Putus Sekolah

Salah satu bentuk komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pengentasan anak putus sekolah adalah dengan pencanangan gerakan bersama yang melibatkan pemerintah dan berbagai komponen yang ada di masyarakat. Pencanangan program dengan pembacaan Ikrar Bersama untuk mengentaskan anak

putus sekolah dilakukan bersama antara Kepala Daerah, Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pencanganan program yang melibatkan berbagai organisasi/ kelompok masyarakat dan dunia usaha ini juga sekaligus untuk mensosialisasikan Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah (Bupati/Walikota) tentang pencegahan dan penanganan putus sekolah pendidikan dasar agar diketahui secara luas oleh masyarakat. Ikrar Bersama dalam pencanangan gerakan pengentasan putus sekolah ini dapat memberikan pengaruh luar biasa dalam memotivasi instansi-instansi pemerintah dan berbagai komponen masyarakat untuk bekerjasama mengatasi permasalahan anak putus sekolah sesuai peran masing-masing. Di Kabupaten Minahasa Utara, gerakan bersama ini disebut dengan Gerakan Sumikolah, sedangkan di Kota Bitung diberi nama Gerakan Bitung Basekolah.

MENGAP A, UNTUK AP A, DAN UNTUK SIAP A P ANDU AN INI DIBU AT? KONSEP DASAR , STRA TEGI DAN MEKANISME LANGKAH-L ANGKAH PEL AKSANAAN

PANDUAN PENERAPAN PRAKTIK CERDAS PENANGANAN PENDIDIKAN ANAK PUTUS SEKOLAH MELALUI KERJASAMA MULTIPIHAK 17

Dokumen terkait