• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup

4. Lama Tanaman Bertahan Hidup

Hasil analisis ragam (Lampiran 4),pemberian bahan penahan air nyata mempengaruhi kemampuan tanaman bertahan hidup.Data kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup yang diamati setiap tiga hari sekali disajikan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Kemampuan tanaman bertahan hidup hingga hari ke-

Perlakuan Ulangan Hari ke

9 12 15 18 21 M1 1  2  3  4  5  M2 1  2  3  4  5  M3 1  2  3  4  5  M4 1  2  3  4  5  M5 1  2  3  4  5  M6 1  2  3  4  5  M7 1  2  3  4  5   = Tanaman mati

Pada tabel di atas menunjukkan kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup berbeda untuk setiap perlakuan.Tanaman sukun dengan perlakuan M6 dan M7 merupakan tanaman yang mampu bertahan hingga hari ke 18 dan 21 (rataan hari).Perlakuan M3 merupakan tanaman yang mampu bertahan hidup hanya sampai 9 hari.Pada Gambar 5 berikut, dapat dilihat gambar rerata kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup.

Gambar 5. Rerata kemampuan tanaman bertahan hidup

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa pada perlakuan M6 sampai dengan perlakuan M7,tanaman mampu bertahan di hari yang sama (rerata hari). Sampai dengan hari ke 21. Berbeda dengan perlakuan M1, sampai dengan M5 , perlakuan ini hanya mampu bertahahan 9 sampai 15 hari (rerata hari). Ini menunjukkan bahwa tanaman mampu bertahan hidup sesuai dengan perlakuan yang diberikan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pemberian NPK cair dan berbagai jenis bahan penahan air berpengaruh nyata terhadap tinggi dan lama bibit bertahan hidup. Perlakuan tanpa adanya penyiraman tentunya mempengaruhi pertumbuhan bibit sukun. Kemampuan tiap bahan tersebut dalam menahan air tentunya berbeda-beda. Hal ini terlihat dari lamanya tanaman dapat bertahan hidup dan kondisi fisik bibit sukun.

Pada penelitian ini, bibit sukun yang hidup tanpa adanya penyiraman sampai dengan 3 minggu penelitian terlihat pada perlakuanM6 (kompos) dan perlakuan M7 (pupuk kandang). Pada minggu keempat, bibit sukun yang mendapat perlakuan pemberian M6(kompos) dan M7 (pupuk kandang) masih hidup namun sudah dalam kondisi titik layu. Hal ini dikarenakan kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai campuran media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain mengandung unsur hara, pupuk kandang juga membantu dalam penyimpanan air, terutama pada saat musim kemarau. Pupuk kandang juga memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman (Bawolye, 2006).

Bibit sukun yang mendapat perlakuanM4 dan M5 (crystal soildanAqua Soft) mati padaminggu ke 2 yaitu M4 mati di hari ke 12, Sedangkan M5 mati di hari ke 9, haya satu perlakuan yang dapat bertahan sampai hari ke 12, sedangkan beberapa bibit

lainnya daunnya masih hijau, walaupun beberapa daunnya telah berguguran. Bibit sukun yang mendapat perlakuan M3 (sabut kelapa) mati dihari ke 15.Menurut penelitian penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sangat baik diaplikasikan pada tanah gersang atau lahan kritis. Lahan kritis seperti bekas galian tambang sangat cocok ditanami sabut lelapa. Sifat sabut kelapa yang biodegrable (mudah mengurai) akan membantu keseburan tanah, menambah unsur hara, sehingga penggunaannya akan menumbuhkan tumbuhan baru di area yang ditanami sabut kelapa(Mashuri, 2009). Tetapi pada penelitian ini penggunaan sabut kelapa tidak dapat mempertahankan keberlangsungan hidup bibit sukun (Artocarpus communis Forst) selama 4 minggu tanpa adanya penyiraman. Hal ini diduga karena dosis pemberian bahan-bahan tersebut dinilai masih kurang banyak sebagai cadangan air bibit sukun selama 4 minggu tanpa adanya penyiraman.

Bibit sukun yang mendapat perlakuan lainnya (batang pisang, arang danaquasorb) terlihat daunnya sudah berguguran dan berwarna coklat (menunjukkan tanda-tanda kematian) dan ada beberapa tanaman yang telah mati. Hal ini disebabkan karena dosis pemberian bahan-bahan tersebut dinilai masih kurang banyak sebagai cadangan air.Keadaan tanaman yang stress air menyebabkan bibit sukun tersebut tidak mampu untuk bertahan hidup, dikarenakan air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman. Tanaman juga membutuhkan air dan sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur hidupnya. Kebutuhan air pada suatu tanaman umumnya berbeda-beda, oleh karena itu

banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri (Daniel et al., 1994).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terjadinya penurunan persentase kadar air tanah. Hal ini disebabkan bahwa air yang tersedia di dalam tanah semakin hari semakin berkurang. Menurut Hakim, et al, (1986) Jika kadar air tanah diseluruh daerah perakaran rendah, akar tumbuhan akan mengabsorbsi air secepatnya pada tanah lapisan atas. Begitu tanah mulai mengering dan tegangan air di permukaan meningkat, pengambilan air bergeser ke lapisan bawah. Dengan cara demikian secara progresif akar menyerap air tersedia. kekurangan udara mungkin dapat menjadi penghambat pertumbuhan tanaman. Panas matahari juga mempengaruhi ketersediaan air yang ada pada bahan penahan airtersebut. Di mana suhu pada rumah kaca yaitu pada pagi hari (T=280C dan kelembaban 70%), siang hari (T=360C dan kelembaban 78%) dan sore hari (T=31,50C dan kelembaban 69%).

Tanaman yang kekurangan air mengakibatkan tingkat persentase kematian yang tinggi. secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman kekeringan. Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Sesuai dengan pernyataan Haryati (2000), stres air pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu (1) kekurangan suplai air di daerah perakaran dan (2) permukaan air yang berlebihan oleh daun. Stres air (kekeringan) menghambat pertumbuhan tanaman dan juga sudah diketahui bahwa potensial air dalam pembuluh xilem berbagai jenis tanaman bernilai negatif selama sebagain besar masa hidup tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian NPK cair dan beberapa jenis bahan penahan air memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggibibit sukun

2. Tanaman sukun hanya mampu bertahan hidup selama Sembilan hari dengan menggunakan campuran NPK cair pada beberapa jenis bahan penahan air. 3. Jenis bahan penahan air yang paling berpotensi menyimpan air adalah pupuk

kandang.

Saran

Percobaan ini merupakan percobaan awal di rumah kaca, maka disarankan untuk melakukan penelitian yang sama di lapangan sehingga diperoleh hasil yang lebih sesuai dengan kondisi lapangan. Selain itu perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan dosis yang lebih besar untuk beberapa jenis bahan penahan air. Karena Setelah dilakukan pengamatan di rumah kaca ternyata dosis NPK cair yang dianjurkan tidak sesuai yaitu 1 ml/liter. Sehingga dapat dilakukan penelitian di lapangan dengan anjuran dosis NPK cair yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Agencies, 2007. Crystal Soil Bawolye, J. 2006. Bahan Organik dan Pupuk Kandang.http://www.knowledgebank.irr

ii.org. [Tanggal akses 10 Desember 2010].

Damanik, B. Madjid. M, Hasibuan. Efendi. Bachtiar, Fauzi, Sarifuddin, Hanum. Hamidah. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. usupress. Medan

Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Dephut. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta.

Gomez, K .A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. UI Press. Jakarta. Hartus, T. 2002. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta. Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Irawan, B. 2007. Pengenalan Teknis Hydrogel 16 Februari 2009. Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Sukun. Diakses dari http://irwantoshut .com [Tanggal akses 10 Desember 2010]

Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Sukun. Diakses dari November 2010]

Isroi. 2008. Kompos. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor

Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mashuri, M. Desember 2010].

Mayadewi, N. Ny. A. 2007. Jurnal Penelitian : Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali. Agritrop, 26 (4):153–159. Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.

Prihatman, K. 2000. Pisang (Musa spp). Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Desember 2010].

Rahardjo, 2007. Jurnal Penelitian : Hydrogel Merupakan Salah Satu Teknologi untuk Mengatasi Lahan Kering di Nusa Tenggara Barat Universitas Mataram.

Nusa Tenggara Barat. http://ntb.litbang.deptan.go.id. Tanggal akses 16 Februari 2009.

Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU 2006-2008. USU Press. Medan.

Simamora, S dan Salunduk. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sitepu, M. P. 2007. Skripsi : Pengaruh Arang sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB Press. Bogor.

Subiyanto, B, Raskita. S dan Effendy, H. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol. 1. No 1. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa Sebagai Bahan Penyerap Air Dan Oli Berupa Panel Papan Partikel. http://jurnalmapeki.biomaterial- lipi.org. [Tanggal akses 10 Desember 2010].

Sunarjono, H. H. 1999. Prospek Perkebunan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syakhrul. 2007. Skripsi : Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar (Jathropa curcas L) Menggunakan Beberapa Jenis Bahan Organik dan Taraf Mikoriza di Lahan Kritis Padang Bolak Kabupaten Tapanuli Selatan.

Tridjaja, N. O. 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai Bahan Pangan Alternatif. Departemen Pertanian. Jakarta. http://docs.google.com [Tanggal akses 18 Januari 2011].

Wikipedia. 2008. Agar-agar. http://id.wikipedia.org. [Tanggal akses 10 Desember 2010].

Lampiran 1. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Tinggi (cm) Bibit Sukun

Rataan pertambahan tinggi bibit sukun pada usia 9 Hari

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4 5 M1 0,4 0,4 0,5 0,4 0,4 2,1 0,42 M2 0,5 0,3 0,4 0,5 0,5 2,2 0,44 M3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 2,0 0,4 M4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3 1,9 0,38 M5 0,4 0,4 0,4 0,5 0,4 2,1 0,42 M6 0,8 0,7 0,9 0,8 0,7 3,9 0,78 M7 1,1 0,7 0,8 0,7 0,7 4,0 0,8 Total 4,0 3,3 3,8 3,7 3,4 18,2 3,64 Rataan 0,57 0,47 0,54 0,52 0,48 2,6 0,52

Analisis sidik ragam pertambahan tinggi bibit sukun pada usia 2 minggu Sumber Keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel 5% Perlakuan 6 1,032 0,172 23,608 2,51* Galat 28 0,204 0,007 Total 34 1,236 0,1805 Keterangan : * : nyata M1 = Arang 200g basah

M2 = Batang Pisang 200g basah M3 = Sabut Kelapa 200g basah M4 = crystal soil 10 g/tanaman M5 = Aqua Soft 10 g/tanaman M6 = Kompos 600g

M7 = Pupuk Kandang 600g

Jumlah perlakuan = 7

Ulangan = 5

Lampiran 2. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Diameter (cm) Bibit Sukun

Dokumen terkait