SKRIPSI
CHAR IS SUBIJAKTO
TINJAUAN TENTANG TALAK SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
P t r /(/oz, S</6 I .
TINJAUAN TENTANG TALAK SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOtf 1 TAHUN 107k
S K R I P S I
O L E H
CIIARIS SUBIJAKTO
03831176*+
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLAIIGGA S U R A B A Y A
19 8 9
S K R I P S I
DIAJUKAN UNTUK MELfiNGKAPI TUGJVK DAN MEMENUHI SYARAT-SYAriAT UNTUK
MEHCAPAI GEIAR SARJANA ilUKUM
OLEH
CHAR IS SUBIJAKTO 03831176^
TIN JAU AN TENTANG m i A K SKTEIAH BERlATfUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1 9 7 'f
ABDOEL MUTHOL'C)i,S.iU
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRIANGGA S U R A B A Y A
1989
D I U J I PA. DA. H A P I
KAMIS
TANG GAL DESJtflB. It 198VPANITIA PENGUJI :
KETUA :
ABDOEL MUTIIOLIBf S.H.
SEKRETAPIS :
MARTHA LENA POHAN.S J I ^ f N .
^ . A *
• I I « • /)
ANGGOTA :
1. ISMET BASV/EmN,S.H
2. M.K0BIRAN,3.H.,MS.
3. LILIK KAMIIAH,S.H.
Telah banyak tc.-naca dr.n pikirc*n cay:.’ curahkan,oehiig Ca borliacil dalaw menyusun ckripni i n i . oomiiia .ini La*]'’ : Lain karena limpahan rahmat dan karuniaNya yang conantiawv i.iow- b c r i biinbinjjan kepada Gaya* Telah sampai pula tugac snyo d i- penghujunc niaca ctudi selama kuliah di Fakultao Hukiu., 1!ni- v e rs ita c /Virlancca i n i , Tfamun rasa nys Lin da kata berakhir untuk selalu mengucspkan p u ji cyukur kehadirat Tuhan Yang Tlalia ffsa atas bcrkahHya. Tolali banyak ilmu yang saya timba dan caya reguk Golama maca studi, banyak pfingctahuan,certa manfaat caya pcroleh dalam hal peningkatan, pomaliauan nonge-
tnhuaii terutama di bidang ilmu hukum, Pada puncaknjia berupa pendev/aoaan d ii’i dalaw menghadapi berbacai Masalah* Denman demikian telah torcapaipula sobaglan dari tujuan hidup caya di tengah-tengah arus la lu lin ta u kohidupan berraasyarakat*
Gewua usaha i n i tidak torlopac dari ban tua n clan do- rongan berbagai pihak, baik it u yang berupa r.turil maupun m a t e r iil. Untuk it u penghargaan dan rasa tcrima kasih yang tak terhingga saya sampain -n \opala Mereka semua. Terutama s e k a li kepada bapak, ibu yang dengan cegala raca tulu. ■,ka
sih dan kesabarannya mombiayai ratudi Gaya, memberikan do- rongan dan doa demi tercapainya segala c ita dan karsa any-w
Bersama i n i pula saya in gin monyampaikan rasa terima kasih dan penhargaan yang s e tin g g i-tin g g in y a kepada:
1. Bapak Abdoel Mutholib, S.H. sebagai doscn pembim-
bing yang dongan scgala keramah-tamahannya banyak mem- bantu saya dalam menyelesaikan s k r i p s i i n i ;
2. Ibu L i l i k Kam ilah,S.H .,cebagai dosen pengu ji yang ju ga te la h banyak membantu saya dalam menyelesaikan s k rip - e i saya i n i ;
3» Bapak Ismet Baswedan, S .IU ,se b a g a i dosen penguji yang te la h meluangkan waktunya untuk memeriksa dan penguji s k r ip s i saya;
k* Bapak M.Kobiran,S.JI. ,M*S,sebagai dosen pen gu ji dengan sukarela te la h inemeriksa dan menguji s k r ip s i saya;
Ibu Marthalena Pohan,S.II* ,yang t e la h borkenan menguji s k r ip s i i n i ;
6. Bapak Di's. Muchsinun, Ketua Pengadilan Agama dan so- genap kanyav/an Pengadilan Agama yang te la h menberi kesempatan kepada saya dalam p e n e l i t i a n d i kantor Pengadilan Agama Surabaya;
7. Segenap ltaryav/an Bagian A d m in istra si Akademik dan Perpustakaan U n ivo rsita s A irla n g g a yang tela h banyak memberikan bantuan*
8. Para guru yang tela h mombimbing saya sejak d ari 5 *0 ., S.M .T.P.,S.M >T.A. sdan jnga para dosen di U n iv o rs ila c A ir la n g g a . Merely somua telah b orjasa mengav/ali p er- kenalan saya dengan dunia ilmu pengetahuan yang amat
luas i n i ;
9. Somua pihak yang tidak sempat saya uraikan satu-persatu t e t a p i saya yakin tidak s e d ik it andilnya dalam p e n u lis an s k r ip s i i n i .
Kepada cemua piiiak yaric tolah saya uraikan d i atan, saya tid a k dajiat racmbalac kebaikan mereka seinua, hanya A.llah- lah yang akan membalasnya.
Pada akhirnya, saya menyadari bahwa banyak kekh ilafan dan kekurangan dalam tu lis a n i n i , untuk i t u k r i t i k dan saran yang p o s i t i f akan sangat saya h a rg a i. Meckipun demikian ha- rapan saya adalah setidak-tidaknya s k r i p s i i n i dapat merabe- rika n p a r t i s i p a s i dalam pembangunan nusa dan bangsa pada u- nromnya, pembangunan bidang hukum pada khususnya. Akhirnya
s k r ip s i i n i saya persembahkan kepada almamater saya t e r c i n t a , U n iv e r s ita s A irla n g g a Surabaya.
Surabaya ,19 Nope^'ber 1989
( C liaris S u b ija k to )
DAFT/lR IS I
H al*
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR I S I ... v i i i BAB I PENDAHULUAW 1. Peraaealahan: Latar Belakang dan Perumusannya 1 2 . Penjelasan Judul ... ... 5
3* Alasan Pemilihan Judul ... 6
Tujuan P e n u l l e a n ... 7
3* M etodologi: ( a ) Pendekatan Maealah ... 8
(b ) Sumber D a t a ... 8
( c ) Prosedur Pengumpulan dan Peng- olahan Data • • • » • • • • • • * ... 8
(d) A n a lis is Data • » » » » . . . • ... 9
6*. Pertanggungjawaban S i s t e m a t i k a ... 10
BAB I I KEDUDUKAN LEMBAGA TALAK 1 . Talak Menurut Hukum I s l a m ... 12
2* Talak Menurut UU No*l Th.1974 ... 3. Kedudukan Lembaga Talak Setelah Diundangkannya UU N o .l Th* 1 9 7 4 ... 26
BABIII MULAI BERLAKUNYA PUTUSAN BAGI MEREKA YANG BER- AGAMA ISLAM 1. Masalah & Alasan P e r c e r a i a n ... 30
2* Cara B e r c e r a i ...- ... 34
3*. Mulai Berlakunya P e r c e r a i a n ... 37 BAB IV BERACARA DI DEPAN SIDANG PFNGADILAN
1* Pemanggilan par a P i h a k ... 39 2, Apabila I s t e r i Tidak Hadir Di Depan Sidang
P e n g a d i l a n ... * ►..»
BAB V PENUTUP
1, K esim p u la n ... *f6 2. Saran ... ... * ... k7
DAFTAP BACAAN LAMPIRAN
BAB I
PENDAHT7LUA.N
1* Fermasalahan: La ta r Belakanp: dan Rumusannya
Jaman dahulu, jik a eepasang muda-mudi naik kepela- minan b e r a r t i kedua-duanya sudah t e r i k a t sampai kematian memisahkannya. Jaraag s e k a li t e r j a d i p ercera ian, karena
dianggap suatu a ib bagi keluarga yang berpisah semasa me- relka masih hidup, dan s e r in g k a li t e r j a d i pasangan-pasangan yang baru s a lin g mengenal d i malam pertama raereka Jiertemu,
t e t a p i mereka dapat hidup rukun sampai ha ri tua, beranak cucu, menyesuaikan d i r i dengan irama hidup jamannya dan h i
dup cukup bahagia sosuai dengan ukuran kebahagiaan waktu i t u . Menerapkan cara perkawinan demikian i t u pada muda- mudi sekarang i n i j e l a s tak sesuai l a g i dengan jamannya,
akan t e t a p i tak dapatkah k i t a mengambil hikmah kebijaksana- an perkawinan jaman dahulu i t u untuk mencari/mencapai keba
hagiaan yang sama yang te la h raereka nikmati i t u .
Dimanakah le t a k kunci rahasianya ? Cara b e r p ik ir ge- n erasi tua meraang l e b i h sederhana dan mereka memandang h i
dup d a ri sudut yang berbeda. Gambaran kebahagiaan yang mere
ka bawa dalam memasuki je ja n g perkawinan i t u masih bersih dan kosong, jela sn ya c i t a - c i t a kebahagiaan i t u mereka ben-
tuk dan i s i borsama sambil membangun rumah tangga secara bertahaPi disesuaikan dengan keadaan pada waktu mereka mengadakan perkawinan yang mereka idamkan tersebut d i s e r t a i
dengan s it u a s i dan kondisi yang ada yang mereka m i li k i pada waktu i t u . Lain halnya dengan pasangan-pasangan ge- nerasi muda sekarang i n i , yang memasuki jenjang perkawin- an sudah dengan konsep yang matang dan c i t a - c i t a kebaha- giaan dalam bentuk te rte n tu yang s e r in g k a li tak cukup ko- koh karena l e b i h d i t i t i k beratkan pada dasar-dasar yang s ifa tn y a m a t e r i a l i s t i c B ila suatu saat raenghadapi kenya- taan hidup yang pahit dan tak mengenal kasihan i t u tak sesuai dengan gambaran kebahagiaan yang d ic ita -c ita k a n n y a imannya akan goyah. Mungkin d i s i n i l a h l e t a k kelemahannya pasangan-pasangan generasi muda yang membangun mahligai rumah tangga di ata© dasar a a teri,. yang tak cukup tangguh b i l a badai melanda rumah tangga mereka*
Di eamping i t u juga ada g e j a l a umum yang makin me- luae raenjangkiti gen erasi muda, ia la h g e j a l a in g in roenca- pai sega la seeuatu melalui ja la n pinta6 yang cepat tanpa memperhitungkan r e s ik o dan bahayanya, dan b i l a mau k i t a sa d a ri, i n i semua'eebenarnya menyalahl asas dasar hukura alam yang s e la lu menginginkan kesemuanya i t u b erja la n l a - ras dan wajar sesuai dengan kodratnya.
Sebenarnya perkawinan i t u bukan saja merupakan ma- 6alah p rib ad i d a ri kedua calon mempelai yang hendak memban
gun rumah tangga yang bahagia, melainkan juga menyangkut masalah keluarga dan masyarakat. Keluarga adalah kesatuan d a r i masyarakat yang t e r k e c i l , d i s e r t a i pemenuhan kebui- tuhan hidup d ari anggota keluarga tersebut . diselenggarakan
dalam suasana cin ta kasih yang s e j a t i .
Perkawinan merupakan daear terbentuknya keluarga, eedang perkawinan yang berlangsung harmonis dan kekal akan mewujudkan keluarga yang s e ja h te ra , rukun, dan bahagia.
Dari keluarga i t u diharapkan dapat d ila b irk a n anak-anak yang baik dan sehat l a h i r b a tin , yang sangat diperlukan untuk menunjang pembangunan pada masa yang akan datang.
Sebaliknya keretakan dan perpecahan suatu perkawinan akan membawa d e r it a bagi e u a m i-is te ri sertR anah-anak yang d i
tin ggalkannya. Kenakalan anak pada umumnya adalah akibat d a ri perpecahan dan keretakan d a ri perkewianan terseb u t.
Untuk mencegah akibat n e g a t i f tersebut hendaknya calon -calon suami dan i s t e r i memahami bak-hak dan kew ajib- an-kewajibannya masing-masing dalam hidup berumah tangga.
Untuk maksud terseb u t, baik pemerintah maupun organise s i - o rg a n is a s i dalam. masyarakat te la h lama mengidam-ngidamkan terbentuknya suatu Undang-undang Perkawinan yang berlaku bagi semua golongan penduduk dalam masyarakat Indonesia.
C it a - c i t a untuk membentuk k o d i f i k a s i dalam hukum perkawinan tersebut baru terwujud pada tanggal 2. januari 197k dengan disahkannya dan diundangkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
Sendi-sendi p rin s ip hukum perkawinan sebelumnya tela h berlaku bagi masing-aasing golongan penduduk d i Indonesia dan dengan berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun yang diperlakukan secara n a sion al, maka dalam h a l-h a l terten tu
3
Undang-undang Perkawinan i n i dirasakan a d i l bagi sebagian masyarakat te rte n tu 6a j a , t e t a p i sebaliknya dirasokan ku- rang memuaskan bagi golongan masyarakat yang l a i n .
Oleh karena sebagian b e s a r d a r i Bakyat In do n esia me- rupakan Umat Isla m , maka banyak p r o t e s -p r o t e s maupun k r i t i k - k r i t i k mengenai Undang-undang Perkawinan i n i yang d iaju k an o le h Umat Isla m , h a l i n i disebabkan adanya perbedaan atau pertentangan a n ta ra Undang-undang Perkawinan y a it u Undang- undang Nomor 1 Tflahun 1974 'dengan hukum Isla m , maka Saya akan nembahas s a la h eatu d a r i beberapa permasalahan yang ad a , y a it u mengenai masalah ta la k *
Masalah yang akan saya bahas adalah i s i yang terkan- dung dalam pasal 39 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 y a itu yang berbunyi : "perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan e e te la h Pengadilan yang bersangkutan berusahn dan tidak b e r h e s il mendamaikan kedua belah p ih a k ."
Begitu pula yang tercantum dalam pa6al 14 j o pasal 18 jo pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yang pada pokoknya is in y a aama dengan apa yang tercatum dalam pasal 39 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974* yang dxsebut
Mc e ra i t a la k " dengan dibandingkan tala k yang dijatuhkan me- nurut Agama Islam.
Menurut A gama Is la m , ta la k i t u akan sah b i l a suami t e la h mengucapkan ta la k i t u d i depan i s t e r i n y a . J ad i ta la k i t u akan sah a p a b ila t e la h dlucapkan o le h suami dimana s a ja asa lk an d i depan i s t e r i n y a .
4
Dari keadaan tersebut nampak adanya porbodasn talak menurut Agama Islam dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 beoerta peraturan pelakcanaannya. Oloh karena it u yang akan saya bahas dalam s k r ip s i i n i adalah permasalahan-permasalah- an yang tirabul d a ri adanya porbedaan terseb u t, antara l a i n : a, Bagaimana kedudukan lembaga tala k dalam kerangka Undang-
. undang Nomor 1 Tahun 1974 ?
b. Kapan mulai berlakunya putusan c e r a i di lingkungan Penga- d ila n Agama ?
c* Dalam tata-. cara p ercera ian , bagaimana apabila plhak i s - t e r i tidak hadir di sidang pengadilan walaupun sudah d i- p a n ggil secuai peraturan perundangan ?
2* Pen.1.elasan Judul
Mengenai a r t i talak menurut Agama Islam dan talak menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pada prinsipnya adalah sama, y a itu b e r a r t i perceraian antara suami d a ri i s t e r i n y a .
Sedang perbedaannya, kalau ta la k menurut Agama I s lam cukup diucapkan di hadapan i s t e r i n y a saja dan hal i n i dipandang sudah sah hukumnya. Ketentuan i n i dipandang ku- rang sempurna apabila d it in ja u dari Undang-undang Noiaor 1 Tahun 1974, karena menurut Undang-undang i n i tala k baru d i pandang sah secara sempurna setelah diucapkan d i depan S i- dang Pengadilan dan I s t e r in y a hadir d i persidangan pula.
5
3. AlagflR JwdHl
Pada tanggal 2 januari 1974 te la h te rc a p a ila h c i t a - c i t a untuk membentuk suatu k o d i f i k a s i dalam hukum perkawin
an yang dlharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat dalam melak6anakan ta ta cara yang berkaltan dengan hukum perkawinan* Maksud dan c i t a - c i t a d a r i pembeatuk undang-un
dang tersebut patut d i p u j i , y a itu menyeragamkan hukum yang berlaku d i Indonesia khususnya mengenai perkawinan. T eta p i c i t a - c i t a tereeb u t dalam penerapannya tidaklah begitu mudah, karena ada beberapa hal d i dalam rumusan Undang-undang No
mor 1 Tahun 1974 yang berbeda pengaturannya dengan hukum Islam, contoh k on gkrit d i s i n i adalah mengenai lembaga ta la k . Sedangkan sebagian besar Rakyat Indonesia s e n d ir i ada
lah pemeluk agama Islam yang kuat, hal i n i l a h yang banyak menimbulkan permasalahan-permasalahan. Oleh karena i t u saya menulis e k r ip s i i n i dengan judul "TINJAUAN TENTANG TALAK SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 197411» dengan alasan sebagai beriku t :
1 . karena m ayoritas penduduk In do n esia beragama Isla m ;
2. karena lembaga tala k i n i sangat dibutuhkan oleh masyarakat lu a s , terutama bagi orang-orang yang berada dalam euatu i - katan perkawinan.
3. dengan diundangkannya UU No. 1 Th. 1974 i n i menimbulkan s e d i k i t banyak permasalahan, sehingga perlu d it in ja u kem- b a l i keberadaan lembaga ta la k terseb u t.
k - Tnjuan Penullaan
S k rip s i i n i saya t u l i s dengan Buatu tujuan y a itu un
tuk ik u t raembahae permasalahan mengenai kedudukan lembaga tala k dalam agama Islam dikaitkan dengan berlakunya UU No.
1/Th* 1974* Manfaat yang d ip eroleh d a r i pembahasan tersebut membuat eaya menjadi t e r t a r i k untuk menulisnya.
Jelasnya manfaat i n i dapat disebutftan, bahwa bagi ma- haeiswa Fakultaa Hukun pemahaman tentang masalah ta la k i n i untuk dapat melengkapi perbendaharaan pengetahuannya, khu- susnya mengenai perma6alahan yang ada antara Hukum Islam de
ngan UU No. 1/Th* 1974 y a itu mengenai kapan sahnya ta la k . Demikian, pula akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, o- le h karena ta la k merupakan Buatu perbuatan yang tidak d i i n g i n i oleh s e tia p pasangan s u a m i-is te ri dalam membina rumah tangga dan bukan merupakan tujuan d a ri perkawinan. Tujuan perkawin
an yang tercantum dalam pasal 1 UU No.1/Th.1974 adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Eaa. Dan yang merupakan manfaat utama adalah masyarakat agar mengetahui tentang p ercera ian , khu- susnya talak dan prosedurnya menurut UU No.1/Th.1974*
5* Metodologl
M elalu i pengumpulan data s e rta l l t e r a t u r yang ada kaitannya dengan penulisan s k r ip s i. Sehingga bisa saya j a -
dikan bahan untuk menulis s k r ip s i i n i .
7
a. Pendekatan Masalah
Pendekatan maealah saya lakukan secara y u r id is f o r mal dan s o s i o l o g i s . Secara y u r id is Formal dengan memperha-
tik an peraturan yang berlaku, secara s o s i o l o g i s dengan mem- perhatikan keadaan nyata dalam masyarakat di sekitarnya*
Pembahasan dengan metode d edu k tif y a itu berawal d a ri masalah yang b e r s i f a t umum menuju ke h a l-h a l khusus yang merupakan suatu kesimpulan d a r i m ateri tu lis a n .
b. Sumber Data
Ada dua sumber data yang saya gunakan dalam menulis s k r i p s i i n i y a itu :
1. Sumber data primer,
Sumber data i n i saya peroleh langsung d a r i pihak yang berwenang y a it u Pengadilan Negeri Surabaya dan Pengadilan Agama> berupa keterangan-keterangan yang diperlukan.
2. Sumber data sekunder.
a. undang-undang yang ada hubungannya dengan s k r ip s i.
b. l i t e r a t u r dan bahan pustaka l a i n yang dapat mendukung dalam pembahasan s k r i p s i .
c. Prosedur Penggumpulan dan Pengolahan Data
M elalui etu di kepustakaan s e r t a keterangansyang ke- mudian eaya kumpulkan dan saya olah y a itu dengan cara mela- kukan pemilihan data-data yang ada kaitannya dengan. pembuatan
s k r i p s i i n i . Hal tersebut saya lakukan dengan cara:
X.*Studi kepustakaan*
Beberapa t e o r i dan pendapat para a h li yang berkaitan dengan penulisan bisa saya dapatkan dari studi kepustakaan*
Sebagai tindak la n ju t, merabandingkan dengan berbagai t e o r i tersebut dengan keadaan yang ada dalam masyarakat Islam*
Sehingga keterpaduan materi i n i akan memperjelas penulisan sk rip si*
2 * Keterangan dan Wawancara*
Keterangan dan wav/ancara di s in i terutama melalui pihak yang berwenang, yaitu para pejabat yang ada di Penga
dilan Negeri Surabaya maupun di Pengadilan Agama*
d. A n a lis is data*
Setelah berhasil mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah tersebut, data kemudian d ia n a lis is dengan menggunakan metode deduksi induksi, serta a n a lit ik s in t e t ik . Deduksi adalah suatu penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum untuk diterapkan pada hal-hal ota ’.i persoalan yang khu- sus. Induksi adalah suatu cara untuk mempelajari sesuatu dengan menyeluruh fakta-fakta dan meran^kaikan fakta-lHkta yang khusue it u menjadi suatu pe/necahan yanr b e r s ifa t umum.
A n a litik s in t e t ik adalah mempelajari fakta-fakta kliusua menuju ke suatu pernyataan umum, kemudian menarik keal.rtpul- an dari pernjiataan umum tersebut untuk dijadikan dasnr da“
lam memecahkan persoalan tertentu. ^
Disamping menganalisis data-data, juga aspek y u rid is sosio- l o g i s perlu diperhatikan agar perabahasan dapat berhasil*
6 .Pertanggungjawaban S istem a tik a •
Di dalam s k rip si i n i feerdiri dari lima bab, merupa- kan suatu rangkaian keseluruhan dari t ia p - tia p bab. Agar materi penulisan tidak terlepas dari masalah yang saya ba- has perlu adanya sistematika,sehingga setiap uraian tidak
terlepas dari permasalahan pokok.
Bab I d ia w a li dengan pendahuluan d i dalaranya mernuat permasalahan pokok yang akan saya jadikan pembahasan.
Di dalam pendahuluan saya uraikan pula la t a r belakang per
masalahan dan rutnusannya, penjelasan judul dan alasan pe- milihan judul, tujuan penulisan s k rip s i, metodologi dan pertanggungjawaban sistematika.
Setelah diketahui gambaran secara umum i n t i permasa
lahan , maka langkah dalam bab selanjutnya yaitu Bab I I . Di s i n i permasalahan raulai saya g a l i , tentang kedudukan lembaga tala k dalam kerangka UU No.1/Th.1974* Karena per
masalahan i n i sangat e ra t kaitannya dengan lembaga tala k menurut hukum Islam, maka dalam subbab pertama saya u r a i
kan secara panjang le b a r mengenai hal terseb u t, begitu pula dalam subbab selanjutnya saya raenjelaskan tala k kalpu d i t in jau menurut UU No,1/1974* apakah earaa atau tid a k , semue i t u akan dapat t e r l i h a t d a ri uraian saya n a n ti.
s e te la h diketahui bagaimana lembaga ta la k i t u menurut hukum Islam dan menurut Utt No.1/Th.1974, maka pada b eb se
lanjutnya ( Bab I I I ) akan dibahas mulai berlakunya putus- nya perkawinan terseb u t. Untuk l e b ih memudahkan mengikuti
10
a lu r pembahasan dalam bab i n i , maka mula-mula yang saya uraikan adalah mengenai masalah dan alasan perceraian ke- raudian baru menjelaskan ta ta cara p ercera ian , s e te la h it u baru saya jelaekan kapan mulai berlakunya perceraian# Se
t e la h diketahui bagaimana dan mulai kappn berlakunya p er
ceraian, rpaka pada Bab IV i n i permasalahan yang saya bahas berkaitan dengan ta ta cara perceraian yang te la h saya u r a i
kan pada Bab I I I , y a itu mengenai a k ib a t ap abila i s t e r i t i dak hadir d i depan sidang pengadilan padahal kalau d it in ja u pada pasal 15 PP No.9/Th.1975 i s t e r i harus hadir d i depan persidangan. Oleh karena i t u dalam bab i n i saya akan mengu-
kapkan prosedur penyelesian d a ri permasalahan terseb u t.
Akhirnya, s e te la h pembahasan dalam bab-bab yang t e r - dahulu maka dapatlah d i t a r i k kesimpulan d a ri keseluruhan m ateri permasalahan s k r ip s i i n i dan juga saran-saran yang mungkin bisa member! k ejela sa n dan pemecahan bagi perma
salahan terseb u t. Kesimpulan dan saran terseb u t saya l e - takan pada Bab penutup d a r i s k r ip s i i n i y a itu pada Bab V.
B A B I I
KEDUDUKAN LEMBAGA TALAK DALAM KERANGKA UU ND.1/TH.1974
1. Talak Menurut Hukum Islam
Di dalam agama Islam, perkataan ta la k berasal d a ri kata th a lla q a , yang b e r a r t i melepaskan (umpamanya seekor burung) d a r i sangkarnya atau melepaskan (seekor binatang) d a r i rantainya*"1* Jadi mentalak i s t e r i b e r n r t i melepaskan i s t e r i atau membebaskannya d a ri ikatan perkawinan, atau menceraikan i s t e r i *
Talak adalah merupakan ja la n te ra k h ir yang hanya b i - • sa d i l a l u i ap a b ila ja la n - ja la n l a i n sudah tid a k bisa ditem^
pub l a g i , karena ta la k merupakan perbuatan h a la l yang p a lin g d ib en ci Tuhan. Oleh karena i t u ta la k boleh digunakan apabi
l a memang sangat terpaksa.
Di dalam membahas ta la k , ketentuan yang harus dike- tahui adalah :
a. Talak adalah hak l a k i - l a k i atau suami dan hanya i a saja yang boleh mentalak i s t e r i n y a , sehingga orang l a in biarpun farailinya tidak berhak kalau tidak s e b a g ii wakil sah d ari suaminya te rse b u t. Talak hanya diberikan kepada seorang l a k i - l a k i atau suami karena merekalah yang dibebani kewajiban
^H.M. Djamil L a t i f , Aneka Hukum Perceraian d i Indo
n e s ia . c e t. I , Ghalia. Indonesia, Jakarta, 1982, h. 43*
perbelanjaan rumah tangga, nafkah i e t e r i , anak dan kew ajib- an l a i n .
b. Islam mensyariatkan bahwa yang menjatuhkan t a la k i t u ha- rus memenuhi s y a ra t -s y a r a t, yaitu:"sudah dewasa, b erp ik ira n eehat, mempunyai kehendak bebas dan masih mempunyai hak t a - l a k " , 2 Ketiadaan salah satu syarat d a r i s y a ra t-s y a ra t t e r sebut, ta la k dianggap tid a k sah, karena i t u tid a k membawa akibat hukum apapun. Oleh karena i t u pihak yang menjatuh- kan ta la k harus mempunyai kecakapan hukum, sehingga t i n - dakannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum,
c.. Wanita yang dapat d ija t u h i ta la k :
1, Bera'da dalam ikatan suami i s t e r i yang sah.
Talak i n i tid a k dapat dinyatakan jatuh kalau d ila k u - kan sebelum t e r ja d in y a akad nikah atau dijatuhkan ke- pada orang l a i n yang bukan i s t e r i n y a .
2. Masih dalam pernikahan atau d i dalam 'iddah d a ri t a la k r a i ri .
Dalejn keadaan i n i secara hukum ikatan suami i s t e r i masih berlaku sampai habisnya masa 'id da h ,
d. Talak sunnah dan ta la k b i d ' i
Talak sunnah adalah ta la k yang b e rja la n sesuai dengan ketentuan agama, y a itu menjatuhkan ta la k pada waktu i s t e r i
13
2I b i d ..h .4 4
dalam keadaan suci yang b e r a r t i i s t e r i tidak dalam ke
adaan haid yang dalam waktu suci k a l i i n i tidak dicam- puri oleh. suami.
Talak b id * i ia l a h tala k yang dijatuhkan pada waktu s i i s t e r i dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci namun
te la h dicampuri o leh suami tersebu t dalam waktu s e te la h haid berakhir.
e. Lafaz ta la k
Kaliraat yang dipakai untuk menjatuhkan perceraian/talak ada dua raacara, y a itu :
ICalimat sharih atau feerang, y a itu kalimnt yang tidak ragu-ragu l a g i , bahwa yang dimaksud memutuskan ikatan porkawiaan,, e x p e r t ! kata' fsuami : Engkau te r ta la k ytau saya ceraikan eagkau. Kalimat yang sharih (t e r a n g ) i n i tidak p erlu dengan n i a t , b e r a r t i apabila dikatakan o- le h 6uami, b ern iat atau tidak b e rn ia t, keduanya terus b e r c e r a i, asal perkataannya i t u bukan berupa hikajrat.
Kalimat kinayah atau sin d iran , yaitu kalimat yang ma
sih ragu-ragu boleh d io rtik a n untuk pereeraian nikah atau l a i n s e p e r t i kata suami: pulanglah engkau ke ru- , mah keluargamu, atau p e rg ila h d a ri s i n i dan sebagainya.^
Kalimat sindiran i n i sangat tergantung kepada niatnya, a rtin y a kalau tidak diniatkan untuk n»onjatuUk&n ta la k , maka tid a k la h jatuh ta la k * Kalau diniatkan untuk menja- dikan ta la k barulah i a menjadi ta la k .
Perlu juga dik etah u i, yan^ dilakukan dengan menggunnkan tu lis a n dikatagorikan dalam kalimat kinayah, v/alaupun d i -
14
^Sulaiman R a s jid , Fiklh I slamf A t t o h ir ia h , Jakarta, 1976, h. 382.
sampaikan dengan kalimat sharih. Hingga dengan s e n d ir i*
nya fungsi n ia t sangat menentukan dnlara masalah i n i . Bilangan tala k
T ia p - t ia p orang yang raordeka berhak mentalak i s t e r i n y a d a ri ta la k satu sampai tala k t i g a . Talak satu atau dua masih boleh ruju» (kem bali) sebelum habis 'iddahnya dan
boleh kawia kembali seeudah 'id da h. Ketentuan i n i dapat disimak dalam firman A lla h s . w . t . Surat Al-Baqarah 229:
"t a la k i t u dua k a l i , Beeudah i t u suami i s t e r i d ib e r i ke- longgaran unt.uk r u ju 1 (Kembali) dengan baik, atau (ka- lau tidak in g in k em b ali), hendaklah dilepaskan dengan b a ik ",
Adapun ta la k t i g a adalah ta la k yang te r a k h ir a rtin y a s e te lah ta la k i n i sudah tidak ada l a g i kesempatan untuk kem
b a l i , k e c u a li b ila s i i s t e r i sudah menikah dengan p r ia l a i n s e rta sudah campur dan sudah diceraikan pula oleh euami keduanya i t u . T etap i dengan syarat perkawinan yang kedua i t u bukan atas kehendak suami yang pertama atau perkawinan yang kedua it u dengan maksud agar dapat kem
b a l i dengan suami yang portama. Hal i n i tercantura dalam surat Al-Baqarah 230, Yakni:
Maka j i k a diceraikannya (o le h suami kedua) tid ^k lah berhalangan bagi suami pertama kembali kepada bekas i s t e r i n y a i t u j i k a keduanya ada cangkaan baik untuk menjalankan aturan A lla h . Itu la h ketentu-^n-ketentuan hukum. A lla h yang dijelaskan-N ya kepada oran^-orang yang mau mengetahui.
Para ulama berpendapat bahwa suami d ila ra n g menjatuhkan ta la k pada is te rn y a t i g a k a l i b e rtu ru t-tu ru t didalam satu
masa k a l i s u c i, Maka beralasan bahwa tindakan suami-suami yanh menjatuhkan ta la k t i g a k a l i sekaligu s atau t i g a k a l i b e rtu ru t-tu ru t dalam masa satu k a l i suci i t u merupakan tindakan yang melampaui batas, yang b e r a r t i menutup pintu untuk kerabali menjadi baik l a g i pada saat l a tela h menye- s a l i perbuatannya. Dinjadikannya ta la k t i g a k a l i dimak- sudkan untuk memberi kesempatan bagi suami untuk b e r f i k i r le b ih tenang dan akhirnya dapat kembali l a g i pada waktu te la h menyesali perbuatannya.
Talak t i g a yang dijatuhkan dengan b ertu ru t-tu ru t menurut hukum dinyatakan jatuh t i g a . Sedangkan ta la k t i g a yang d i -
jatuhkan s e k a ligu s , ada sebagian ulama berpendapat sebagai borikut :
V
1* Jatuh ta la k t i g a dan berlaku baginya s e ga la peraturan t i g a terseb u t;
2. ta la k t i g a bukan perin tah Rosulullah SAW, bahkan d i - larangnya. Talak t i g a d it o la k yang b e r a r t i tid a k sah;
3* jatuh ta la k satu dan baginya hukum ta la k satu termasuk didalamnya suami boleh rujuk pada i s t e r i n y a .
g . Talak r a j !i , bain sugro dan bain kubro :
1. Talak r a j ' i adalah ta la k satu atau ta la k dua tanpa iw adl dan i s t e r i tela h disetubuhi. Talak i n i disebut ta la k r a j * i karena pihak suami boleh r u ju 1 (kembali) kepada i s t e r i n y a , selama pihak i s t e r i masih dalam iddah. Yang dimaksud ru ju ' (kembali) adalah memperis-
t e r i kembali, tanpa pernikahan yang baru raelainkan
h b ± i . . h . m .
cukup dengan ucapan suami kepada i s t e r i n y a , raisalnya:
"Engkau saya r u ju 1 kembali.ip
2. Talak bain shughra (bain k e c i l ) , y a it u suatu perceraian d i mana suami tid a k boleh rujuk kepada bekas i s t e r in y a dalam masa iddah, t e t a p i boleh kav/in l a g i dengan akad nikah baru s e rta dengan mas-kawin l a g i baik dalam iddah ataupun sesudah habisnya iddah. Yang teruasuk ta la k i n i : a . ta la k satu dengan tanpa iwadl terhadap i s t e r i yang
belum pernah dicampuri (d is e t u b u h i);
b. ta la k satu dengan iw adl yang dibayarkan oleh pihak i s t e r i kepada suaminya.
3* Talak bain kubra (b ain b e s a r ), y a it u suatu p ercera ian d i - mana suami tid a k boleli kawin l a g i dengan bekas i s t e r i n y a , k ecu a li bekas i s t e r i n y a i t u kav/in dulu dengan suami l a i n dan te la h d iga u lin y a , kemudian b e rc e ra i pula dengan wajar atau d itin g g a lk a n mati s e rta tela h habis iddahnya.Suami
( p r i a l a i n ) i n i dinaniakan muhalil*
h. Penyaksian tala k
A h li f i k i h berbeda pendapat tentang perlu tidaknya pe
nyaksian dalaifl raenjatuhkan ta la k , agar talaknya i t u d i- nyatakan sail. Sebagian a h l i f i k i h berpendapat:
Untuk mengesahkan ta la k tid a k diperlukan adanya saksi sebab ta la k adalah halt suami yang dengan sen dirin ya dia
tidak memerlukan bukti dalam menggunakan haknya. Juga tid a k ada keterangan d a ri Nabi maupun sahabatnya yang menunjukae perlu adanya saksi dalam menjatuhkan ta la k
te rse b u t.-7
5,Sayit Sabigh, Fighuo Sunnah. C e t . I I , Terjernahan Mohammad Tholib, Alumni Bandung9 1930 ^ h. 17*
ta la k i t u w ajib hukumnya dan hukumnya merupakan eyarat agar ta la k tersebut dinyatakan sah* Alasan tersebut d i- dasarkan pada firman A lla h dalam surat at-Thalak ayat 2 yang berbunyi :
B i l a mereka telah mendekati masa akhir iddahnya, ru- ju k ila h mereka dengan cara yang p a tu t, atau ceraikan- lah mereka dengan cara yang sopan. Dan persaksikanlah rujuk i t u dengan dua orang sak si yang a d i l diantaramu la g ip u la kesaksian i t u hendaknya kamu tegakkan karena A lla h .
Kemudian daripada i t u masih terda pa t beberapa macam ketentuan-ketentuan maupun macam t a la k yang harus diperha-
tik a n , antara l a i n : 1. T a k lik ta la k
T a k lik ta la k yang berlaku d i Indonesia sebagai ta la k yang digantungkan adalah yang diucapkan o leh suami dan d i k a i t - kan dengan iw adl sesudah akad nikah sebagai p e rja n jia n perkawinan yang mongikat suami. T a k lik ta la k v e r s i Indo-
•nesia i n i berlainan dengan t a k l i k ta la k yang ada d i k it a b f i q i h , dimana yang menjadi sasaran adalah i s t e r i s e p e r t i suami mengatakan kepada i s t e r i n y a : "kalau kamu keluar d ari rumah ini,engkau t e r ta la k ",s e d a n g t a k l i k ta la k v e r s i Indo
nesia,yang menjadi sasaran adalah suami, T a k lik ta la k i n i didasarkan pada surat An-nisa 128 Al-Ouran. Sehingga apa- bilasuami melakukan pelanggaran t a k l i k ta la k sedang i s t e r i
nya tidak r e l a dan mengadukan halnya kepada pengadilan agama,dan pengadilan agama membenarkan pengaduannya i t u dan i s t e r i membayar Uang iw a d l(p e n g g a n ti),ja tu h la h ta la k
Khulu1 (t a la k tebus)
Khulu1 y a itu perceraian antara suami dan i s t e r i atas per setujuan d a ri kedua belah pihak dengan adanya kesepaka- tan, bahwa pihak i s t e r i boroedia membayar soju/nlah uang atau barang sebagai iwadl atau penebus tala k kepada sua
minya#
Perceraian dengan khulu' i n i termasuk talak bain sugro a rtin y a bekas suami tidak boleh rujuk l a g i dan tidak bo
le h menajnbah talak sewaktu iddahnya, namun i a diperboloh kan uatuk kembali dengan ja la n akad nikah yang baru#
Dengan uraian tersebut d i ata s, maka perceraian yang t e r Jadi karena pelanggaran t a k lik talak di Indonesia i n i termasuk khulu* juga, sebab adanya ke.tontuan iwadl d i- dalam sigh ot atau kalimat taBtliknya. Hal i n i b e r a r t i setela h adanya koputusan pengadilan tentang tela h t e r j a - dinya perceraian akibat pelanggai'an t a k l i k ta la k i n i , maka pihak suami tidak diporbolehkan untuk rujuk l a g i atau monarabah hitungan talaknya, hal i n i dimaksudkan un
tuk melindungi pihak i s t e r i . Fasakh
Perkataan fasakh b e r a r t i mencabut atau membatalkan, a- calnya adalah d ari pokok kata yang b e r a r t i mencabut ( s e - euatu yang resmi)# Jadi fasakh adalah semacara perceraian dengan keputusan hakim atas permintaan pihak i s t e r i . Suatu pernikahan dapat fasakh karena:
a* Suami atau i s t e r i s a k it g ila * s a k it kusta atau tak
19
dapat mengadakan hubungan suami i s t e r i l a g i ; b.suami tak mompu membayar nafkah pada i s t e r i n y a ; c.suami h ila n g yang tak mungkin ditemukan;
d.pernikahan yang tak momenuhi s y a ra t -s y a r a t.
Perbedaan fasakh dengan ta la k adalah bahwa pada fasakh tidak mengurangi bilangan tala k yang ada pada tangan l a k i - l a k i , sedang pada ta la k mengurangi bilangan ta la k terseb u t;
pada fasakh tidak meraungkinkan ru ju ' dalam masa f iddah, se
dang pada ta la k ada yang memungkinkan r u j u ', ada yang tidak*
4. Riddah
Riddah atau murtad (k elu a r d a ri agama Islam) ia la h kedua belah pihak ( s u a m i- is t e r i) atau salah satu pihnk t i dak beragama islam l a g i , misalnya pihak i s t e r i riddah (mur
t a d ) . Putusnya perkawinan dengan adanya riddah i n i yang d i- lakukan o leh s i i s t e r i sebagai a l a t penyelesaian perkara p e r e e lis ih a n dengan Buaminya, maka Pengadilan Agama dapat inenolak untuk memeriksa dan memutus perkara terseb u t. Un
tuk dapat d ip erik sa dan diputus, Pengadilan Agama sobniknya menganjurkan agar perempuan yang murtad i t u kembali kepada Agama Islam., untuk kemudian mengajukan halnya kepada Penga
d ila n Agama guna d iselesa ik a n p e rs e lis ih a n s u a m i-i6 te ri t e r sebut.
Mengenai hal i n i diuraikan secara panjang le b a r da
lam surat Biro P e ra d ila n Agama tanggal 15 September 1954 No. B/II/I/55/54 kepada In s t a n s i- in s t a n s i Pengadilan Aga
ma di Indonesia*
5. Syiqaq
Syiqaq menurut a r t i bahasa ia la h perkelahian, pej^
pecahan atau perbantahan. Menurut is t ila h n y a syiqad b e r a r t i keadaan p e r s e lis ih a n antara euami i s t e r i yang dikwatirkan
dapat berakibat pecahnya pernikshan, sehingga diangkatlah dua orang juru pendamai dan hakim yang seorang d a ri suarai dan seorang d a r i keluarga i s t e r i guna menyelesaikan p erse
l i s i h a n te rse b u t. Kalau usaha kedua orang pendamai i n i berha- s i l memang i n i l a h yang diharapkan. T eta p i kalau gagel dida- lam usahanya mereka bersepakat, penyelesaian yang p a lin g tep at dan baik adalah dengen memutuekan pernikahan, maka juru pendamai d a ri pihak euami ta d i dapat menjatuhkan t a la k kepada pihak i s t e r i * Perceraian dengan cara i n i terma
suk ta la k bain yang a r tin y a s i suami tidak boleh ruju' l a g i .
6 • L i 1 an
Suami yang menuduh i s t e r i n y a berbuat zin a , atau t i dak mau mengakui anak dalam kandungan i s t e r i n y a , sedang i o - t e r i tidak mengakui terhadap tuduhan sunminya, maka cuaini wajib mengemukakan s a k s i-sa k s i sebanyak k orang l a k i - l a k i (Al-Quran surat An-Nur ayat /f). Jika suami tid a k dapat mem- buktikan dengan if orang saksi tersebut dan tid a k mencabut
tuduhannya i t u dengan b e r l i ' a n , y a itu : bersumpah dengan nama A lla h bahwa sesungguhnya i a adalah termasuk oran^-0 orang yang benar dan kemudian pada sumpah ke 5 d i l a n j u t -
kan dengan ucapan bahwa : Laknat A lla h akan tertimpa atac d irin y a j i k a i a termasuk orang-orang yang berducta.
Dengan alasan zina torsebut cuaml dapat momutuekan perkawinan, t e t a p i sumpah l i ' a n tid a k la h dengan sendirinya memutuokan perkawinan, t e t a p i "sumpah l i ' a n harus dilakukan
d i depan p e n g a d ila n ," Pihak i s t e r i berhak pula menolak tu- duhan i n i , dengan sumpah l i ' a n pula,
Akibat daripada l i ' a n cuami, timbul beberapa hukum:
a, dia tidak d is ik s a ;
b. s i i s t e r i wajib d isik sa (dipukul) dengan siksaan zina;
c. suami i s t e r i b e rc e ra i untuk selama-lamanya;
d, kalau ada anak, anak i t u tidak dapat diakui oleh suami. '
7, Dhihar
Dhihar adalah suatu kebiasaan yang dilakukan orang Arab di zaman J a h iliy ia h ,d a n merupakan cara l a i n untuk mcn-
ta la k i s t e r i . Karena it u "dhihar pnda zaman J a h iliy a li d i- 0
aaggap menjadi t a la k " , dhihar s e n d ir i b e r a r t i suami me- nyerupakan i s t e r i dengan punggung ibunya. Sebagian ulama berpendapat, dalam mosalah i n i tidak ada pengkhususan bagi ibu oaja a rtin y a termasuk dhihar pula menyerupakan i s t e r i - nya dengan saudara perempuannya, dan semua wanita muhrim- nya.
Dengan dhihar i n i b e r a r t i suami tela h mcnharamkan
^11.M. Djamil L a t i f , o v . c i t . . h. 74.
^Sulaiman Rasyid, o p . c i t . , h. 362.
d irin y a untuk mengumpuli i s t e r i n y a * Kalau euami tersebut inonyerupakan i s t e r i n y a dengan ibunya atau wanita l a i n yang masih muhrimnya, t e t a p i tidak ada maksud mengharamkan d i
rin ya untuk mengumpuli i s t e r i n y a , mungkin hanya bermaksud untuk memuji atau mengejek, maka namanya bukan dhihar.
Dhihar yang tidak d i i k u t i dengan .talak, maka tid a k t e r j a d i perceraian antara euami dan i s t e r i , namun pihak suami diwa- jibkan membayar denda
8* I l a p
I l a r menui'ut bahasa b e r a r t i sumpah, sedang menurut i s t i l a h , i l a * adalah sumpah suami untuk tidak akan mencani- puri i s t e r i n y a dalam masa empat bulan atau tanpa menyebut- kan masanya*
Apabila t e r j a d i masalah s e p e r t i i n i maka haruo d i- tunggu sampai habisnya masa empat bulan terseb u t. Geandai- nya dalam waktu empat bulan te rse b u t suami sudah mau kembali baik dengan i s t e r i n y a , maka masalahnya dionggap s e lo s a i se- te la h suami tereeb u t membayar denda atau denda sumpah yang diwajibkan kepadanya* T e ta p i kalau sampai batas waktu*
nya habis dia tidak kembali baik kepada i s t e r i n y a , p en ga d il
an berhak memerintahkan satu diantara dua perkara kepadanya y a itu membayar sumpah dengan k i f a r a t s e rta kembali baik pa
da i s t e r i n y a atau menolnk i s t e r i n y a i t u . Dan seandainya p i hak suami membandel, b e r a r t i tid a k mau melaksanakan eatu diantara dua perkara, maka hakim berhak memutuskan c e r a i dengan 6uami secara paksa.
2. Talak Menurut Undanft-undang Nomor 1 Tahun 19?4.
Dari ketentuan-ketentuan tentang Perceraian dalam Undang-undang Perkawinan (p a sa l 39 campai dengan pasal 41) dan tentang Tata cara Perceraian dalam Peraturan Pelaksanaan
(p a s a l 14 sampai dengan pasal 36) dapat d i t a r i k kesimpul- an adanya dua macam perceraian y a itu " c e r a i ta la k dan ce- r a i gugat"J Q
a* Cerai tala k
I s t i l a h c e ra i tala k i n i discbut dalam pasal 14 pen- je la s a n Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 atau disebut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
di dalam. pasal 14 penjelasan, sedang dalam praktek c e ra i ta la k i n i hanya disebut ta la k sa ja .
Cerai talak hanya khusus bagi pemeluk agaraalslam s a ja , yang b e r a r t i tidak ada ja la n l a i n untuk mereka yang beragama e o la in Islam. Hal i n i dapat d i l i h a t dalam rumusan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 y a itu se
bagai beriku t :
Seorang suami yang te la h melakukan perkawinan menurut agama Islam, yang akan menceraian i s t e r i n y a mengajukan curat kepada pengadilan ditempat tin gg a ln y a , yang ber- i s i pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan ister- r i nya d i e e r t a i dengan alasan-alasan s e rta meminta ke- pado^yengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan
^Soetojo Prawiro hamidjojo, Pluralism e dalam Perun- dan/*»undanp:an Perkawinan d i Indonesia. A irian gga U n iv e rs ity
Press, Surabaya, 1986, l i . 128.
10Pefrituran. Pemerintah. No. 9 Th. 19.75.; c e t . IV , I ra in y a
Dari pasal i t u dapat diketahui bahwa suami yang me
nurut hukum agama Islam, mempunyai hak yang luas untuk mena- la k i s t e r i n y a , dalam pelaksanaan masing-raasing harus menga-
jukan surat pemberitahuan tentang maksudnya kepada Pengadilan Agama setempat yang harus d i s e r t a i dengan alasan-alasannya.
Yang diajukan suami t a d i bukan surat perraohonan, a- kan t e t a p i surat pemberitahuan tentang akan dijatuhkannya
ta la k terhadap i s t e r i n y a . Dengan surat tersebut pihak suami minta pada pengadilan agama agar diadakan sidang untuk me- nyaksikan i k r a r atau pernyataan talaknya.
Dari pemikiran d i atas tercermin bahwa peraturan perundang-undangan k i t a masih mengakui hak suami yang te la h
ditentukan dalam agama Islam, t e t a p i untuk menjaga keseim- bangan dianggap perlu diambil langkah-langkah oleh penga
d ila n , agar pihak suami tersebut tidak berbuat sewenang- wenang dalam mempergunakan haknya terseb u t.
b. Cerai gugat
I s t i l a h c e ra i gugat tidak terdapat baik d i dalam Un
dang-undang Nomor 1 Tahun 1974 maupun dalam peraturan pe- laksanaannya. Sedangkan i c t i l a h yang ada adalah gugatan p ercera ian . Menurut pendapat K. Wantjik Saleh c e r a i gugat adalah: "perceraian yang disebabkan oleh adanya suatu gu
gatan t e r l e b i h dahulu oleh salah satu pihak kepada Penga
d ila n dan dengan suatu putusan Pengadilan11* ^
^ K .W a n tjik Saleh, Hukum Perkawinan In d on esia* cet V I I , Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982,h. 40.
Hal i n i dimaksud agar mendekati apa yang t e r j a d i dalam praktek, sebab dalam praktek p e r is t iw a c e r a i gugat i n i lazimnya hanya disebut dengan i s t i l a h " c e r a i " s a ja . Untuk le b ih je la e n y a apabila di dalam praktek k i t a menemukan i s t i l a h " t a l a k " maka yang dimaksud adalah c e r a i ta la k dan apabila k i t a menemukan i s t i l a h c e r a i , maka yang dimaksud adalah p ercera ian yang t e r j a d i akibat gugatan p ercera ia n .
Penj,elasan pasal 20 Peraturan Pelaksanaan menegaskan bahwa bagi pemeluk agama islam , gugatan p ercera ian i n i da
p at dilakukan oleh pihak i s t e r i n y a , sedang yang beragama s e l a i n islam , gugatan p ercera ian i n i dapat dilakukan baik oleh i s t e r i maupun o le h suami.
Perbedaan yang t e r j a d i diakibatkan oleh adanya p er- bedaan c e r a i t a la k bagi pemeluk agama islam dan tid a k ada c e r a i ta la k bagi mereka yang beragama s e la in islam . Maksud- nya bagi suami yang beragama islam tid a k perlu l a g i adanya hak untuk menggugat i s t e r i n y a , sedangkan suami yang beragama s e la in islam ta la k tersebut tidak ada.
3. Kedudukan Lembaga Talak Setelah Diundanftkanny a UU Nomor 1 Tahun 1974
Sebelum diundangkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, mereka yang menganut agama islam di Indonesia dalam melakukan perceraian d ia tu r oleh hukum ielam yang te la h
26
" d i r e s i p i i r " dalam hukum adat. Didalam hukum Islam mongin- ginkan suatu perkawinan yang kckal diantara suami dan i s t e r i k e cu a li dengan suatu sebab yang l a i n yang tidak dapat d io - lakkan, y a itu dengan sebab kematian salah satu di antara mereka berdua* Oleh karena i t u Islam tidak mengikot mati perkawinan, t e t a p i tid a k pula mempermudah ta la k akan per
ceraian.
Sekiranya Islam tidak mengatur tentang tala k atau perceraian di waktu keadaan memaksa, maka akan menimbulkan berbagai k e s u lita n bagi mereka berdua d i dalam mengarungi kehidupan rumah tangganya i t u . Jadi tala k boleh dilakukan kalau memang benar-benar tidak ada ja la n l a i n yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan perkawinan i t u . Dalam kenya- taannya yang ada dalam kehidupan s e h a r i-h a r i sang suami der*
ngan sewenang-wenang mentalak i s t e r i n y a hanya karena suatu p e r60alan yang sepele s a ja . Hal i n i dimungkinkan karena dalam Al-Quran tidak member! suatu ketentuan yang mengha- ruskan suami untuk mengemukakan sesuatu alasan untuk mem- pergunakan haknya dalam menjatuhkan tala k kepada i s t e r i n y a , dan tala k yang dijatuhkan i t u tetap sah hukumnya. Keadaan i n i l a h yang merupakan salah satu pendorong untuk eegera d i- ciptakannya Undang-undang Perkawinan, agar le b ih dapat me- lin d u n gi hak i s t e r i dalam suatu perkawinan.
Berdasarkan uraian tersebut d ia ta s , maka pengertian ta la k sebelum berlakunya Undang-undang No. 1 Th. 1974 a- dalah hak mutlak d a ri suami untuk mcnceraikan i s t e r i n y a
tanpa ada pembatasan d ari pengadilan atau ponguasa yang berwenang. Maka pelaksananya tidak jarang menimbulkan ke- rugian pada pihaft i s t e r i , anak-anak, keluarga dan masyara- k a t.
Setelah berlakunya Undang-undang No. 1 Th. 1974 dan Peraturan Pemerintah No. 9 Th. 1975 sejak 1 oktober 1975 diadakanlah pembaharuan dan perombakan mengenai pongertian ta la k yang berlaku. Pasal 39 ayat 1 dan 2 undang-undang tersebut menyebutkan, bahwa perceraian hanya dapat d i l a kukan d i depan sidang pengadilan, 6etelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak b e rh a s il mendamaikan kedua belah pihak. Dan ayat 2 nya menyebutkan : "untuk melaksana- kan perceraian harus ada cukup alasan , bahwa antara suami i s t e r i i t u tidak dapat rukun sebagai suami i s t e r i " .
Dengan adanya peraturan perundangan tentang perkawinan t e r sebut, maka sekarang eeorang suami harus mempunyai alasan yang kuat, apabila dia menhendaki suatu p e rc e rr ia n . Jadi
tala k sekarang bukan l a g i merupakan hak rautlak d ari seo- rang suami.
Dengan adanya perubahan mengenai pengertian tala k d ari sebelum dan sesudah diundangkannya Undang-undang No.
1 Th. 1974 dan peraturan pelaksanaannya, maka pengertian ta la k dalam hukum perkawinan Islam d i Indonesia sekarang i n i adalah :
1. ta la k hanyalah sah, bilamana d iikrarkan dalam sidang pengadilan agama berdasarkan penetapannya yang te la h
28
mempunyai kekuatan hukum yang te ta p ;
2. pengadilan agama hanya akan menetapkan, merabuka sidang i k r a r t a la k , bilamana antara pemohon dengan i s t e r i n y a tid a k mungkin didamaikan l a g i dan alasan yang dikemuka- kan pemohon d i hadapan sidang pengadilan ternyata t e r -
b u k t i;
3. untuk pemeriksaan perkara ta la k harus didangar : saksi- s a k s i, keluarga dan orang-orang yang dekat dengan kedua belah pihak;
k* bilamana ternyata penyebab alasan ta la k tersebut karena kesalahan pemohon, maka pemohon dapat dihukura untuk memba
yar uang mut'ah yang besarnya menurut pertimbangan maje- l i s hakim, disamping harus membayar keperluan hidup se- lama iddah;
5. i k r a r baru diucapkan s e te la h sidang dibuka berdasarkan penetapan pengadilan agama yang te la h mempunyai kekuatan hukum yang teta p ;
6. baik suami maupun i s t e r i , masing-masing mempunyai hak untuk mengajukan banding maupun kasasi atas penetapan pemberian I z i n ik r a r t a la k . 12
l ?
Soetojo Prawiro Hamidjojo, o p * c i t #, h.127.
MULAI BERLAKUNYA PUTUSAN TALAK BAGI MEKEKA YANG BERAGAMA ISLAM
1. Maoalah_& Alasan Perceraian
Disamping masalah monogami, masalah perceraian juga merupakan masalah yang banyak diperbincangkan jauh sebelum adanya Undang-undang Perkawinan. Hal tersebut menjadi per- bincangan antara l a i n disebabkan karena dalam kenyatnannya d i masyarakat suatu perkawinan banyak berakhir dengan suatu p ercera ian dan nampaknya hal i n i t e r j a d i dengan cara yang mudah. Rahkan ada kalanya banyak t e r j a d i perceraian i t u karena perbuatan sewenang-wenang d a r i pihak l a k l - l a k i *
Sebaliknya i t u , dalam hal seorang i s t e r i yang, me- rasa terpaksa untuk " b e r c e r a i M dengan suaminya, tidaklah semudah s e p e r t i yang dapat dilakukan oleh seorang suami terhadap i s t e r i n y a , sehingga s e rin g pula t e r j a d i seorang i s t e r i masih berstatus sebagai seorang i s t e r i ta p ! kenya- taannya tidak merasakan l a g i d irin ya sebagaimana layaknya seorang i s t e r i .
Berhubung oleh karena i t u , terutama dikalangan ka- um wanita, hal tersebut tentulah merupakan suatu hal yang
tidak menyenangkan, maka timbul suara-cuara yang menhendaki supaya diadakan suatu peraturan perundang-undangan yang me- ngatur hal i t u , terutama untuk membataci kesewonang-wenang- an pihak l a k i - l a k i terseb u t. Malta boleh d ik a ta , bahwa masalah
B A B III
p ercera ian i n i l a h yang merupakan salah satu pendorong untuk ' diciptakannya Undang-undang N o*l Th*1974?diantara sebab yang
l a i n * 13
Dalam Undang-undang No*1 Th.l974dicantumkanlah suatu asas bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk kelu ar
ga yang bahagia, kekal dan sejah tera dengan pengertian bah
wa untuk i t u perlu dipereukar te rja d in y a perceraian,
Dengan maksud untuk meinpersukar te rja d in y a perceraian i t u , maka ditentukanlah: untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara s u a m i- is te r i i t u tidak akan dapat hidup rukun sebagai s u a m i- is t e r i.
Sei r i n g dengan i t u ditentukanlah pula bahwa p e r c e r a i
an hanya mungkin dengan salah satu alasan s e p e r t i disebutkan dalam Undang-undang Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaannya yang harus dilakukan di depan Sidang Pengadilan*
Adapun alasan yang dimaksud, tercantum dalam p en je- lasan pasal 39 ayat 2 Undang-undang N o .l Th.1^74 dan d iu la n g i l a g i sama bunyinya dalam pasal 19 Peraturan Felaksanaan, se- bagai b erik u t:
a. Sal*ih satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, po- modat, penjudi dan l a i n sebagainya yang sukar diserabuhkan;
b. Salah satu pihak meninggalkan yang l a i n solama 2 (dua) tahun b ertu ru t-tu ru t tanpa i z i n pihak yang l a i n dan tan- pa alasan yang sah atau karena hal l a i n d i lu a r kemauannya;
■^K Wantjik Saleh, o p* c i t *. h* 36.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lim a ) ta hun atau hukuman yang le b ih berat s etela h perkawinan berlangsung;
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau pengaaiayaan b erat yang membahayakan terhadap pihak l a i n ;
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai e u a m i/ is t e r i;
f . Antara suami dan i s t e r i terus menerus t e r j a d i p e r c e l i s i h * an dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup ru- kun l a g i dalam rumah tangga*
Sedangkan dalam Al-Quran tidak memberi suatu keten- tuan yang mengharuekan suami untuk mengemukan sesuatu a la s an untuk mempergunakan haknya menjatuhkan ta la k kepada i e -
t e r in y a . Nantifcn suatu alasan yang mungkin dikemukakpn suami untuk menjatuhkan ta la k kepada i s t e r i n y a , bahwa i a merasa
tidak senang l a g i kepada i s t e r i n y a , Alasan inerasa tidak se- 14*
nangnnya suami i n i sangat s u b y e k tif, yang dapat disebabkan oleh sebab-oebab yang s u b y e k tif pula.
Demikian juga i s t e r i dapat mengemukakan alasan bah
wa i a merasa tidak senang l a g i kepada suaminya- /Vlasan mo- raca sudah tidak senangnya i s t e r i i n i juga sangat s u b y e k tif karenanya dapat disebabkan oleh sebab-aebab yang s u b y e k tif
14
H.M.Djamil L a t i f , Aneka Hukum Perceraian di Indon e s ia . c e t . I , Ghalia Indonosiar JaKarta, n . i o .
pula. T erjadin ya perkawinan adalah karena alasan-alasan yang s u b y e k tif, karena i t u tidaklah inuatahil j i k a perce- ra ia n dapat juga t e r j a d i karena alasan-alasan s u b y e k tif.
Karena tidalk tidak ada alasan yang diwajibkan kepada suami dalam menjatuhkan ta la k kepada i s t e r i n y a , maka seorang su^- ami bisa mentalak i s t e r i n y a tanpa alasan apapun walaupuh
ta la k semacam i n i sangatlah d ib en c i, t e t a p i talaknya jatuh, a rtin y a talaknya sah juga.
Ketentuan yang ada hanyalah bahwa hendaknya tala k it u diusahakan untuk d ih in d a ri sebagai kesirapulan d a r i ha- d ia t Nabi : "thalak i t u adalah suatu perbuatan yang p a lin g diraurkai A lla h diantara perbuatan yang h a l a l " , dan hadist Nabi : "Beranikah kamu dan jangan kamu membuat talak ( p e r
ceraia n ) sebab sesungguhnya perceraian i t u menggoncangkan
’ a r a s y ". Hadist i n i tnenunjukan bahwa tala k yang tid a k d i- pergunakan sebagai way out adalah tala k yang dimurkai A lla h .
Karena i t u walaupun Al-Quran tidak mengharuskan ada
nya alasan-alasan yang dapat dijadikan untuk perceraian, namun untuk terwujudnya hadist Nabi terseb u t, demi kelang- sungan perkawinan, tid a k ada halangan b i l a alasan-alasan yang dapat dijadikan untuk perceraian ditetapkan haruti ^da.
Sebagaimana termaktub dalam pasal 39 ayat 1 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 j o , pasal 14 s .d . 18 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 yang menentukan, bahwa perce
raian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan, dan untuk melakukan perceraian i t u harus ada cukup alasan
33
bahwa antara suami i s t e r i i t u tid a k akan dapat hidup rukun sebagai suami i s t e r i . Masan d ija d ik a n dasar untuk p c r c e r a i- an adalah sebagaimana tersebut dalam penjelasan pasal 39 a yat 2 Undang-undang No* 1 Tahun 197** dan pasal 19 Peratur- an Pemerintah No. 9 Tahun 19751 scba^.iimana yang te la h diu-
raikan d i muka.
2 . Cgira B ercerai
Di dalam pasal 38 Undang-undang No. 1 Tahun l9 7 /i mo-- nyebutkan, perkawinan dapat putus karona:
a . kematian;
b. perceraian;
c. ntas keputucan pengadilan.
Putusnya perkawinan karena kematian salah satu pihak d a ri suami i s t e r i adalah sudah j e l a s .
Putusnya perkawinan a tac keputucan pengadilan dapat t o r j a d i karena pembatalan suatu porkav/inan atau karena p er
ceraia n.
Sebagaimana te la h disebutkan di muka bahwa p e r c e r a i
an dapat d i t a r i k kesimpulan ada dua macam p ercera ian y a itu
’’ c e r a i ta la k dan c e r a i gugatn. Jadi dalam pembahasan saya menggunakan i s t i l a h c e r a i ta la k yang khusus dipergunakan bagi pemeluk agama Islam.
Sebelum borlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 197^
tid a k ada peraturan yang mengatur ta ta cara punjatuiian ta la X . Saat i t u suami dapat dengan tiudah mengucapkan ta la k pada i s -
terin y a dan ta la k tersebut sah a s a l memenuhi sya rat yang tela h ditontukan oleh hukum Islam* Pada saat i t u suami yang menjatuhkan ta la k hanya diharuskan memberitahukan hal i t u pada Kantor Urusan Nikah, Talak dan Rujult untuk didaftar*.
Namun tidaklah demikian sekarang, s e te la h lahirnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 seorang suami tid ak lah be- g itu mudahnya menjatuhkan tala k* Jika seorang suami Islam hendak menjatuhkan ta la k pada i s t e r i n y a yang d in ik ah i se
cara Islam, hendaknya ia mengajukan pcrmohonan menjatuhkan ta la k ke Pengadilan Agaroa setempat. Asas i n i harus diperha - tik a n , karena dalam paeal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ditontukan bahv/a "p ercera ia n hanya dapat dilakukan di depan cidang pengadilan s e te la h Pengadilan yang bersangkulan berusaha dan tid a k b e rh a s il mendamaikan kedua belaJi pihak” ,
Dalam surat permolionan ku Pengadilan ftgama i.tu hen- daknya dieebutkan alasan -alasan mengapa i a monceraikan i s t e r in y a , karena pasal 39 ayat 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menontukan bahwa ’’untuk melakukan percux-aian hai’us a- da cukup alasan, bahv/a antara o u a m l-is te ri i t u tidak akan dapat hidup rukun sebagai s u a m i - i s t o r i " .
. Adapun alasan menurut penjelasan pacal 39 ayat 2 salah satunya adalah sebagai b erik u t:
a , Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok;
b , salah 6a tu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun;
c , Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tid a k dapat melakukan kowajiban s u a m i- ic to r i,
/\la£an tersebut tidak l i m i t a t i f , karenanya boleh d i -
tambah dengan alasan-alasan yang dibenarkan oleh Agama I s lam, Y a itu ;
1. Tidak terdapatnya l a g i hikmah pernikahan s e p e r t i yang dimaksud dalam surat Rum ayat 21 Al-Quran.
2. Bagi i s t e r i alasan-alasan p ercera ia n d ari suaminya b isa juga karena :
a. suaminya meninggalkannya sebagai pakaian tuanya yang tergantung di cantelan pakaian (su ra t an Nissa 129)•
b. suami moncari alasan-alasan yang bukan-bukan hanya untuk menyusahkan i s t e r i n y a (s u ra t an Nissa 34)*
c. Suami tidak raemberikan apa yang menjadi hak i s t e r i n y a (s u r a t Hud 8**).
3. Karena salah satu pindah agama/meninggalkan agama Islam (s u r a t Al-Baqarah 221).
4. Karena suami melanggar Janjinya yang pernah diucapkan pada waktu aka£ nikah : meninggalkan i s t e r i enam bulan b e rtu ru t-tu ru t atau tid a k memberi nafkah w ajib kepada i s t e r i t i g a bulan lamanya atau menyakiti badaniah i s t e - rin y a atau tidak memperdulikan i s t e r i n y a selama enam bu- l o n * 1*^
Pengadilan Agama yang bersangkutan s e te la h menerima permohonan penjatuhan t a la k , selambat-lambatnya 30 h a ri so-
te la h i t u memanggil pemohon beserta i s t e r i n y a untuk diminta
1*5AB. L o e b is , 5on/fcota Perceraian d i Pengadilqn Aga
ma dan Pengadilan N egeri In d o n esia . .1akarta.l978T h .6.
penjelasannya tentang persoalan mereka (p a ca l 15 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975)*
Apabila Pengadilan boranggapan bahwa suami i s t e r i itu. sudah tidak dapat hidup rukun l a g i dan ada a la s a n -a la s an yang dapat dibenarkan untuk melakukan p ercera ian , maka pengadilan memutuskan. untuk mengadakan sidang untuk monyak- sikan perceraian i t u (p a s a l 16 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975).
Jadi menurut peraturan terseb u t, suami harus raengik- rarkan talaknya d i depan sidang pengadilan, dan Hakim Peng
a d ila n Agama i t u menjadi saksinya*
Tatacara tersebut d ia ta s tidak b e r a r t i Pengadilan Agama merampas hak tala k yang berada d i tangan suami. Se
cara i m p l i a i t Peraturan Pemerintah i t u mengakui bahwa ta la k berada d i tangan suami, hanya penggunaannya d ia tu r sedemiki- an rupa agar tidak t e r j a d i kesewenang-wenangan dan sekaligus inenhambat Jatuhnya talak* Sebab ta la k mombawa akibat yang
sangat menyedihkan, bukan hanya terhadap suami i s t e r i sen- d i r i melainkan juga terhadap anak-anaknya.
3- Mulai Berlakunya Perccraian
Derdasarkaii ketentuan paaal l^,lo,d£>ii jjunjcia^ivi pasal 16 Peraturan Peucrintah Numur 'j Tahun
kaii. Ualiv/a FeiiLadilan Aijamf’ dapat memutuskan untuk
dakan sidang pengadilan untuk munyakoihan puroci aian \ iia\:a*
t a la k ),d a n waktunya akan ditontukan kei.iudiaiw t.asin^-Laiiin^
pihak menerima ealinan putusan it u dalam tenggang waktu 1^
h a ri.D i dalam sidang pengadilan tercebut hakim m en eliti dan.
apabila memang ada alacan untuk perceraian, maka couudah borueaha mendamaikan kodua boiah pihak dan tidak berhasil, untuk seterusnya dilaksanakanlali pengucapan talak yang d i l a kukan oleh suami se n d iri.
Jadi sidang pengadilan i n i hanya menyaksikan saja, sodang talak dilakukan/diucapkan oleh suami sendiri.Karena i t u perceraian dianggap t e r j a d i dan berlaku sejak saat per
ceraian itu diputushan oleh Hakim Pengadilan Agama atau se- jak talak itu diikrarkan d i dopan Hakim Pengadilan Agama dan sejak it u putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap (pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1 9 7 5) .
B A B IV
AKIBAT YANG TERJADI APABILA ISTERI TIDAK HADIR DI DEPAN SIDANG PENGADILAN
1* Pemanggilnn Para Pihak
Dewasa i n i banyak kaum wanita yang menuntut persa- raaan hak dan kewajiban kepada kaum l a k i - l a k i . Kejadian se- p e r t i i n i t e r j a d i pula di Indonesia, dengan pelopornya y a i tu Radon Ajeng K a r t i n i .
Untuk umat Islam, hal i n i sebenarnya sudah d ia tu r dalam Al-Quran, sehingga kaum wanita pemeluk Agama Islam tidak usah k u a t ir l a g i akan hak dan kowajibannya*. Suami*- Ist.ori'raompunyai kesamaan di dalam hak dan kewajiban, hal
tt
i n i mempunyai maksud bahwa, kedua-duanya raempunyai kesamaan tentang jasmani dan rohani, sama-sama berperasaan, b e r p ik ir - an, berkemauan atau dengan perkataan l a i n sama-sama manu- s ia yang sempurna
Dari uraian terseb u t, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam Agama Islam wanita juga raempunyai kesamaan hak dan kewajiban di bidang hukum pula. Oleh karona i t u dalam Peraturan Pelaksanaan Nomor 9 Tahun 1975 memberi kesempatan bagi s i i s t o r i untuk mengemukakan keadaan yang sebenarnya dalam kaitannya dengan perceraian yang sedang disidangkan,
•^Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Isla m , c e t.
X, Hidakarya A gun*, Jakarta, 1983» h. o S l