• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tambang batu hijau - Indonesia

Dalam dokumen Kajian Hubungan Masyarakat (Halaman 43-49)

Kunjungan lapangan dilakukan pada 22-27 Oktober 2007.

Wawancara dilakukan terhadap 48 orang yang mewakili perusahaan dan 80 anggota masyarakat sebagai pemangku kepentingan

eksternal.

Tambang Batu Hijau [Batu Hijau] terletak di pulau Sumbawa, bagian timur kepulauan Indonesia. Tahap konstruksi/pembangunan infrastruktur tambang dimulai pada 1997, dan tahap produksi dimulai pada 1999.

xliv

Karakteristik Utama:

12

• Kehadiran tambang mempercepat pertumbuhan penduduk di sekitar tambang.

• Lokasi tambang berada di Kabupaten Sumbawa Barat, daerah pemekaran baru. Lembaga pemerintah daerah dengan kekuasaannya baru terbentuk dan masih dalam proses penguatan kapasitas internal.

• Tambang beroperasi dalam konteks nasional yang penuh dengan ketidakpastian hukum dan peraturan perundangan.

Kekuatan:

• Karyawan sangat memahami nilai perusahaan dan pentingnya mempertahankan lisensi sosial untuk beroperasi.

• Tim menemukan bahwa “paradigma dan sikap/perilaku sekuriti yang diterapkan adalah salah satu yang terbaik di Indonesia yang menitikberatkan pada upaya menghindari konfrontasi dan mencari akar permasalahan konflik”xlv

• Tambang Batu Hijau sangat efektif dalam mendukung pembangunan infrastruktur publik di daerah sekitar tambang. Proyek infrastruktur masyarakat dibangun sesuai konsultasi dengan masyarakat setempat dan pembanguannya diserahkan kepada kontraktor lokal.

Risiko dan Tantangan:

• Pemangku kepentingan sangat menaruh perhatian terhadap kelangsungan program pengembangan masyarakat. • Departemen Pengembangan Masyarakat tidak memiliki manajer dan kekurangan SDM.

• Pemangku kepentingan prihatin karena kurangnya informasi yang diterima mengenai alokasi anggaran pengembangan masyarakat dan dampak lingkungan akibat operasi tambang.

• Newmont berkewajiban untuk menawarkan 51% sahamnya kepada Pemerintah Indonesia sesuai ketentuan Kontrak Karya.xlvi

12 Laporan lengkap studi kasus yang disusun tim dapat dilihat di lampiran 1C.

INDONESIA MALAYSIA PHILIPPINES VIETNAM THAILAND LAOS Jakarta Batu Hijau Minahasa

1. Konteks

Batu Hijau adalah tambang tembaga-emas dengan metode penambangan terbuka yang terletak di pulau Sumbawa, bagian timur kepulauan Indonesia. Kondisi nasional saat ini menjadi tantangan yang berat bagi investor asing khususnya operasi Newmont di Batu Hijau. Budaya korupsi di Indonesia dan lemahnya penegakan hukum menjadi hambatan bagi investor asing. Selain itu, DPR kini tengah membahas RUU yang akan memberikan kewenangan lebih kepada pemerintah daerah dalam kegiatan penambangan – suatu perkembangan yang oleh banyak perusahaan tambang dipercaya berdampak negatif terhadap pengembangan sektor pertambangan. Pun, perusahaan tambang akan menghadapi tantangan yang berat di tingkat nasional dan lokal untuk mendapatkan hak guna lahan. Kondisi yang penuh ketidakpastian hukum ini harus dihadapi oleh investor asing di Indonesia terkait faktor-faktor di atas.

Pulau Sumbawa adalah salah satu pulau yang - dari aspek pembangunan – masih di bawah pulau-pulau lain di Indonesia. Tambang Batu Hijau yang dioperasikan Newmont adalah satu-satunya proyek tambang yang beroperasi di pulau Sumbawa ini dan berada di daerah tertinggal sebelum dimulainya proyek pembangunan tambang pada 1997. Sejak tambang dibuka, daerah yang semula hanya sebuah dusun kecil kemudian berubah menjadi sebuah kota kecamatan dan beberapa desa pemekaran yang padat. 96% karyawan Batu Hijau adalah penganut Islam. Komposisi penduduk sekitar tambang terdiri atas warga lokal dan pendatang, termasuk masyarakat asli . Saat ini, kecamatan tersebut dihuni oleh sekitar 80.000 jiwa, dimana sekitar 30.000 orang diantaranya tinggal di 12 desa yang terkena dampak langsung operasi tambang. Sebagian besar infrastruktur publik di daerah ini disediakan secara langsung atau tidak langsung oleh Newmont sebagai operator tambang Batu Hijau.

Tambang Batu Hijau beroperasi dalam kondisi sosial dan politik yang dinamis. Hadirnya tambang di daerah ini memicu percepatan pertumbuhan masyarakat lokal; bersamaan dengan kondisi negara Indonesia yang tengah mengalami transformasi signifikan. Perubahan ini menciptakan tantangan yang luar biasa bagi perusahaan dalam memelihara hubungan [dengan pemangku kepentingan] secara konstruktif.

Hubungan tambang Batu Hijau dengan masyarakat diwarnai kontroversi seputar operasi Newmont di Minahasa, yang akan dibahas di bagian akhir laporan ini. LSM nasional seperti JATAM13 dan WALHI14 telah mengangkat persoalan mengenai pencemaran polusi kualitas air laut akibat operasi tambang Batu Hijau, begitu pula dengan kerusakan hutan di pulau Sumbawa. Kekhawatiran LSM lingkungan tersebut diperparah dengan kontroversi kasus Teluk Buyat di tingkat nasional. Sebagian besar advokasi terjadi di tingkat nasional, dan hanya sedikit kegiatan advokasi LSM lokal

di daerah sekitar tambang

Program Kesehatan Masyarakat di Batu Hijau.xlviii Foto Udara Batu Hijau. xlvii 13 Jaringan Advokasi Tambang (Indonesian Mining Advocacy Network Indonesia).

2. Persoalan Utama

Tuntutan Pekerjaan Yang Cukup Tinggi. Pembukaan operasi tambang di batu Hijau menciptakan harapan yang sangat tinggi bagi masyarakat lokal untuk dipekerjakan di proyek ini. Sebagaimana disampaikan International Alert, harapan seperti ini berpotensi menciptakan ketegangan hubungan antara perusahaan dengan masyarakat karena harapan tersebut tidak pernah dapat terwujud sepenuhnya. Bagaimana dan kepada siapa pekerjaan dialokasikan sangat berisiko menimbulkan perselisihan.

Pembangunan yang Pesat. Dimulainya operasi tambang di daerah ini menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan masyaraka yang begitu pesat sekaligus memicu inflasi yang tinggi dan perbedaan tingkat pendapatan yang cukup mencolok. Tim Kajian CRR di Batu Hijau melihat bahwa, “biaya hidup meningkat tajam sampai pada tataran dimana mereka yang tidak dapat menikmati kehadiran Newmont menjadi dampak akibat harga kebutuhan barang dan jasa di tempat tinggal mereka melambung tinggi.”xlix

Menjaga Agar Pemangku Kepentingan Selalu Menerima Informasi terkait Operasi Perusahaan. Tantangan yang dihadapi Newmont hingga saat ini adalah bagaimana berkomunikasi dengan pemangku kepentingan mengenai persoalan tertentu yang menjadi perhatian mereka, termasuk diantaranya mengkomunikasikan dampak lingkungan kegiatan tambang dan alokasi dana program pengembangan masyarakat.

3. Kekuatan

Secara umum, hubungan antara Newmont dengan masyarakat dan pemangku kepentingan di Batu Hijau cukup baik. Perusahaan telah bekerja dengan baik dalam mengidentifikasi dan terlibat dengan masyarakat, dan terus berusaha untuk memberikan mereka informasi terbaru dan relevan mengenai operasi tambang. Mekanisme penanganan keluhan sudah ada dan digunakan oleh masyarakat. Tanggapan yang diberikan terkait keluhan masyarakat dicatat dengan baik demikian pula solusi pemecahan masalah yang timbul. Tambang Batu Hijau mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal dan pemangku kepentingan pun mengakui kinerja perusahaan dalam hal ini.

Nilai-nilai Newmont disampaikan dengan baik, diadopsi dan diterapkan oleh karyawan dan manajer. Tim secara khusus menemukan bukti bahwa “karyawan dan manajer mampu menyebutkan nilai-nilai Nemont ”l adan “semua karyawan yang diwawancarai bisa menyebutkan bagaimana masing-masing nilai tersebut dapat diterapkan di tempat kerja masing-masing.”li Batu Hijau menerapkan program pemberian bonus/penghargaan dalam mempertahankan lisensi sosial untuk beroperasi dengan tingkat konflik minimum. Tim menemukan bahwa “paradigma dan sikap/perilaku sekuriti diterapkan adalah salah satu yang terbaik saat ini di Indonesia yang menitikberatkan upaya menghindari konfrontasi dan menentukan akar konflik.”lii

4. Risiko dan Tantangan

Meskipun hubungan masyarakat antara perusahaan dengan masyarakat secara umum cukup baik, namun masih terdapat celah kelemahan yang dapat menimbulkan risiko di masa mendatang bagi operasi perusahaan. Kelemahan diantaranya ketidakmampuan Departemen Pengembangan Masyarakat untuk mengembangkan potensinya secara maksimal akibat ketiadaan manajer dan dalam hal ini juga mengalamai kekurangan personel. Tim mencatat “terdapat personel yang mumpuni di Dept. Pengembangan Masyarakat namun mereka kurang mendapat dukungan dan kepemimpinan yang memungkinkan mereka untuk mewujudkan perspektif dan metode pembangunan berkelanjutan yang sebenarnya dalam program

pengembangan masyarakat.”liii

Di dalam unsur masyarakat, terdapat persepsi yang kuat bahwa Newmont terlalu berlebihan dalam menjaga kelangsungan operasi tambang dan hal ini - di mata masyarakat - berbeda dengan upaya Newmont dalam mendukung upaya pembangunan berkelanjutan. Tim menemukan presepsi masyarakat bahwa “tidak ada jaminan jika program pengembangan masyarakat akan berlangsung dalam jangka waktu lama.”liv Tim juga mencatat bahwa “ masyarakat menginginkan agar mereka lebih dilibatkan dalam pemantauan dan evaluasi program, dan agar Newmont memanfaatkan lembaga yang sudah ada di masyarakat dalam penyusunan rencana program dan pelaksanaan program pengembangan masyarakat.

Kekhawatiran lainnya adalah dampak lingkungan dan sosial operasi tambang sepertinya tidak sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Masyarakat seringkali menyalahkan perusahaan, walaupun masalah tersebut sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan operasi perusahaan. Hal ini mungkin diakibatkan oleh lemahnya data dasar mengenai masyarakat, penilaian dampak yang tidak sepenuhnya mempertimbangkan dampak operasi tambang, dan kurangnya perencanaan manajemen dampak terkait dampak yang telah teridentifikasi. Tim juga mencatat bahwa “penilaian dampak sosial terpadu dan rencana manajemen yang mencantumkan rencana pengembangan masyarakat yang sangat jelas dan disusun bersama masyarakat serta penerapan kebijakan transparansi dengan pemangku kepentingan,” akan mampu menyingkirkan sebagian besar “tekanan yang ditujukan kepada staf bagian hubungan masyarakat untuk menyetujui tuntutan [yang diajukan masyarakat] secara bijak.”lv Perhatian lain yang disampaikan masyarakat adalah terkait cara penyampaian informasi teknis dan keuangan kepada masyarakat dan sebagian besar pemangku kepentingan mengungkapkan kekhawatirannya mengenai permasalahan lingkungan..

Akhirnya, persoalan yang muncul dan harus dihadapi adalah bahwa sesuai ketentuan Kontrak Karya, Newmont wajib menawarkan 51% sahamnya kepada pemerintah atau agen pemerintah. Sebagaimana dicatat oleh Tim Kajian Batu Hijau, “proses divestasi saham berpotensi menimbulkan konflik yang signifikan di tingkat pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah daerah.”lvi Sehingga kemungkinan Newmont tidak akan dapat mempertahankan kendali operasional tambang dan standar di bidang hubungan masyarakat dan pengembangan masyarakat akan berubah atau bahkan mengalami penurunan.

5. Rekomendasi

15

Sebagaimana diuraikan di atas, laporan narasi lengkap mengenai Kajian CRR Batu Hijau dapat dilihat di Lampiran 1C. Rekomendasi berikut menggambarkan laporan lengkap yang disusun oleh Tim Kajian CRR tambang Batu Hijau dalam menilai hubungan antara Tambang Batu Hijau dengan masyarakat sebagai pemangku kepentingan. Karena itu, beberapa materi rujukan rekomendasi tidak dicantumkan di uraian singkat sebelumnya.

 Yang paling penting adalah segera melakukan SIA (Penilaian Dampak Sosial) secara terperinci dan menyusun rencana manajemen dampak terpadu. Kegiatan ini harus dilakukan secara terpadu untuk meningkatkan kesinambungan program pengembangan masyarakat dan memperluas dasar rencana penutupan tambang. Hal terpenting dalam kegiatan ini adalah pengumpulan dan penyusunan data “baseline” (awal) kondisi sosial serta penilaian terperinci terkait dampak yang timbul terhadapa pemangku kepentingan. Penilaian ini perlu dimasukkan di dalam rancangan rencana pengembangan masyarakat secara terpadu dan berkesinambungan yang megasi, indikator pemantauan dan evaluasi, dan pembagian tanggung jawab yang jelas. Masukan masyarakat terkait proses perencanaan dan penerapan program ini adalah hal yang sangat penting, dan kelompok msyarakat yang secara tradisional terpinggirkan pun harus diperhatikan dan dipertimbangkan. Penilaian dampak sosial terpadu dan rencana manajemen yang mencantumkan rencana pengembangan masyarakat yang sangat jelas dan disusun bersama masyarakat serta penerapan kebijakan transparansi dengan pemangku kepentingan,” akan mampu menyingkirkan sebagian besar “tekanan yang ditujukan kepada staf bagian hubungan masyarakat untuk menyetujui tuntutan [yang diajukan masyarakat] secara bijak.

 Meningkatkan standar profesionalisme, dukungan, dan profil tim pengembangan masyarakat yang sudah beberapa tahun terakhir mengalami kekurangan staf dan mengisi kekosongan Manajer Pengembangan Masyarakat. Pengaruh perspektif dan mandat pengembangan masyarakat dalam manajemen,

perencanaan, dan penerapan program ESR harus ditingkatkan. Meskipun tim pengembangan masyarakat diawaki oleh staf yang kompeten tetapi mereka masih kurang mendapat dukungan dan kepemimpinan untuk memajukan metode dan perspektif pembangunan berkelanjutan dalam program pengembangan masyarakat.

 Meletakkan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pelaksanaan program hubungan masyarakat / pengembangan masyarakat dan tidak sekadar fokus pada upaya jangka pendek untuk memastikan kelang-sungan operasi tambang berjalan dengan baik. Tampaknya Batu Hijau terlalu fokus dalam program ESR yang bertujuan untuk “memastikan kelancaran operasi tambang,” yang bertentangan dengan keinginan untuk “menjadi yang terbaik.” Akibat kekurangan personel yang profesional di bidang pengembangan masyarakat, program tersebut tampak terlalu menonjolkan pada upaya menjaga hubungan baik dan mempertaruhkan pembangunan berkelanjutan jangka panjang.

 Staf perlu mendapatkan pelatihan lebih banyak, terutama bagi mereka yang berhubungan langsung den-gan masyarakat. Program pelatihan, peningkatan kemampuan, dan pembangunan moral janden-gan hanya diberikan kepada supervisor, dengan harapan mereka akan membagi ilmunya dengan yang lain.  Meningkatkan proses identifikasi , pemetaan, dan analisis pemangku kepentingan, termasuk melibatkan

staf lain dalam melakukan analisis dan pemetaan pemangku kepentingan. Memadukan proses identifikasi di tingkat nasional dan site secara penuh, menciptakan dan memelihara rencana pelibatan pemangku ke-pentingan secara terpadu. Sebagai bagian dari proses ini, kembangkan pemahaman yang lebih baik men-genai konsep pembangunan berkelanjutan, dan bagaimana praktek pelaksanannya di industri tambang.  Menyusun rencana komunikasi yang komprehensif dan terpadu yang mencakup pemangku kepentingan

lokal dan nasional. Banyak pemangku kepentingan yang mengatakan bahwa informasi dari Newmont kerapkali sulit diperoleh dan tidak disampaikan secara luas kepada masyarakat. Meskipun warta Suara Batu Hijau yang dibuat perusahaan bisa menjangkau sebagaian masyarakat namun tidak sedikit yang berkomentar bahwa mereka tidak menerimanya. Kantor perwakilan Hubungan Masyarakat harus memi-liki buletin/papan berita “standar” yang memuat informasi terkini. Selain itu, terlihat bahwa koordinasi komunikasi antara tim ESR nasional, propinsi, dan daerah masih perlu ditingkatkan.

 Mengkaji ulang peran/fungsi yayasan yang dibentuk perusahaan seperti Yayasan Olat Perigi untuk menilai kinerja pengelolaannya dan bagaimana penyaluran dana program. Banyak keluhan yang menyoroti kecilnya yayasan sebagai hambatan dalam meraih kesuksesan. Yayasan juga harus lebih transparan dalam memproses proposal yang diajukan masyrakat, lebih berkesinambungan, dan melibatkan masyarakat secara langsung dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan program agar fokus dalam pengalaman pengembangan.

 Melibatkan anggota masyarakat dalam pemantauan dan evaluasi program kemasyarakatan dan lingkun-gan. Kegiatan perencanaan partisipatif yang semestinya dilakukan dalam proses pemantauan, evaluasi, dan penyesuaian program, seperti tahap awal perencanaan, terlihat mengalami kemunduran dalam beberapa tahun terakhir. Memperkuat kembali proses partisipatif untuk memastikan bahwa program [pengembangan] masih memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat - yang mungkin saja mengalami perubahan seiring perjalanan waktu - dan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan program pembangunan. Hal ini akan memberikan pemahaman sekaligus rasa memiliki masyarakat terh-adap program pengembangan yang mereka susun menjadi lebih besar.

 Bekerjasama dengan lembaga masyarakat yang ada dalam penyusunan tujuan perencanaan daripada menjalankan lembaga terpisah untuk menggali masukan dari masyarakat untuk selanjutnya disusun dalam rencana/program pengembangan masyarakat Newmont. Pemangku kepentingan melihat bahwa Komite Pembangunan Desa yang didirikan oleh Newmont tidak berfungsi dengan baik karena mereka hanya memiliki sedikit peran dan fungsi. Pemangku kepentingan internal dan eksternal menyarakan bahwa akan lebih produktif apabila Newmont bekerja melalui sistem lembaga desa yang telah ada: terdapat badan perwakilan masyarakat hingga di tingkat terendah (RT, RW) dan komite tersebut selanjutnya memberikan masukan ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini lebih seperti menjalankan proses perencanaan pembangunan masyarakat tiga pihak yang terpadu, yang pada gilirannya akan menghasilkan output pembangunan yang lebih berkesinambungan.

Dalam dokumen Kajian Hubungan Masyarakat (Halaman 43-49)