• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pupuk Organik Terhadap Perubahan P-tersedia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik ... 30 Gambar 6. Hubungan Antara Interaksi Pengolahan Tanah dan Pemberian

Pupuk Organik Terhadap Perubahan N-total Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik... 32

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Analisa Beberapa Jenis Pupuk Organik ...

Lampiran 2. Data Hasil Analisa Awal Tanah Andisol Desa Lingga ...

Lampiran 3. Bagan Penelitian ...

Lampiran 4. Kriteria Penilaian Unsur Hara Dalam Tanah BPP Medan 1982 ....

Lampiran 5. Data Pengamatan pH Tanah ...

Lampiran 6. Data Analisa Sidik Ragam pH Tanah ...

Lampiran 7. Data Pengamatan C-organik Tanah ...

Lampiran 8. Data Analisa Sidik Ragam C-organik Tanah ...

Lampiran 9. Data Pengamatan N-total Tanah ...

Lampiran 10. Data Analisa Sidik Ragam N-total Tanah ...

Lampiran 11. Data Pengamatan P-tersedia Tanah ...

Lampiran 12. Data Analisa Sidik Ragam P-tersedia Tanah ...

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

Lampiran 14. Data Analisa Sidik Ragam Berat Basah Tanaman Sawi ...

Lampiran 15. Peta Daerah Penelitian...

Lampiran 16. Peta Jenis Tanah ...

Lampiran 17. Foto Penelitian ...

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara umum pertanian diartikan sebagai suatu kegiatan menanami tanah dengan tanaman yang nantinya menghasilkan sesuatu yang dapat dipanen, dan kegiatan ini merupakan campur tangan manusia terhadap tanaman dan daur hidupnya.

Sayuran merupakan produk pertanian yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam bentuk mentah (tanpa diolah). Bahan-bahan kimia sintesis yang dipergunakan sebagai pupuk maupun pestisida dalam sistem pertaniannya ikut terkonsumsi. Bahan kimia tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia karena bahan tersebut bersifat sulit terurai. Salah satu produk pertanian dari kelompok sayur-sayuran yang mempunyai prospek baik dan nilai ekonomis yang tinggi adalah sawi. Sawi merupakan komoditas yang komersil dan prospek yang

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

lumayan, sehingga memiliki kelayakan diusahakan di Indonesia (Kariada dan Sukada, 2000).

Penggunaan pupuk organik di masa yang akan datang semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin mahalnya pupuk kimia, semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah, dan semakin tingginya kesadaran manusia akan bahaya residu pupuk kimia terhadap kesehatan manusia. Pupuk organik yang berkualitas yang dapat digunakan adalah melalui penggunaan pupuk kandang, pemanfaatan sisa panen dan kompos. Pemanfaatan pupuk organik ini dapat meningkatkan kesuburan lahan, aerasi, sifat fisik, sifat kimia, dan biologi tanah menjadi lebih baik. Bahan sisa panen atau limbah organik lainnya harus dimanfaatkan kembali ke lahan pertanian agar lestari berproduksi sehinggga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud atau dapat dikatakan dengan sistem pertanian organik.

Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia, tetapi memakai bahan-bahan organik. Dengan pemakaian bahan organik, akan dapat mengurangi ketergantungan akan bahan dari luar karena bahan organik umumnya terdapat di lingkungan sekitar pertanian. Selain itu

lingkungan hidup di pertanian organik lebih bersih dan lebih sehat (Hutapea, 2007).

Tan (1965) dalam Munir (1996) menyebutkan bahwa Andisol di Sumatera Utara yang terjadi di daerah dataran di kaki gunung Sibayak terbentuk pada kondisi iklim tropika basah sehingga kandungan humus pada Andisol di Sumatera mengandung asam fluvat relatif lebih tinggi. Kandungan C dan N tinggi tetapi

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

rasionya rendah, kadar P rendah karena terfiksasi kuat dan sukar mengalami peptisasi.

Pengolahan tanah merupakan suatu langkah untuk memperbaiki sifat fisik tanah, mengendalikan gulma, dan mengolah sisa – sisa tanaman. Pengolahan tanah yang berlebihan pun dapat merusak tanah dan menurunkan produksi tanaman, hal ini dikarenakan ketika dilakukannya pengolahan tanah maka seluruh isi yang terkandung di dalamnya akan terombak. Untuk tanah Andisol yang memiliki nilai BD 0,85 g/cm3 maka pengolahan tanah yang dilakukan adalah

minimum ataupun tanpa olah tanah (TOT), hal ini dikarenakan sifat – sifat fisik tanah Andisol sudah baik untuk budidaya pertanian (Munir, 1996).

Berdasarkan uraian-uraian masalah tersebut diatas maka penulis merasakan perlunya dilakukan suatu penelitian mengenai perubahan beberapa sifat kimia tanah Andisol pada sistem pertanian organik akibat pengolahan tanah dan pemberian pupuk organik.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perubahan beberapa sifat kimia tanah Andisol pada sistem pertanian organik akibat pengolahan tanah dan pemberian pupuk organik.

Hipotesa Penelitian

- Pengolahan tanah meningkatkan beberapa sifat kimia tanah Andisol pada sistem pertanian organik

- Pemberian pupuk organik meningkatkan beberapa sifat kimia tanah Andisol pada sistem pertanian organik.

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

- Interaksi antara pengolahan tanah dan pemberian pupuk organik

meningkatkan beberapa sifat tanah Andisol pada pertanian organik.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai bahan masukan dan informasi dalam mengetahui peruabhan beberapa sifat kimia tanah Andisol pada sistem pertanian organik akibat pengolahan tanah dan pemberian pupuk organik.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat dan Ciri Andisol

Andisol merupakan tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik atau kambik, bulk density (kerapatan lindak) kurang dari 0,85 g/cm3, banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari

60% terdiri dari abu vulkanik vitrik, cindes atau bahan pyroklastik lain (Hardjowigeno, 2003).

Data analisis tanah Andisol dari berbagai wilayah, menunjukkan bahwa Andisol memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat (30-65% liat), sampai berlempung kasar (10-20%). Reaksi tanah umumnya agak masam (5,6-6,5). Kandungan bahan organik lapisan atas sedang sampai tinggi, dan lapisan

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

bawahnya umumnya rendah, dengan nisbah C/N tergolong rendah (6-10). Kandungan P dan K potensial bervariasi sedang sampai tinggi, umumnya kandungan lapisan atas lebih tinggi dari pada lapisan bawahnya. Dengan demikian

potensi kesuburan alami Andisol termasuk sedang sampai tinggi (Pusat Penelitian dan pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2005)

Andisol mempunyai beberapa sifat kimia yang penting. Liat memiliki mautan permanen yang rendah dan muatan tergantung pH yang tinggi. Keracunan aluminium jarang terjadi. Andisol mempunyai kemampuan untuk memfiksasi fosfat dan mengikat air yang lebih tinggi. Presentase karbon cenderung relatif lebih tinggi dibandingkan tanah-tanah mineral lainnya (Wada, 1980).

Tingginya kadar bahan organik di Andisol diyakini disebabkan oleh adsorbsi molekul organik oleh alofan dan imogolit. Alofan dan Imogolit memiliki komposisi kimia yang beragam, tergantung kepada variasi rasio molar SiO2 / AlO3

dan kandungan air. Alofan mampu berikatan dengan humus tanah dengan ikatan kompleksasi membentuk khelasi Al dalm alofan dengan membentuk kompleks yang cukup resisten. (Lahuddin dan Mukhlis, 2006).

Sifat Kimia Tanah

pH Tanah

Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Besarnya kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosiasi air murni yaitu :

HOH → H+ + OH

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan pH 4,0-5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0-6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam (Hardjowigeno, 2003).

Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikatator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah. pH optimum untuk ketersediaan unsur hara adalah sekitar 7,0, karena pada pH ini semua unsur makro tersedia secara maksimum sedangkan unsur hara mikro tidak maksimum

sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan (Hanafiah, 2005).

C-Organik

Bahan organik adalah jumlah total substansi yang mengandung karbon organik di dalam tanah, terdiri dari campuran residu tanaman dan hewan dalam berbagai tahap dekomposisi, tubuh mikroorganisme dan hewan kecil yang masih hidup maupun yang sudah mati (Schnitzer, 1991).

Sumber bahan organik dapat berasal dari kotoran hewan bahkan dari tanaman dan limbah, misalnya pupuk kandang dan limbah pertanaman, hijauan tanaman, rerumputan dan limbah agroindustri. Tanah yang dibenahi dengan bahan organik mempunyai struktur tanah yang baik dan tanah yang berkecukupan bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air lebih banyak daripada tanah yang punya kandungan bahan organiknya rendah. Pada umumnya bahan organik

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

mengandung unsur hara makro N, P, K dan hara mikro yang diperlukan tanaman (Murbandono, 2000).

Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan

suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N, P, K, dan S (Hanafiah, 2005).

Beberapa sifat baik dari peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah antara lain : (1) mineralisasi bahan organik akan melepaskan unsur hara tanaman secara lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, dan unsur hara mikro lainnya) tetapi dalam jumlah yang relatif kecil, (2) meningkatkan daya menahan air, sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak, (3) memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah (Purnomo, 2006).

Penggunaan bahan organik untuk pupuk tanaman sudah lama dilakukan manusia. Bahan organik yang telah umum dijadikan pupuk antara lain : kotoran hewan, pupuk hijau atau sampah organik. Pelepasan unsur hara pada pupuk organik jelas berbeda dengan pupuk kimia. Pelepasan unsur hara ini akan semakin baik dengan aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme yang berperan untuk penguraian bahan organik yang mengandung unsur hara yang bisa diserap tanaman ini banyak berada di lapisan dangkal. Kehidupan mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

- Kelembaban dan temperatur tanah

- Kandungan udara dalam tanah

- Tingkat keasaman tanah (Isnaini, 2006).

Unsur Hara N

Sebagian besar nitrogen dalam tanah bergabung dengan bahan organik. Dalam bentuk ini nitrogen dilindungi dari pembebasan cepat oleh mikroba, setahun hanya 2-3% dimineralisir dalam keadaan biasa. Separuh nitrogen organik diketahui dalam bentuk senyawa amino. Nitrogen yang didapat oleh tanah yang diusahakan dari bahan-bahan sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk buatan garam yang diendapkan dan nitrat yang diendapkan. Selain itu ada fiksasi N yang dilakukan oleh mikroorganisme tanah tertentu (Hanafiah, 2005).

Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan oleh mikroorganisme tanah dari nitrogen dari udara, pupuk dan air hujan. Nitrogen didalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino, ammonium (NH4+) dan NO3. Perubahan-perubahan

bentuk nitrogen dalam tanah dari bahan organik melalui beberapa proses yaitu : aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi, dimana proses tersebut dibantu oleh mikroorganisme tanah (Hardjowigeno, 2003).

Perubahan amonium menjadi nitrat berlangsung dengan proses enzimatik yang dibantu oleh bakteri nitrosomonas dan nitrobacter. Kemasaman yang optimum untuk proses nitrifikasi pada pH 6,5-8,0 dan pH lebih kecil dari 5,0 dan lebih besar dari 8,0 prosesnya akan terhambat (Hasibuan, 2004).

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

Secara umum dapat dikatakan, bahwa bahan organik memperbesar ketersediaan fosfat tanah, melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Gas CO2 larut dalam air membentuk asam karbonat yang

mampu melapukkan beberapa mineral tanah. Asam-asam organik seperti asam sitrat, tartrat, malat dan asam malonat akan menghasilkan anion yang akan membentuk senyawa komplek yang sukar larut sengan Al dan Fe. Dengan demikian diharapkan konsentrasi ion Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan tanah berkurang jumlahnya (Nyakpa, dkk, 1989).

P tersedia dalam tanah dapat diartikan sebagai P tanah yang dapat diekstraksi oleh air dan asam sitrat. P menjadi tidak tersedia dan tidak larut disebabkan fiksaasi oleh mineral-mineral liat dan ion-ion Al, Fe, Mg ataupun Ca yang banyak larut, membentuk senyawa komplek dan tidak larut. Sistem tanah umumnya mengandung 0,10-0,25% P2O5 dan jarang melebihi 0,50%. Pada tubuh

tanah yang telah berkembang, ketersediaan P ini dikendalikan oleh faktor-faktor : a) komposisi pelikan tanah, b) pH tanah, c) kandungan liat, d) kandungan bahan

organik, e) kelengasan tanah, f) temperatur tanah, g) tata udara tanah (Sarief, 1993).

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah setiap perubahan mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman (Baver, 1956). Menurut Hakim, dkk (1986) bahwa tujuan pengolahan tanah adalah memperbaiki kondisi tanah dalam hubungannya dengan

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

pertumbuhan tanaman, membenamkan sisa – sisa tanaman, memberantas dan membongkar tanaman pengganggu (gulma) (Lumban Toruan, 2002).

Pengolahan tanah kemungkinan mempengaruhi struktur lapisan oleh ke arah yang menguntungkan ataupun merugikan. Pengolohan tanah pada kondisi kelewat basah/ tergenang akan merusak struktur remah (terutama tanah dengan kandungan lempung tinggi), mengolah tanah dalam keadaan terlalu kering juga akan merusak struktur tanah (tanah pasiran) (Sutanto, 2005).

Pengolahan tanah terbatas menghasilkan kandungan C-organik lebih tinggi dari pada pengolahan tanah biasa. Kandungan N-total juga memperlihatkan kecenderungan yang sama dengan C-organik (Santoso dan Sibuea, 1984).

Pengolahan tanah minimum adalah cara mengolah tanah dengan melaksanakan pengolahan tanah seminimal mungkin sedangkan pengolahan tanah TOT (tanpa olah tanah) merupakan kegiatan yang sama sekali tidak melakukan pengolahan tanah, semua kegiatan pengolahan tanah yang telah diuraikan di atas mengikuti kaedah konservasi (Sutanto, 2002b).

Pupuk Organik

Pupuk Kandang

Pupuk kandang mempunyai kandungan yang lengkap yaitu mengandung unsur hara makro dan mikro yang angat dibutuhkan tanaman. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang ini berbeda-beda tergantung pada jenis hewan, makanan hewan, umur hewan, kesehatan hewan serta pemeliharaan dan pengolahan kotoran sebelum digunakan. Kandungan unsur hara kotoran hewan ini mudah hilang yang disebabkan penyimpanan, penguapan, pencucian oleh air, dan

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

dekomposisi. Proses ini dapat menghilangkan kandungan nitrogen, fosfat atau

kalsium dalam jumlah yang besar, bahkan mencapai setengah kadar semula (Isnaini, 2006).

Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan

suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N, P, K, dan S (Hanafiah, 2005).

Pupuk kandang perlu mengalami proses penguraian, dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio. Pupuk kandang yang banyak mengandung jerami memiliki C/N rasio yang tinggi sehingga mikroorganisme memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan proses penguraiannya sehingga lama mengeluarkan panas misalnya pada sapi, kerbau dan babi. Dalam dunia pupuk kandang, dikenal dengan istilah pupuk panas dan pupuk dingin, pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Salah satunya adalah kotoran ayam, pada pupuk dingin terjadi sebaliknya (Novizan, 2002).

Nilai pupuk kandang tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan organik tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah dan kimia tanah. Penggunaan pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

bentuk praktek pertanian organik. Pada umumnya bahan-bahan ini mengandung N, P, K dalam jumlah yang rendah, tetapi dapat memasok unsur hara mikro esensial. Bahan organik juga memacu pertumbuhan dan perkembangan bakteri dan biota tanah. Nitrogen dan unsur hara lainnya yang dikandung bahan organik dilepaskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian pemberian yang berkesinambungan membantu dalam membangun tanah, terutama dalam jangka panjang (Sutanto, 2002b).

Menurut Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa pupuk kandang ayam atau unggas memiliki kandungan unsur hara yang lebih besar dari pada jenis ternak lain.

Tabel 1 . Kandungan Beberapa Jenis Unsur Hara Beberapa Jenis Pupuk Kandang

Jenis Ternak N (%) P2O5(%) K2O(%)

Ayam 1,7 1,9 1,5

Sapi 0,3 0,2 0,3

Kuda 0,4 0,2 0,3

Domba 0,6 0,3 0,2

Sumber : Hardjowigeno 2003

Pupuk kandang selalu diaplikasikan sebelum atau pada saat pengolahan sebelum benih atau bibit tanam. Sebagai pupuk dasar pupuk kandang diaplikasikan secara sebar merata diseluruh permukaan tanah kemudian tanah dibajak dan digaru, selain pupuk dasar pupuk kandang dapat juga sebagai pupuk susulan (Sutanto, 2002a).

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

Limbah Sayuran

Sumber utama bahan organik tanah yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, serta sisa tanaman lainnya termasuk rerumputan, gulma, dan limbah pascapanen (jerami dan daun-daunan). Bahan organik yang ditambahkan tergantung pada sifat bahan, pertanamaan, aras produksi, dan situasinya. Penambahan dari hutan alam lebih kecil dibandingkan limbah panen. Semua sumber bahan organik mengandung air, bahan mineral (abu), dan senyawa organik. Kandungan air 20-90% dari berat basah tanaman, tergantung pada organ tanaman dan umur. Bahan mineral (abu) meliputi K, Ca, Mg, Na, P, S serta unsur mikro kurang lebih 1-10% berat kering. Kandungan mineral pada daun tanaman muda sangat tinggi (Sutanto, 2002a).

Contoh limbah lain tanaman adalah daun, tangkai, jerami palawija, dan tanaman perkarangan. Sebelum digunakan sebagai bahan baku kompos, sebaiknya bahan-bahan ini dicacah terlebih dahulu untuk memudahkan proses pengomposan. Kandungan air limbah sangat bervariasi, dari yang terebdah hingga yang tinggi. Demikian pula zat hara yang terkandung di dalamnya. Setelah proses pengomposan selesai bahan yang tidak ikut terurai dapat digunakan kembali dalam proses pengomposan selanjutnya. Hal ini disebabkan proses pengomposan yang tidak berjalan merata atau kandungan lignin yang terdapat dibagian tanaman tersebut belum dirombak oleh mikroba (Djaja, 2008).

Kompos

Pupuk organik dapat meningkatkan pH tanha (menetralkan Al dengan membentuk kompleks Al-organik) dan juga dapat menyumbangkan unsur mikro yang berguna bagi tanaman (Indriani, 2000).

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung (Anonimous, 2004).

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud mikrobia disini bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik disini merupakan bahan untuk baku kompos ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ternak dan sebagainya (Marbandono, 2000).

Komponen kompos yang sangat berpengaruh terhadap sifat kimiawi tanah adalah kandungan humusnya. Humus dalam kompos mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Humus yang mengandung asam humat atau jenis asam lainnya yang dapat melarutkan zat besi (Fe) dan aluminium (Al) akan lepas dan diserap oleh tanaman. Selain itu humus merupakan penyangga kation yang dapat

mempertahankan unsur hara sebagai bahan makanan untuk tanaman (Djuarnani, dkk, 2005).

Pertanian Organik

Pertanian yang mirip dengan kelangsungan kehidupan hutan disebut pertanian organik karena kesuburan tanaman berasal dari bahan organik secara

Sri Natallia Ketaren : Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol Pada Sistem Pertanian Organik Akibat Pengolahan Tanah Dan Pemberiaan Pupuk Organik, 2008.

USU Repository © 2009

alamiah. Pengertian lain, pertanian organik adalah sistem pertanian yang tidak mempergunakan bahan kimia, tetapi menggunakan bahan organik. Bahan kimia tersebut dapat berupa pupuk, pestisida, hormon pertumbuhan dan lain sebagainya ( Hutapea, 2007 ).

Syarat Tumbuh Tanaman Sawi

Sawi dapat di tanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di pekarangan, di ladang, atau di sawah, jarang diusahakan di daerah pegunungan. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Sehingga ia dapat ditanam di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak

mengandung humus, dan drainase baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7 (Kariada dan Sukadana, 2000).

Kandungan air tanah yang baik untuk budidaya tanaman sawi adalah pada

Dokumen terkait