Dari ketentuan-ketentuan tentang Perceraian dalam Undang-undang Perkawinan (p a sa l 39 campai dengan pasal 41) dan tentang Tata cara Perceraian dalam Peraturan Pelaksanaan
(p a s a l 14 sampai dengan pasal 36) dapat d i t a r i k kesimpul- an adanya dua macam perceraian y a itu " c e r a i ta la k dan ce-r a i gugat"J Q
a* Cerai tala k
I s t i l a h c e ra i tala k i n i discbut dalam pasal 14 pen- je la s a n Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 atau disebut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
di dalam. pasal 14 penjelasan, sedang dalam praktek c e ra i ta la k i n i hanya disebut ta la k sa ja .
Cerai talak hanya khusus bagi pemeluk agaraalslam s a ja , yang b e r a r t i tidak ada ja la n l a i n untuk mereka yang beragama e o la in Islam. Hal i n i dapat d i l i h a t dalam rumusan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 y a itu se
bagai beriku t :
Seorang suami yang te la h melakukan perkawinan menurut agama Islam, yang akan menceraian i s t e r i n y a mengajukan curat kepada pengadilan ditempat tin gg a ln y a , yang ber- i s i pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan ister- r i nya d i e e r t a i dengan alasan-alasan s e rta meminta ke- pado^yengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan
^Soetojo Prawiro hamidjojo, Pluralism e dalam Perun- dan/*»undanp:an Perkawinan d i Indonesia. A irian gga U n iv e rs ity
Press, Surabaya, 1986, l i . 128.
10Pefrituran. Pemerintah. No. 9 Th. 19.75.; c e t . IV , I ra in y a
Dari pasal i t u dapat diketahui bahwa suami yang me
nurut hukum agama Islam, mempunyai hak yang luas untuk mena- la k i s t e r i n y a , dalam pelaksanaan masing-raasing harus menga-
jukan surat pemberitahuan tentang maksudnya kepada Pengadilan Agama setempat yang harus d i s e r t a i dengan alasan-alasannya.
Yang diajukan suami t a d i bukan surat perraohonan, a- kan t e t a p i surat pemberitahuan tentang akan dijatuhkannya
ta la k terhadap i s t e r i n y a . Dengan surat tersebut pihak suami minta pada pengadilan agama agar diadakan sidang untuk me- nyaksikan i k r a r atau pernyataan talaknya.
Dari pemikiran d i atas tercermin bahwa peraturan perundang-undangan k i t a masih mengakui hak suami yang te la h
ditentukan dalam agama Islam, t e t a p i untuk menjaga keseim- bangan dianggap perlu diambil langkah-langkah oleh penga
d ila n , agar pihak suami tersebut tidak berbuat sewenang- wenang dalam mempergunakan haknya terseb u t.
b. Cerai gugat
I s t i l a h c e ra i gugat tidak terdapat baik d i dalam Un
dang-undang Nomor 1 Tahun 1974 maupun dalam peraturan pe- laksanaannya. Sedangkan i c t i l a h yang ada adalah gugatan p ercera ian . Menurut pendapat K. Wantjik Saleh c e r a i gugat adalah: "perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gu
gatan t e r l e b i h dahulu oleh salah satu pihak kepada Penga
d ila n dan dengan suatu putusan Pengadilan11* ^
^ K .W a n tjik Saleh, Hukum Perkawinan In d on esia* cet V I I , Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982,h. 40.
Hal i n i dimaksud agar mendekati apa yang t e r j a d i dalam praktek, sebab dalam praktek p e r is t iw a c e r a i gugat i n i lazimnya hanya disebut dengan i s t i l a h " c e r a i " s a ja . Untuk le b ih je la e n y a apabila di dalam praktek k i t a menemukan i s t i l a h " t a l a k " maka yang dimaksud adalah c e r a i ta la k dan apabila k i t a menemukan i s t i l a h c e r a i , maka yang dimaksud adalah p ercera ian yang t e r j a d i akibat gugatan p ercera ia n .
Penj,elasan pasal 20 Peraturan Pelaksanaan menegaskan bahwa bagi pemeluk agama islam , gugatan p ercera ian i n i da
p at dilakukan oleh pihak i s t e r i n y a , sedang yang beragama s e l a i n islam , gugatan p ercera ian i n i dapat dilakukan baik oleh i s t e r i maupun o le h suami.
Perbedaan yang t e r j a d i diakibatkan oleh adanya p er- bedaan c e r a i t a la k bagi pemeluk agama islam dan tid a k ada c e r a i ta la k bagi mereka yang beragama s e la in islam . Maksud- nya bagi suami yang beragama islam tid a k perlu l a g i adanya hak untuk menggugat i s t e r i n y a , sedangkan suami yang beragama s e la in islam ta la k tersebut tidak ada.
3. Kedudukan Lembaga Talak Setelah Diundanftkanny a UU Nomor 1 Tahun 1974
Sebelum diundangkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, mereka yang menganut agama islam di Indonesia dalam melakukan perceraian d ia tu r oleh hukum ielam yang te la h
26
" d i r e s i p i i r " dalam hukum adat. Didalam hukum Islam mongin- ginkan suatu perkawinan yang kckal diantara suami dan i s t e r i k e cu a li dengan suatu sebab yang l a i n yang tidak dapat d io - lakkan, y a itu dengan sebab kematian salah satu di antara mereka berdua* Oleh karena i t u Islam tidak mengikot mati perkawinan, t e t a p i tid a k pula mempermudah ta la k akan per
ceraian.
Sekiranya Islam tidak mengatur tentang tala k atau perceraian di waktu keadaan memaksa, maka akan menimbulkan berbagai k e s u lita n bagi mereka berdua d i dalam mengarungi kehidupan rumah tangganya i t u . Jadi tala k boleh dilakukan kalau memang benar-benar tidak ada ja la n l a i n yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan perkawinan i t u . Dalam kenya- taannya yang ada dalam kehidupan s e h a r i-h a r i sang suami der*
ngan sewenang-wenang mentalak i s t e r i n y a hanya karena suatu p e r60alan yang sepele s a ja . Hal i n i dimungkinkan karena dalam Al-Quran tidak member! suatu ketentuan yang mengha- ruskan suami untuk mengemukakan sesuatu alasan untuk mem- pergunakan haknya dalam menjatuhkan tala k kepada i s t e r i n y a , dan tala k yang dijatuhkan i t u tetap sah hukumnya. Keadaan i n i l a h yang merupakan salah satu pendorong untuk eegera d i- ciptakannya Undang-undang Perkawinan, agar le b ih dapat me- lin d u n gi hak i s t e r i dalam suatu perkawinan.
Berdasarkan uraian tersebut d ia ta s , maka pengertian ta la k sebelum berlakunya Undang-undang No. 1 Th. 1974 a- dalah hak mutlak d a ri suami untuk mcnceraikan i s t e r i n y a
tanpa ada pembatasan d ari pengadilan atau ponguasa yang berwenang. Maka pelaksananya tidak jarang menimbulkan ke- rugian pada pihaft i s t e r i , anak-anak, keluarga dan masyara- k a t.
Setelah berlakunya Undang-undang No. 1 Th. 1974 dan Peraturan Pemerintah No. 9 Th. 1975 sejak 1 oktober 1975 diadakanlah pembaharuan dan perombakan mengenai pongertian ta la k yang berlaku. Pasal 39 ayat 1 dan 2 undang-undang tersebut menyebutkan, bahwa perceraian hanya dapat d i l a kukan d i depan sidang pengadilan, 6etelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak b e rh a s il mendamaikan kedua belah pihak. Dan ayat 2 nya menyebutkan : "untuk melaksana- kan perceraian harus ada cukup alasan , bahwa antara suami i s t e r i i t u tidak dapat rukun sebagai suami i s t e r i " .
Dengan adanya peraturan perundangan tentang perkawinan t e r sebut, maka sekarang eeorang suami harus mempunyai alasan yang kuat, apabila dia menhendaki suatu p e rc e rr ia n . Jadi
tala k sekarang bukan l a g i merupakan hak rautlak d ari seo- rang suami.
Dengan adanya perubahan mengenai pengertian tala k d ari sebelum dan sesudah diundangkannya Undang-undang No.
1 Th. 1974 dan peraturan pelaksanaannya, maka pengertian ta la k dalam hukum perkawinan Islam d i Indonesia sekarang i n i adalah :
1. ta la k hanyalah sah, bilamana d iikrarkan dalam sidang pengadilan agama berdasarkan penetapannya yang te la h
28
mempunyai kekuatan hukum yang te ta p ;
2. pengadilan agama hanya akan menetapkan, merabuka sidang i k r a r t a la k , bilamana antara pemohon dengan i s t e r i n y a tid a k mungkin didamaikan l a g i dan alasan yang dikemuka- kan pemohon d i hadapan sidang pengadilan ternyata t e r -
b u k t i;
3. untuk pemeriksaan perkara ta la k harus didangar : saksi- s a k s i, keluarga dan orang-orang yang dekat dengan kedua belah pihak;
k* bilamana ternyata penyebab alasan ta la k tersebut karena kesalahan pemohon, maka pemohon dapat dihukura untuk memba
yar uang mut'ah yang besarnya menurut pertimbangan maje- l i s hakim, disamping harus membayar keperluan hidup se- lama iddah;
5. i k r a r baru diucapkan s e te la h sidang dibuka berdasarkan penetapan pengadilan agama yang te la h mempunyai kekuatan hukum yang teta p ;
6. baik suami maupun i s t e r i , masing-masing mempunyai hak untuk mengajukan banding maupun kasasi atas penetapan pemberian I z i n ik r a r t a la k . 12
l ?
Soetojo Prawiro Hamidjojo, o p * c i t #, h.127.
MULAI BERLAKUNYA PUTUSAN TALAK BAGI MEKEKA YANG BERAGAMA ISLAM
1. Maoalah_& Alasan Perceraian
Disamping masalah monogami, masalah perceraian juga merupakan masalah yang banyak diperbincangkan jauh sebelum adanya Undang-undang Perkawinan. Hal tersebut menjadi per- bincangan antara l a i n disebabkan karena dalam kenyatnannya d i masyarakat suatu perkawinan banyak berakhir dengan suatu p ercera ian dan nampaknya hal i n i t e r j a d i dengan cara yang mudah. Rahkan ada kalanya banyak t e r j a d i perceraian i t u karena perbuatan sewenang-wenang d a r i pihak l a k l - l a k i *
Sebaliknya i t u , dalam hal seorang i s t e r i yang, me- rasa terpaksa untuk " b e r c e r a i M dengan suaminya, tidaklah semudah s e p e r t i yang dapat dilakukan oleh seorang suami terhadap i s t e r i n y a , sehingga s e rin g pula t e r j a d i seorang i s t e r i masih berstatus sebagai seorang i s t e r i ta p ! kenya- taannya tidak merasakan l a g i d irin ya sebagaimana layaknya seorang i s t e r i .
Berhubung oleh karena i t u , terutama dikalangan ka- um wanita, hal tersebut tentulah merupakan suatu hal yang
tidak menyenangkan, maka timbul suara-cuara yang menhendaki supaya diadakan suatu peraturan perundang-undangan yang me- ngatur hal i t u , terutama untuk membataci kesewonang-wenang- an pihak l a k i - l a k i terseb u t. Malta boleh d ik a ta , bahwa masalah
B A B III
p ercera ian i n i l a h yang merupakan salah satu pendorong untuk ' diciptakannya Undang-undang N o*l Th*1974?diantara sebab yang
l a i n * 13
Dalam Undang-undang No*1 Th.l974dicantumkanlah suatu asas bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk kelu ar
ga yang bahagia, kekal dan sejah tera dengan pengertian bah
wa untuk i t u perlu dipereukar te rja d in y a perceraian,
Dengan maksud untuk meinpersukar te rja d in y a perceraian i t u , maka ditentukanlah: untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara s u a m i- is te r i i t u tidak akan dapat hidup rukun sebagai s u a m i- is t e r i.
Sei r i n g dengan i t u ditentukanlah pula bahwa p e r c e r a i
an hanya mungkin dengan salah satu alasan s e p e r t i disebutkan dalam Undang-undang Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaannya yang harus dilakukan di depan Sidang Pengadilan*
Adapun alasan yang dimaksud, tercantum dalam p en je- lasan pasal 39 ayat 2 Undang-undang N o .l Th.1^74 dan d iu la n g i l a g i sama bunyinya dalam pasal 19 Peraturan Felaksanaan, se- bagai b erik u t:
a. Sal*ih satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, po- modat, penjudi dan l a i n sebagainya yang sukar diserabuhkan;
b. Salah satu pihak meninggalkan yang l a i n solama 2 (dua) tahun b ertu ru t-tu ru t tanpa i z i n pihak yang l a i n dan tan-pa alasan yang sah atau karena hal l a i n d i lu a r kemauannya;
■^K Wantjik Saleh, o p* c i t *. h* 36.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lim a ) ta hun atau hukuman yang le b ih berat s etela h perkawinan berlangsung;
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau pengaaiayaan b erat yang membahayakan terhadap pihak l a i n ;
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai e u a m i/ is t e r i;
f . Antara suami dan i s t e r i terus menerus t e r j a d i p e r c e l i s i h * an dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup ru- kun l a g i dalam rumah tangga*
Sedangkan dalam Al-Quran tidak memberi suatu keten- tuan yang mengharuekan suami untuk mengemukan sesuatu a la s an untuk mempergunakan haknya menjatuhkan ta la k kepada i e -
t e r in y a . Nantifcn suatu alasan yang mungkin dikemukakpn suami untuk menjatuhkan ta la k kepada i s t e r i n y a , bahwa i a merasa
tidak senang l a g i kepada i s t e r i n y a , Alasan inerasa tidak se- 14*
nangnnya suami i n i sangat s u b y e k tif, yang dapat disebabkan oleh sebab-oebab yang s u b y e k tif pula.
Demikian juga i s t e r i dapat mengemukakan alasan bah
wa i a merasa tidak senang l a g i kepada suaminya- /Vlasan mo- raca sudah tidak senangnya i s t e r i i n i juga sangat s u b y e k tif karenanya dapat disebabkan oleh sebab-aebab yang s u b y e k tif
14
H.M.Djamil L a t i f , Aneka Hukum Perceraian di Indon e s ia . c e t . I , Ghalia Indonosiar JaKarta, n . i o .
pula. T erjadin ya perkawinan adalah karena alasan-alasan yang s u b y e k tif, karena i t u tidaklah inuatahil j i k a perce- ra ia n dapat juga t e r j a d i karena alasan-alasan s u b y e k tif.
Karena tidalk tidak ada alasan yang diwajibkan kepada suami dalam menjatuhkan ta la k kepada i s t e r i n y a , maka seorang su^- ami bisa mentalak i s t e r i n y a tanpa alasan apapun walaupuh
ta la k semacam i n i sangatlah d ib en c i, t e t a p i talaknya jatuh, a rtin y a talaknya sah juga.
Ketentuan yang ada hanyalah bahwa hendaknya tala k it u diusahakan untuk d ih in d a ri sebagai kesirapulan d a r i ha- d ia t Nabi : "thalak i t u adalah suatu perbuatan yang p a lin g diraurkai A lla h diantara perbuatan yang h a l a l " , dan hadist Nabi : "Beranikah kamu dan jangan kamu membuat talak ( p e r
ceraia n ) sebab sesungguhnya perceraian i t u menggoncangkan
’ a r a s y ". Hadist i n i tnenunjukan bahwa tala k yang tid a k d i- pergunakan sebagai way out adalah tala k yang dimurkai A lla h .
Karena i t u walaupun Al-Quran tidak mengharuskan ada
nya alasan-alasan yang dapat dijadikan untuk perceraian, namun untuk terwujudnya hadist Nabi terseb u t, demi kelang- sungan perkawinan, tid a k ada halangan b i l a alasan-alasan yang dapat dijadikan untuk perceraian ditetapkan haruti ^da.
Sebagaimana termaktub dalam pasal 39 ayat 1 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 j o , pasal 14 s .d . 18 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 yang menentukan, bahwa perce
raian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan, dan untuk melakukan perceraian i t u harus ada cukup alasan
33
bahwa antara suami i s t e r i i t u tid a k akan dapat hidup rukun sebagai suami i s t e r i . Masan d ija d ik a n dasar untuk p c r c e r a i- an adalah sebagaimana tersebut dalam penjelasan pasal 39 a yat 2 Undang-undang No* 1 Tahun 197** dan pasal 19 Peratur- an Pemerintah No. 9 Tahun 19751 scba^.iimana yang te la h diu-
raikan d i muka.
2 . Cgira B ercerai
Di dalam pasal 38 Undang-undang No. 1 Tahun l9 7 /i mo-- nyebutkan, perkawinan dapat putus karona:
a . kematian;
b. perceraian;
c. ntas keputucan pengadilan.
Putusnya perkawinan karena kematian salah satu pihak d a ri suami i s t e r i adalah sudah j e l a s .
Putusnya perkawinan a tac keputucan pengadilan dapat t o r j a d i karena pembatalan suatu porkav/inan atau karena p er
ceraia n.
Sebagaimana te la h disebutkan di muka bahwa p e r c e r a i
an dapat d i t a r i k kesimpulan ada dua macam p ercera ian y a itu
’’ c e r a i ta la k dan c e r a i gugatn. Jadi dalam pembahasan saya menggunakan i s t i l a h c e r a i ta la k yang khusus dipergunakan bagi pemeluk agama Islam.
Sebelum borlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 197^
tid a k ada peraturan yang mengatur ta ta cara punjatuiian ta la X . Saat i t u suami dapat dengan tiudah mengucapkan ta la k pada i s
-terin y a dan ta la k tersebut sah a s a l memenuhi sya rat yang tela h ditontukan oleh hukum Islam* Pada saat i t u suami yang menjatuhkan ta la k hanya diharuskan memberitahukan hal i t u pada Kantor Urusan Nikah, Talak dan Rujult untuk didaftar*.
Namun tidaklah demikian sekarang, s e te la h lahirnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 seorang suami tid ak lah be- g itu mudahnya menjatuhkan tala k* Jika seorang suami Islam hendak menjatuhkan ta la k pada i s t e r i n y a yang d in ik ah i se
cara Islam, hendaknya ia mengajukan pcrmohonan menjatuhkan ta la k ke Pengadilan Agaroa setempat. Asas i n i harus diperha - tik a n , karena dalam paeal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ditontukan bahv/a "p ercera ia n hanya dapat dilakukan di depan cidang pengadilan s e te la h Pengadilan yang bersangkulan berusaha dan tid a k b e rh a s il mendamaikan kedua belaJi pihak” ,
Dalam surat permolionan ku Pengadilan ftgama i.tu hen- daknya dieebutkan alasan -alasan mengapa i a monceraikan i s t e r in y a , karena pasal 39 ayat 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menontukan bahwa ’’untuk melakukan percux-aian hai’us a- da cukup alasan, bahv/a antara o u a m l-is te ri i t u tidak akan dapat hidup rukun sebagai s u a m i - i s t o r i " .
. Adapun alasan menurut penjelasan pacal 39 ayat 2 salah satunya adalah sebagai b erik u t:
a , Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok;
b , salah 6a tu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun;
c , Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tid a k dapat melakukan kowajiban s u a m i- ic to r i,
/\la£an tersebut tidak l i m i t a t i f , karenanya boleh d i
-tambah dengan alasan-alasan yang dibenarkan oleh Agama I s lam, Y a itu ;
1. Tidak terdapatnya l a g i hikmah pernikahan s e p e r t i yang dimaksud dalam surat Rum ayat 21 Al-Quran.
2. Bagi i s t e r i alasan-alasan p ercera ia n d ari suaminya b isa juga karena :
a. suaminya meninggalkannya sebagai pakaian tuanya yang tergantung di cantelan pakaian (su ra t an Nissa 129)•
b. suami moncari alasan-alasan yang bukan-bukan hanya untuk menyusahkan i s t e r i n y a (s u ra t an Nissa 34)*
c. Suami tidak raemberikan apa yang menjadi hak i s t e r i n y a (s u r a t Hud 8**).
3. Karena salah satu pindah agama/meninggalkan agama Islam (s u r a t Al-Baqarah 221).
4. Karena suami melanggar Janjinya yang pernah diucapkan pada waktu aka£ nikah : meninggalkan i s t e r i enam bulan b e rtu ru t-tu ru t atau tid a k memberi nafkah w ajib kepada i s t e r i t i g a bulan lamanya atau menyakiti badaniah i s t e - rin y a atau tidak memperdulikan i s t e r i n y a selama enam bu- l o n * 1*^
Pengadilan Agama yang bersangkutan s e te la h menerima permohonan penjatuhan t a la k , selambat-lambatnya 30 h a ri so-
te la h i t u memanggil pemohon beserta i s t e r i n y a untuk diminta
1*5AB. L o e b is , 5on/fcota Perceraian d i Pengadilqn Aga
ma dan Pengadilan N egeri In d o n esia . .1akarta.l978T h .6.
penjelasannya tentang persoalan mereka (p a ca l 15 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975)*
Apabila Pengadilan boranggapan bahwa suami i s t e r i itu. sudah tidak dapat hidup rukun l a g i dan ada a la s a n -a la s an yang dapat dibenarkan untuk melakukan p ercera ian , maka pengadilan memutuskan. untuk mengadakan sidang untuk monyak- sikan perceraian i t u (p a s a l 16 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975).
Jadi menurut peraturan terseb u t, suami harus raengik- rarkan talaknya d i depan sidang pengadilan, dan Hakim Peng
a d ila n Agama i t u menjadi saksinya*
Tatacara tersebut d ia ta s tidak b e r a r t i Pengadilan Agama merampas hak tala k yang berada d i tangan suami. Se
cara i m p l i a i t Peraturan Pemerintah i t u mengakui bahwa ta la k berada d i tangan suami, hanya penggunaannya d ia tu r sedemiki- an rupa agar tidak t e r j a d i kesewenang-wenangan dan sekaligus inenhambat Jatuhnya talak* Sebab ta la k mombawa akibat yang
sangat menyedihkan, bukan hanya terhadap suami i s t e r i sen- d i r i melainkan juga terhadap anak-anaknya.
3- Mulai Berlakunya Perccraian
Derdasarkaii ketentuan paaal l^,lo,d£>ii jjunjcia^ivi pasal 16 Peraturan Peucrintah Numur 'j Tahun
kaii. Ualiv/a FeiiLadilan Aijamf’ dapat memutuskan untuk
dakan sidang pengadilan untuk munyakoihan puroci aian \ iia\:a*
t a la k ),d a n waktunya akan ditontukan kei.iudiaiw t.asin^-Laiiin^
pihak menerima ealinan putusan it u dalam tenggang waktu 1^
h a ri.D i dalam sidang pengadilan tercebut hakim m en eliti dan.
apabila memang ada alacan untuk perceraian, maka couudah borueaha mendamaikan kodua boiah pihak dan tidak berhasil, untuk seterusnya dilaksanakanlali pengucapan talak yang d i l a kukan oleh suami se n d iri.
Jadi sidang pengadilan i n i hanya menyaksikan saja, sodang talak dilakukan/diucapkan oleh suami sendiri.Karena i t u perceraian dianggap t e r j a d i dan berlaku sejak saat per
ceraian itu diputushan oleh Hakim Pengadilan Agama atau se- jak talak itu diikrarkan d i dopan Hakim Pengadilan Agama dan sejak it u putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap (pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1 9 7 5) .
B A B IV
AKIBAT YANG TERJADI APABILA ISTERI TIDAK HADIR DI DEPAN SIDANG PENGADILAN
1* Pemanggilnn Para Pihak
Dewasa i n i banyak kaum wanita yang menuntut persa- raaan hak dan kewajiban kepada kaum l a k i - l a k i . Kejadian se- p e r t i i n i t e r j a d i pula di Indonesia, dengan pelopornya y a i tu Radon Ajeng K a r t i n i .
Untuk umat Islam, hal i n i sebenarnya sudah d ia tu r dalam Al-Quran, sehingga kaum wanita pemeluk Agama Islam tidak usah k u a t ir l a g i akan hak dan kowajibannya*. Suami*-Ist.ori'raompunyai kesamaan di dalam hak dan kewajiban, hal
tt
i n i mempunyai maksud bahwa, kedua-duanya raempunyai kesamaan tentang jasmani dan rohani, sama-sama berperasaan, b e r p ik ir - an, berkemauan atau dengan perkataan l a i n sama-sama manu- s ia yang sempurna
Dari uraian terseb u t, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam Agama Islam wanita juga raempunyai kesamaan hak dan kewajiban di bidang hukum pula. Oleh karona i t u dalam Peraturan Pelaksanaan Nomor 9 Tahun 1975 memberi kesempatan bagi s i i s t o r i untuk mengemukakan keadaan yang sebenarnya dalam kaitannya dengan perceraian yang sedang disidangkan,
•^Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Isla m , c e t.
X, Hidakarya A gun*, Jakarta, 1983» h. o S l
Pemberian kesempatan i n i ia la h berwujud panggilan kedua belah pihak untuk datang menghadap sidang Pengadilan Agama pada waktu yang te la h ditontukan, dengan metnbawa sak- s i- s a k s i dan su rat-su rat yang diperlukan. Pada waktu meraang- g i l tergu gat, kepadanya diserahkan pula s e h e la i salinan su
r a t gugatan atau catatan gugat untuk kopentingan jawabannya, atau biaoanya dalam gugat l i s a n , bersama dengan panggilan tergugat dinyatakan pula tentang i s i pokok gugatan i t u da
lam surat panggilan terseb u t.
Panggilan menghadap sidang langsung disampaikan ko- pada p rib a d i yang bersangkutan s e n d ir i atau m elalui luroh atau m elalu i Kepala Kantor tempat dimana i a bekerja* 3 a r a t panggilan mana s e te la h ditanda tangani oleh, yang d ip a n g gil pada potongan surat panggilan sidang, dikembalikan ke
pada Pengadilan Agama untuk d ic a t a t kemudian disatukan pada berkas perkara yang bersangkutan. Riaya panggilan terhadap pihak-pihak yang bersangkutan ditanggung oleh pcnggugat/
pemohon. Surat panggilan dapat ditanda tangani oleh pani- tera berdacarkan In stru k si Menteri Agama No. 2 Tahun 1952.
Peraturan. Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, pasal 26 sampai dengan 28, telah mengatur tentang ta ta cara p a n ggil
an pihak-pihak untuk menghadiri sidang pemeriksaan perkara gugatan perceraian sebagai b erik u t:
a. Panggilan dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oloh Ke- tua Pengadilan Agama (p a sa l 26 ayat 2 K W No.*9 Th.1975);
b. Panggilan disampaikan kepada p rib a d i yang bersangkutan 9 i|0
ap a b ila yang bersangkutan tidak dapat dijumpai, p a n g g il-an disampaikil-an m elalu i lurah (p a s a l 26 ayat 3 PP No. 9 Th. 1975)i
Panggilan dilakukan dan disampaikan secara patut dan su- dah diterim a oleh penggugat maupun tergugat atau kuasa mereka selambat-lambatnya 3 ( t i g a ) h a ri sebelum sidang dibuka (p a sa l 26 ayat k P.P. No. 9 Th. 1975);
Panggilan kepada tergugat supaya d ila m p ir i dengan s a l i n - an surat gugat (p a sa l 26 ayat 5 P*P« No. 9 Th. 1975)*
Kalau gugat l i s a n sudah tontu d ila m p ir i salinan tentang i s i pokok gugat l i s a n terseb u t.
Panggilan kepada tergu gat s e p e r t i tersebut dalam pa6a l 20 ayat 2 Peraturan Pemerintah No.9 Th.l975,yakni tempat
kediaman tergugat tidak j e l a s , atau tidak diketahui atau tidak raempunyai tempat kediaman yang te ta p , dilakukan dengancara menempelkan gugatan pada papan pengumuman Pengadilan Agama dan mengumumkannya m elalui satu atau boberapa surat kabar atau mass media l a i n yang d it e t a p - kan oleh Pengadilan Agama, yang dilakukan sebanyak 2
(dua) k a l i dengan tenggang waktu 1 (s a tu ) bulan antara pongumuman pertama dan kedua dan tenggang waktu antara panggilan te r a k h ir dengan persidangan ditetapkan seku- rang-kurangnya 3 ( t i g a ) bulan. Apabila tergugat atau kuasanya sesudah dilakukan panggilan sebagaimana t o r - sebut di atas tetap tidak hadir, gugatan pengguget d i- torima tanpa hadirnya tergu ga t, k e c u a li ap a b ila gugatan
i t u tanpa hak atau tidak beralasan (p a sa l 27 ayat 1 s/d 14 PP No.9.;'Th.l975);
f* Panggilan kepada tergu gat yang berada dalam keadaan se-p e r t i dimaksud dalam se-pasal 20(3) PP No#9 Th.l975jyakni t e r
gugat bertempat t in g g a l di lu a r n e g e r i, disampaikan ke- padanya m elalu i Perv/akilan RI eetompat, cedang pemerik- Saan gugatan perceraian ditetapkan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan to rliitu n g sejak dimasukk^nnya gugatan per- coraian pada Kepaniteraan Pengadilan Agama.
Tata cara panggilan pihak-pihak untuk menghadiri s i dang pemeriksaan permohonan pembatalan perkawinan, menurut
Tata cara panggilan pihak-pihak untuk menghadiri s i dang pemeriksaan permohonan pembatalan perkawinan, menurut