• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming Pertandingan PSS Sleman di Elja TV (Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming Pertandingan PSS Sleman di Elja TV (Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming

Pertandingan PSS Sleman di Elja TV

(Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

MUHAMMAD BIMO APRILIANTO

20120530249

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming

Pertandingan PSS Sleman di Elja TV

(Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

MUHAMMAD BIMO APRILIANTO

20120530249

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

KATA PENGANTAR

Dewasa ini kalangan suporter sepakbola tidak hanya sekedar menonton dan meneriakkan chant di stadion ketika timnya bermain, namun saat ini mereka tengah menggiatkan gerakan-gerakan komunitasnya secara positif dengan tujuan yang sama yaitu mendukung klub yang dibelanya. Perkembangan teknologi internet semakin membuat pertumbuhan komunitas tersebut menjadi sangat pesat. Dalam beberapa tahun terakhir di persepakbolaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah muncul media-media komunitas berbasis suporter yang hidup dengan memanfaatkan teknologi tersebut.

Elja TV merupakan salah satu televisi televisi streaming yang dibangun oleh suporter PSS Sleman untuk menyiarkan seluruh pertandingan kandang PSS selama dua tahun terakhir. Mereka memanfaatkan teknologi streaming untuk menyiarkan acaranya kepada Sleman Fans, julukan suporter PSS Sleman, yang berada di luar DIY atau bahkan di luar negeri sekalipun bisa mengakses siaran ini. Elja TV bukanlah media pertama yang menyiarkan pertandingan berupa audio visual secara langsung karena di DIY sendiri sebelumnya sudah ada PSIM TV. Namun, Elja TV bisa dikatakan televisi streaming berbasis suporter pertama di DIY yang sistem produksinya sudah dikelola secara profesional dibanding para pesaingnya dengan menggunakan multi kamera standar penyiaran, perangkat sound serta switcher.

(4)

Alhamdulillah dalam jangka waktu kurang lebih tiga bulan penelitian ini dapat diselesaikan. Terima kasih kepada rekan-rekan yang telah mendukung dalam penelitian ini. Peneliti mengharapkan masukan dan kritik dari para pembaca untuk perbaikan penelitian ini selanjutnya.

Yogyakarta, 3 November 2016

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis berterimakasih dan mempersembahkan skripsi ini untuk:

 Allah S.W.T yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya.  Nabi Muhammad S.A.W yang membawa manusia keluar dari jaman jahiliyah

menuju jaman keemaasan. Shalawat serta salam selalu senantiasa panjatkan kepada Beliau.

 Kepada Ibu dan Ayah saya tercinta, Dewi Setia Ruchyati dan Muhammad Bustomi Jauhari, yang tak henti-hentinya memberi dukungan moral lewat semangat dan doa yang mereka panjatkan.

 Kakak saya, Mas Eq, yang banyak memberi saran dan kritikan lewat pengalamannya.

 Kepada Adik-adik saya, Teteh Rian dan Dede Okta, semoga kelak menyusul apa yang sudah Mas-mas capai. Semangat terus.

 Kepada teman seperjuangan, Ridwan, Devi dan Bayu. Kita lulus!

 Kepada Lisa, terima kasih banyak dukungannya dari awal kuliah hingga memasuki akhir.

 Kepada teman-teman Broadcasting angkatan 2012. Tri, Syahidul, Puspita, Yoska, Lisa, Cepi, Dovi dan teman-teman lain yang enggak bisa diucapin satu per satu. Terima kasih.

 Kepada teman-teman Ikom Radio yang telah memberikan banyak pengalaman pahit dan manisnya dalam berorganisasi. Sukses terus buat kalian.

 Untuk Kak Neni yang sudah mengoreksi sebagian dari skripsi ini, Abdillah dan Agam teman penghilang stres kala skripsi. Terima kasih banyak

(6)

ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Departemen Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Broadcasting

Muhammad Bimo Aprilianto (20120530249)

Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming Pertandingan PSS Sleman di Elja TV

Tahun Skripsi: 2016 + 88 halaman

Kepustakaan : 19 buku (1993-2014) + 2 jurnal + 1 website resmi

(7)

ABSTRACT

University of Muhammadiyah Yogyakarta

Faculty of Social and Political Sciences

Department of Communication Studies

Concentration of Broadcasting

Muhammad Bimo Aprilianto (20120530249)

Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV

Thesis Year: 2016 + 88 pages

Literature: 19 books (1993-2014) + 2 journals + 1 official website

In the era of information that so rapidly, make public access information in every second through the mass media and making the community itself as the information society. From the various options presented by the mass media in the society, television is the mass media that most used by a community. The entry of the digital era makes the development of television in Indonesia increasingly sophisticated. Now, we can watch television anywhere just using a mobile phone or tablet device and an internet connection with broadcast streaming technology. In this research, researchers examined one of streaming television based supporters PSS Sleman is Elja TV. This research focuses on the management of production and how the application of management functions in each event production that undertaken by Elja TV. The management function such as function of planning, function of organizing, function of actuating and functions of controlling. The four functions of management is carried out at each production. The function of planning is always done on the day before the production process by organizing a production meeting. The functions of organizing is where the crew get their job-desk severally. The function of actuating, researchers will see how a head of production gives direction and influence to his team. The functions of controlling also have been done from the pre-production time, production to post-production be held.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM ELJA TV A. Media Komunitas Sepakbola Indonesia ... 39

B. Sejarah PSS Sleman ... 40

C. Sejarah Elja TV ... 43

D. Alat-alat Produksi... 45

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Screenshoot tayangan Elja TV 25 September 2016 ... 5

Gambar 1.2. Screenshoot tayangan Elja TV 25 September 2016 ... 7

Gambar 2.1. Logo PSS Sleman ... 40

Gambar2.2. Peta persebaran penonton Elja TV ... 44

Gambar 2.3. Kamera Sony HXR-2500 ... 44

Gambar 2.4. Personal computer ... 45

Gambar 2.5. Laptop... 45

Gambar 2.6. Monitor ... 46

Gambar 2.7 & 2.8. Hand held mic & condenser mic ... 47

Gambar 2.9. Tripod ... 47

Gambar 2.10. Handy talky ... 48

Gambar 2.11. Aja Kona ... 48

Gambar 3.1. Pengumpulan crew dan alat... 60

Gambar 3.2. Kameramen dibantu dengan runner menyiapkan kamera ... 62

Gambar3.3. Pemasangan komputer dan monitor ... 65

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Proses dasar streaming ... 20

Bagan 1.2. Tahapan pra produksi ... 28

Bagan 1.3 Tahapan produksi ... 30

Bagan 2.1 Proses persiapan alat produksi oleh masing-masing bagian ... 50

Bagan 2.2. Floor plan ruang kontrol ... 51

Bagan 2.3. Letak kamera dekat lapangan... 52

Bagan 2.4. Letak kamera di tribun barat lantai 1 ... 53

Bagan 2.5. Letak kamera di tribun barat lantai 2 ... 53

Bagan 4.1. Model siaran streamingElja TV ... 85

(11)

DAFTAR TABEL

(12)
(13)

ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Departemen Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Broadcasting

Muhammad Bimo Aprilianto (20120530249)

Manajemen Produksi Siaran Langsung Televisi Streaming Pertandingan PSS Sleman di Elja TV

Tahun Skripsi: 2016 + 88 halaman

Kepustakaan : 19 buku (1993-2014) + 2 jurnal + 1 website resmi

(14)

ABSTRACT

University of Muhammadiyah Yogyakarta

Faculty of Social and Political Sciences

Department of Communication Studies

Concentration of Broadcasting

Muhammad Bimo Aprilianto (20120530249)

Production Management Live Television Streaming Matches PSS Sleman on Elja TV

Thesis Year: 2016 + 88 pages

Literature: 19 books (1993-2014) + 2 journals + 1 official website

In the era of information that so rapidly, make public access information in every second through the mass media and making the community itself as the information society. From the various options presented by the mass media in the society, television is the mass media that most used by a community. The entry of the digital era makes the development of television in Indonesia increasingly sophisticated. Now, we can watch television anywhere just using a mobile phone or tablet device and an internet connection with broadcast streaming technology. In this research, researchers examined one of streaming television based supporters PSS Sleman is Elja TV. This research focuses on the management of production and how the application of management functions in each event production that undertaken by Elja TV. The management function such as function of planning, function of organizing, function of actuating and functions of controlling. The four functions of management is carried out at each production. The function of planning is always done on the day before the production process by organizing a production meeting. The functions of organizing is where the crew get their job-desk severally. The function of actuating, researchers will see how a head of production gives direction and influence to his team. The functions of controlling also have been done from the pre-production time, production to post-production be held.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, membuat

masyarakat tiap detiknya mengakses informasi dan menjadikan masyarakat itu

sendiri sebagai masyarakat informasi. Masyarakat informasi adalah

masyarakat yang bergantung pada jejaring informasi dan komunikasi

elektronik serta mengalokasikan sumber dayanya bagi aktivitas-aktivitas

informasi dan komunikasi (McQuail, 1992:82). Masyarakat informasi bisa

terbentuk karena media massa yang saat ini terus mengalami kemajuan dalam

berbagai bentuknya. Media massa sendiri terbagi menjadi tiga jenis yaitu,

media elektronik (radio dan televisi), media cetak (koran, majalah, tabloid dan

lain-lain) dan media siber atau online (website, blog dan lain-lain).

Dari banyaknya pilihan yang dihadirkan di tengah-tengah masyarakat,

televisi merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh khalayak

luas sebagai media untuk menggali informasi. Pada awalnya, kehadiran

televisi ditanggapi biasa-biasa saja oleh masyarakat. Selain harga pesawat

televisi yang masih sangat mahal pada waktu itu, belum banyaknya acara

yang dapat disaksikan juga menjadi faktor kurangnya peminat pada salah satu

(16)

sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, bahkan banyak

orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya lebih banyak di depan

televisi dibandingkan dengan bersosialisasi dengan orang-orang sekitar baik

keluarga maupun teman. Indonesia sendiri baru memiliki stasiun televisi pada

dekade 1960-an, ketika itu TVRI berdiri dan mengudara pada tanggal 17

Agustus 1962 (Junaedi, 2014: 115). Awalnya TVRI didirikan untuk

menyukseskan gelaran Asian Games IV yang dilaksanakan di Jakarta pada

tahun 1962. Perkembangan setelahnya berjalan stagnan karena televisi hanya

dijadikan sebagai perangkat negara. Baru pada pasca reformasi tahun 1998,

perkembangan media penyiaran di Indonesia, termasuk televisi melonjak

pesat. Sebenarnya pada akhir-akhir masa orde baru, pemerintah yang berkuasa

sudah membuka jalan bagi televisi swasta, kemudian mulai berdiri televisi

swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI yang mengudara pertama kali pada

tahun 1989, kemudian diikuti oleh SCTV, ANTV, Indosiar, TPI dan berbagai

stasiun televisi lain (Junaedi, 2014: 108). Dengan banyaknya stasiun televisi

yang hadir saat ini, membuat pilihan masyarakat semakin banyak dari mulai

mencari informasi, edukasi, hiburan hingga kebudayaan.

Era digital membuat perkembangan industri televisi, termasuk di

Indonesia, semakin bertambah canggih. Tayangan dengan suara yang jernih,

(17)

membuat televisi semakin menjadi primadona dalam kehidupan masyarakat.

Internet yang sudah bukan lagi barang langka di negeri ini ditambah

perangkat-perangkat mobile seperti telepon genggam maupun tablet yang bisa dibawa ke mana-mana, menambah kemudahan masyarakat untuk mengakses

televisi lewat perangkat genggam mereka dengan layanan televisi berbasis

streaming. Dengan begitu, bagi banyak orang televisi adalah teman. Televisi adalah candu dan televisi mampu memasuki relung-relung kehidupan kita

lebih dari yang lain (Morissan, 2005: 1). Menurut Askari Azikin (dalam

Fachrudin, 2014: 200), streaming adalah proses pengiriman data terus-menerus yang dilakukan secara broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming pada personal computer (klien). Paket-paket data yang dikirimkan telah dikompresi untuk memudahkan pengirimannya melalui

internet. Streaming akan menjalankan file video atau audio yang terletak pada

server secara langsung sesaat setelah ada permintaan dari pengguna. Maka,

streaming bisa dilakukan secara real time dan seluruh pengguna internet yang mengakses layanan streaming dari channel yang sama akan menerima data yang sama pula.

Sebelum teknologi streaming semaju saat ini, jika ingin melihat sebuah video atau suara di internet, kita diharuskan mengunduh file video

tersebut secara utuh ke dalam komputer untuk bisa menontonnya atau

(18)

untuk mengunduh file streaming tersebut ke komputer kita karena kita bisa secara langsung menyaksikannya saat itu juga.

Keberadaaan televisi streaming dapat mengembangkan potensi teknologi informasi dalam masyarakat. Kelebihan stasiun televisi berbasis

streaming terletak pada kemudahan dari cara mengakses untuk menonton acara hingga menyiarkan sebuah acara atau program jika dilihat dari

perkembangan teknologi internet yang saat ini sudah banyak sekali

digunakan. Mudahnya mengakses dan menyiarkan program melalui televisi

berbasis streaming membuat masyarakat bisa memproduksi dan menyiarkan program-program yang mereka buat sendiri. Biasanya, televisi berbasis

streaming ini digunakan oleh para komunitas-komunitas yang konten dan

audience-nya khusus untuk melayani kepentingan komunitasnya. Televisi

streaming komunitas tersebut masuk dalam kategori stasiun komunitas yang merupakan lembaga non partisan berbentuk badan hukum koperasi atau

perkumpulan dengan seluruh modal usahanya berasal dari anggota komunitas

(Morissan, 2011: 104).

Dengan kemudahan tersebut, mulai banyak bermunculan televisi

komunitas berbasis live streaming. Saat ini dalam olahraga khususnya di persepakbolaan nasional, sudah banyak berdiri televisi-televisi komunitas

(19)

untuk meneliti Elja TV, sebuah televisi berbasis streaming yang dimiliki oleh sebuah perkumpulan atau komunitas suporter sepakbola lokal, PSS Sleman.

Peneliti tertarik untuk meneliti televisi komunitas Elja TV karena televisi ini

diinisiasi oleh para suporter, bukan oleh manajemen PSS Sleman itu sendiri.

Tanpa donatur yang memberikan modal, Elja TV mampu mandiri. Sejak awal

mengudara pada tahun 2014, mereka mengandalkan pendapatan dari

pemirsanya yang memang jika ingin menikmati layanan dari Elja TV,

penonton harus membayar 35.000 rupiah hingga 50.000 rupiah untuk satu

pertandingannya. Padahal menurut Casey dan kawan-kawan dalam bukunya

Television Studies The Key Concept (2008: 51) menyatakan bahwa keuangan adalah masalah utama yang dihadapi oleh televisi komunitas.

(20)

Selain itu, dibanding pesaingnya Elja TV termasuk televisi suporter

yang sudah dikelola secara profesional dalam sistem produksinya dengan

menggunakan multi kamera standar penyiaran, sistem sound serta switcher

untuk memindahkan gambar dari kamera satu ke kamera lain. Pada saat siaran

langsung juga terdapat papan skor digital dan tampilan waktu yang muncul di

tampilan televisi, komentator juga dihadirkan untuk memandu jalannya

pertandingan. Baru-baru ini, Elja TV juga sudah berhasil menampilkan

tayangan ulang (replay) dari peluang-peluang serta gol-gol yang terjadi di pertandingan saat siaran langsung. Hal yang belum bisa dilakukan oleh para

pesaingnya. Menurut pengamatan peneliti, televisi komunitas berbasis

streaming yang dimiliki klub sepakbola lainnya seperti PSIM TV dan Persib TV belum dapat menampilkan papan skor, tampilan waktu hingga tayangan

ulang saat siaran langsung. Merekapun hanya menggunakan perangkat single

(21)

(Gambar 1.2. Screenshoot tayangan Elja TV 25 September 2016)

Elja TV menyiarkan live atau secara langsung seluruh pertandingan kandang PSS Sleman. Padahal Elja TV sendiri dikelola oleh para suporter

yang latar belakang dan kemampuannya berbeda-beda dalam aktifitas

broadcasting, namun televisi komunitas ini dapat dikelola secara profesional layaknya televisi nasional. Dikarenakan kualitas gambar yang sangat baik

(high definition) sehingga membutuhkan koneksi internet yang cepat, namun kualitas jaringan internet di stadion-stadion selain Maguwoharjo (stadion yang

digunakan homebase oleh PSS Sleman) belum secepat koneksi di stadion Maguwoharjo, maka untuk pertandingan luar kandang Elja TV belum dapat

menyiarkan. Jika dipaksakan mengudara dengan koneksi internet yang

(22)

siaran akan sering buffering (tidak lancar) ataupun gambar yang dihasilkan tidak akan high definition.

Targetting audiens Elja TV adalah para penyuka klub PSS Sleman yang sedang tidak berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga

tetap bisa menyaksikan lewat layanan televisi streaming yang disediakan. Siarannya sendiri dimulai setengah jam sebelum pertandingan dan akan

berlangsung selama kurang lebih dua jam. Pertandingan live dapat disaksikan melalui portal web resmi PSS Sleman, www.pss-sleman.co.id. Namun

sebelumnya diharuskan untuk melakukan registrasi terlebih dahulu untuk

mendapatkan kode dan sandi untuk masuk ke halaman Elja TV melalui portal

web PSS Sleman.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian

terdahulu tentang media komunitas sebagai acuan. Yang pertama, peneliti

menggunakan hasil penelitian dari Pawito yang diambil dari Jurnal Ilmu

Komunikasi, volume 4, nomor 2, Desember 2007 dengan judul “Media

Komunitas dan Media Literacy”. Esai tersebut berhubungan dengan media

komunitas dalam kaitannya dengan melek media (media literasi), Pawito

menunjukkan bahwa media komunitas dapat memainkan beberapa peran

penting dalam pembangunan, yaitu (a) menyebarkan informasi, (b)

memfasilitasi diskusi publik, (c) membantu untuk mencapai solusi dari sebuah

(23)

pengembangan literasi media. Poin-poin dalam penelitian terdahulu ini yaitu

menekankan masalah media literasi dalam media komunitas, menggunakan

media komunitas untuk mengembangkan potensi daerah dan masalah biaya

dalam media komunitas.

Yang kedua yaitu penelitian terdahulu dari Reza Aprianti dalam Jurnal

Wardah (Jurnal Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Patah) edisi 24, nomor

25, Desember 2012 yang berjudul “Televisi Komunitas: di Tengah Eksistensi yang Bermasalah”. Dalam esai tersebut dijelaskan bahwa televisi

komunitas lahir dari keinginan individu-individu yang berkeinginan memiliki

wadah untuk mengakomodasi kebutuhan mereka berdasarkan kepentingan

bersama, geografi, identitas dan budaya. Untuk mempertahankan

keberadaannya, televisi komunitas ini tidak jarang harus berurusan dengan

berbagai masalah, mulai dari ketidakjelasan dalam regulasi, kurangnya dana

hingga manajerial yang buruk.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu tersebut

di atas, yaitu:

Pertama, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dibahas pertama adalah bahasan yang dibahas memang sama-sama media

komunitas, namun penelitian ini lebih fokus kepada media komunitas televisi.

Selain itu, penelitian ini tidak banyak membahas tentang media literasi dalam

(24)

ini lebih membahas tentang bagaimana manajemen produksi sebuah televisi

komunitas itu berlangsung.

Kedua, perbedaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Reza Aprianti adalah penelitian ini tidak membahas tentang eksistentsi dari

televisi komunitas Elja TV, namun peneliti menulis tentang bagaimana

manajemen produksi sebuah televisi komunitas itu berlangsung.

Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana

manajemen produksi siaran langsung televisi streaming pertandingan PSS Sleman di televisi komunitas Elja TV. Manajemen produksi yang tepat mulai

dari planning, organizing, actuating dan controlling yang dilakukan oleh tim Elja TV yang akan dianalisa oleh peneliti.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, adapun rumusan masalah

dari penelitian ini adalah bagaimana manajemen produksi siaran langsung

televisi streaming pertandingan PSS Sleman di siaran televisi komunitas Elja TV?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka

(25)

1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen produksi siaran televisi streaming. 2. Untuk menambah wawasan mengenai proses produksi siaran langsung

pertandingan sepakbola melalui siaran televisi komunitas Elja TV.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dari sisi akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah serta

melengkapi penelitian tentang manajemen produksi televisi yang sudah

ada. Serta menambah wawasan serta pengetahuan tentang bagaimana

proses manajemen produksi siaran sepakbola melalui televisi komunitas

Elja TV. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

jurusan Ilmu Komunikasi, khususnya dalam konsentrasi broadcasting

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manajemen produksi siaran

televisi.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini dapat dijadikan acuan pedoman bagi mahasiswa yang

ingin terjun ke dunia manajemen produksi siaran televisi.

2) Penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi untuk tim Elja TV dalam

memperkuat manajemen produksi yang dimiliki oleh tim Elja TV

(26)

E. Kerangka Teori

1. Televisi Sebagai Media Massa

Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibandingkan media

cetak dan media radio ternyata memberikan dampak dalam sisi-sisi

kehidupan manusia yang luar biasa besar. Dengan daya tariknya, televisi

mampu menarik perhatian massa bahwa media televisi mampu menguasai

jarak geografis dan sosiologis. Pesatnya perkembangan teknologi

informasi dengan munculnya televisi di tengah-tengah kehidupan

masyarakat membuat dunia seakan-akan menjadi sempit. Karena sebagai

media massa manfaat dari televisi sangat besar dirasakan, di mana suatu

peristiwa yang terjadi di belahan bumi yang berbeda, dalam waktu

bersamaan, dapat diikuti oleh khalayak yang berada di belahan bumi yang

lain (Subroto, 1994: 14). Selain berdampak pada kehidupan pribadi,

perkembangan teknologi komunikasi massa televisi juga akan

memberikan pengaruh-pengaruh dalam banyak sisi kehidupan manusia

secara luas. Pengaruh tersebut bisa dalam sisi politik, ekonomi, sosial,

budaya bahkan pertahanan dan keamanan negara (Kuswandi, 1996: 7).

Televisi telah menjadi fenomena besar pada abad ke-20, perannya

yang sangat besar dalam mempengaruhi pola dan pendapat khalayak

umum, termasuk pendapat umum untuk menyukai produk-produk dari

(27)

makin lama semakin menarik dan dibiayai dengan dana yang cukup

tinggi, sehingga tidak mengherankan dapat memaksa khalayak

penontonnya betah duduk berjam-jam di depan layar televisi (Subroto,

1995: 20). Televisi memang sudah menjadi kebutuhan sehingga

permintaan produksinya meningkat dari tahun ke tahun, diikuti oleh

produsen yang berusaha meningkatkan kualitas dari produksi serta

layanannya. Hal ini wajar terjadi karena televisi bisa memuaskan

penontonnya lewat berbagai program yang ditayangkan.

1.1. Karakteristik Televisi

Dibandingkan dengan media massa lain seperti radio dan surat

kabar yang hanya menggunakan satu stimulus alat indra, pada radio

indra pendengaran yang digunakan dan pada surat kabar adalah indra

penglihatan. Sedangkan jika menonton televisi ada dua indra yang

mendapatkan stimulus yaitu indra penglihatan dan indra pendengaran.

Hal ini disebabkan karena televisi memiliki karakteristik audiovisual.

Berikut merupakan karakteristik televisi yaitu (Karyanti, 2005:

137-139)

a) Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran

(28)

mendengarkan radio hanya berupa suara, musik dan efek suara, maka

khalayak yang menonton televisi dapat melihat gambar yang bergerak

serta suara. Maka dari itu televisi disebut media massa elektronik

audiovisual. Meski begitu, bukan berarti gambar lebih penting

daripada kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

b) Berpikir dalam Gambar

Berpikir dalam gambar akan terjadi ketika kita menonton tayangan

televisi. Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam

gambar. Pertama, visualisasi yaitu menerjemakan kata-kata yang

mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua,

penggambaran yaitu kegiatan merangkai gambar-gambar individual

sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung suatu makna

tertentu.

c) Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi jauh

lebih kompleks dan lebih butuh banyak melibatkan orang. Peralatan

yang digunakan lebih banyak dan pengoperasiannya lebih sulit dan

(29)

1.2. Fungsi Televisi

Fungsi televisi sama seperti fungsi media massa lainnya, yaitu

memberi informasi (to inform), menghibur (to entertain) dan mempengaruhi (to persuade). Menurut Effendy (1993: 24), ada tiga fungsi televisi sebagai media massa: fungsi penerangan, pendidikan

dan hiburan. Sebagai subsistem dari sistem negara dan pemerintah, di

mana stasiun televisi beroperasi, maka sifat penerangan, pendidikan

dan hiburan akan berbeda dan tergantung dari sistem negara dan

pemerintahan yang bersangkutan. Sifat penerangan, pendidikan dan

hiburan di negara liberal seperti Amerika Serikat akan berbeda dengan

di negara komunis seperti Uni Soviet, berbeda pula dengan di negara

yang berdasarkan Pancasila, Indonesia (Effendy, 1993: 24).

a) Fungsi Penerangan (The Information Function)

Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah

penyebar informasi bagi pembaca, pendengar dan pemirsa. Masyarakat

lebih puas ketika mendapatkan informasi melalui media televisi. Hal ini

disebabkan dua faktor, pertama adalah faktor immediacy dan yang kedua adalah faktor realism (Effendy, 1993: 25). Pengertian immediacy

mempunyai arti langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan melalui

(30)

berlangsung walaupun jarak antara pemirsa yang berada di rumah dengan

tempat peristiwa yang terjadi berjauhan, namun mereka dapat

menyaksikannya dengan jelas dan dari jarak yang amat dekat.

Realism mempunyai arti kenyataan. Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audial dan visual dengan perantara

mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan (Effendy,

1993: 25). Ketika Presiden sedang berpidato, pemirsa akan melihat dan

mendengar sendiri wajah dan suara Presiden. Tidak seperti ketika

membaca surat kabar, walaupun mengenai peristiwa yang sama namun

konten atau isinya sudah terlebih dahulu diolah oleh para wartawan.

b) Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang

ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang

jumlahnya banyak. Sesuai makna pendidikan yaitu meningkatkan

pengetahuan dan penalaran masyarakat (Effendy, 1993: 26). Dalam

menjalankan fungsi pendidikan ini, stasiun televisi menyiarkan acara

pendidikan tertentu secara teratur seperti pelajaran bahasa, matematika

dan lain-lain. Di Indonesia sendiri sudah terdapat stasiun televisi edukasi,

TV Edukasi (TVE) yang mulai tayang sejak 2004 di saluran TVRI

(31)

c) Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Salah satu fungsi televisi yang paling banyak dimanfaatkan oleh

khalayak yaitu sebagai hiburan. Pengguna televisi menggunakan

televisinya sebagai pencari hiburan setelah seharian disibukkan oleh

pekerjaan atau sekadar mengisi waktu senggang. Hal ini dapat dimengerti

karena televisi yang menampilkan gambar hidup serta suara yang menarik

perhatian dan dapat disaksikan di rumah oleh seluruh keluarga. Di

Amerika Serikat, kehadiran televisi sebagai penyedia hiburan sempat

membuat industri olahraga dan bioskop kalah saing. Jumlah penonton

dalam pertandingan-pertandingan seperti football dan baseball mengalami penurunan, begitu juga dengan penonton yang datang ke bioskop merosot

hingga 54% bahkan di Inggris tercatat hingga 65%. Presentase yang

hampir sama terjadi di negara-negara Eropa (Effendy, 1993: 27).

2. Televisi Komunitas

Dalam UU No. 32 /2002 tentang Penyiaran pasal 20 ayat (1), disebutkan

bahwa lembaga penyiaran komunitas adalah lembaga yang berbentuk badan

hukum Indonesia yang didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen

dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah

terbatas, serta untuk melayani komunitasnya. Televisi komunitas termasuk

(32)

merupakan jenis media (cetak maupun elektronik) yang hadir di dalam

lingkungan masyarakat atau komunitas tertentu dan dikelola oleh dan

diperuntukkan bagi warga komunitas tertentu (Pawito, 2007: 167). Media

komunitas memungkinkan suatu kelompok memproduksi konten apa yang

sesuai dengan kebutuhan seluruh anggota komunitas itu sendiri. Adapun

karakteristik media komunitas menurut Pawito (2010:167-168), yaitu: (a)

memiliki jangkauan terbatas (lokal), (b) menampilkan isi yang bersifat

konstekstual mengacu pada kondisi komunitas, (c) pengelola serta target

adalah orang-orang dari komunitas yang sama dan (d) hadir dengan misi

melayani – tidak ada orientasi mencari keuntungan modal (capital gain) (Pawito, 2007: 167-168).

Elja TV sebenarnya memang dikategorikan sebagai televisi komunitas

karena Elja TV dibentuk dan dikelola dari komunitas suporter dan

diperuntukkan bagi warga komunitas suporter PSS Sleman itu sendiri. Namun

ada beberapa perbedaan dari karakteristik media komunitas menurut Pawito

dan UU No.32 /2002 tentang Penyiaran pasal 20 ayat (1) dengan karakteristik

dari Elja TV. Yang pertama jangkauan televisi ini tidaklah terbatas atau

berdaya pancar rendah, karena berbasis streaming siaran dari Elja TV ini bisa disaksikan oleh siapapun yang berada di bagian belahan dunia manapun. Yang

kedua, target penonton memang yang diutamakan adalah suporter PSS

(33)

bahkan tidak terbatas, penonton yang bukan merupakan anggota dari suporter

klub tersebut pun dapat menyaksikan siaran ini. Orang yang hanya iseng

sekedar mencari hiburan, orang yang ingin mengamati permainan dari klub

PSS Sleman atau bahkan suporter rival pun bisa menyaksikan siaran dari Elja

TV. Oleh karena itu, Elja TV di sini bukan sebagai televisi komunitas.

Walaupun dari sub bab latar belakang masalah peneliti menyebutkan Elja TV

sebagai televisi komunitas, namun setelah ditinjau ulang maka Elja TV bukan

sebagai televisi komunitas. Meskipun televisi ini didirikan dan dikelola oleh

komunitas tertentu, namun dari karakteristik yang disebutkan di atas ada

perbedaan dari apa yang disebutkan ahli dan Undang-undang.

3. Siaran Televisi Streaming

Streaming adalah proses pengiriman data terus-menerus yang bisa dilakukan secara broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh aplikasi

streaming pada komputer (Azkirin dalam Fachrudin, 2014: 200). Streaming

diambil dari Bahasa Inggris, stream berarti aliran. Streaming diibaratkan seperti aliran (air) yang terus berjalan tidak pernah terputus kecuali jika

sumber aliran tersebut telah habis. Seperti aliran, aliran data streaming

dilakukan secara terus-menerus hingga data tersebut habis. Menurut

Fachrudin dalam bukunya, Dasar-dasar Produksi Televisi (2014: 202), proses

(34)

(Bagan 1.1. Proses dasar streaming)

Sistem televisi streaming adalah sebuah teknologi yang memainkan audio dan video secara langsung maupun tidak langsung dari sebuah media

server yang sudah terhubung dengan master control room dari televisi tersebut. Siaran televisi streaming sangat bergantung kepada kecepatan internet, jika kecepatan internet yang dipakai untuk mengunggah data ke

media server kurang memadai, maka siaran streaming yang dihasilkan tidak akan lancar atau patah-patah. Siaran seperti ini biasa disebut buffering. Buffering adalah proses yang terjadi ketika player yang digunakan untuk media streaming sedang menyimpan bagian-bagian file ke penyimpanan lokal (Fachrudin, 2014: 201). Jika kecepatan yang dipakai kurang memadai atau

lambat, maka proses penyimpanan akan menjadi lambat pula, dan

(35)

yang dipakai sangat memadai, maka proses penyimpanan data juga akan

berlangsung cepat sehingga siaran yang dihasilkan akan lancar.

Sampai penelitian ini ditulis, belum ada Undang-undang yang

mengatur secara jelas untuk siaran televisi streaming baik itu dalam UU Penyiaran maupun UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Namun

Menteri Komunikasi dan Informatika (MENKOMINFO) dalam surat edaran

nomor 3 tahun 2016 dalam pasal 5 ayat (1.2) mengkategorikan layanan

penyedia konten melalui internet dalam bentuk tulisan, suara, gambar, musik

dan video atau kombinasi dari sebagian dan/atau semuanya yang dalam

bentuk streaming atau download disebut Over The Top (penyediaan layanan aplikasi dan/atau konten melalui internet). Jadi, posisi Elja TV menurut surat

edaran MENKOMINFO nomor 3 tahun 2016 adalah sebagai Over The Top

atau penyedia layanan aplikasi dan/atau konten melalui internet termasuk

juga dengan siaran televisi berbasis streaming. 4. Manajemen Produksi Televisi

a. Pengertian Manajemen

Manullang (2009: 3) membagi pengertian manajeman menjadi tiga

yakni manajemen sebagai suatu proses, manajemen sebagai kolektivitas

orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dan yang terakhir

(36)

bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan

orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan

bersama. Sedangkan menurut George R. Terry dalam Manullang (2009: 3)

mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan

terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Manajemen

adalah suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengkoordinasian serta pengendalian. Adapun fungsi dari manajemen

yaitu:

a. Fungsi Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan fungsi pertama dan yang paling utama

dalam perihal manajemen. Di sinilah pondasi dasar diletakkan

dalam kegiatan manajemen. Ketika stasiun televisi didirikan,

pemiliknya pasti telah merencanakan tujuan dari stasiun televisi

tersebut dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Perspektif yang berorientasi ke masa mendatang dalam fungsi

perencanaan ini berhubungan dengan visi dan misi organisasi,

karena fungsi perencanaan selalu berkaitan dengan tujuan

organisasi. Tujuan organisasi yang baik adalah berasal dari visi

(37)

b. Fungsi pengorganisasian (organizing)

Fungsi pengorganisasian dalam manajemen menempati posisi

yang penting dalam rangka mencapai tujuan organisasi, bisa

diartikan sebagai kegiatan-kegiatan penyusunan struktur organisasi

dan sumber daya yang ada di organisasi dalam rangka mencapai

tujuan organisasi. Aktivitas organisasi yang sifatnya sejenis

dikelompokkan dalam divisi atau departemen yang sama, di mana

masing-masing divisi saling berhubungan dalam alur kerja yang

diatur dengan seksama dan terkoordinasi. Agar pembagian kerja

lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh para individu-individu

dalam organisasi maka dibuatlah job description (deskripsi pekerjaan). Deskripsi pekerjaan ini berisi paparan kerja yang harus

dilakukan dan menjadi tanggung jawab dari setiap posisi di

organisasi (Junaedi, 2014: 42-43).

c. Fungsi Pelaksanaan (actuating)

Fungsi pelaksanaan ini meliputi bagaimana manajer

memberikan pengarahan dan pengaruhnya kepada

individu-individu dalam organisasi untuk melakukan kewajiban sesuai

dengan paparan pekerjaannya. Dengan pelaksanaan, visi, misi dan

tujuan organisasi berusaha dicapai dengan langkah-langkah yang

kongkret. Pelaksanaan dalam fungsi manajemen tidak bisa

(38)

penting dalam pengarahan adalah kemampuan untuk melakukan

komunikasi secara efektif (Junaedi, 2014: 44-45)

d. Fungsi Pengawasan (controlling)

Fungsi pengawasan dilakukan dengan mengevaluasi

fungsi-fungsi kegiatan yang telah berlangsung dalam organisasi.

Pengawasan dilakukan bukan hanya pada diakhir proses

manajemen, namun pada hakikatnya pengawasan dilakukan sejak

fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan. Secara

lebih operasional, aktivitas dalam organisasi diukur dengan

indikator yang jelas agar mudah untuk menjalankan pengawasan.

Pengawasan yang dilakukan secara teratur dapat memberi manfaat

bagi organisasi dalam rangka mengetahui tantangan dan hambatan

yang ada dalam organisasi.

Pada dasarnya manajemen dibutuhkan oleh setiap organisasi

ataupun komunitas karena tanpa adanya manajemen, semua kegiatan

yang telah dirancang baik untuk jangka pendek maupun jangka

panjang akan sulit terlaksanakan. Ada tiga alasan mengapa

(39)

a) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan dalam organisasi.

b) Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan,

sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak

yang berkepentingan.

c) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Suatu

kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda, salah satu

yang umum dan menjadi patokan adalah efisiensi dan efektifitasnya

(Morissan, 2008: 135).

b. Proses Produksi Televisi

Di dalam bukunya Television Production Alan Wurtzel, dalam Subroto (1994: 157), menguraikan prosedur kerja untuk memproduksi

program siaran televisi, disebut sebagai Four Stage of Television Production. Keempat tahapan tersebut sesuai dengan Standart Operation Procedure (SOP) adalah sebagai berikut:

1) Pre Production Planning

2) Setup and Rehearsal

3) Production

4) Post Production (Subroto, 1994: 157)

Keempat tahapan tersebut di atas memiliki pengertian masing-masing

(40)

1) Pre Production Planning

Pre production atau pra produksi merupakan tahap awal dari proses awal dari seluruh kegiatan dalam produksi acara televisi atau juga sering disebut

tahap perencanaan. Ada tiga tahap dalam proses pra produksi.

a) Penemuan Ide

Tahap ini dimulai dari datangnya sebuah ide dari produser, namun

bukan berarti hanya produser yang dapat menggagas ide tersebut bisa saja

dari anggota lain maupun ide datangnya dari luar. Tetapi tanggung jawab

ide tersebut harus diambil alih oleh produser. Setelah penemuan ide,

produser dituntut untuk mengumpulkan data-data untuk kemudian

diserahkan kepada penulis naskah untuk kemudian dikembangkan menjadi

naskah dengan format dan durasi yang telah ditentukan (Subroto, 1994:

157).

b) Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan anggota (crew) dan pemilihan lokasi. Selain itu, ditetapkan juga estimasi biaya. Estimasi biaya dan alokasi

merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan

(41)

c) Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan semua urusan pra produksi mulai dari

perijinan tempat, setting dan melengkapi alat-alat yang dibutuhkan. Semua persiapain ini baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang telah

ditetapkan sebelumnya.

(42)
(43)

2) Setup and Rehearsal

Setup merupakan tahapan persiapan-persiapan yang bersifat teknis dan

dilakukan oleh anggota inti bersama dengan kerabat kerjanya

(Subroto, 1994: 158). Sejak dari mempersiapkan peralatan yang diperlukan

untuk di dalam studio maupun di luar studio, sampai mempersiapkan denah

untuk setting lampu, mikrofon hingga tata dekorasi. Sedangkan rehearsal

berarti latihan atau juga biasa disebut gladi bersih. Menurut Subroto

(1994: 158), rehearsal tidak saja berlaku bagi para artis tetapi juga sangat penting pula bagi anggota kerabat kerja mulai dari switcher, penata lampu, penata suara, floor director, penata gambar sampai ke pengarah acaranya itu sendiri.

3) Production

Yang dimaksud dengan proses produksi adalah upaya sutradara bersama

para artis dan crew mengubah bentuk bentuk naskah (shooting script) menjadi gambar atau menjadi bentuk visual. Pelaksanaan produksi sangat bergantung

kepada naskah, oleh karena itu karakter produksi lebih ditentukan oleh

karakter naskah, sebab seperti yang sudah dijelaskan di awal, naskah

merupakan hasil penuangan idea tau gagasan.

(44)

(Bagan 1.3. Tahapan produksi)

4) Post Production

Post production atau paska produksi merupakan tahap terakhir dalam proses produksi televisi yang dimaksudkan untuk penyelesaian atau

(45)

penyempurnaan, baik dari audio maupun visual-nya. Tahap penyelesaian meliputi:

a. Melakukan editing baik gambar maupun suara. b. Pengisian grafik visualisasi.

c. Pengisian narasi.

d. Pengisian sound effect dan ilustrasi.

e. Melakukan evaluasi terhadap hasil produksinya. Di dalam evaluasi ini

bisa saja hasil produksi dinyatakan layak siar, tetapi dapat pula

dinyatakan belum layak siar dan harus di-edit ulang (Subroto, 1994: 159-160)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempunyai tujuan untuk

mengklasifikasikan mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial

dengan masalah yang diteliti. Alasan menggunakan metode kualitatif

yaitu; pertama, metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antara peneliti dan responden dan yang ketiga, metode ini lebih

(46)

pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi

(Moleong, 2002:5).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini bertempat di studio Elja TV yang beralamat

di Stadion Maguwoharjo, Jalan Kepuhsari, Maguwoharjo, Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584.

3. Teknik Pengumpulan Data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan peneliti langsung dari

sumber utamanya. Data primer merupakan data penelitian yang

berupa informasi-informasi penelitian yang diperoleh secara

langsung ataupun dengan observasi di lapangan. Untuk teknik

pengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunakan metode

sebagai berikut:

1) Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data melalui tanya

jawab dengan daftar pertanyaan yang berisi pokok-pokok masalah

terhadap pihak-pihak yang sengaja dipilih. Tanya jawab dilakukan

(47)

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2001: 135).

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak

berstruktur, jenis ini bersifat luwes, susunan pertanyaannya dapat

diubah pada saat wawancara dan disesuaikan dengan kebutuhan

dan kondisi saat wawancara (Mulyana, 2001:180).

2) Observasi

Teknik observasi bertujuan untuk melengkapi dan

menyempurnakan data yang diperoleh dari hasil wawancara.

Observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono,

2009:145). Pengamatan yang dilakukan pada Elja TV yaitu tempat

(place), perilaku atau aktifitas (activities) serta proses kerja setiap karyawan (actor) dalam sebuah susunan organisasi dan kemudian memaknainya. Teknik observasi yang dilakukan oleh peneliti

adalah observasi partisipasi pasif. Dalam hal ini peneliti datang ke

lokasi penelitian guna mengamati aktifitas individu sesuai dengan

profesinya, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b. Data Sekunder

1) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

(48)

tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang (Sugiyono, 2009:240). Dokumen berupa tulisan

atau gambar harus mendasari dan relevan dengan

penelitian. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara.

4. Teknik Pengambilan Informan

Dalam penelitian ini, informan ditentukan secara purposive yaitu sampel yang ditujukan langsung kepada obyek penelitian dan tidak diambl

secara acak, tetapi sampel bertujuan untuk memperoleh narasumber yang

mampu memberikan data secara baik. Dengan tujuan untuk menggali

informasi yang akan menjadi dasar dari rencana teori yang muncul

(Moloeng, 2000:111).

5. Informan

Informan yang ditunjuk sebagai pusat data adalah pihak-pihak yang

dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya. Adapun dalam

(49)

Jabatan Alasan

Produser / Sutradara Produser merupakan orang terpenting dalam produksi

televisi. Mulai dari ide, teknik hingga berjalannya acara

sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari produser dan

sutradara.

Kameramen Kameramen mempunyai tugas penting dalam produksi

program televisi. Sebuah acara dinilai menarik selain dari

naskah yang telah ditentukan, juga bisa dilihat dari

pengambilan gambar-gambar yang dilakukan oleh sang

kameramen itu sendiri.

Editor Editor menjadi orang terakhir yang menyempurnakan

sebuah program. Program bisa dilihat menarik, lucu,

menegangkan atau menakutkan tergantung dari bagaimana

editor mengemas program tersebut. Oleh karena itu, editor

sering kali disebut sebagai sutradara kedua.

(Tabel 1.1. Informan)

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca. Analisa kualitatif merupakan analisis

(50)

menggunakan kaidah-kaidah statistik. Adapun tujuan dari analisis data

menurut Sutopo (2002: 91) adalah:

a. Reduksi

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi

data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi dan

deskripsi. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara

logis dan sistematis, sehingga dapat dibaca dan dipahami dengan mudah.

Sajian data ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan

permasalahan dengan menggunakan logika penelitian.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan tidak akan terjadi hingga pengumpulan data

berakhir. Simpulan nantinya akan terlebih dahulu diverifikasi agar

benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

7. Validasi Data

Dalam penelitian kualitatif, agar data dapat tervalidasi maka perlu

dilakukan uji validasi data dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi

data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

(51)

sudah diperoleh (Moleong. 2001: 178). Peneliti menggunakan model

triangulasi data sumber, karena dalam triangulasi sumber peneliti dapat

mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi dengan cara:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan sumber sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang, seperti orang yang berpendidikan lebih

tinggi atau ahli dalam bidang yang sedang diteliti.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang

berkaitan.

G. Sistematika Penulisan

Guna mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian yang

dilakukan, maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang

mencakup materi dan hal-hal yang dibahas pada setiap bab, adapun

(52)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini berisikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang gambaran dan profil umum

serta sejarah dari PSS Sleman. Gambaran, profil umum,

sejarah dan struktur organisasi dari Elja TV.

BAB III PEMBAHASAN DAN PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai manajemen

produksi dari televisi komunitas Elja TV yang menitikberatkan

pada aktifitas dalam memproduksi acara. Dalam bab ini juga

akan dipaparkan bahasan dari hasil penelitian serta analisis

berdasarkan teori-teori yang disampaikan pada bab I dan

dipadukan dengan hasil keseluruhan data penelitian.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari

(53)

BAB II

GAMBARAN UMUM ELJA TV

A. Media Komunitas Sepakbola Indonesia

Media komunitas di sepakbola sudah hadir pada jangka waktu yang

lama. Di Inggris contohnya, perkembangan internet yang sangat cepat

dimanfaatkan oleh suporter Arsenal untuk mendirikan media komunitas

bernama Black Scarf Movement (BSM). Komunitas ini sering mengkritik kebijakan-kebijakan manajemen klub yang dirasa merugikan para suporter

seperti mahalnya harga tiket yang tiap musim mengalami kenaikan. Sejak

2009 mereka terus mengajak banyak suporter lain untuk sadar dan ikut dalam

pergerakan mereka.

Elja TV bukanlah satu-satunya media komunitas dalam sepakbola

Indonesia. Sebelum Elja TV berdiri sudah banyak media komunitas yang

didirikan oleh fans klub-klub tertentu yang lebih dulu hadir. Kehadiran

internet dengan akses yang mudah dan sangat luas dapat dimanfaatkan oleh

para suporter untuk mendirikan media komunitas. Karena dahulu ketika media

masih bersifat analog dan internet belum bisa diakses dengan mudah seperti

sekarang ini, media komunitas akan sulit berkembang karena mahalnya biaya

cetak serta publikasi. Pemanfaatan teknologi internet bisa menekan

(54)

Sebut saja Sambernyawa.com, merupakan portal berita yang didirikan

oleh Pasoepati, kelompok supporter klub Persis Solo. Portal berita tersebut

berisi berita-berita dari Persis Solo. Sambernyawa.com juga menjadi wadah

bagi Pasoepati untuk mencari berita-berita yang sudah resmi dari klub. Di PSS

Sleman sendiri, sebelum Elja TV sudah ada media komunitas yang hadir.

Contohnya adalah Elja Radio yang berdiri pada tahun 2012 silam. Merupakan

radio streaming buatan suporter PSS yang juga menyiarkan live streaming

pertandingan PSS dalam bentuk audio. Selain itu Elja Radio juga menjadi

wadah bagi Sleman Fans yang kreatif untuk menampung karya-karya lagu

yang bertemakan PSS Sleman untuk kemudian dikompilasikan ke dalam

album lalu kemudian album tersebut dijual. Gerakan ini bersifat positif karena

mereka tetap memberikan sumbangsih terhadap klub seperti pemasangan

adboard (papan iklan di pinggir lapangan) yang tentunya uang pemasangan tersebut akan masuk ke kantong PSS Sleman itu sendiri.

B. Sejarah PSS Sleman

Perserikatan Sepak bola Sleman (PSS) merupakan sebuah klub asal

Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang saat ini sedang berkompetisi di

Indonesia Soccer Championship B, sebuah turnamen berformat liga yang mengisi kekosongan kompetisi Liga Indonesia yang sedang absen akibat

dibekukannya Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) oleh

(55)

1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto.

Ada lima tokoh penting dalam lahirnya klub yang dijuluki Super Elang Jawa

(Super ElJa) ini, yaitu H. Suryo Saryono, Sugiarto SY, Subardi, Sudarsono

KH dan Hartadi. Lahirnya PSS dilatarbelakangi bahwa pada waktu itu di

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru ada dua perserikatan yaitu PSIM

Yogyakarta dan Persiba Bantul

(Gambar 2.1. Logo PSS Sleman)

Tiga tahun pasca resmi berdiri, tepatnya pada tahun 1979, PSS

memulai perjuangannya dalam mengikuti kompetisi yang diadakan oleh PSSI.

Pada waktu itu PSS memulai dari Divisi II, beberapa kali Super Elang Jawa

menjuarai babak penyisihan di wilayah DIY mengalahkan saudara-saudaranya

seperti Persiba Bantul, Persig Gunung Kidul dan Persikup Kulon Progo.

Namun mereka beberapa kali gagal untuk melaju ke babak tingkat nasional

karena persaingan yang cukup berat ketika harus bertemu

(56)

pada tahun 1996 PSS bisa promosi ke Divisi I atau tingkat nasional setelah

berhasil menang pada pertandingan playoff melawan PERSISS Sorong, Aceh Putra dan Persipal Palu.

Empat tahun bertahan di Divisi I akhirnya klub yang berdiri pada

tahun 1979 ini bisa menembus Divisi Utama, divisi paling atas yang ada di

Liga Indonesia pada waktu itu, pada tahun 2000. Sempat berganti nama

menjadi PSS Yogyakarta dan berpindah homebase dari Stadion Tridadi ke Stadion Mandala Krida pada musim 2001-2002. Pada musim itu juga PSS untuk pertama kalinya diperkuat pemain asing yaitu Jaldecir “Deca” Dos

Santos dan Fabiano Guarillha. Musim 2002-2003 menjadi musim paling

berprestasi bagi PSS Sleman di persepak bolaan nasional, pada musim itu

Super Elang Jawa berhasil menempati posisi empat di akhir musim, hanya

terpaut tujuh poin dari peringkat pertama yang diduduki oleh Persik Kediri.

Prestasi itu diulangi pada musim 2003-2004, walau harus kembali pindah ke

homebase awal yaitu Stadion Tridadi, namun mereka tetap bisa mempertahankan posisi empat di akhir musim di bawah Persebaya, PSM dan

Persija. Pada musim ini juga PSS Sleman masuk empat besar Copa Dji Sam

Soe yang diadakan pada jeda kompetisi (sumber:

http://pss-sleman.co.id/category/history, diakses pada 6 Oktober 2016, 12:00 WIB).

Hingga saat ini, PSS Sleman masih berdiri dan masih aktif dalam

persepakbolaan nasional. Sempat menjuarai Divisi Utama versi Liga Prima

(57)

Indonesia Super League (ISL) pada musim berikutnya. Sempat terlibat skandal “sepak bola gajah” setahun sesudahnya, namun sekarang PSS Sleman

bermain pada turnamen ISC B dan sudah lolos ke tahap 16 besar.

C. Sejarah Elja TV

Elja TV pertama kali berdiri pada tahun 2014, pada tahun yang sama

mereka mulai mengudara dengan siaran percobaan belum dengan sistem

berbayar dan mengudara dengan alat seadanya. Berkat masukan dari berbagai

pihak, Elja TV kemudian terus berkembang dan setelah mengudara dengan

siaran percobaan satu sampai dua kali akhirnya mereka mulai mengudara

dengan sistem berbayar. Ada tiga pilihan harga yang diberikan Elja TV

kepada pemirsanya, yaitu 30.000 rupiah, 50.000 rupiah dan yang terakhir di

atas 50.000 rupiah. Pilihan yang terakhir merupakan optional bagi pemirsa yang ingin membeli voucher lebih dari harga yang sudah ditentukan.

“Kita pertama sekali (sampai) dua kali (masih siaran) trial, yang ketiga sudah langsung berbayar. Dulu berbayarnya masih 20.000 rupiah, kita juga belum bisa memberi kualitas yang bagus. Istilahnya, harga segitu hanya untuk biaya produksi agar satu kali produksi itu tetap bisa jalan” (hasil wawancara dengan Syahrul Ramadhan, Pimpinan Produksi, 16 Oktober 2016).

Berdirinya Elja TV sepenuhnya diinisiasi oleh para suporter, bukan ide

dari manajemen klub itu sendiri. Ide tersebut muncul karena keresahan dari

para Sleman Fans (pendukung PSS Sleman) yang bertempat tinggal di luar

DIY karena tidak bisa menyaksikan pertandingan kandang PSS, karena tidak

(58)

Divisi Utama dan hanya menayangkan pertandingan dari divisi tertinggi yaitu

ISL. Oleh karena itu, Elja TV berdiri dan melayani khusus untuk Sleman Fans

yang sedang atau bertempat tinggal di luar DIY. Dari awal hingga sekarang

mereka pun tetap konsisten hanya melayani bagi mereka yang berada di luar

DIY, jika Sleman Fans yang masih dalam wilayah DIY tidak dapat

menggunakan layanan Elja TV dan diharuskan untuk datang ke stadion. “Jadi kenapa kita khususkan untuk (Sleman Fans) luar DIY karena supaya stadion tetap penuh dan kecil kemungkinan orang Sleman dengan bayar harga sama dengan tiket nonton langsung di stadion, mereka lebih (memilih) nonton streaming” (Hasil wawancara dengan Syahrul Ramadhan, Pimpinan Produksi, 16 Oktober 2016)

Elja TV merupakan televisi komunitas berbasis streaming, yang artinya semua orang di seluruh dunia ini bisa menyaksikan tayangannya,

hanya membutuhkan perangkat komputer atau tablet dan koneksi internet saja.

Oleh karena itu, pengguna layanan Elja TV tidak hanya di Indonesia saja.

Namun pengguna layanan televisi komunitas suporter ini tersebar dari

berbagai negara seperti Singapura, Korea Selatan, Jepang, Belanda hingga

Selandia Baru. Berikut peta persebaran penonton Elja TV pada pertandingan

(59)

(Gambar 2.2. Peta persebaran penonton Elja TV pada tanggal 16 Oktober

2016)

D. Alat-alat Produksi

1. Kamera Sony HXR-2500

(Gambar 2.3. Kamera Sony HXR-2500)

Dalam setiap produksinya, Elja TV menggunakan kamera

(60)

masing-masing ditempatkan di pinggir lapangan sebanyak dua unit,

atas bagian tengah stadion sebanyak satu unit dan di bagian tribun

paling atas sebanyak satu unit.

2. Personal Computer

(Gambar 2.4. Personal computer)

Untuk menampilkan gambar yang direkam kamera dan

mengunggah gambar tersebut agar dapat dilihat pemirsanya, Elja TV

menggunakan perangkat komputer. Perangkat komputer yang

digunakan sebanyak dua unit.

3. Laptop

(61)

Laptop dibutuhkan untuk menampilkan preview siaran

streaming yang sedang tayang sehingga para crew yang berada di ruang kontrol, terutama pengarah acara mampu memantau jalannya

siaran. Laptop yang dipakai dalam produksi sebanyak tiga unit. Selain

untuk memantau jalannya siaran, dua laptop lainnya digunakan untuk

memantau jaringan dan kecepatan unggah data agar siaran streaming

tetap stabil. Satu sisanya digunakan oleh admin yang menangani untuk menjawab keluhan-keluhan dari penonton ketika ada yang bermasalah.

4. Monitor

(Gambar 2.6. Monitor)

Monitor dibutuhkan untuk menampilkan tampilan dari

komputer yaitu menampilkan gambar yang direkam oleh kamera.

(62)

5. Microphone

(Gambar 2.7 & 2.8. Hand held mic & condenser mic)

Tiga unit mikrofon digunakan dalam setiap produksi siaran

Elja TV. Diantaranya dua unit hand held mic, mik ini digunakan oleh pembawa acara dan komentator dan satu unit condenser mic yang digunakan untuk merekam suara atmosfer stadion.

6. Tripod

(63)

Tripod digunakan untuk menyangga kamera supaya kamera

dapat berdiri dan stabil untuk mengambil gambar. Tripod yang dipakai

sebanyak empat unit dengan model tripod Libec.

7. Handy Talky

(Gambar 2.10. Handy talky)

Alat ini sangat berguna untuk komunikasi jarak jauh. Pengarah

acara akan mengarahkan para kameramen yang posisinya tersebar

melalui handy talky (HT). Dalam setiap produksi, Elja TV membutuhkan enam HT yang digunakan oleh pengarah acara dan

kameramen.

8. Aja Kona

(64)

Alat ini berfungsi untuk membagi gambar yang direkam oleh empat kameramen yang bertugas

sehingga memudahkan switcher untuk memilih gambar mana yang akan ditampilkan pada saat siaran. Berikut adalah proses persiapan alat-alat produksi oleh masing-masing bagian atau masing-masing

jobdesk:

(65)

Berikut adalah floor plan atau peletakan alat-alat di atas dalam produksi siaran Elja TV pada tanggal 16 Oktober 2016:

a. Ruang Kontrol

(Bagan 2.2. Floor plan ruang kontrol)

Monitor 1 dan CPU 1 digunakan oleh switcher untuk membagi gambar yang akan ditampilkan di layar televisi. Laptop 1 digunakan oleh operator untuk memantau

jaringan internet sedangkan laptop 2 digunakan oleh admin yang bertugas untuk

membantu penonton yang mengalami kendala dalam mengakses siaran. Laptop 3

digunakan oleh operator untuk mengecek traffic dari siaran Elja TV. Monitor 2 dan CPU 2 digunakan oleh operator yang bertugas untuk membuat ruang siaran di akun

(66)

b. Letak Kamera Dekat Lapangan

(Bagan 2.3. Letak kamera dekat lapangan)

Ada dua kamera yang disiapkan di pinggir lapangan. Kamera ini merekam

kejadian-kejadian yang terjadi dengan jarak yang dekat. Selain kameramen yang

Gambar

gambar mana yang akan ditampilkan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil empiris menentukan pentingnya brand identity, brand meaning, dan brand image (dan pendahulunya, yaitu persepsi kualitas, dan reputasi); attachment strength; serta

Pada beberapa eksplan terbentuk struktur akar semu ( pneumathode) dimana membuat pembentukan embrio globular menjadi sulit untuk direalisasikan. Pada tahap pendewasaan

Berbeda dengan analogi kualitatif, perbandingan yang dimaksud sebagai teknik pembangun kelucuan pada bagian ini adalah perbandingan antara dua anggota yang termasuk dalam kelas

Sementara untuk tahap-tahap penyelesaian soal berdasarkan tingkat kemampuan siswa, ternyata siswa kemampuan bawah paling banyak tidak memnjawab hampir pada semua

Media pembelajaran berupa buku yang diterapkan dengan aplikasi augmented reality berupa marker dapat membantu meningkatkan minat masyarakat Indonesia dalam membaca

NOER SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2016-2017 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE ( TPS ) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V

Dalam tugas akhir ini dibangun suatu sistem yang dapat mendeteksi telapak tangan seseorang yang sudah dimasukan ke dalam database dengan cara mengekstraksi ciri melalui

PIHAK PERTAMA wajib melindungi, melepaskan, membela, mengganti rugi dan membebaskan PIHAK KEDUA dan para pekerjanya, termasuk tanggung jawab atas biaya pengadilan dan biaya