• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

Bagan 1.3 Tahapan produksi

Post production atau paska produksi merupakan tahap terakhir dalam proses produksi televisi yang dimaksudkan untuk penyelesaian atau

PRODUKSI

Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan

Rapat Produksi Naskah, jadwal, casting Naskah final Cek lokasi Mematangkan jadwal SHOOTING DI LOKASI Mengambil gambar sesuai urutan jadwal. Mengambil gambar tidak

sesuai urutan naskah. Mencatat semua pengambilan gambar dan

menandai gambar yang terbaik

Merekam atmosfer/suara suasana secara terpisah.

Gladi bersih

Menyeleksi gambar atau

urutan gambar sesuai naskah.

penyempurnaan, baik dari audio maupun visual-nya. Tahap penyelesaian meliputi:

a. Melakukan editing baik gambar maupun suara. b. Pengisian grafik visualisasi.

c. Pengisian narasi.

d. Pengisian sound effect dan ilustrasi.

e. Melakukan evaluasi terhadap hasil produksinya. Di dalam evaluasi ini bisa saja hasil produksi dinyatakan layak siar, tetapi dapat pula

dinyatakan belum layak siar dan harus di-edit ulang (Subroto, 1994: 159-160)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengklasifikasikan mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan masalah yang diteliti. Alasan menggunakan metode kualitatif yaitu; pertama, metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden dan yang ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman

pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002:5).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini bertempat di studio Elja TV yang beralamat di Stadion Maguwoharjo, Jalan Kepuhsari, Maguwoharjo, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584.

3. Teknik Pengumpulan Data 1) Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan peneliti langsung dari sumber utamanya. Data primer merupakan data penelitian yang berupa informasi-informasi penelitian yang diperoleh secara langsung ataupun dengan observasi di lapangan. Untuk teknik pengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1) Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data melalui tanya jawab dengan daftar pertanyaan yang berisi pokok-pokok masalah terhadap pihak-pihak yang sengaja dipilih. Tanya jawab dilakukan oleh dua pihak, yiaut pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2001: 135). Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur, jenis ini bersifat luwes, susunan pertanyaannya dapat diubah pada saat wawancara dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara (Mulyana, 2001:180).

2) Observasi

Teknik observasi bertujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan data yang diperoleh dari hasil wawancara. Observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2009:145). Pengamatan yang dilakukan pada Elja TV yaitu tempat (place), perilaku atau aktifitas (activities) serta proses kerja setiap karyawan (actor) dalam sebuah susunan organisasi dan kemudian memaknainya. Teknik observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipasi pasif. Dalam hal ini peneliti datang ke lokasi penelitian guna mengamati aktifitas individu sesuai dengan profesinya, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b. Data Sekunder 1) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Pengumpulan data yang diperoleh dapat berupa

tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009:240). Dokumen berupa tulisan atau gambar harus mendasari dan relevan dengan penelitian. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

4. Teknik Pengambilan Informan

Dalam penelitian ini, informan ditentukan secara purposive yaitu sampel yang ditujukan langsung kepada obyek penelitian dan tidak diambl secara acak, tetapi sampel bertujuan untuk memperoleh narasumber yang mampu memberikan data secara baik. Dengan tujuan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rencana teori yang muncul (Moloeng, 2000:111).

5. Informan

Informan yang ditunjuk sebagai pusat data adalah pihak-pihak yang dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya. Adapun dalam penelitian ini peneliti menetapkan beberapa orang informan, yaitu:

Jabatan Alasan

Produser / Sutradara Produser merupakan orang terpenting dalam produksi televisi. Mulai dari ide, teknik hingga berjalannya acara sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari produser dan sutradara.

Kameramen Kameramen mempunyai tugas penting dalam produksi

program televisi. Sebuah acara dinilai menarik selain dari naskah yang telah ditentukan, juga bisa dilihat dari pengambilan gambar-gambar yang dilakukan oleh sang kameramen itu sendiri.

Editor Editor menjadi orang terakhir yang menyempurnakan

sebuah program. Program bisa dilihat menarik, lucu, menegangkan atau menakutkan tergantung dari bagaimana editor mengemas program tersebut. Oleh karena itu, editor sering kali disebut sebagai sutradara kedua.

(Tabel 1.1. Informan) 6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Analisa kualitatif merupakan analisis terhadap data yang diperoleh baik primer maupun sekunder tanpa

menggunakan kaidah-kaidah statistik. Adapun tujuan dari analisis data menurut Sutopo (2002: 91) adalah:

a. Reduksi

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi dan deskripsi. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga dapat dibaca dan dipahami dengan mudah. Sajian data ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan permasalahan dengan menggunakan logika penelitian.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan tidak akan terjadi hingga pengumpulan data berakhir. Simpulan nantinya akan terlebih dahulu diverifikasi agar benar- benar dapat dipertanggungjawabkan.

7. Validasi Data

Dalam penelitian kualitatif, agar data dapat tervalidasi maka perlu dilakukan uji validasi data dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding terhadap data yang

sudah diperoleh (Moleong. 2001: 178). Peneliti menggunakan model triangulasi data sumber, karena dalam triangulasi sumber peneliti dapat mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi dengan cara: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sumber sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti orang yang berpendidikan lebih tinggi atau ahli dalam bidang yang sedang diteliti.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang berkaitan.

G. Sistematika Penulisan

Guna mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian yang dilakukan, maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang mencakup materi dan hal-hal yang dibahas pada setiap bab, adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang gambaran dan profil umum serta sejarah dari PSS Sleman. Gambaran, profil umum, sejarah dan struktur organisasi dari Elja TV.

BAB III PEMBAHASAN DAN PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai manajemen produksi dari televisi komunitas Elja TV yang menitikberatkan pada aktifitas dalam memproduksi acara. Dalam bab ini juga akan dipaparkan bahasan dari hasil penelitian serta analisis berdasarkan teori-teori yang disampaikan pada bab I dan dipadukan dengan hasil keseluruhan data penelitian.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan beserta saran dari peneliti

BAB II

GAMBARAN UMUM ELJA TV

A. Media Komunitas Sepakbola Indonesia

Media komunitas di sepakbola sudah hadir pada jangka waktu yang lama. Di Inggris contohnya, perkembangan internet yang sangat cepat dimanfaatkan oleh suporter Arsenal untuk mendirikan media komunitas bernama Black Scarf Movement (BSM). Komunitas ini sering mengkritik kebijakan-kebijakan manajemen klub yang dirasa merugikan para suporter seperti mahalnya harga tiket yang tiap musim mengalami kenaikan. Sejak 2009 mereka terus mengajak banyak suporter lain untuk sadar dan ikut dalam pergerakan mereka.

Elja TV bukanlah satu-satunya media komunitas dalam sepakbola Indonesia. Sebelum Elja TV berdiri sudah banyak media komunitas yang didirikan oleh fans klub-klub tertentu yang lebih dulu hadir. Kehadiran internet dengan akses yang mudah dan sangat luas dapat dimanfaatkan oleh para suporter untuk mendirikan media komunitas. Karena dahulu ketika media masih bersifat analog dan internet belum bisa diakses dengan mudah seperti sekarang ini, media komunitas akan sulit berkembang karena mahalnya biaya cetak serta publikasi. Pemanfaatan teknologi internet bisa menekan biaya- biaya tersebut.

Sebut saja Sambernyawa.com, merupakan portal berita yang didirikan oleh Pasoepati, kelompok supporter klub Persis Solo. Portal berita tersebut berisi berita-berita dari Persis Solo. Sambernyawa.com juga menjadi wadah bagi Pasoepati untuk mencari berita-berita yang sudah resmi dari klub. Di PSS Sleman sendiri, sebelum Elja TV sudah ada media komunitas yang hadir. Contohnya adalah Elja Radio yang berdiri pada tahun 2012 silam. Merupakan radio streaming buatan suporter PSS yang juga menyiarkan live streaming

pertandingan PSS dalam bentuk audio. Selain itu Elja Radio juga menjadi wadah bagi Sleman Fans yang kreatif untuk menampung karya-karya lagu yang bertemakan PSS Sleman untuk kemudian dikompilasikan ke dalam album lalu kemudian album tersebut dijual. Gerakan ini bersifat positif karena mereka tetap memberikan sumbangsih terhadap klub seperti pemasangan

adboard (papan iklan di pinggir lapangan) yang tentunya uang pemasangan tersebut akan masuk ke kantong PSS Sleman itu sendiri.

B. Sejarah PSS Sleman

Perserikatan Sepak bola Sleman (PSS) merupakan sebuah klub asal Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang saat ini sedang berkompetisi di

Indonesia Soccer Championship B, sebuah turnamen berformat liga yang mengisi kekosongan kompetisi Liga Indonesia yang sedang absen akibat dibekukannya Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) oleh

Federation Internationale de Football Association (FIFA), atau setara dengan Divisi Utama pada Liga Indonesia. PSS Sleman lahir pada tanggal 20 Mei

1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Ada lima tokoh penting dalam lahirnya klub yang dijuluki Super Elang Jawa (Super ElJa) ini, yaitu H. Suryo Saryono, Sugiarto SY, Subardi, Sudarsono KH dan Hartadi. Lahirnya PSS dilatarbelakangi bahwa pada waktu itu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru ada dua perserikatan yaitu PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul

(Gambar 2.1. Logo PSS Sleman)

Tiga tahun pasca resmi berdiri, tepatnya pada tahun 1979, PSS memulai perjuangannya dalam mengikuti kompetisi yang diadakan oleh PSSI. Pada waktu itu PSS memulai dari Divisi II, beberapa kali Super Elang Jawa menjuarai babak penyisihan di wilayah DIY mengalahkan saudara-saudaranya seperti Persiba Bantul, Persig Gunung Kidul dan Persikup Kulon Progo. Namun mereka beberapa kali gagal untuk melaju ke babak tingkat nasional karena persaingan yang cukup berat ketika harus bertemu perserikatan- perserikatan dari Jawa Tengah seperti Jepara, Rembang dan Batang. Barulah

pada tahun 1996 PSS bisa promosi ke Divisi I atau tingkat nasional setelah berhasil menang pada pertandingan playoff melawan PERSISS Sorong, Aceh Putra dan Persipal Palu.

Empat tahun bertahan di Divisi I akhirnya klub yang berdiri pada tahun 1979 ini bisa menembus Divisi Utama, divisi paling atas yang ada di Liga Indonesia pada waktu itu, pada tahun 2000. Sempat berganti nama menjadi PSS Yogyakarta dan berpindah homebase dari Stadion Tridadi ke Stadion Mandala Krida pada musim 2001-2002. Pada musim itu juga PSS untuk pertama kalinya diperkuat pemain asing yaitu Jaldecir “Deca” Dos Santos dan Fabiano Guarillha. Musim 2002-2003 menjadi musim paling berprestasi bagi PSS Sleman di persepak bolaan nasional, pada musim itu Super Elang Jawa berhasil menempati posisi empat di akhir musim, hanya terpaut tujuh poin dari peringkat pertama yang diduduki oleh Persik Kediri. Prestasi itu diulangi pada musim 2003-2004, walau harus kembali pindah ke

homebase awal yaitu Stadion Tridadi, namun mereka tetap bisa mempertahankan posisi empat di akhir musim di bawah Persebaya, PSM dan Persija. Pada musim ini juga PSS Sleman masuk empat besar Copa Dji Sam Soe yang diadakan pada jeda kompetisi (sumber: http://pss- sleman.co.id/category/history, diakses pada 6 Oktober 2016, 12:00 WIB).

Hingga saat ini, PSS Sleman masih berdiri dan masih aktif dalam persepakbolaan nasional. Sempat menjuarai Divisi Utama versi Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) pada tahun 2013 lalu, walau gagal naik ke

Indonesia Super League (ISL) pada musim berikutnya. Sempat terlibat skandal “sepak bola gajah” setahun sesudahnya, namun sekarang PSS Sleman bermain pada turnamen ISC B dan sudah lolos ke tahap 16 besar.

C. Sejarah Elja TV

Elja TV pertama kali berdiri pada tahun 2014, pada tahun yang sama mereka mulai mengudara dengan siaran percobaan belum dengan sistem berbayar dan mengudara dengan alat seadanya. Berkat masukan dari berbagai pihak, Elja TV kemudian terus berkembang dan setelah mengudara dengan siaran percobaan satu sampai dua kali akhirnya mereka mulai mengudara dengan sistem berbayar. Ada tiga pilihan harga yang diberikan Elja TV kepada pemirsanya, yaitu 30.000 rupiah, 50.000 rupiah dan yang terakhir di atas 50.000 rupiah. Pilihan yang terakhir merupakan optional bagi pemirsa yang ingin membeli voucher lebih dari harga yang sudah ditentukan.

“Kita pertama sekali (sampai) dua kali (masih siaran) trial, yang ketiga sudah langsung berbayar. Dulu berbayarnya masih 20.000 rupiah, kita juga belum bisa memberi kualitas yang bagus. Istilahnya, harga segitu hanya untuk biaya produksi agar satu kali produksi itu tetap bisa jalan” (hasil wawancara dengan Syahrul Ramadhan, Pimpinan Produksi, 16 Oktober 2016).

Berdirinya Elja TV sepenuhnya diinisiasi oleh para suporter, bukan ide dari manajemen klub itu sendiri. Ide tersebut muncul karena keresahan dari para Sleman Fans (pendukung PSS Sleman) yang bertempat tinggal di luar DIY karena tidak bisa menyaksikan pertandingan kandang PSS, karena tidak ada satu pun stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan-pertandingan dari

Divisi Utama dan hanya menayangkan pertandingan dari divisi tertinggi yaitu ISL. Oleh karena itu, Elja TV berdiri dan melayani khusus untuk Sleman Fans yang sedang atau bertempat tinggal di luar DIY. Dari awal hingga sekarang mereka pun tetap konsisten hanya melayani bagi mereka yang berada di luar DIY, jika Sleman Fans yang masih dalam wilayah DIY tidak dapat menggunakan layanan Elja TV dan diharuskan untuk datang ke stadion.

“Jadi kenapa kita khususkan untuk (Sleman Fans) luar DIY karena supaya stadion tetap penuh dan kecil kemungkinan orang Sleman dengan bayar harga sama dengan tiket nonton langsung di stadion, mereka lebih (memilih) nonton streaming” (Hasil wawancara dengan Syahrul Ramadhan, Pimpinan Produksi, 16 Oktober 2016)

Elja TV merupakan televisi komunitas berbasis streaming, yang artinya semua orang di seluruh dunia ini bisa menyaksikan tayangannya, hanya membutuhkan perangkat komputer atau tablet dan koneksi internet saja. Oleh karena itu, pengguna layanan Elja TV tidak hanya di Indonesia saja. Namun pengguna layanan televisi komunitas suporter ini tersebar dari berbagai negara seperti Singapura, Korea Selatan, Jepang, Belanda hingga Selandia Baru. Berikut peta persebaran penonton Elja TV pada pertandingan antara PSS Sleman vs Persita Tangerang pada tanggal 16 Oktober 2016:

(Gambar 2.2. Peta persebaran penonton Elja TV pada tanggal 16 Oktober 2016)

D. Alat-alat Produksi

1. Kamera Sony HXR-2500

(Gambar 2.3. Kamera Sony HXR-2500)

Dalam setiap produksinya, Elja TV menggunakan kamera Sony HXR-2500. Kamera yang digunakan sebanyak empat unit yang

masing-masing ditempatkan di pinggir lapangan sebanyak dua unit,

atas bagian tengah stadion sebanyak satu unit dan di bagian tribun paling atas sebanyak satu unit.

2. Personal Computer

(Gambar 2.4. Personal computer)

Untuk menampilkan gambar yang direkam kamera dan mengunggah gambar tersebut agar dapat dilihat pemirsanya, Elja TV menggunakan perangkat komputer. Perangkat komputer yang digunakan sebanyak dua unit.

3. Laptop

Laptop dibutuhkan untuk menampilkan preview siaran

streaming yang sedang tayang sehingga para crew yang berada di ruang kontrol, terutama pengarah acara mampu memantau jalannya siaran. Laptop yang dipakai dalam produksi sebanyak tiga unit. Selain untuk memantau jalannya siaran, dua laptop lainnya digunakan untuk memantau jaringan dan kecepatan unggah data agar siaran streaming

tetap stabil. Satu sisanya digunakan oleh admin yang menangani untuk menjawab keluhan-keluhan dari penonton ketika ada yang bermasalah. 4. Monitor

(Gambar 2.6. Monitor)

Monitor dibutuhkan untuk menampilkan tampilan dari komputer yaitu menampilkan gambar yang direkam oleh kamera. Dalam produksinya Elja TV menggunakan dua unit monitor.

5. Microphone

(Gambar 2.7 & 2.8. Hand held mic & condenser mic)

Tiga unit mikrofon digunakan dalam setiap produksi siaran Elja TV. Diantaranya dua unit hand held mic, mik ini digunakan oleh pembawa acara dan komentator dan satu unit condenser mic yang digunakan untuk merekam suara atmosfer stadion.

6. Tripod

Tripod digunakan untuk menyangga kamera supaya kamera dapat berdiri dan stabil untuk mengambil gambar. Tripod yang dipakai sebanyak empat unit dengan model tripod Libec.

7. Handy Talky

(Gambar 2.10. Handy talky)

Alat ini sangat berguna untuk komunikasi jarak jauh. Pengarah acara akan mengarahkan para kameramen yang posisinya tersebar melalui handy talky (HT). Dalam setiap produksi, Elja TV membutuhkan enam HT yang digunakan oleh pengarah acara dan kameramen.

8. Aja Kona

Alat ini berfungsi untuk membagi gambar yang direkam oleh empat kameramen yang bertugas sehingga memudahkan switcher untuk memilih gambar mana yang akan ditampilkan pada saat siaran.

Berikut adalah proses persiapan alat-alat produksi oleh masing-masing bagian atau masing-masing

jobdesk:

Dokumen terkait