• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Masalah Kesehatan Jiwa Remaja

2.6.3 Kenakalan remaja

sikap, bersifat psikomotor (ranah karsa) anatara lain terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran ( mata dan telinga).

b. Faktor eksternal siswa, yakni hal-hal ata keadaan yang datang dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa, yang terdiri dari lingkungan keluarga, contohnya ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal, lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang kurang berkualitas.

Kesulitan belajar kadang-kadang tidak terdeteksi dan tidak dapat terlihat secara langsung. Setiap individu yang memiliki kesulitan belajar sangatlah unik. Seperti misalnya, seorang anak “dyslexia”, yang sulit membaca, menilis dan mengeja, tetapi sangat pandai dalam matematika. Pada umumnya, individu dengan kesulitan belajar memiliki intelegensi rata-rata bahkan diatas rata-rata. Seseorang terlihat “normal” dan tampak sangat cerdas tetapi sebaliknya ia mengalami hambatan dan menunjukkan tingkat kemampuan yang tidak semestinya dicapai dibandingkan dengan yang seusia dengannya.

2.6.3 Kenakalan remaja

Kenakalan remaja adah salah satu masalah yang paling berbahaya pada masa remaja ialah permulaan kenakalan serius. Masalah tersebut jauh lebih umum ditemukan dikalangan pria daripada perempuan. Anak-anak nakal biasanya adalah orang yang berpencapaian rendah yang diberi sedikit alasan untuk percaya bahwa mereka dapat berhasil dengan mengikuti jalur yang ditentukan bagi mereka oleh

aktif subkelompok yang nakal (Slavin, 2011).

Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melampaui batas toleransi orang lain dan lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan perbuatan yang melanggar hak azasi manusia sampai melanggar hukum. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran situs sehingga tindakan kriminal, menurut Kartono (2003) dalam buku Sumiati,et.al (2009).

Remaja terlibat dalam perilaku kekerasan diakibatkan karena ketidak dewasaan otak para remaja, khususnya prefrontal cortex, yang merupakan bagian penting untuk melakukan menilai dan memicu kekerasan. Remaja yang berkecenderungan melakukan kekerasan sering kali menolak mendengarkan figur otoritas seperti orang tua dan guru; mengacuhkan perasaan dan hak orang lain; memperlakukan orang lain dengan tidak benar, bergantung kepada kekerasan atau ancaman kekerasan untuk menyelesaikan masalah, dan percaya bahwa kehidupan telah memperlakukan mereka dengan tidak adil (Papalia, 2011).

Mereka sering kali tampak lebih tua dari teman sebaya mereka. Mereka berkelakuan buruk di sekolah seperti cut classes (cabut dari kelas) atau bolos sekolah, tidak naik kelas atau ditunda kenaikannya atau keluar dari sekolah,

25

menggunakan alkohol,obat terlarang, bergabung dengan geng, berkelahi, mencuri, atau menghancurkan properti. Remaja lebih berkecenderungan lebih besar untuk melakukan kekerasan jika mereka memilih model panutan atau menjadi korban kekerasan, seperti pelecehan fisik atau tawuran antar kampung. Informasi kekerasan dari media berpengaruh signifikan terhadap pandangan pemirsa tentang pembenaran tindak kekerasan (Papalia, 2011).

Bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat, yaitu: kenakalan terisolir (delinkuensi terisolir), kenakalan neurotik (delinkuensi neurotik), kenakalan psikotik (delinkuensi psikopatik), dan kenakala defek moral (delinkuensi defek moral). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kenakalan remaja adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar tempat tingggal. menurut Kartono (2003) dalam Sumiati,et.al (2009).

Menurut Willis, 2014. Ada empat sumberk kenakalan remaja yaitu faktor-faktor di dalam diri anak itu sendiri, faktor-faktor-faktor-faktor di rumah tangga, faktor-faktor-faktor-faktor di masyarakat, dan faktor-faktor yang berasal dari sekolah.

1. Faktor-faktor di dalam diri anak itu sendiri. Terbagi atas

a. Predisposing Factor, faktor-faktor yang memberi kecenderungan tertentu terhadap remaja. Kecenderungan kenakalan adalah dari faktor bawaan bersumber dari kelainan otak. Menurut pemahaman Freudian (aliran psikoanalisis), bahwa kepribadian jahat (delinquent) bersumber dari id (bagian kepribadia yang bersumber dari hawa nafsu).

Lemahnya kepribadian remaja disebabkan faktor pendidikan di keluarga.

c. Kurangnya kemampuan penyesuaian diri, keadaan ini amat terasa di dunia remaja. Banyak remaja yang kurang pergaulan. Inti dari persoalannya adalah ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial, karena dengan mempunyai daya pilih dengan teman bergaul akan membantu pembentukan perilaku positif. Anak-anak yang terbiasa dengan pendidikan kaku dan dengan disiplin ketat dari keluarga akan menyebabkan masa remajanya juga kuku dalam bergaul, dan tidak pandai memilih teman yang bisa membuat doa berkelakuan baik.

d. Kurangnya dasar-dasar keimanan dalam diri remaja, agama adalah benteng diri remaha dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan dimasa yang akan datang. Karena saat ini banyak orang yang berusaha agar agama remaja makin tipis. Orang-orang tersebut adalah kelompok sekuler dan orang-orang yang ingin agar para remaja tidak lagi menghiraukan agamanya. Oleh karena itu, pendidikan agama harus diberikan kepada remaja dengan menarik dan ridak membosankan.

2. Faktor-faktor di rumah tangga

Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan antara orangtua dengan anak, ayah, dengan ibu dan hubungan anak dengan anggota keluarga lainnya.

27

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Turner dan Helms (1995) dalam Dariyo (2004),sebagai berikut:

a. Kondisi keluarga yang berantakan (Broken Home)

Kondisi keluarga yang berantakan merupakan cermin adanya ketidakharmonisan individu (suami-istri atau orang tua anak) dalam lembaga rumah tangga. Kondisi ini membuat anak tidak merasakan perhatian, kehangatan kasih sayang, ketntraman, maupun kenyamanan dalam lingkungan keluarganya. Akibatnya mereka melarikan diri untuk mencari kasih sayang dan perhatian dari pihak lain, dengan cara melakukan kenakalan-kenakalan di luar rumah.

b. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua

Kebutuhan hidup seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu. Ia juga memerlukan kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dalam perkembangan kepribadiannya. Anak yang kurang diperhatikan bahkan kasih sayang akan cenderung memiliki dampak buruk bagi perkembangan pribadi dan perlakuannya. Misalnya, melakukan tindakan yang melanggar norma masyarakat (mencuri, merampok, menodong, mabuk-mabukan di jalan, sambil mengendarai motor/ mobil).

c. Status sosial ekonomi orang tua rendah

Kehidupan sosial-ekonomi yang mapan merupakan salah satu penunjang yang membentuk kebahagian hidup keluarga. Kehidupan ekonomi yang terbatas atau kurang, menyebabkan orang tua tidak mampu memberikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan makanan yang bergizi, kesehatan, pendidikan, dan sarana penunjangnya, dan bahkan orangtua pun kurang optimal dalam memberikan perhatian kasih sayang pada anak. Hal ini dapat terjadi karena seluruh waktu dan

dapat membentuk kelompok pengangguran dan mungkin menyalurkan energinya untuk melakukan hal-hal yang melanggar norma masyarakat.

d. Penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat

Sebagian dari oranng tua beranggapan bahwa penerapan disiplin terhadap anak harus dilakukan secara tegas, keras, tidak kenal kompromi serta tidak mengenal belas kasihan kepada anaknya. Ketika anak sering mendapatkan perlakuan kasar dari orang tuanya, mungkin anak akan patuh dihadapan orang tuanya. Akan tetapi kepatuhan itu semu dan sementara, mereka cenderung akan melakukan tindakan-tindakan yang negatif, sebagau pelarian maupun protes terhadap orang tuanya.

3. Faktor-faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat

Masyarakat dapat pula menjadi penyebab bagi berjangkitnya kenakalan remaja, terutama sekali di lingkungan masyarakat yang kurang sekali melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianutnya. Dapat juga timbul konflik dalam diri para remaja sendiri, yakni norma-norma yang dianutnya dari rumah (keluarga) bertentangan dengan norma masyarakat yang menyimpang dari norma keluarga.

4. Faktor-faktor kenakalan yang bersumber dari sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperanan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.

Dokumen terkait