• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taman dan Taman Kanak-Kanak (TK Ibnu Hajar)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Inventarisasi dan Analisis

4.2.1 Aksesibilitas Tapak

4.2.4.6 Taman dan Taman Kanak-Kanak (TK Ibnu Hajar)

Dalam rencana pengembangan Kompleks Masjid Raya Bogor oleh Pemerintah Kota Bogor, penempatan taman di belakang masjid akan dihilangkan menjadi jalur sirkulasi kendaraan keluar tapak. Dengan adanya jalur sirkulasi berupa perkerasan, di kawasan masjid diperlukan fasilitas pengganti taman sebagai area rekreasi dan penyedia vegetasi untuk menyamankan iklim mikro pada Kompleks Masjid Raya Bogor.

Pada dasarnya penempatan taman di belakang masjid memang dirasa kurang tepat karena posisisnya yang tersembunyi sehingga kualitas keamanan taman juga rendah. Solusi untuk relokasi taman yang terbaik adalah menempatkannya di depan masjid yang strategis sebagai area rekreasi. Dalam hal ini area plaza merupakan lokasi yang tepat digunakan sebagai taman.

TK Ibnu Hajar yang berada di bawah mesjid sebaiknya direlokasi di tempat lain yang lebih terbuka. Hal ini disebabkan pada lokasi yang ada saat ini, bangunan TK tersebut terdapat di bawah bangunan masjid, cukup lembab, dan kurang fentilasi udara sehingga dinilai kurang baik bagi kenyamanan dan kesehatan. Namun, dengan kondisi vegetasi yang tumbuh pada saat ini, jika lahannya tidak terpakai untuk jalan keluar kendaraan dari tempat parkir bawah tanah, taman bermain TK Ibnu Hajar dapat didesain berisikan jenis-jenis permainan asli Indonesia. Oleh karena itu, konsep taman bermain tempat ini dapat dibangun di lahan relokasi.

4.2.4.7 Welcome Area

Selain relokasi taman masjid dalam rencana pengembangan Kompleks Masjid Raya Bogor oleh Pemerintah Kota Bogor juga akan memperbaiki zonasi tapak yang ada saat ini, yaitu akan menghilangkan fasilitas toilet umum pada area welcome area menjadi tempat parkir mengingat masih kurangnya fasilitas untuk tempat parkir saat ini. Kebijakan untuk menghilangkan toilet umum pada zona welcome area dinilai sudah tepat karena penempatan toilet umum pada lokasi ini menyebabkan penurunan kualitas visual tapak dan nilai kepantasan.

Dengan adanya fasilitas tempat parkir di masa datang, diperlukan adanya vegetasi peneduh pada area parkir untuk menaungi kendaraan dari terik matahari. Gapura yang ada pada welcome area saat ini tidak berada pada posisi yang tepat karena letaknya tidak pada pintu masuk sirkulasi kendaraan. Oleh sebab itu, sebaiknya posisi gapura diperlebar sampai dengan jalur pintu masuk utama.

4.2.4.8 Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung

Selain pada kompleks masjid, pemecahan masalah dan solusi juga diperlukan pada infrastruktur dan fasilitas pendukung pada kawasan di sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik dan desainnya yang akan mempengaruhi kualitas desain rancangan yang akan dibuat.

4.2.4.8.1 Pedestrian

Aktivitas pedagang kaki lima di sepanjang pedestrian di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor menjadi permasalahan utama yang perlu dicarikan solusinya. Aktivitas pedagang kaki lima ini berakibat pada penyempitan jalur pedestrian yang mengganggu kenyamanan dan keamanan pejalan kaki dan juga mengakibatkan penurunan kualitas visual kawasan masjid karena menyebabkan kawasan ini terlihat kotor. Oleh karena itu, diperlukan penertiban pedagang kaki lima dengan merelokasi kegiatan mereka ke tempat lain.

Permasalahan lain pada jalur pedestrian ini adalah paving pada pedestrian banyak yang sudah mengalami kerusakan akibat kegiatan pedagang kaki lima dan sistem infiltrasi air yang kurang lancar pada tapak yang mengakibatkan penurunan kualitas paving. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan perbaikan dan sistem pemasangan paving dengan daya infiltrasi yang tinggi, dengan pemilihan bahan yang tepat dan memperbaiki sistem drainasenya.

Saluran drainase terbuka pada sisi barat pedestrian perlu ditutup bagian permukaannya tanpa mengganggu fungsinya karena saluran drainase terbuka dapat mengganggu keamanan pejalan kaki. Standar untuk lebar pedestrian ini sebaiknya mengikuti keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 1993 yang menyebutkan persyaratan ukuran lebar trotoar atau jalur pedestrian berdasarkan lokasi (Tabel 3).

Tabel 3 Persyaratan Ukuran Lebar Trotoar atau Jalur Pedestrian Berdasarkan Lokasi

Lokasi Trotoar Lebar Trotoar Minimum Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima 4 meter Daerah perkantoran utama 3 meter Daerah Industri :

Jalan primer 3 meter Jalan akses 4 meter Di wilayah pemukiman

Jalan primer 2,75 meter Jalan sekunder 2 meter

4.2.4.8.2 Jalan Raya Pajajaran

Fungsi Jalan Raya Pajajaran sebagai jalan arteri dengan lalu lintas yang padat belum diimbangi dengan fasilitas yang memadai, terutama fasilitas keamanan bagi pejalan kaki yang berlalu lalang menyeberang keluar masuk Kompleks Masjid Raya Bogor. Fasilitas zebra cross yang tersedia belum cukup memberikan jaminan keamanan bagi penyeberang jalan karena posisi zebra cross tidak pada jarak pandang yang cukup bagi pengendara, ditambah pula dengan tidak adanya rambu lalu-lintas sehingga dapat meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan.

Penempatan Zebra cross harus ditempatkan di lokasi dengan arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas, dan arus pejalan kaki yang relatif rendah agar tidak mengganggu kenyamanan pengendara kendaraan bermotor. Alternatif lain untuk penyeberangan jalan adalah dengan menyediakan jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki karena lebih aman bagi pejalan kaki tersebut.

4.2.4.8.3 Markaz Islam Bogor

Kurang termanfaatkannya lahan di bagian samping dan belakang gedung ini dinilai perlu diatasi dengan penataan lanskapnya, terutama penempatan vegetasi untuk mengisi kekosongan lahan. Penataan lanskap tersebut akan meningkatkan nilai estetika dan kenyamanan.

4.2.5 Kualitas Lingkungan

Kualitas lingkungan tapak yang tinggi dapat menjadi potensi untuk kegiatan pengunjung. Akan tetapi, beberapa kualitas lingkungan yang buruk perlu dicarikan solusi dan alternatifnya untuk menunjang aktivitas pengunjung, terutama dalam beribadah dan rekreasi, agar identitas tapak tampak sebagai pusat kegiatan keislaman di Kota Bogor.

4.2.5.1 Kualitas Visual

Koridor masjid memiliki potensi pemandangan yang baik (good view). Pemandangan Gunung Salak jelas terlihat dari area ini sehingga berakibat pada tingginya aktivitas pengujung. Namun, tingginya aktivitas pengunjung yang duduk-duduk dapat mengganggu fungsi awal dari koridor itu sendiri, yaitu sebagai jalur sirkulasi manusia yang berlalu-lalang dari area ground floor ke masjid atau

sebaliknya. Solusinya adalah harus disediakan fasilitas lain yang mampu memecah distribusi kegiatan pengunjung di area ini, yaitu dengan memberikan fasilitas tempat duduk pada area plaza. Upaya ini diharapkan mampu mengakomodasi kegiatan pengunjung untuk menikmati pemandangan Gunung Salak sebagai bentuk rekreasi tanpa mengganggu sirkulasi manusia di area koridor.

Kualitas visual yang buruk (bad view) pada tapak terlihat di bagian barat dan utara akibat adanya aktivitas pedagang kaki lima. Untuk mengatasi bad view di sebelah barat dan utara Kompleks Masjid Raya dinilai perlu adanya tindakan penertiban pedagang kaki lima di sepanjang pedestrian pada kawasan ini dan perlu merelokasi tempat penitipan gerobak ke tempat lain. Selain tindakan penertiban dan relokasi gerobak pedagang kaki lima, juga diperlukan penataan lanskap kompleks masjid dengan menempatkan tanaman dengan fungsi screening untuk menutup view di sebelah barat Kompleks Masjid Raya Bogor, terutama di lahan bagian barat plaza.

Permasalahan bad view tidak hanya diakibatkan oleh aktivitas pedagang kaki lima, tetapi juga diakibatkan oleh penempatan fasilitas toilet yang tidak sesuai. Rencana Pemerintah Kota Bogor untuk menghilangkan toilet umum di daerah dekat welcome area adalah keputusan yang tepat dan perlu didukung.

4.2.5.2 Kualitas Udara

Tingginya tingkat polusi udara di lingkungan perkotaan terutama di pusat kota seperti daerah Baranangsiang, Kota Bogor, memerlukan adanya penataan dan rekayasa tapak yang sesuai untuk meminimalkan dampak negatif dari tingginya tingkat polusi tersebut.

Solusi untuk permasalahan kualitas yang buruk di Kompleks Masjid Raya Bogor adalah dengan menempatkan vegetasi pada lanskapnya untuk menyerap CO2. Akan tetapi, kawasan ini tidak memiliki lahan yang cukup luas untuk lahan terbuka hijau karena didominasi oleh perkerasan bangunan.

Selain dengan memaksimalkan lahan terbuka hijau yang tersedia, kurangnya lahan terbuka hijau di kawasan ini dapat diatasi dengan penanaman pada atap bangunan (green roof). Atap bertanaman dapat memperbaiki kualitas udara secara langsung dengan cara menyaring dan mengikat partikel debu yang berterbangan di udara dengan daun dan dahannya (Feriadi dan Frick, 2008).

Menurut US Environment Protection Agency (2006), 1 m2 atap bertanaman rumput dapat mengikat 0,2 kg partikel udara per tahun. Berdasarkan penelitian di Frankfurt, Jerman, kawasan perkotaan yang tidak ditanami vegetasi mempunyai kadar polusi udara yang lebih tinggi, yaitu sekitar 10.000 sampai 20.000 partikel debu per liter udara, dibandingkan dengan kawasan yang mempunyai vegetasi, yaitu hanya 3.000 partikel debu per liter udara meskipun di wilayah yang sama.

4.2.5.3 Kualitas Suara

Kompleks Masjid Raya Bogor memiliki kualitas suara yang sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya suara bising dari mesin kendaraan dan suara klakson kendaraan yang setiap saat terdengar karena letak kompleks masjid berdekatan dengan jalan raya yang ramai. Guna mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan penanaman pohon yang mampu menyerap suara bising di sekitar kompleks masjid dan sepanjang jalur jalan raya pada kawasan ini. Upaya penanaman pohon untuk menyerap suara bising dirasakan masih belum cukup, mengingat tingginya aktivitas di Jalan Raya Pajajaran dan sedikitnya ruang yang tersedia di Kompleks Masjid Raya untuk lahan terbuka hijau.

Atap bertanaman (green roof) adalah instrumen yang tepat untuk mengurangi kebisingan pada Kompleks Masjid Raya Bogor. Lapisan tanah cenderung untuk meredam frekuensi rendah, sedangkan vegetasi mampu meredam frekuensi yang tinggi. Walaupun demikian, kemampuan atap bertanaman meredam kebisingan sangat dipengaruhi oleh kebocoran suara melalui lubang atap seperti lubang skylight dan atrium.

4.2.5.4 Kualitas Keamanan

Kualitas keamanan di kawasan sekitar Kompleks Masjid Raya Bogor terutama di Jalan Raya Pajajaran dan pedestrian, dinilai masih rendah khususnya bagi pejalan kaki. Solusi bagi rendahnya kualitas keamanan di jalan raya sekitar kawasan ini adalah dengan menempatkan jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki dan penempatan rambu lalu lintas. Adanya aktivitas pedagang kaki lima dan drainase terbuka di sepanjang pedestrian juga berakibat pada rendahnya tingkat keamanan tapak karena hanya menyisakan sedikit ruang bagi pejalan kaki. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasinya adalah dengan menertibkan pedagang kaki lima dan menutup permukaan saluran drainase tanpa menghilangkan fungsinya

sebagai saluran sirkulasi air. Selain itu, minimnya titik lampu juga berakibat pada rendahnya kualitas keamanan pada malam hari sehingga diperlukan penambahan fasilitas penerangan yang cukup di sekitar kawasan ini demi keamanan dan kenyamanan pejalan kaki dan pengendara.

4.2.5.5 Kualitas Penerangan

Secara keseluruhan kualitas penerangan di Kompleks Masjid Raya Bogor masih sangat rendah terutama di luar bangunan masjid. Hal ini dikarenakan minimnya fasilitas penerangan yang tersedia. Oleh karena itu, diperlukan penambahan dan perbaikan fasilitas penerangan lampu jalan di sepanjang jalan raya dan jalur sirkulasi kendaraan serta penempatan lampu taman di area plaza dan sepanjang pedestrian. Selain itu, untuk menambah estetika pada malam hari (night view), bangunan masjid dan kantor BAZ juga perlu menggunakan lampu sorot yang mengarah pada atap dan kubahnya.

4.2.5.6 Kualitas Iklim Mikro

Permasalahan iklim mikro di lingkungan perkotaan seperti halnya di Kompleks Masjid Raya Bogor yang memiliki struktur bangunan dan perkerasan yang mendominasi dan hanya sedikit ruang terbuka hijau berakibat pada penurunan kenyamanan termal bagi pengunjung. Kondisi demikian dapat diatasi dengan penempatan roof garden pada area plaza serta memanfaatkan ruang pada atap beton sebagai lahan untuk vegetasi (green roof). Menurut Feriadi dan Frick (2008), hasil penelitian di Jepang memperlihatkan adanya pengaruh positif dari atap bertanaman terhadap bangunan melalui kemampuannya untuk memberikan perlindungan dari panas matahari dan meningkatkan kualitas udara dari lingkungan sekitarnya. Atap bertanaman dapat mengurangi panas akibat pemantulan kembali (re-radiation) dan hanya sekitar 20 persen dari energi matahari yang jatuh pada permukaan daun pepohonan yang akan dipantulkan kembali.

Penghijauan pada atap bangunan tinggi dapat menciptakan keuntungan. Keuntungan tersebut dapat diukur secara kuantitatif, seperti keuntungan finansial yang diukur dengan uang, dan keuntungan kualitatif, seperti keuntungan dari aspek lingkungan, sosial, dan estetika.

4.2.6 Tata Hijau

Perkerasan dan atap bangunan yang terdapat di Kompleks Masjid Raya Bogor memiliki potensi digunakan sebagai area penanaman. Area yng berpotensi untuk digunakan sebagai roff garden mencakup atap pada bangunan masjid, atap koridor dan atap pada bangunan kantor Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor.

Pada area plaza tidak diperlukan penambahan vegetasi mengingat fungsi plaza sebagai perluasan area masjid jika terjadi lonjakan pengunjung pada saat shalat jumat, hari besar Islam, maupun untuk kegiatan keislaman dan kegiatan sosial diluar masjid. Namun demikian kenyamanan pengunjung di area plaza harus tetap diperhatikan, dengan menempatkan pohon pelindung di area sekitar plaza dirasa mampu meningkatkan kenyamanan pengunjung, mengingat fungsi pohon pelindung dapat menghalau panas matahari secara langsung.

Di lokasi dengan tata hijau yang buruk, sebaiknya dilakukan revegetasi untuk meningkatkan kualitas lingkungannya. Menurut Simonds (1983), secara umum masing-masing tanaman yang digunakan harus mempunyai tujuan dan seluruhnya dapat memberikan kontribusi fungsi dan nilai estetis bagi lanskap.

Dalam perancangan tata hijau ini, jenis vegetasi yang diperlukan adalah vegetasi yang dapat memberikan keteduhan, vegetasi yang dapat menyerap polusi udara dan suara, serta vegetasi dengan tinggi tertentu yang dapat mendukung keamanan lingkungan, kenyamanan pengunjung beraktivitas, dan nilai estetika yang kesemuanya dapat mendukung tema Islam yang ingin ditampilkan pada Kompleks Masjid Raya Bogor. Penanaman vegetasi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan ruang pada atap dengan alasan sedikitnya ruang penanaman di tanah untuk lahan terbuka hijau di Kompleks Masjid Raya Bogor dan memanfaatkan lahan kosong yang tersedia secara optimal untuk penanaman.

Penanaman vegetasi pada atap selain untuk tujuan fungsi ekologi dan estetika pada kompleks masjid, juga diperlukan untuk menambah ketahanan struktur bangunan atap dari terpaan panas matahari dan air hujan. Dalam jangka panjang keberadaan roof garden mampu menghemat biaya pendingin ruangan, dan biaya perbaikan atap masjid.

4.2.7 Karakter Arsitektur

Secara umum karakter ruang dalam rencana pengembangan Kompleks Masjid Raya Bogor sudah sesuai dengan tema arsitektur bangunan Islam. Akan tetapi, saat ini terdapat ketidakserasian tema antara bangunan masjid utama dengan fasilitas plaza, koridor, dan gedung BAZ Kota Bogor. Karakter bangunan masjid merupakan bentuk akulturasi dari arsitektur bangunan pagoda dengan atap bertingkat.

Guna menyesuaikan tema ruang, diperlukan rekonstruksi bangunan masjid dengan konsep arsitektur Islam serta penempatan kubah pada atapnya sebagai bagian identitas bangunan Islam.

Solusi untuk kesesuian arsitektur bangunan ada pada rencana pembangunan masjid selanjutnya. Pada bangunan masjid akan terjadi perubahan bentuk arsitektur secara keseluruhan, bentukan masjid akan dibuat dengan konsep bangunan Asia barat dengan pola hypostyle, yaitu pola bangunan dengan dikelilingi serambi beratap yang ditopang dengan deretan tiang. Arsitektur bangunan akan menyatu dengan plaza, pada arsitektur Islam keberadaan plaza atau pelataran terbuka merupakan salah satu ciri dari bangunan Islam yang disebut shahn.

Secara keseluruhan arsitektur bangunan masjid, koridor, plaza, dan gedung Badan Amil Zakat (BAZ) pada rencana pembangunan selanjutnya akan mengadopsi karakter arsitektur asli asia barat yang dikenal dengan gaya arabesque. Gaya arsitektur arabesque adalah gaya bangunan masjid yang paling familiar dan disukai dunia muslim sejak zaman Nabi Muhammad sampai dengan saat ini.

Karakter arsitektur Islam harus didukung dengan penataan lanskap atau taman yang sesuai antara kebutuhan estetika masjid dan kebutuhan ekologis untuk kenyamanan pengunjung dengan pemilihan tanaman yang tepat, dan penambahan elemen pendukung ekoarsitektur seperti roof garden akan mampu memperkuat identitas lanskap yang asri dan islami pada kompleks Masjid Raya Bogor.

Dokumen terkait