• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taktik-taktik Pengamanan Investasi

Dalam dokumen Marger Migas dan Militer di Ketiak Sulaw (Halaman 30-34)

Menanggapi keinginan pihak investor mengenai jaminan keamanan bagi investasinya, Bupati 27

Banggai menegaskan komitmen untuk mendukung secara optimal seluruh kegiatan investasi migas (lihat Sudarto 2003) Salah satunya melalui penertiban penduduk, khususnya dalam hal penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Tidak jelas apa hubungannya dengan upaya pengamanan, tapi dalam pidato pelatihan militer di Batui Sudarto menjelaskan bahwa pelatihan tersebut bertujuan untuk mengantisipasi para provokator yang

akan masuk di Kabupaten Banggai. Pada saat ini juga sudah akan dibangun markas Kompi A Batalyon 714/ Sintuwu Maroso di Luwuk, untuk membantu mengamankan investasi di sepanjang pesisir pantai Sulawesi Tengah bagian timur tersebut. Selain itu, menurut salah seorang narasumber di Kolonodale, TNI Angkatan Laut akan membangun kompleks Pangkalan Angkatan Laut (PAL) seluas sepuluh hektar di daerah Jompi, sebelah utara Kolonodale.

Proses menjadikan wilayah Banggai menjadi Daerah Sentra Industri rasanya akan mengalami banyak hambatan. Sejauh ini ada beberapa strategi yang digunakan oleh pihak perusahaan termasuk oleh pemerintah daerah untuk meredam gerakan masyarakat baik di Kabupaten Morowali maupun di Kabupaten Banggai.

2.4.1. Taktik Pembujuk atau Perangkul:

Strategi ini sering dipakai untuk ‚membujuk‛ masyarakat agar tidak masyarakat tidak terlalu memperhitungkan dampak yang akan atau yang telah terjadi. Strategi ini membuka opini bahwa kehadiran perusahaan adalah untuk mensejahterakan masyarakat, juga sekaligus memecahbelah masyarakat menjadi dua kelompok, antara yang menyetujui dengan yang menolak karena mengalami kerugian yang besar. Bentuk -bentuk strategi yang ditemui sampai saat ini adalah:

a. Janji Fasilitas

Di semua tempat lokasi eksplorasi, masyarakat diberikan janji perbaikan tingkat kehidupan yang

lebih baik dengan fasilitas yang lebih maju. Di desa Kolo Bawah dan Pandauke, misalnya saat eksplorasi akan dimulai, Kepala dinas pertambangan dan energi menjanjikan pengadaan genset untuk masyarakat. Daerah sepanjang pesisir pantai timur Sulawesi Tengah, akan dibuatkan jalan beraspal.Untuk bisa mendapatkan fasilitas tersebut, masyarakat disekitar lokasi harus merelakan sebagian lahannya dipakai oleh perusahaan. Sementara di lokasi yang direncanakan sebagai pemukiman karyawan JOB Pertamina Exspan, di Dataran Seseba, diberikan janji untuk mendirikan rumah ibadah, fasilitas sekolah dan rumah sakit.

28

b. Lapangan Kerja bagi Masyarakat

Untuk membuktikan janji tentang kehidupan yang lebih baik, pihak perusahaan juga memberikan kesempatan kepada masyarakat di sekitar lokasi titik minyak untuk menjadi tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut meliputi tenaga kerja buruh bangunan, dan tingkat paling tinggi sebagai satpam. Tapi untuk itu, tidak semua masyarakat bisa merasakannya. Di samping itu, masyarakat yang semula adalah nelayan dan bertani dialihkan pekerjaannya ke tenaga atau buruh industri.

2.4.2. Taktik Tongkat Pemukul:

Strategi ini adalah strategi ancaman dengan cara menakut-nakuti masyarakat untuk tidak melakukan protes terhadap kebijakan yang ada, juga berhenti melakukan perlawanan. Kunci untuk membuat strategi ini efektif adalah keberadaan aparat keamanan di lokasi di mana kepentingan pemodal ingin diamankan dari kemungkinan gangguan masyarakat setempat. Ada berbagai kejadian yang mengindikasikan bahwa strategi ini juga berlaku di Kabupaten Banggai.

a. Sinyalemen tentang Keberadaan Provokator

Sinyalemen ini dikeluarkan sendiri oleh bupati Kabupaten Banggai, Sudarto. Isu ini diikuti oleh demo massa yang mengaku mewakili masyarakat adat saluan. Salah satu butir pernyataan Forum Masyarakat Adat Banggai yang menjiwai isu ini adalah pernyataan Masyarakat Adat Banggai Gerakan Cinta Damai untuk ikut membantu Pemerintah Banggai dan aparatnya melalui; mencegah dan menangkal masuknya segala bentuk hasutan, provokator dalam bentuk apapun yang berusaha untuk mengacaukan ketertiban, keamanan, kenyamanan kehidupan masyarakat di Banggai yang cinta damai; Mendukung pemerintah dan aparatnya untuk menjunjung tinggi supremasi hukum terhadap oknum-oknum yang melakukan segala bentuk kekacauan, kekerasan dan kerusuhan di wilayah Banggai. Beberapa aktivis ornop maupun anggota masyarakat yang secara sadar berusaha membela keberadaan masyarakat, turut merasakan bagaimana isu tersebut begitu mengakar dalam

masyarakat. Sebagai contoh, setiap orang luar (seperti yang penulis rasakan) yang memikul tas ransel akan dicurigai sebagai ‚provokator‛.

b. Unjuk Kekuatan (show of force) Aparat Keamanan.

Awal Oktober 2002, di Batui sekitar 125 orang anggota TNI dan Polres Kabupaten Banggai melakukan simulasi pelatihan militer. Pelatihan tersebut dihadiri Bupati Banggai, Komandan Kodim, Kapolres Banggai dan sejumlah unsur Muspida. Dalam sambutannya, Sudarto mengatakan bahwa simulasi ini dimaksudkan untuk mengantisipasi masuknya provokator yang akan mengobok-obok Kabupaten Banggai.

Selain simulasi sebagai persiapan untuk menghadapi para provokator, hampir di setiap masalah penyelesaian konflik tanah aparat keamanan hadir. Mereka bertugas untuk ‘mendampingi’ negosiasi dengan masyarakat bahkan terkadang menjadi senjata ampuh untuk memenangkan negosiasi terutama apabila yang hadir adalah Kapolsek atau pejabat tinggi kepolisian. Selain itu keberadaan aparat keamanan juga selalu menjadi tongkat pemukul yang berguna bila berhadapan dengan masyarakat dalam proses evakuasi, perusakan lahan, atau penggusuran. Hal ini telah dibuktikan sendiri oleh masyarakat Seseba dan warga lain yang lahannya digusur secara paksa dengan ganti rugi yang tidak memadai.

c. Tuduhan Tidak Berjiwa Nasionalis dan PKI Gaya Baru

Tuduhan tidak nasionalis dan merupakan antek PKI Gaya Baru adalah kalimat ancaman yang sering digunakan untuk membuat masyarakat ketakutan. Tuduhan itu bahkan membuat beberapa warga mau menyerahkan lahannya tanpa ganti rugi sekalipun. Seorang korban penggusuran bahkan mengeluhkan apakah tindakan mereka itu salah jika mempertahankan lahan hidup mereka, dan apakah begini yang dinamakan negara Pancasila?

d. Politik Adu Domba Masyarakat

Bentuk lain dari taktik pemukul ini adalah membagi dua kelompok masyarakat, yang diuntungkan dan yang dirugikan. Ganti rugi lahan, dan perekrutan tenaga kerja yang besar disatu fihak dan yang tidak adil di satu fihak bisa menyebabkan masyarakat terbagi dalam dua kelompok: kelompok yang mendukung masuknya perusahaan dan kelompok yang menentang. Taktik ini bisa dilihat dengan aksi massa tandingan. Apabila ada aksi massa dari masyarakat memprotes kebijakan perusahaan atau pemerintah, akan dibalas dengan aksi massa di bawah pimpinan perusahaan dalam masyarakat yang sama.

Jaminan keamanan adalah hal yang penting bagi investor seperti Kelompok Artha Graha dan Kelompok Medco di Sulawesi Tengah. Jaminan keamanan yang dimaksud adalah kemudahan mengurus segala keperluan persiapan penanaman modal dan eksplorasi dan atau ketika proses produksi dan eksploitasi telah berjalan. Kemudahan ini juga berkaitan dengan jaminan bahwa semua proses tersebut berlangsung tanpa perlawanan yang berarti dalam masyarakat.

Perlawanan yang diperkirakan akan timbul dari masyarakat ada dua bentuk. Pertama, perlawanan terhadap proses pembebasan lahan garapan dan ganti rugi. Dalam banyak pengalaman perlawanan masyarakat terhadap perusahaan di Indonesia, hal yang paling menonjol adalah sikap masyarakat yang menolak pembebasan lahan sehingga akan menyulitkan perusahaan memulai usahanya. Selain itu, kalaupun akhirnya masyarakat yang bersangkutan mau membebaskan lahannya, maka tuntutan ganti rugi yang tinggi atau adil tidak dapat dihindari pihak perusahaan manapun juga. Hampir semua kasus ganti rugi tanah atau benda materil di Indonesia tidak bisa diselesaikan dengan keuntungan di fihak masyarakat atau paling tidak mempunyai nilai yang pantas bagi masyarakat. Biasanya perlawanan masyarakat dalam kasus ini adalah bertahan di lahannya, mencegah penggusuran lahan dengan melakukan perusakan alat-alat berat perusahaan atau melakukan pendudukan kembali lahan yang telah diambil paksa. Karena itu, murahnya harga tanah sangat penting bagi sebuah perusahaan.

Kedua, perlawanan masyarakat terhadap dampak yang ditimbulkan dalam proses produksi. Perlawanan ini lebih dimungkinkan apabila timbul kesadaran masyarakat terhadap dampak yang diakibatkan dengan keberadaan perusahaan. Dampak yang dimaksud adalah dampak lingkungan dan dampak sosial. Sebagian besar kesadaran masyarakat yang berada di lokasi produksi, baru akan muncul setelah mengalami atau merasakan sendiri dampak tersebut. Hal itu karena seringkali Analisis Mengenai Dampak Lingkungan tidak disosialisasikan kepada masyarakat. Masyarakat hanya diiming-imingi janji kehidupan yang lebih baik dan terbukanya lapangan pekerjaan. Dalam hal inilah seringkali ornop berfungsi bersama-sama masyarakat membangun kesadaran kritis tentang berbagai dampak yang sudah atau mungkin terjadi. Sayangnya peranan ornop seringkali disebut sebagai gerakan yang anti pembangunan. Dalam kasus dampak rusaknya lingkungan, perlawanan masyarakat dapat melalui jalur hukum sesuai dengan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Menghadapi segala kemungkinan kendala yang muncul dalam masyarakat, sejarah kontemporer di Sulawesi Tengah telah membuktikan efektifitas kehadiran aparat keamanan. Dalam hal inilah tinjauan aspek kemampuan wilayah sebagai

29

prasayarat untuk pembentukan Kodim seperti permintaan Bupati Kabupaten Morowali, Parimo, Buol, Toli-toli dan Banggai Kepulauan dapat ditafsirkan. Aparat keamanan dalam hal ini tidak saja diwakili oleh pihak Polri tapi juga dengan kehadiran TNI/Angkatan Darat.

Saat ini telah dipersiapkan pemekaran Batalyon 714/Sintuwu Maroso di Sulawesi Tengah. Kompi C di Pendolo (Kabupaten Poso) dan Kompi B di Molino (Kabupaten Morowali) telah selesai dibangun dan sudah berfungsi. Batalyon 714/Sintuwu Maroso dengan ketiga kompinya akan bertugas langsung menangani masalah keamanan daerah pertambangan minyak dan gas Sinorang - Toili, yang terbentang dari Kecamatan Batui di Kabupaten Banggai sampai ke Terumbu Karang Tiaka di Teluk Tolo di Kabupaten Morowali. Tapi tentu saja kepentingan penanganan pengamanan ini tidak hanya untuk keperluan eksploitasi minyak tapi juga untuk pengolahan marmer dengan seluruh persiapan infrastrukturnya di Morowali.

Hal ini bisa terjadi dengan mempertimbangkan kedekatan Tomy Winata dengan TNI/AD. Dengan pembentukan batalyon baru itu, Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas wilayah lebih kurang 68 ribu km2 akan dijaga oleh dua batalyon TNI/AD, yakni Batalyon 711/Raksatama yang berkedudukan di Palu (Ibukota Provinsi) dan Batalyon 714/Sintuwu Maroso yang berkedudukan di kota Poso. Kedua batalyon itu berada di bawah perintah Kodam VII/Wirabuana.

Penempatan aparat keamanan tersebut memberikan gambaran perlindungan yang besar terhadap investor di wilayah Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai. Jarak antara masing-masing Kompi dengan lokasi tempat eksploitasi tidak terlalu jauh. Di Kabupaten Morowali, usaha Tomy Winata akan berdampingan dengan satu Markas Brimob di Desa Korowou dan markas Kompi B di Desa Molino. Sementara itu, di Kabupaten Banggai dibangun Markas Kompi A di Luwuk. Selain itu, kehadiran TNI Angkatan Laut di wilayah Kabupaten Morowali sekaligus akan berfungsi menjaga ketertiban dan keamanan kelautan di wilayah Teluk Tolo, di mana Pulau Tiaka berada.Hal ini juga sekaligus memperlihatkan bahwa reformasi militer hanya terjadi di atas kertas.

Dengan demikian dapat disimpulkan, direncanakan atau tidak, imbas kerusuhan Poso ke daerah timurnya, yang sedang dipersiapkan menjadi Provinsi Sulawesi Timur, dengan masuknya inves-tor, dan masalah pengamanan wilayah memang sangat berkaitan erat. Hal ini ditunjukkan dengan perencanaan struktur teritorial militer yang berkaitan erat dengan kepentingan pengamanan usaha-usaha bermodal besar di Sulawesi Tengah bagian Timur.

Kerusuhan Poso dijadikan dalih oleh aparat bersenjata untuk memperluas kehadiran pasukannya di seluruh wilayah Sulawesi. TNI/AD dengan membangun markas Batalyon 714/Sintuwu Maroso dan Polri melalui pembangunan markas-markas Brimob baru di Kabupaten Poso dan kabupaten-kabupaten tetangganya.

SARAN

Dalam dokumen Marger Migas dan Militer di Ketiak Sulaw (Halaman 30-34)

Dokumen terkait