• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

54

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya Yuli Hariati Siregar/ 141121085, mahasisiwi di Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang

melakukan penelitian tentang “Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di

SMA Negeri 4 Padangsidimpuan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan

dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan,

Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan siswa SMA Negeri

4 untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan

memberi dampak yang membahayakan. Saya mohon kesediaan Siswa SMA

Negeri 4 Padangsidimpuan untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya.

Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti

kesukarelaan siswa SMA Negeri 4 Padangsidimpuan.

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga anda bebas

untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi

yang Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam

penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi yang anda berikan dalam penelitian

ini.

Medan, Januari 2016

Responden

(2)

Lembaran ini adalah instrumen untuk penelitian “Gambaran Masalah

Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan” yang berada di

SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu: data

demografi dan kuisioner pengetahuan remaja tentang kesehatan jiwa. Pengisian

kuisioner dengan menggunakan tanda (� )

1. DATA DEMOGRAFI

Kode (diisi oleh peneliti) :

Umur : ... tahun

Jenis Kelamin : ( ) 1. Laki-laki

( ) 2. Perempuan

Agama : ( ) 1. Islam

( ) 2. Protestan

( ) 3. Katolik

( ) 4. Hindu

( ) 5. Budha

Suku Bangsa : ( ) 1. Batak

( ) 2. Melayu

( ) 3. Jawa

( ) 4. Dll, sebutkan

Jumlah Saudara :

(3)

56

2. Kuisioner Penelitan Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja Petunjuk pengisian:

- Menjawab setiap pertanyaan/ pernyataan yang tersedia dengan memberikan

tanda silang (√) pada tempat yang disediakan.

- Menjawab semua pertanyaan yang ada.

- Mengisi setiap pertanyaan dengan satu jawaban.

- Bertanya kepada peneliti bila saudara kurang mengerti.

No. Pertanyaan Ya Tidak

1 Saya suka meninggalkan tanggung jawab pada

tugas-tugas yang diberikan

2 Saya bingung hal apa yang menjadi kekuatan dalam diri

saya

3 Peran saya dalam keluarga masih rancu atau kurang jelas

4 Saya percaya diri dapat melakukan segala hal

5 Saya dapat menerima kekurangan yang ada di dalam diri

saya

6 Saya mudah menerima pelajaran

7 Saya mengikuti les tambahan agar mudah memahami

pelajaran

8 Saya terus berusaha belajar walaupun banyak hambatan

untuk menerima pelajaran

9 Saya malas untuk belajar.

10 Saya belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai

cita-cita.

(4)

13 Saya sering berkata kasar kepada teman

14 Saya menghindar dari teman-teman saya jika diajak bolos

sekolah.

15 Saya pernah mencuri barang teman saya.

16 Saya pernah mencium tangan lawan jenis di depan umum.

17 Saya pernah mengkhayal tentang berpelukan dengan

lawan jenis.

18 Saya menolak jika disentuh atau menyentuh lawan jenis.

19 Saya menghindari perilaku penyimpangan seksual.

20 Saya pernah menonton video yang kurang senonoh

(5)

58

RELIABILITAS PADA SMA NEGERI 2 PADANGSIDIMPUAN

no kuisioner gambaran masalah kesehatan jiwa remaja tota

l p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20

1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 7

2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 15

3 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 15

4 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 6

5 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14

6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 15

7 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 15

8 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 8

9 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 16

10 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 15

11 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 10

12 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18

13 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

14 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 16

15 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 10

16 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 11

17 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 7

18 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 11

19 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 7

(6)

23 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 7

24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 16

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 16

26 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 14

27 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 17

28 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 14

29 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 6

30 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 13

31 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18

32 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 14

33 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 16

34 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15

35 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 7

36 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 14

37 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 10

38 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 9

39 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 10

40 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 6

(7)
(8)

no

Kuisioner Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA NEGERI 4 Padangsidimpuan

total p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10

p1

1 p12 p13 p14 p15 p1

6 p17 p18 p19 p20

1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 8

2 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 11

3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 13

4 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 13

5 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 7

6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17

7 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 13

8 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 9

9 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 6

10 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 11

11 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13

12 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16

13 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 10

14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 16

15 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 6

16 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 8

17 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19

(9)

62

19 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 12

20 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 9

21 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 6

22 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17

24 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 15

25 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 8

26 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 15

27 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 11

28 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 14

29 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 7

30 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16

31 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8

32 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 10

33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 18

34 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 13

35 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 14

36 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 10

37 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 13

38 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 9

39 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 13

40 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 11

41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 16

42 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16

(10)

46 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 11

47 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 14

48 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 14

49 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 12

50 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4

51 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 9

52 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17

53 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 14

54 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 9

55 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 8

56 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 6

57 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 15

58 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 16

59 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18

60 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 8

61 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 16

62 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6

63 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 10

64 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 9

65 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 15

(11)

64

67 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8

68 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 13

69 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18

70 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 7

71 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16

72 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 15

73 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 10

74 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6

75 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 11

76 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 15

77 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 16

78 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15

79 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 8

80 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6

81 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 8

82 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5

83 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17

84 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17

85 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 8

86 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17

87 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 16

88 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 14

89 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7

total 59 20 46 45 82 44 23 75 65 71 72 64 51 71 55 65 23 37 41 22 105

(12)
(13)

66

LAMPIRAN 9

Master Tabel Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan

No

Masalah Kesehatan Jiwa Remaja

(14)

23 perempuan 15 minang islam 3 2 5 5 4 3 17

24 laki-laki 16 jawa islam 2 2 3 5 4 3 15

25 laki-laki 17 batak islam 2 4 2 2 3 1 8

26 perempuan 16 sunda islam 1 3 3 4 5 3 15

27 laki-laki 17 batak islam 4 5 4 2 3 2 11

28 perempuan 16 batak islam 6 5 4 4 4 2 14

29 laki-laki 17 batak islam 1 1 4 0 2 1 7

30 perempuan 16 batak islam 4 4 3 4 5 4 16

31 laki-laki 16 batak islam 1 2 3 2 2 1 8

32 laki-laki 16 batak islam 1 2 2 1 5 2 10

33 perempuan 15 batak islam 1 1 5 5 5 3 18

34 laki-laki 15 batak islam 2 2 4 5 3 1 13

35 perempuan 15 batak islam 1 3 3 3 5 3 14

36 laki-laki 15 jawa islam 4 4 2 3 3 2 10

37 perempuan 17 melayu islam 4 3 3 4 4 2 13

38 laki-laki 16 minang islam 3 3 3 3 2 1 9

39 perempuan 15 batak islam 4 3 3 3 4 3 13

40 laki-laki 17 batak islam 4 3 2 3 5 1 11

41 perempuan 15 jawa islam 2 2 5 5 4 2 16

42 perempuan 17 batak islam 3 3 4 4 4 4 16

(15)

68

44 perempuan 17 batak islam 1 2 2 3 2 1 8

45 laki-laki 17 batak islam 6 5 2 1 4 0 7

46 laki-laki 16 batak islam 3 3 4 3 2 2 11

47 laki-laki 16 batak islam 1 3 4 4 5 1 14

48 perempuan 16 minang islam 1 3 4 5 3 2 14

49 laki-laki 15 batak islam 1 4 3 4 3 2 12

50 laki-laki 17 batak katolik 4 4 1 1 1 1 4

51 laki-laki 17 batak islam 1 1 2 3 4 0 9

52 perempuan 15 batak islam 4 4 5 4 5 3 17

53 perempuan 16 batak islam 4 4 4 2 4 4 14

54 laki-laki 15 batak islam 5 4 1 5 2 1 9

55 perempuan 17 batak islam 5 6 2 3 2 1 8

56 laki-laki 15 batak islam 1 1 1 1 4 0 6

57 perempuan 16 batak islam 1 2 4 3 5 3 15

58 perempuan 17 batak islam 1 0 4 5 5 2 16

59 perempuan 17 batak islam 4 3 4 5 5 4 18

60 laki-laki 18 batak islam 1 2 2 3 3 0 8

61 laki-laki 17 jawa islam 4 3 4 4 5 3 16

62 laki-laki 15 batak islam 2 2 1 1 3 1 6

63 laki-laki 17 batak islam 1 4 4 2 2 2 10

64 laki-laki 18 batak islam 5 5 2 3 3 1 9

65 perempuan 16 batak islam 2 3 4 3 5 3 15

66 perempuan 14 melayu islam 2 2 3 4 5 5 17

67 perempuan 16 batak islam 1 2 3 2 2 1 8

(16)

71 perempuan 16 batak islam 1 2 4 3 5 4 16

72 laki-laki 15 batak islam 2 2 3 4 5 3 15

73 perempuan 16 batak islam 4 3 2 3 4 1 10

74 laki-laki 16 batak islam 1 3 2 1 2 1 16

75 perempuan 16 batak islam 5 4 4 3 3 1 11

76 laki-laki 15 batak islam 1 1 4 4 5 2 15

77 perempuan 17 batak islam 4 4 3 4 4 5 16

78 perempuan 16 batak islam 4 3 2 4 5 4 15

79 laki-laki 15 batak islam 1 1 2 3 2 1 8

80 laki-laki 18 batak katolik 1 2 1 2 3 0 6

81 laki-laki 16 batak islam 6 5 2 1 4 1 8

82 laki-laki 18 batak islam 9 9 2 1 2 0 5

83 perempuan 17 batak islam 2 2 4 4 5 4 17

84 laki-laki 18 batak islam 2 1 5 4 5 3 17

85 laki-laki 16 batak islam 3 2 1 3 3 1 8

86 perempuan 17 melayu islam 8 7 5 4 4 4 17

87 perempuan 14 batak islam 1 0 5 4 4 3 16

88 perempuan 17 melayu islam 5 4 3 4 4 3 14

(17)

70

(18)
(19)

72

(20)
(21)

74

(22)
(23)

76

(24)
(25)

78

(26)
(27)

80

(28)

Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Kuesioner Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4

Padangsidimpuan

No Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

f % f %

1. Saya suka meninggalkan tanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan

59 66.3 30 33.7

2. Saya bingung hal apa yang menjadi kekuatan dalam diri saya

20 22.5 69 77.5

3. Peran saya dalam keluarga masih rancu atau kurang jelas

60 67.4 29 32.6

4. Saya percaya diri dapat melakukan segala hal 45 50.6 44 49.4 5. Saya dapat menerima kekurangan yang ada di

dalam diri saya

82 92.1 7 7.9

6. Saya mudah menerima pelajaran 44 49.4 45 50.6 7. Saya mengikuti les tambahan agar mudah

memahami pelajaran

23 25.8 66 74.2

8. Saya terus berusaha belajar walaupun banyak hambatan untuk menerima pelajaran

75 84.3 14 15.7

9. Saya malas untuk belajar. 65 73 24 27

10. Saya belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita.

71 79.8 18 20.2

11. Saya berteman tanpa menggunakan kekerasan 72 80.9 17 19.1 12. Saya pernah ikut tawuran di sekolah 64 71.9 25 28.1 13. Saya sering berkata kasar kepada teman 51 57.3 38 42.7 14. Saya menghindar dari teman-teman saya jika

diajak bolos sekolah.

71 79.8 18 20.2

15. Saya pernah mencuri barang teman saya. 65 73 24 27 16. Saya pernah mencium tangan lawan jenis di

depan umum.

65 73 24 27

17. Saya pernah mengkhayal tentang berpelukan dengan lawan jenis.

23 25.8 66 74.2

18. Saya menolak jika disentuh atau menyentuh lawan jenis.

37 41.6 52 58.4

19. Saya menghindari perilaku penyimpangan seksual.

41 46.1 48 53.9

20. Saya pernah menonton video yang kurang senonoh

(29)

82

(30)
(31)

84

(32)
(33)

86

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yuli Hariati Siregar

Tempat, Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 26 Juli 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Panca Budi II No.12 Padangsidimpuan

No.Telepon/ HP : 085361042640

Orangtua (Ayah) : H. Kali Maulana Siregar

Orangtua (Ibu) : Hj. Faridah Rangkuti

Riwayat Pendidikan

• 1997-1999 : TK Aisiyah Bustanul Alfa Padangsidimpuan

• 1999-2005 : SD Negeri 26 Padangsidimpuan

• 2005-2008 : SMP Swasta Nurul’ Ilmi Padangsidimpuan

• 2008-2011 : SMA N 4 Padangsidimpuan

• 2011-2014 : D-III Keperawatan USU

• 2014-2016 : Program Sarjana Keperawatan

(34)

1. Persiapan Proposal

• Biaya tinta dan kertas print proposal Rp 150.000

• Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 120.000

• Biaya pembelian buku Rp 200.000

• Biaya internet Rp 50.000

• Penjilidan Rp 10.000

• Konsumsi Rp 150.000

2. Pengumpulan Data

• Surat izin penelitian Rp 100.000

• Transportasi Rp 320.000

• Penggandaan kuesioner Rp 50.000

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Hasil

• Biaya kertas dan tinta print Rp 200.000

• Penjilidan Rp 12.000

• Penggandaan laporan penelitian Rp 50.000

(35)

88

Maret April Mei Juni September Oktober November Desember Januari Februari

Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

6. Menyerahkan proposal

8. Revisi proposal penelitian

9. Uji Validitas & Reliabilitas

10. Pengumpulan data responden

11. Analisa data

12. Pengajuan sidang skripsi

15. Mengumpulkan skripsi

(36)

Anindyajati. 2013. Status Identitas Remaja Akhir: Hubungannya Dengan Gaya

Pengasuhan Orangtua dan Tingkat Kenakalan Remaja.

ejournal.unesa.ac.id. Dikutip tanggal 08 Februari 2016.

Anonim. 2009. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Yogyakarta; Pustaka Mahardika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta;

Rineka Cipta.

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor; Ghalia Indonesia.

Dirgantoro.W. 2012. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Dalam

Meningkatkan Konsentrasi belajar Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Kristen

Purwodadi Tahun Ajaran 2011/

tanggal 07 Februari 2016.

Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Indarjo, S. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja. Hal: 49. Universitas Negeri Semarang.

http://journal. unnes.ac.id/index.php/kemas. dikutip pada tanggal 15 Maret

2015.

Jahja, Y. 2011. Psikologi Perkembangan Edisi Pertama Cetakan Ke-1. Jakarta;

Prenada Media Group.

Lestari, H, dan Sugiharti. 2011. Perilaku Beresiko Remaja di Indonesia Menurut

Survey Kesehatan reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007. http:

lib://fkm.ui.ac.id. dikutip pada tanggal 22 januari 2016.

Nevid, J.S, et.all,. 2003. Psikologi Abnormal edisi Kelima Jilid-2 . Jakarta;

Erlangga.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Bandung; Salemba Medika.

Papilia, et.all,. 2011. Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian V

(37)

53

Pieter, H.Z, dan Lumongga,N. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.

Jakarta; Kencana.

Retnowati,S. 2008. Remaja dan Permasalahannya. Hal:21. Fakultas Psikologi

UGM, Jogjakarta.

permasalahannya.html. Dikutip pada tanggal 15 Maret 2015.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung;

Alfabeta.

Riskesdas. 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan RI Tahun 2013.

Maret 2015.

Sadri,J. 2009. Tinjauan Tentang Perilaku Menyimpang Remaja di Kelurahan Sari

Rejo Kecamatan Medan Polonia. http:www.usu.ac.id. Dikutip tanggal 08

Februari 2016.

Santrock, J. W. 2007. Remaja Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta; Erlangga.

Saputri,N.D, dan Susetyo. Remaja dan Seks Pranikah

id/jurnal/files/journals/5/article/200/submission/original/200-620-1-SM.pdf.

Dikutip pada tanggal 22 Januari 2016.

Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.

Slavin, R.E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik Edisi Kesembilan Jilid

Ke-1. Jakarta; PT. Indeks.

Soejoeti,S.Z. 2001. Perilaku Seks di Kalangan Remaja dan Permasalahannya.

Ejournal.litbang.depkes.go.id/../1648. Dikutip tanggal 25 Desember 2015.

Sumiati, et all,. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja. Jakarta; Trans Info Medika.

Willis, S.S. 2014. Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk

Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung;

Alfabeta.

(38)

Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan tentang masalah

kesehatan jiwa remaja. Yang mana variabel yang diteliti adalah masalah kesehatan

jiwa remaja. Kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan pada skema 3.1.

dibawah ini :

Keterangan Gambar:

: Variabel yang diteliti

Skema 3.1: kerangka konseptual gambaran masalah kesehatan jiwa remaja Gambaran Masalah Kesehatan

Jiwa Remaja (Sumiati, 2009):

a. Bingung Peran

b. Kesulitan Belajar

c. Kenakalan Remaja

d. Perilaku Seksual Pengaruh Lingkungan Terhadap

Perkembangan Jiwa Remaja

- Lingkungan Keluarga

- Lingkungan Sekolah

- Lingkungan Teman Sebaya

(39)

34

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Suatu keadaan pada

siswa remaja di

SMA Negeri 4

Padangsidimpuan

ditinjau dari

masalah kesehatan

jiwa remaja yang

meliputi bingung

peran, kesulitan

belajar, kenakalan

remaja, perilaku

seksual.

Kuisioner Dalam

persentase

setiap

butir item.

Ordinal

Table 3.1 Defenisi Operasional

(40)

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran tentang masalah kesehatan jiwa remaja di SMA Negeri 4

Padangsidimpuan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2013). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas X,XI,XII

yang di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Jumlah populasi di SMA Negeri 4

Padangsidimpuan adalah 840 orang.

4.2.2 Sampel

Pengambilan sampel menggunakan Strativite Random Sampling dimana

sampel memiliki kelas atau golongan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan

ketepatan absolute dan menggunakan rumus: � = � 1+�()2

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0.10)

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah:

Diketahui :

N = 840

(41)

36

Tehnik pengambilan sampel ini dengan cara menjumlahkan siswa perkelas

dikalikan dengan jumlah sampel yang di tentukan kemudian dibagikan dengan

jumlah populasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan

pengumpulan data ini adalah, menyebarkan seluruh kuisioner kepada semua

remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, kemudian kuisioner perkelas

dipisah-pisahkan, peneliti mengambil sampel sesuai dengan urutan angka yang di ambil

secara acak. Dengan jumlah sesuai yang dibutuhkan setiap kelasnya.

4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan dengan

pertimbangan bahwa SMA Negeri 4 Padangsidimpuan merupakan salah satu

sekolah yang siswanya masalah kesehatan jiwanya tidak terlalu baik dan tidak

pernahnya dilakukan penelitian tentang masalah kesehatan jiwa di SMA Negeri 4

(Data 2014/2015 SMA Negeri 4 Padangsidimpuan). Lokasi sekitar sekolah adalah

lokasi persekolahan dan sedikitnya rumah penduduk. Lapangan belakang SMA

Negeri 4 berbatasan dengan sawah, kebun dan juga rumah warga sekitar.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat surat etic clirens yang

menyatakan bahwa peneliti berhak meneliti dengan instrumen yang ada, dan

kemudian mendapat izin dari Fakultas Keperawatan dan Kepala Sekolah SMA

Negeri 4 Padangsidimpuan, setelah mendapatkan persetujuan mengambil data,

maka peneliti menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

(42)

Responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini

setiap saat tanpa ada tekanan ataupun paksaan, dan peneliti akan menghormati hak

responden. Untuk menjaga kerahasiaan, maka kuisioner yang diberikan kepada

responden diberi kode tertentu tanpa nama dan hanya peneliti yang mempunyai

akses terhadap informasi tersebut.untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti

tidak mencantukan nama responden pada lembar data (kuisioner) yang diisi oleh

peneliti. Lembar tersebut hanya diberi nomer atau kode tertentu. Informasi yang

diperoleh peneliti dijaga kerahasiaannya (Nursalam, 2003).

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data maka digunakan instrument. Instrument yang

digunakan berupa kuesioner. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan

tinjauan pustaka. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu pada

awal instumen penelitian berisi data demografi, dan selanjutnya kuesioner yang

berisi tentang gambaran masalah kesehatan jiwa remaja.

4.5.1 Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi yang memberikan data mengenai responden yang

meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, jumlah saudara kandung, urutan anak.

Kuesioner ini hanya digunakan untuk melihat distribusi demografi dari responden.

4.5.2 Kuesioner Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja

Kuesioner ini bertujuan untuk mendapatkan hasil ataupun data tentang

(43)

38

peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner ini disusun dalam bentuk

tertutup dengan menggunakan skala Gutman (Riduwan, 2010).Yang mana jika

pernyataan positif jawabannya “Ya” diberi nilai 1, “Tidak” diberi nilai 0.

Sedangkan pernyataan negatif jika jawaban “Ya” diberi niai 0, jika jawaban

“Tidak” diberi nilai 1. dan dalam kuesioener pernyataan positif berada pada

nomor 4,5,6,7,8,10,11,14,18,19, dan pernyataan negatif berada pada nomor

1,2,3,9,12,13,15,6,17,20. Pernyataan tentang bingung peran berada pada nomor

1,2,3,4,5,. Dan pernyataan tentang kesulitan belajar berada pada nomor 6,7,8,9,10.

Pernyataan tentang kenakalan remaja berada pada nomor 11,12,13,14,15. Dan

perilaku seksual pernyataannya berada pada nomor 16,17,18,19,20.

4.6 Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat ke validan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau yang sahih

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas yang rendah (Arikunto, 2013).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang validitas yang dimaksud. Penguji menguji validitas instrumen yang sudah

disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan

diketahui tingkat validitas empiris dan validitas berdasarkan pengalaman. Untuk

menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen

tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan kegiatan

(44)

sudah valid (Arikunto, 2013). Kuisioner yang saya gunakan sudah dinyatakan

valid dengan CVI (Content Validity Index) bernilai 1.

4.7 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

memperlihatkan hasil yang relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap

kelompok subjek yang sama. Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukkan

bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa

kali pengukuran tersebut. Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar,

maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak

reliabel. Uji reliabilitas dilakukan pada 40 orang di SMA Negeri 2

Padangsidimpuan. Karena sekolah tersebut memiliki karakteristik siswa yang

sama dengan siswa SMA Negeri 4 Padangsidimpuan. Uji reliabilitas dilakukan

secara komputerisasi dengan menggunakan K-R 21 (Kuder dan Richardson). Dan

telah dilakukannya pada tanggal 18 Januari 2016. Didapatkan hasil dari

reliabilitas pada siswa SMA Negeri 2 Padangsidimpuan adalah 0,73, dan

dinyatakan reliabilitas.

4.8 Pengumpulan Data

Setelah mendapat izin penelitian dari kepala sekolah SMA Negeri 4

Padangsidimpuan, lalu peneliti mendatangi lokasi penelitian, setelah itu peneliti

menemui responden sesuai ketentuan. Sebelum peneliti membagi kuisioner

(45)

40

manfaat, dan proses pengisian kuisioner serta waktu yang diberikan sebanyak

5-10 menit.

Kemudian peneliti meminta responden untuk menandatangani surat

persetujuan lalu mempersilahkan untuk mengisi kuisioner yang diberikan serta

diberi kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti, mengingatkan

responden untuk mengisi kuisioner secara teliti dan cermat serta tidak ada hal

yang terlewatkan. Setelah semua responden mengisi kuisioner tersebut maka

kuisioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.

Setelah data terkumpul semua maka dilakukan pengelolaan data berdasarkan

computer lalu di analisa.

4.9 Analisa Data 4.9.1 Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuisioner yang

telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban dan

tulisan.

b. Coding

Coding adaalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data

yang berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah

memberikan kode untuk jawaban yang diberikan oleh responden.

c. Processing

Processing adalah memasukkan data ke dalam komputer untuk di proses.

(46)

yang telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakan ada

kesalahan ketika memasukkan data.

e. Komputerisasi

Komputerisasi digunakan untuk mengolah data di dalam komputer.

4.9.2 Tehnik Analisa Data

Data yang terkumpul di analisis dengan menggunakan analisis univariat

(analisis deskriptif), yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendesrikpsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Statistika univariat digunakan untuk

menyajikan data-data demografi remaja meliputi umur, jenis kelamin, agama,

suku, jumlah saudara kandung, urutan anak. Hasil dari demografi akan disajikan

(47)

42 BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai gambaran masalah

kesehatan jiwa remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, melalui proses

pengumpulan data yang dilakukan pada bulan Januari 2016 dengan jumlah

responden 89 orang pada seluruh kelas. Penyajian hasil analisa data dalam

penelitian ini meliputi deskripsi karakteristik responden dan gambaran masalah

kesehatan jiwa remaja pada SMA Negeri 4 Padangsidimpuan.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Remaja

Deskripsi karakteristik responden telusuri dari umur, urutan anak, jumlah

saudara kandung, jenis kelamin, suku, dan agama. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa 48 orang (46.1%) remaja yang berjenis kelamin laki-laki, 58 orang (65.2%)

remaja tergolong pada remaja tengah, dan 72 orang (80.9%) remaja bersuku

batak, 81 orang (91.0%) remaja menganut agama islam, urutan remaja yang

paling dominan adalah anak sulung yaitu 33 orang (37.1%), dan jumlah saudara

yang paling dominan adalah 0-3 yaitu 62 orang (69.7%).

Karakteristik Frekuensi Persentase

(48)

- Sunda 1 1.1

Tabel 5.1 Karakteristik remaja berdasarkan jenis kelamin, umur, suku, agama, urutan anak, jumlah saudara (n=89)

5.1.2 Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan

Pada penelitian ini didapatkan hasil dari gambaran masalah kesehatan jiwa remaja

didapatkan hasil dari setiap pertanyaan pada bingung peran remaja memiliki

masalah terhadap peran dalam keluarga yang masih belum jelas yaitu 60 orang

(67.4%), pada masalah kesulitan belajar remaja memiliki masalah yang lebih

banyak yang tidak mengikuti les tambahan sebanyak 66 orang (74.2%), pada

masalah kenakalan remaja banyak siswa yang mencuri barang temannya yang

mana 65 orang (73%) mengatakan bahwa pernah mencuri barang milik temannya

sendiri. Dan pada masalah seksual, didapatkan hasil bahwa remaja pernah menciu

(49)

44

No Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

f % f %

1. Saya suka meninggalkan tanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan

59 66.3 30 33.7

2. Saya bingung hal apa yang menjadi kekuatan dalam diri saya

20 22.5 69 77.5

3. Peran saya dalam keluarga masih rancu atau kurang jelas

60 67.4 29 32.6

4. Saya percaya diri dapat melakukan segala hal 45 50.6 44 49.4 5. Saya dapat menerima kekurangan yang ada di

dalam diri saya

82 92.1 7 7.9

6. Saya mudah menerima pelajaran 44 49.4 45 50.6

7. Saya mengikuti les tambahan agar mudah memahami pelajaran

23 25.8 66 74.2

8. Saya terus berusaha belajar walaupun banyak hambatan untuk menerima pelajaran

75 84.3 14 15.7

9. Saya malas untuk belajar. 65 73 24 27

10. Saya belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita.

71 79.8 18 20.2

11. Saya berteman tanpa menggunakan kekerasan 72 80.9 17 19.1 12. Saya pernah ikut tawuran di sekolah 25 28.1 64 71.9 13. Saya sering berkata kasar kepada teman 51 57.3 38 42.7 14. Saya menghindar dari teman-teman saya jika

diajak bolos sekolah.

71 79.8 18 20.2

15. Saya pernah mencuri barang teman saya. 65 73 24 27 16. Saya pernah mencium tangan lawan jenis di depan

umum.

65 73 24 27

17. Saya pernah mengkhayal tentang berpelukan dengan lawan jenis.

23 25.8 66 74.2

18. Saya menolak jika disentuh atau menyentuh lawan jenis.

37 41.6 52 58.4

19. Saya menghindari perilaku penyimpangan seksual. 41 46.1 48 53.9 20. Saya pernah menonton video yang kurang

senonoh

22 24.7 67 75.3

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Kuesioner

(50)

Padangsidimpuan

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang mana dalam masalah bingung

peran, remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan paling banyak memiliki

masalah terhadap perannya di dalam keluarga yang masih rancu, remaja yang

mengatakan ya sebanyak 60 orang (67.4%). Kebingungan identitas (kebingungan

peran) merupakan tahap pertama perkembangan psikososial, dimana remaja

berusaha mengembangkan perasaan akan eksistensi diri yang koheren, termasuk

peran yang dimainkan dalam masyarakat (Papalia,et.al, 2011).

Tidak sejalan dengan penelitian oleh Anindyajati (2013) yang berjudul

status identitas remaja akhir: hubungan dengan gaya pengasuhan orang tua dan

tingkat kenakalan remaja, yang mana hasil yanng didapatkan bahwa remaja yang

status identitasnya tidak/belum tercapai berjumlah 18 orang dari 40 orang sebagai

sampelnya. Sedangkan pada penelitian ini didapatkan bahwa remaja identitas

yang belum tercapai (bingung peran) lebih tinggi yang mana klasifikasi responden

adalah remaja tengah.

Menurut Erikson dalam Papalia,et.al, 2011, bahaya utama dari

kebingungan peran dapat memperlambat pencapaian kedewasaan psikologis, dan

dapat mengatasi krisis identitasnya pada pertengahan usia dua puluhan. Remaja

dapat menunjukkan kebingungan dengan mundur ke masa kanak-kanak untuk

menghindari pemecahan konflik atau dengan melibatkan diri mereka secara

(51)

46

Dan pada penelitian ini didapat bahwa anak sulung atau anak pertama lebih

banyak dibanding anak tengah dan anak bungsu yaitu 33 orang (37.1%), menurut

Hurlock (1999) bahwa posisi sebagai anak sulung ataupun anak bungsu

merupakan posisi yang istimewa dalam keluarga. Dalam beberapa pendapat

dijelaskan bahwa anak sulung dan anak bungsu sama-sama mendapatkan curahan

perhatian dan kasih sayang yang berlebihan dari orang tua bila dibandingkan

dengan anak-anak diantara keduanya, anak tengah. Anak sulung berperilaku

secara matang, karena berhubungan dengan orang-orang dewasa, dan diharapkan

untuk memikul tanggung jawab. Anak sulung biasanya memiliki perasaan kurang

aman dan perasaan benci sebagai akibat dari lahirnya adik yang sekarang menjadi

pusat perhatian orang tuanya.

Pada masalah kesulitan belajar, remaja paling banyak mengatakan tidak

mengikuti les tambahan, yaitu 66 orang (74.2%). Kesulitan belajar adalah suatu

keadaan (kondisi) dimana remaja tidak menunjukkan prestasi sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. Tanda-tanda kesulitan belajar menurut Sumiati,

et.al, (2009), salah satunya adalah menolak bersekolah, yang mana dalam

penanggulangan kesulitan belajar adalah memberikan pendidikan untuk

perkembangan yang spesifik.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dirgantoro (2012) yang

berjudul evektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan

konsentrasi belajar siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi tahun ajaran

2011/2012. Yang mana hasil 6 siswa yang termasuk kategori rendah dan sangat

rendah dari 14 orang jumlah siswa yang menjadi sampelnya. Bimbingan

kelompok efektif untuk meingkatkan kemandirian belajar siswa, adanya

(52)

Faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar adalah faktor internal dan

eksternal. Faktror internal yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari siswa

sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurangan maupun psikofisik siswa yang

terdiri dari bersifat kognitif (ranah cipta), afektif (ranah rasa), dan bersifat

psikomotor (ranah karsa). Dan faktor eksternal yakni hal-hal yang datang dari luar

diri siswa, yakni lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan

sekolah.

Dalam perkembangan belajar, lingkungan sekolah berpengaruh yang cukup

kuat, yang mana diantaranya adalah suasana sekolah, baik buruknya suasana

sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru,

sarana pendidikan dan disiplin sekolah. Suasana sekolah berpengaruh terhadap

perkembangan jiwa remaja, yaitu dalam hal kedisiplinan, kebiasaan belajar,

pengendalian diri (Sumiati, et.al, 2009).

Pada masalah kenakalan remaja, rata-rata remaja di SMA Negeri 4

Padangsidimpuan pernah mencuri barang temannya, yaitu 65 orang (73%).

Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melampaui batas toleransi orang lain

dan lingkungannya, tindakan ini dapat merupakan perbuatan yang melanggar hak

azasi manusia sampai melanggar hukum. Menurut Sunarwiyati dalam Sumiati,

et.al, (2009), kenakalan remaja menurut bentuknya dibagi tiga tingkatan, yaitu

kenakalan biasa, kenakalan yang menjurus pada pelanggaran, dan kenakalan

(53)

48

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadri (2009),

Yng berjudul tinjauan tentang perilaku menyimpang remaja di kelurahan sari rejo

kecamatan medan polonia, yang mana remaja yang pernah mencuri adalah 45

orang dari jumlah sampel yang teliti adalah 45 orang, dengan katalain 100%

remaja pernah melakukan pencurian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja diantaranya adalah

identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan

nilai-nilai sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan

kualitas lingkungan di sekitar tempat tinggal (Santrok, 2007). Dalam penelitian di

dapatkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak dibanding dengan remaja

perempuan. Yang mana menurut Santrok, 2007 bahwa pada remaja laki-laki lebih

banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.

Pada masalah perilaku sekual, remaja mengatakan bahwa pernah mencium

tangan lawan jenis di depan umum, yaitu sebanyak 65 orang (73%). Dalam

perilaku seksual terjadi antara aspek-aspek fisiologis, sosiopsikologis, dan

budaya. Perilaku seksual meliputi empat tahap, bersentuhan (touching) mulai dari

berpegangan tangan sampai berpelukan, berciuman (kissing), bercumbuan

(petting), dan berhubungan kelamin (sexual intercourse).

Sedangkan jika di perhatikan pada penelitian sebelumnya yang di teliti oleh

Saputri dan Susetyo (2011) yang berjudul remaja dan seks pranikah. Yang mana

dari hasil penelitian mereka didapatkan hasil dari 50 responden, 24 orang

reponden telah melakukan hubungan badan, 16 diantarannya hanya sebatas

ciuman, dan 10 lainnya hanya sebatas raba-raba. Yang mana dari hasil yang

(54)

Menurut Kinsey,et.al, 1965 dalam Soejoeti (2001), perilaku seksual meliputi

4 tahap sebagai berikut. Besentuhan (touching), mulai dari berpegangan tangan

sampai berpelukan. Berciuman (kissing), mulai dari ciuman singkat hingga

berciuman bibir. Bercumbu (Petting), menyentuh bagian sensitif dari tubuh

(55)

50 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil anallisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

mengenai gambaran masalah kesehatan jiwa remaja di SMA Negeri 4

Padangsidimpuan remaja yang mengalami ataupun yangng masih bingung

terhadap perannya di dalam keluarga ada 60 orang dari jumlah keseluruhan 89

orang, dan yang mengalami masalh pada kesulitan belajar yang khususnya yaitu

tidak mengikuti les tambahan yaitu 66 orang, dan pada masalah kenakalan remaja,

remaja yang mengatakan pernah mencuri barang temannya yaitu 65 orang, dan

pada masalah perilaku seksual, didapatkan hasil remaja yang cenderung

mengkhayal tentang berpelukan dengan lawan jenisnya yaitu 66 orang.

6.2 Saran

6.2.1 Untuk pelayanan keperawatan

Diperlukan pelayanan kesehatan jiwa pada remaja untuk meningkatkan

kesehatan jiwa remaja yang semestinya. Pemberian pendidikan kesehatan

mengenai masalah kesehatan jiwa remaja.

6.2.2 Untuk pendidikan keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan jiwa lebih dikembangkan dan lebih

mendalam, khusunya tentang keperawatan jiwa pada remaja.

(56)

melengkapi dan dapat membandingkan tingkat kesehatan jiwa remaja SMA yang

berbeda-beda.

6.2.4 Untuk sekolah

Dengan hasil penelitian yang sudah tertera di atas, sekolah diharapkan untuk

lebih memperhatikan dan juga lebih mengembangkan kesehatan jiwa remaja,

dengan cara mencegah siswa menunjukkan salah satu gejala ataupun

mengantisipasi siswa mengalami kesulitan dan kegagalan dalam menangani

(57)

5 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan

atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya

kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1966

tentang kesehatan jiwa didefenisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan

perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan

perkembangan itu berjalan secara selaras denngan keadaan orang lain, bahwa

kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing)

yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan

kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.

Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai

perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat

menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap

diri sendiri dan orang lain (Sumiati,et.al, 2009).

Menurut UU No 18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana

seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi

tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi

untuk komunitasnya (Anonimus, 2009).

Kesehatan jiwa remaja merupakan hal yang penting dalam menentukan

kualitas bangsa. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan kondutif dan mendukung

(58)

tindakan nyata dengan cara mempersiapkan generasi muda yang kuat dan tahan

dalam menghadapi berbagai macam tantangan hidup. Agar dapat melalui masa

remajanya dengan baik, sangat penting peran orang tua, guru, tokoh masyarakat

dan masyarakat sekitarnya dalam memberikan bimbingan dan teladan. ( Indarjo,

2009).

2.2 Defenisi Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin yaitu adolescene yang berartii to

grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti

DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefenisikan remaja sebagai periode pertumbuhan

antara masa kanak-kanak dan dewasa. Papilia dan Olds (2001), tidak memberikan

pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui

pengertian masa remaja (adolescence) ( Jahja, 2011).

Masa remaja merupakan masa peluang sekaligus resiko. Para remaja berada

dipertigaan antara kehidupan cinta, pekerjaan, dan partisi pasi dalam masyarakat

dewasa. Dan masa remaja adalah masa dimana para remaja terlibat dalam perilaku

yang menyempitkan pandangan dan membatasi pilihan mereka (Papalia, 2011).

Menurut WHO dalam buku Sarwono(2002), mendefinisikan remaja lebih

bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial

ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi

tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

(59)

7

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.3 Ciri-Ciri Masa Remaja

Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1999), adalah:

a. Masa remaja adalah masa peralihan

Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya

secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga

bukan seorang dewasa dan merupakan masa yang sangat strategis, karena

memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan

pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.

b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku

dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja,

yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan minat, perubahan pola perilaku dan

perubahan sikap menjadi ambivalen.

c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sullit untuk diatasi. Hal ini

terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa

meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang terjadi penyelesaian yang

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

(60)

apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan

kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara

pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi,

tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan

orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Dengan

adanya stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit,

karena peran orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan

menimbulkan pertentangan antara orang tua dengan remaja serta membuat jarak

diantara keluarga.

2.4 Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas-tugas perkembangan masa remaja diantaranya adalah: menerima

keadaan jasmani yang sebenarnya dan memanfaatkan, memperoleh hubungan

baru dan lebih matang dengan teman sebaya antara dua jenis kelamin,

memperoleh kebebasan emosional dari orang tua, mendapatkan perangkat nilai

hidup dan falsafah hidup, memiliki citra-diri yang realistis.Remaja diharapkan

memiliki gambaran diri yang realistis, tidak lagi berdasarkan khayal (fantasi)

tentang gambaran yang muluk-muluk seperti apa yang sering kali mereka pikirkan

dan alami pada masa pubertas atau masa kanak-kanak (Pieter dan Lumongga,

(61)

9

Tugas-tugas perkembangan remaja menurut William Kay dalam Jahja

(2011) adalah sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar

bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual

maupun kelompok.

d. Menentukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala

nilai, prinsip,-prinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

2.5 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, di satu pihak

remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam

upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai

memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua dan

sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah

penyesuaian terhadap lingkungan sosial.

Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan

interpersonal yang awalnya belum pernah ada, juga harus menyesuaikan diri

(62)

baru. Ia harus mempertimbangkan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam

perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru dan nilai-nilai baru dalam

memilih teman .

2.5.1 Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan

anak. Usia 4-5 tahun dianggap sebagai titk awal proses identifikasi diri menurut

jenis kelamin. Peranan ibu dan ayah atau orang tua pengganti (nenek, kakek, dan

orang dewasa lainnya)sangat besar. Apabila proses identifikasi ini tidak berjalan

dengan lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah. Banyak

penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang berasal dari

keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan

dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitar

Hurlock (1973) dalam Sumiati,et.al (2009).

Menambahkan anak yang mempunyai penyesuaian diri yang baik di

sekolah, biasanya memiliki latar belakang keluarga yang harmonis, menghargai

pendapat anak dan hangat. Hal ini disebabkan karena anak yang berasal dari

keluarga yang harmonis akan mempersepsikan rumah sebagai suatu tempat yang

membahagiakan karena semakin sedikit masalah antara oranngtua, maka semakin

sedikit masalah yang dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya berntakan atau

kurang harmonis maka ia akan terbebani dengan masalah yang sedang dihadapi

(63)

11

Lingkungan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa

remaja adalah:

a. Pola Asuh Keluarga

Setiap orang tua bertanggung jawab memikirkan san menguasahakan agar

senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan antara orangtua dengan

anak yang baik, efektif dan menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam

keluarga, sebab telah menjadi bahan kesadaran para orangtua bahwa hanya

dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan

efektif dan juga dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis

(Papalia, 2011).

Gaya pengasuhan otoritatif masih yang tebaik dalam pengasuhan remaja.

Orang tua otoritatof akan bersikapptegas terhadap nilai penting pengaturan,

norma, dan nilai tetapi bersedia mendengar, menjelaskan, dan bernegosiasi.

Mereka melatih kontrol yang tepat terhadap perilaku anak tetapi tidak mengatur

pemahaman eksistensi diri sang anak. Orang tua menunjukkan ketidaksetujuan

terhadap kesalahan perilaku remaja akan lebih efektif memotivasi mereka untuk

berperilaku yang benar ketimbang orang tua yang menghukum mereka dengan

kejam. Remaja dengan tua yang ketat cenderung mengembangkan kontrol diri,

disiplin diri, dan pelajaran dan kebiasaan personal yang baik. Mereka yang

memberikan otonomi psikologid oleh orang tuanya cenderung menjadi percaya

diri dan kompeten dalam bidang akademis dan sosial (Papalia, 2011).

b. Kondisi Keluarga

Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan

emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak. Sebaliknya

(64)

misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi

yang kurang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa remaja (Sumiati,et.al,

2009).

Problem utama dalam keluarga berorang tua tunggal adalah kekurangan

uang. Kemiskinan dapat merumitkan hubungan keluarga dan juga membahayakan

perkembangan remaja melalui pengaruhnya terhadap kondisi emosional orang tua

(Papilia, 2011).

c. Pendidikan Moral Dalam Keluarga

Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai-nilai akhlak

atau budi pekerti kepada anak di rumah. Pengertian budi pekerti mengandung

nilai-nilai:

1. Keagamaan yaitu sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan

terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting

karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan.

2. Kesusilaan yaitu meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain,

misalnya sopan santun, kerjasama, tenggang rasa, saling menghayati, saling

menghormati, menghargai orang lai, dsb.

3. Kepribadian memiliki nilai dalam kaitan pengembangan diri, misalnya

keberanian, rasa malu, kejujuran, kemandirian, dsb.

2.5.2 Lingkungan sekolah

Pengaruh yang juga cukup kkuat dalam perkembangan remaja adalah

(65)

13

pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dalam memilih sekolah, orang tua perlu

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Suasana Sekolah

Persyaratan terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajr mengajar

adalah suasana sekolah. Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada

kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin

sekolah. Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa

remaja, yaitu dalam hal kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri

(Sumiati,et.al, 2009).

b. Bimbingan Guru

Untuk menyalurkan minta, bakat, dan hobi siswa perlu dikembangkan

kegiatan ekstrakulikuler dengan bimbingan guru. Dalam proses belajar mengajar,

guru tidak sekedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam

kurikulum terlutis, melainkan juga memberikan nilai yang terkandung di

dalamnya (hidden curriculum), misalnya kerjasama, sikap empati mau

mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap orang lain yang dapat

membuahkan kecerdasan emosional.

2.5.3 Lingkungan Teman Sebaya

Ketika anak-anak memasuki masa remaja, perubahan hakikat persahabatan

juga terjadi. Pada umumnya, jumlah waktu yang dihabiskan bersama teman

meningkat tajam, remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman

sebaya mereka daripada bersama anggota keluarga atau sendirian, menurut

Ambert (1997) dalam Slavin (2011).

(66)

mempunyai kemampuan sosial yang lebih matang, dan bekinerja lebih baik di

sekolah daripada remaja yang tidak mempu nyai persahabatan yang mendukung

(Slavin, 2011).

Selain teman-teman dekat mereka, kebanyakan remaja juga memberikan

nilai yang tinggi kepada kelompok sebaya yang lebih luas sebagai sumber

gagasan, nilai, persahabatan dan hiburan. Hakikatnya hubungan dengan teman

sebaya pada masa remaja dicirikan berdasarkan status sosial dan pertemanan

akrab sebaya. Status sosial, atau tingkat penerimaan teman oleh teman sebaya,

dipelajari dalam kaitannya dengan kelompok status yang sama, yang

diidentifikasikan pada masa anak- anak pertengahan. Seperti pada anak-anak usia

sekolah dasar, remaja yang populer dan diterima dengan baik cenderung

memperlihatkan penyelesaian konflik dan kemampuan akademis yang positif,

perilaku prososial dan sifat kepemimpinan (Slavin, 2011).

2.5.4 Lingkungan Masyarakat

Tanggapan positif dari lingkungan terhadap keadaan remaja akan

menimbulkan rasa puas dan menerima keadaan dirinya, sedangkan tanggapan

negatif dari lingkungan akan menimbulkan perasaan tidak puas pada dirinya dan

individu cenderung tidak menyukai dirinya yang nantinya akan mengakibatkan

terjadinya pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma yang ada dalam

(67)

15

Lingkungan masyarakat menurut Sumiati,et.al (2009) terdiri dari:

a. Sosial Budaya

Bagi remaja yang sedang dalam mencari identitas dan penyesuaian sosial,

situasi ini merupakan titik kritis, yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik

kejiwaan pada sebagian remaja. Kebudayaan memberikan pedoman arah,

persetujuan, pengingkaran, dukungan, kasih sayang, dan perasaan aman kepada

remaja, tetapi mereka juga mempunyai keinginan untuk madiri yang berbeda dari

tolak ukur orang dewasa. Mereka membuat kebudayaannya sendiri yang berbeda

dari kebudayaan masyarakat pada umumnya. Kebudayaan yang menyimpang

inilah yang dikenal sebagai kebudayaan anak muda (Youth culture). Nilai yang

dominan dalam budaya anak muda adalah keunggulan dalam olahraga, disenangi

teman, senang hura-hura, senang pesta, tidak dianggap pengecut,dsb.

b. Media Massa

Kemajuan tekhnologi yang luar biasa membawa kegembiraan yang

menyenangkan serta wawasan yang lebih luas. Tetapi juga membawa kesedihan,

betapa tidak, krena hubungan antara manusia bergeser menjadi hubungan antar

mesin. Hubungan antar keluarja menjadi minim. Komunikasi dalam keluarga

yang bisa menumbuhkan saling pengertian, kasih sayang, kerja sama menjadi

surut. Tidak sekedar kehilangan waktu luang yang berharga, tetapi remaja lebih

rugi karena menikmati program yang sering kurang mendidik, misalnya tayangan

kekerasan dan kehidupan seksual.

2.6 Masalah Kesehatan Jiwa Remaja

Pada masa transisi ini, kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang

ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi

(68)

dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai

penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan

atau norma yang ada di masyarakat. Diantaranya adalah bingung peran, kesulitan

belajar, kenakalan remaja, perilaku seksual yang menyimpang (Sumiati, 2009).

Adapun beberapa konflik ataupun masalah yang dialami oleh remaja adalah

konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas

dan merdeka, konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan

kepada orang tua, konflik antara kebutuhan seks dan agama serta nilai sosial,

konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja ketika kecil

dahulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang dewasa di

lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari, konflik menghadapi masa depan

(Jahja, 2011).

2.6.1 Bingung Peran

Bingung peran adalah karakteristik penyimpangan perilaku yang

menunjukkan terjadinya resolusi negatif pada seorang remaja ketika mengalami

bingung, ragu-ragu dan perilaku anti sosial. Penyebab terjadinya penyimpangan

perkembangan psikososial/bingung peran adalah tidak menemukan ciri khas

(kekuatan dan kelemahan) dirinya, tidak diterima lingkungan pada setiap tahapan

usia. Masalah-masalah yang sering di hadapi remaja, diantaranya adalah keliru

dengan peran dan tanggung jawab dirinya sendiri, sering merasa disalahkan,

merasa dirinya di layani secara tidak adil, tidak di pedulikan, sukar memahami

(69)

17

Usaha remaja untuk memahami diri bukan “sejenis rasa tidak nyaman akibat

menjadi dewasa”. Tugas utama masa remaja adalah memecahkan “krisis”

identitas versus kebingungan identitas (atau identitas versus kebingungan peran),

untuk dapat menjadi orang dewasa unik dengan pemahaman akan diri yang utuh

dan memahami peran nilai dalam masyarakat. “Krisis identitas” ini jarang teratasi

pada masa remaja. Remaja tidak membentuk identitas mereka dengan meniru

orang lain, sebagaimana yang dilakukan anak yang lebih muda, tetapi dengan

memodifikasi dan menyintesis identifikasi lebih awal ke dalam “struktur psikologi

baru yang lebih besar”, Menurut Erikson (1950) dalam Papalia (2011).

Ciri-ciri individu yang memiliki identitas diri yakni individu tersebut

memiliki karakteristik seperti konsep diri, evaluasi diri, harga diri, efikasi diri,

kepercayaan diri, tanggung jawab, komitmen, ketekunan, kemandirian

(Dariyo,2004).

a. Konsep diri, yakni gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun

psikologis yang pengaruh pada perilaku individu dalam penyesuaian diri dengan

orang lain. Sejauh mana individu menyadari dan menerima segala kelebihan

maupun kekurangan yang ada pada dirinya, maka akan mempengaruhi

pembentukan konsep dirinya. Kalau dia mampu menerima kelebihan dan

kekurangan tersebut, dalam diri individu akan tumbuh konsep diri positif,

sebaliknya bagi yang tak mampu menerimanya, maka cenderung menumbuhkan

konsep diri yang negatif. Konsep diri yang baik, akan mempengaruhi kemampuan

individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya dengan baik.

Sebaliknya, yang konsep dirinya negatif, cenderung menghambat dalam

penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya.

Gambar

Gambaran Masalah Kesehatan
Tabel 5.1 Karakteristik remaja berdasarkan jenis kelamin, umur, suku, agama,  urutan anak, jumlah saudara (n=89)
Tabel 5.2  Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Kuesioner

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku seksual Beresiko Pada Remaja Di SMK Negeri 4 Yogyakarta.. Jurnal Kesehatan Surya Medika

untuk menolak perilaku seksual pranikah pada remaja yang

Dampak yang terjadi pada remaja ketika mereka melanggar norma atau melakukan kenakalan yang tidak menimbulkan korban sering kehilangan kontrol diri seperti yang terjadi pada tiga

l. mencuri barang teman. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah kenakalan remaja di SMK Negeri 1 Bone Raya, Bersifat Preventif yaitu: Kegiatan Ramadhan,

Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja yang tinggal dengan orang tua pada siswa SMAN 2 Malang (2) Untuk mengetahui tingkat kenakalan

yang belum atau tidak pernah. melakukan hubungan seksual

Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.2 diperoleh bahwa sebelum diberikan penyuluhan kesehatan, sikap seksual remaja kelas 2 di SMA N 1 Sedayu Bantul

Oleh sebab itu, pengabdi mengadakan sosialisasi Kenakalan Remaja, Sex Education, dan Kekerasan Seksual dengan sasaran siswa dan siswi SMP Negeri 3 Trucuk yang berada pada rentang usia