• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bloom, seperti yang dikutip oleh Donald Clark, mengklasifikasikan tujuan-tujuan pengajaran (Tujuan Instruksional) menjadi tiga aspek atau bidang (domain), yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Aspek afektif mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan sikap, nilai dan minat. Aspek psikomotor meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan keterampilan manual dan motorik.46

45

Ibid. hal.85 46

Ketiga aspek, memiliki hubungan yang kuat antara satu sama lain. Setiap aspek mendukung aspek lainnya. Dalam satu situasi dan satu tujuan pengajaran, salah satu aspek akan lebih penting dari yang lain.

Pada aspek kognitif, Bloom dan teorinya membagi enam tingkatan pembelajaran, dari pengenalan atau daya ingat fakta yang sederhana, yang merupakan tingkatan yang paling rendah, kemudian terus meningkat menjadi lebih rumit ke yang paling tinggi seperti evaluasi.

Aspek kognitif berkaitan dengan aspek pengetahuan, pemikiran, penalaran, pemecahan masalah, dan sebagainya. Hakikat kemampuan belajar kognitif sebagaimana diungkapkan oleh Mulyati, Bloom menyusun taraf kompetensi kognitif kedalam enam jenjang atau tingkatan yang paling sukar, yaitu sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

a. Pengetahuan

Yang dimaksud dengan pengetahuan hafalan atau yang dikatakan Bloom dengan istilah knowledge ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden atau testee untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali (recall) atau menghafal saja.47

Pengetahuan yang dimaksudkan sebagai ingatan terhadap topik atau bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya. Ini mencakup segala hal dari faktor yang sangat khusus sampai kepada teori yang kompleks. Termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, disamping pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, dan rumus. Pada jenjang pengetahuan ini, penekanannya adalah pada proses psikologi ingatan.

Dibandingkan dengan tipe hasil belajar atau tingkat kemampuan berpikir lainnya, tipe pengetahuan hafalan termasuk tingkat yang paling rendah. Meskipun demikian, pengetahuan yang lebih tinggi. Disesuaikan

47

dengan perkembangan tingkat kemampuan berpikir siswa, soal-soal tes yang banyak menuntut pengetahuan hafalan hanya cocok untuk murid-murid SD kelas-kelas rendah. Untuk kelas-kelas yang lebih tinggi, seperti kelas V dan VI SD, siswa-siswa SMP dan SMA, dan untuk para mahasiswa, proporsi jumlah soal yang mengungkapkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi harus semakin besar. Rumusan tujuan instruksional khusus yang mengukur jenjang penguasaan yang bersifat ingatan biasanya menggunakan kata kerja operasional, antara lain: menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali, mendefinisikan.48

b. Pemahaman

Yang dimaksud dengan pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, testee tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.49

Pemahaman adalah memahami atau mengerti tentang apa yang dipelajari serta dapat melihatnya dari beberapa segi. Kemampauan pemahaman ini umumnya mendapat penekanan proses belajar mengajar. Siswa dituntut mengerti atau memahami apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan topik lain atau melihatnya didalam implikasi selengkapnya.

Pengetahuan komprehensi dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Pengetahuan komprehensi terjemahan seperti dapat menjelaskan arti Bhineka Tunggal Ika dan dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi suatu tanaman

2. Pengetahuan komprehensi penafsiran seperti dapat menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat

48

Ibid. hal.44 49

menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok

3. Pengetahuan komprehensi ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi seseorang diharapkan mampu melihat di balik yang tertulis, atau dapat membuat ramalan tentang konsekuensi sesuatu, atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, dan masalahnya.50

Kata kerja operasional yang biasa dipakai dalam rumusan tujuan instruksional khusus untuk jenjang pemahaman, diantaranya : membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, member contoh, memperkirakan, menentukan, mengambil kesimpulan.

c. Aplikasi

Aplikasi adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan. Penerapan ini dapat berupa penerapan konsep, prinsip-prinsip, rumus, teori, dan metode. Dalam tingkat aplikasi, testee atau responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.51

Siswa dituntut untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Situasi dimana ide, metode, dan lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan tetapi ingatan semata-mata.

Kata kerja operasional untuk rumusan tujuan instruksional khusus tingkat penguasaan aplikasi, antara lain : menggunakan, menerapkan, menggeneralisasikan, menghubungkan, memilih, mengembangkan, mengorganisasi, menyusun, mengklasifikasikan, mengubah struktur. Pengetahuan aplikasi lebih tepat dan lebih mudah diukur dengan tes yang

50

Ibid.

51

berbentuk uraian (essay test) daripada dengan tes objektif. Bloom membedakan delapan tipe alpikasi sebagai berikut:

1. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai untuk situasi yang baru dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan untuk dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekedar dapat menetapkan prinsip yang sesuai.

2. Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.

3. Dapat memberikan spesifikasi batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.

4. Dapat mengenali hal-hal khusus yang menyimpang dari prinsip atau generalisasi tertentu

5. Dapat menjelaskan suatu fenomena baru berdasarkan prinsip atau generalisasi tertentu seperti melihat adanya hubungan sebab-akibat atau menjelaskan proses terjadinya sesuatu.

6. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip-prinsip atau generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditunjukkan, mungkin berdasarkan perubahan kuantitatif atau perubahan kualitatif.

7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip atau generalisasi yang sesuai. 8. Dapat menjelaskan alasan penggunaan suatu prinsip atau generalisasi bagi

situasi baru yang dihadapi.52 d. Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk dapat menguraikan atau merinci suatu bahan atau keadaan kedalam bagian-bagian yang lebih kecil

52

(komponen) atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan antar komponen-komponen tersebut dalam organisasi. Tingkat kemampuan analisis, yaitu tingkat kemampuan testee untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen atau unsure-unsur pembentuknya. Pada tingkat analisis, testee diharapkan dapat memahami dan sekaligus dapat memilah-milahnya menjadi bagian-bagian. Hal ini dapat berupa kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu, atau mungkin juga sistematikanya.53

Jenjang kemampuan ini menuntut seorang siswa untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut menjadi lebih jelas.54 Kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan instruksional khusus jenjang analisi, antara lain: membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, mengategorikan, menganalisis, membandingkan, mengadakan pemisahan. Jika analisis telah dikuasai, yang bersangkutan akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif. Untuk membuat soal tes tentang kecakapan analisis, penyususn tes perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis seperti berikut:

1. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pernyataan-pernyataan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu

2. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas

3. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implicit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya

4. Dapat mengetengahkan pola atau tata susunan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan keruntutan atau sekuensi.

53

Ibid. hal. 46 54

David R. Krathwohl (ed)..et al., A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesing, (New York:Longman Group Limited,2001) Rev, hal. 79

5. Dapat mengenal organisasi prinsip-prinsip atau organisasi pola-pola dari materi yang dihadapinya

6. Dapat meramalkan dasar sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan dari materi yang dihadapinya.

e. Sintesis

Sintesis adalah kemampuan memadukan unsur-unsur atau komponen-komponen secara logis menjadi suatu bentuk atau pola yang baru secara keseluruhan. Dalam pengertian lain, yang dimaksud dengan sintesis ialah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya yang berupa integritas. Tanpa kemampuan sintesis yang tinggi, seseorang hanya akan melihat unit-unit atau bagian-bagian secara terpisah tanpa arti. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dan berpikir kreatif ini merupakan salah satu hasil yang dicapai dalam pendidikan.55

Pada jenjang ini seorang siswa dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Untuk merumuskan tujuan instruksional khusus tingkat penguasaan sintesis digunakan kata kerja operasional, antara lain: menghubungkan, menghasilkan, mengkhususkan, mengembangkan, menggabungkan, mengorganisasi, menyintesis, mengklasifikasikan, menyimpulkan. Kemampuan berpikir sintesis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu:

1. Kemampuan menemukan hubungan yang unik. Dengan suatu pandangan yang unik, seseorang dapat menemukan hubungan unit-unit yang tak berarti menjadi suatu integritas yang berarti dengan menambahkan suatu unsure tertentu. Termasuk dalam tipe ini ialah kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, atau pengalamannya dalam bentuk tulisan, gambar, symbol ilmiah, atau lainnya.

55

2. Kemampuan menyusun suatu rencana atau langkah-langkah operasional dari suatu tugas atau masalah yang diketengahkan.

3. Kemampuan mengabstraksi sejumlah besar fenomena, data, atau hasil observasi, menjadi teori, proporsi, hipotesis, skema, model, atau bentuk-bentuk lainnya.56

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan jenjang tertinggi dalam daerah kognitif, karena melibatkan seluruh aspek di atas. Misalnya kemampuan menentukan keputusan yang benar dan tepat dari masalah yang dihadapi. Dengan kemampuan evaluasi, testee diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasannya, cara bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya, atau lainnya.57

Bentuk evaluasi berdasarkan kriteria internal dapat berupa mengukur probabilitas suatu kejadian; menerapkan kriteria tertentu pada hasil suatu karya; mengenal ketepatan, kesempurnaan, dan relevansi data; membedakan valid tidaknya generalisasi, argumentasi, dan semacamnya; mengetahui adanya pengulangan yang tidak perlu. Bentuk evaluasi yang mendasarkan kriteria eksternal, antara lain: mengembangkan standar sendiri tentang kualitas karyaa kontemporer; membandingkan suatu karya dengan karya lain yang berstandar tinggi; memperbandingkan berbagai teori, generalisasi, dan fakta suatu budaya.58

Pada tahap ini siswa dituntut kesanggupannya dalam menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.59

Kata kerja operasional yang biasanya dipakai untuk merumuskan tujuan instruksional khusus jenjang evaluasi, diantaranya: menafsirkan, menilai, menentukan, mempertimbangkan, membandingkan, melakukan, memutuskan,

56 Ibid. hal 46-47 57 Ibid. 58 Ibid. 59

mengargumentasikan, menaksir. Kemampuan evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi enam tipe seperti berikut:

1. Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen (ketepatan internal, internal accuracy)

2. Dapat memberikan evaluasi tentang keajegan dalam memberikan argumentasi, evidensi dan kesimpulannya, logika dan organisasinya (keajegan internal)

3. Dapat memahami nilai serta sudut pandangan yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan (kriteria internal)

4. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya dengan karya lain yang relevan (kriteria eksternal)

5. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan (kriteria eksternal)

6. Dapat memberikan evaluasi suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.60

Demikian uraian tentang tingkat-tingkat kemampuan kognitif menurut Bloom yang sangat diperlukan bagi para guru dalam usaha menyusun tes-tes hasil belajar yang lebih mengacu kepada tujuan pendidikan.

Dalam pembelajaran Biologi, perbedaan siswa perlu mendapat perhatian guru. Setiap siswa di kelas sebenarnya merupakan pribadi yang unik. Sedekat apapun hubungan keluarga tetap memiliki berbagai perbedaan, baik dalam hal minat, sikap, motivasi, kemampuan dalam menyerap suatu informasi, gaya belajar, dan sebagainya. Semua faktor siswa tersebut idealnya turut menjadi perhatian guru dalam perencanaan dan pelaksanaan KBM. Salah satu faktor siswa yang juga penting untuk diperhatikan guru adalah kognitif. Gaya kognitif berhubungan dengan cara penerimaan dan pemprosesan informasi seseorang. Gaya kognitif merupakan cara seseorang dalam menerima dan mengorganisasi informasi, kecenderungan perseorangan dalam melakukan pemprosesan

60

informasi, dan gaya kognitif mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.

Tahap perkembangan kognitif adalah suatu tahapan perkembangan tertentu yang harus dilalui individu sejak lahir sampai dewasa. Ada empat tahapan perkembangan kognitif yang akan dilalui individu, yaitu tahap sensori motor dengan perkiraan umur 0-2 tahun, tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun), tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional (11 atau 12 tahun ke atas).

Dokumen terkait