• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Padangsidimpuan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

5.1 Hasil Penelitian

5.1.2 Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Padangsidimpuan

Pada penelitian ini didapatkan hasil dari gambaran masalah kesehatan jiwa remaja didapatkan hasil dari setiap pertanyaan pada bingung peran remaja memiliki masalah terhadap peran dalam keluarga yang masih belum jelas yaitu 60 orang (67.4%), pada masalah kesulitan belajar remaja memiliki masalah yang lebih banyak yang tidak mengikuti les tambahan sebanyak 66 orang (74.2%), pada masalah kenakalan remaja banyak siswa yang mencuri barang temannya yang mana 65 orang (73%) mengatakan bahwa pernah mencuri barang milik temannya sendiri. Dan pada masalah seksual, didapatkan hasil bahwa remaja pernah menciu tangan lawan jenis di depan umum yaitu 65 orang (73%).

44

No Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

f % f %

1. Saya suka meninggalkan tanggung jawab pada tugas-tugas yang diberikan

59 66.3 30 33.7

2. Saya bingung hal apa yang menjadi kekuatan dalam diri saya

20 22.5 69 77.5

3. Peran saya dalam keluarga masih rancu atau kurang jelas

60 67.4 29 32.6

4. Saya percaya diri dapat melakukan segala hal 45 50.6 44 49.4 5. Saya dapat menerima kekurangan yang ada di

dalam diri saya

82 92.1 7 7.9

6. Saya mudah menerima pelajaran 44 49.4 45 50.6

7. Saya mengikuti les tambahan agar mudah memahami pelajaran

23 25.8 66 74.2

8. Saya terus berusaha belajar walaupun banyak hambatan untuk menerima pelajaran

75 84.3 14 15.7

9. Saya malas untuk belajar. 65 73 24 27

10. Saya belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita.

71 79.8 18 20.2

11. Saya berteman tanpa menggunakan kekerasan 72 80.9 17 19.1 12. Saya pernah ikut tawuran di sekolah 25 28.1 64 71.9 13. Saya sering berkata kasar kepada teman 51 57.3 38 42.7 14. Saya menghindar dari teman-teman saya jika

diajak bolos sekolah.

71 79.8 18 20.2

15. Saya pernah mencuri barang teman saya. 65 73 24 27 16. Saya pernah mencium tangan lawan jenis di depan

umum.

65 73 24 27

17. Saya pernah mengkhayal tentang berpelukan dengan lawan jenis.

23 25.8 66 74.2

18. Saya menolak jika disentuh atau menyentuh lawan jenis.

37 41.6 52 58.4

19. Saya menghindari perilaku penyimpangan seksual. 41 46.1 48 53.9 20. Saya pernah menonton video yang kurang

senonoh

22 24.7 67 75.3

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Kuesioner

Padangsidimpuan

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang mana dalam masalah bingung peran, remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan paling banyak memiliki masalah terhadap perannya di dalam keluarga yang masih rancu, remaja yang mengatakan ya sebanyak 60 orang (67.4%). Kebingungan identitas (kebingungan peran) merupakan tahap pertama perkembangan psikososial, dimana remaja berusaha mengembangkan perasaan akan eksistensi diri yang koheren, termasuk peran yang dimainkan dalam masyarakat (Papalia,et.al, 2011).

Tidak sejalan dengan penelitian oleh Anindyajati (2013) yang berjudul status identitas remaja akhir: hubungan dengan gaya pengasuhan orang tua dan tingkat kenakalan remaja, yang mana hasil yanng didapatkan bahwa remaja yang status identitasnya tidak/belum tercapai berjumlah 18 orang dari 40 orang sebagai sampelnya. Sedangkan pada penelitian ini didapatkan bahwa remaja identitas yang belum tercapai (bingung peran) lebih tinggi yang mana klasifikasi responden adalah remaja tengah.

Menurut Erikson dalam Papalia,et.al, 2011, bahaya utama dari kebingungan peran dapat memperlambat pencapaian kedewasaan psikologis, dan dapat mengatasi krisis identitasnya pada pertengahan usia dua puluhan. Remaja dapat menunjukkan kebingungan dengan mundur ke masa kanak-kanak untuk menghindari pemecahan konflik atau dengan melibatkan diri mereka secara impulsif ke dalam serangkaian tindakan yang buruk.

46

Dan pada penelitian ini didapat bahwa anak sulung atau anak pertama lebih banyak dibanding anak tengah dan anak bungsu yaitu 33 orang (37.1%), menurut Hurlock (1999) bahwa posisi sebagai anak sulung ataupun anak bungsu merupakan posisi yang istimewa dalam keluarga. Dalam beberapa pendapat dijelaskan bahwa anak sulung dan anak bungsu sama-sama mendapatkan curahan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan dari orang tua bila dibandingkan dengan anak-anak diantara keduanya, anak tengah. Anak sulung berperilaku secara matang, karena berhubungan dengan orang-orang dewasa, dan diharapkan untuk memikul tanggung jawab. Anak sulung biasanya memiliki perasaan kurang aman dan perasaan benci sebagai akibat dari lahirnya adik yang sekarang menjadi pusat perhatian orang tuanya.

Pada masalah kesulitan belajar, remaja paling banyak mengatakan tidak mengikuti les tambahan, yaitu 66 orang (74.2%). Kesulitan belajar adalah suatu keadaan (kondisi) dimana remaja tidak menunjukkan prestasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Tanda-tanda kesulitan belajar menurut Sumiati, et.al, (2009), salah satunya adalah menolak bersekolah, yang mana dalam penanggulangan kesulitan belajar adalah memberikan pendidikan untuk perkembangan yang spesifik.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dirgantoro (2012) yang berjudul evektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi tahun ajaran 2011/2012. Yang mana hasil 6 siswa yang termasuk kategori rendah dan sangat rendah dari 14 orang jumlah siswa yang menjadi sampelnya. Bimbingan kelompok efektif untuk meingkatkan kemandirian belajar siswa, adanya

Faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar adalah faktor internal dan eksternal. Faktror internal yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurangan maupun psikofisik siswa yang terdiri dari bersifat kognitif (ranah cipta), afektif (ranah rasa), dan bersifat psikomotor (ranah karsa). Dan faktor eksternal yakni hal-hal yang datang dari luar diri siswa, yakni lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah.

Dalam perkembangan belajar, lingkungan sekolah berpengaruh yang cukup kuat, yang mana diantaranya adalah suasana sekolah, baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin sekolah. Suasana sekolah berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja, yaitu dalam hal kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri (Sumiati, et.al, 2009).

Pada masalah kenakalan remaja, rata-rata remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan pernah mencuri barang temannya, yaitu 65 orang (73%). Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melampaui batas toleransi orang lain dan lingkungannya, tindakan ini dapat merupakan perbuatan yang melanggar hak azasi manusia sampai melanggar hukum. Menurut Sunarwiyati dalam Sumiati, et.al, (2009), kenakalan remaja menurut bentuknya dibagi tiga tingkatan, yaitu kenakalan biasa, kenakalan yang menjurus pada pelanggaran, dan kenakalan khusus. Dan mencuri merupakan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran.

48

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadri (2009), Yng berjudul tinjauan tentang perilaku menyimpang remaja di kelurahan sari rejo kecamatan medan polonia, yang mana remaja yang pernah mencuri adalah 45 orang dari jumlah sampel yang teliti adalah 45 orang, dengan katalain 100% remaja pernah melakukan pencurian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja diantaranya adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan di sekitar tempat tinggal (Santrok, 2007). Dalam penelitian di dapatkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak dibanding dengan remaja perempuan. Yang mana menurut Santrok, 2007 bahwa pada remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.

Pada masalah perilaku sekual, remaja mengatakan bahwa pernah mencium tangan lawan jenis di depan umum, yaitu sebanyak 65 orang (73%). Dalam perilaku seksual terjadi antara aspek-aspek fisiologis, sosiopsikologis, dan budaya. Perilaku seksual meliputi empat tahap, bersentuhan (touching) mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan, berciuman (kissing), bercumbuan (petting), dan berhubungan kelamin (sexual intercourse).

Sedangkan jika di perhatikan pada penelitian sebelumnya yang di teliti oleh Saputri dan Susetyo (2011) yang berjudul remaja dan seks pranikah. Yang mana dari hasil penelitian mereka didapatkan hasil dari 50 responden, 24 orang reponden telah melakukan hubungan badan, 16 diantarannya hanya sebatas ciuman, dan 10 lainnya hanya sebatas raba-raba. Yang mana dari hasil yang

Menurut Kinsey,et.al, 1965 dalam Soejoeti (2001), perilaku seksual meliputi 4 tahap sebagai berikut. Besentuhan (touching), mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan. Berciuman (kissing), mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir. Bercumbu (Petting), menyentuh bagian sensitif dari tubuh pasangan dan mengarah pada pembangkitan seksual, bersentuhan kelamin.

50 BAB 6

Dokumen terkait