• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana dapat menyebabkan kematian pada bayi baru lahir jika tidak segera mendapat penanganan (Deslidel, 2011).

b. Macam-macam Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Menurut Deslidel (2011), tanda bahaya bayi baru lahir antara lain: 1) Suhu tubuh bayi terlalu dingin (hipotermi) atau terlalu panas

(hipertemi)

a) Hipotermi

(1) Pengertian

Hipotermi pada BBL adalah suhu dibawah 36,5º C, yang terbagi atas : hipotermia ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5º C, hipotermia sedang yaitu suhu antara 32-36º C, dan hipotermia berat yaitu < 32º C (Kosim, 2010). (2) Tanda dan gejala

Menurut Saifuddin (2009), tanda dan gejala hipotermi antara lain :

(a) Bayi tidak mau menyusu

(b) Bayi tampak lesu atau mengantuk (c) Tubuh bayi teraba dingin

(d) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras.

(3) Penanganan

Menurut Saifuddin (2009), penanganan untuk bayi yang mengalami hipotermi antara lain :

(a) Menghangatkan bayi dalam inkubator

(b) Menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu (metode kangguru)

(c) Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, untuk menutupi tubuh bayi

(d) Memberi bayi ASI sesering mungkin

b) Hipertermi

(1) Pengertian

Hipertemi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi lebih dari 37,5º C (Deslidel, 2011)

(2) Tanda dan Gejala

Menurut Deslidel (2011), tanda dan gejala dari hipertermi

yaitu suhu tubuh bayi lebih dari 37,5º C, frekuensi pernapasan bayi lebih dari 60 kali per menit, adanya tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, keluaran urine berkurang.

(3) Penanganan

Menurut Saifuddin (2009), penanganan dari hipertermi

(a) Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar 26º C sampai 28º C

(b) Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal (jangan menggunakan air es)

(c) Antibiotik diberikan apabila ada infeksi 2) Warna kulit bayi kuning (Ikterus)

a) Pengertian

(1) Menurut Dewi (2010), Ikterus adalah suatu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia.

(2) Menurut Deslidel (2011), Ikterus adalah perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan yang sebagian besar (80%) akibat penumpukan bilirubin yang merupakan hasil pemecahan sel darah merah karena ketidakcocokan golongan darah ibu dan bayi.

(3) Menurut Haws (2007), Ikterus adalah peningkatan konsentrasi bilirubin tak terkonjugasi yang terjadi sebelum usia 24 jan dan kecepatan peningkatannya >0,5 mg/dL/jam. b) Tanda dan Gejala

Menurut Jitowiyono (2010), tanda dan gejala dari ikterus

meliputi :

(2) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan (3) Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari

(4) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama (5) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%

(6) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik c) Pengananan

Menurut Surasmi (2003), penanganan ikterus dengan : (1) Penyinaran (fototerapi)

(2) Transfusi pengganti jika diperlukan (3) Terapi obat jika diperlukan

3) Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit (sindrom gangguan napas)

a) Pengertian

Sindrom gangguan pernapasan adalah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnu atau hipernu, dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, rintihan dan ekspirasi serta kelainan otot-otot pernapasan pada inspirasi (Jitowiyono, 2010).

b) Tanda dan Gejala

Menurut Jitowiyono (2010), tanda dan gejala sindrom gangguan pernapasan antara lain:

(1) Pernafasan cepat dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit

(2) Ada tarikan dinding dada, epigastrium atau suprasternal

pada inspirasi.

(3) Sianosis atau kebiruan

(4) Terdengar suara rintihan pada saat ekspirasi

(5) Frekuensi nadi 170 kali per menit c) Penanganan

Menurut Jitowiyono (2010), penanganan dari sindrom gangguan pernapasan yaitu:

(1) Bersihkan jalan napas dengan menggunakan penghisap lendir dan kasa steril

(2) Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi dengan kain hangat

(3) Atur posisi tidur bayi, kepala ekstensi agar bayi dapat bernapas dengan leluasa

(4) Apabila terjadi apnu lakukan napas buatan mouth to mouth

(5) Longgarkan pakaian bayi

(6) Beri penjelasan keluarga bahwa bayi harus dirujuk ke rumah sakit

4) Tali pusat kemerahan, berbau busuk, keluar pus, bengkak dan berdarah

a) Tanda dan Gejala

Menurut Karyuni dan Meilya (2007), tanda dan gejala dari infeksi pada tali pusat antara lain:

(1) Tali pusat berwarna merah (2) Tali pusat berbau busuk (3) Tali pusat mengeluarkan pus (4) Tali pusat bengkak

(5) Tali pusat mengeluarkan darah b) Penanganan

Menurut Karyuni dan Meilya (2007), penanganan pada infeksi tali pusat dengan :

(1) Mencuci tali pusat dengan menggunakan larutan antiseptik dan kasa steril

(2) Apus tali pusat dan area sekitar tali pusat dengan gentian violet 0,5% empat kali dalam sehari sampai tidak ada pus yang keluar dari tali pusat.

(3) Jika area kemerahan dan pembengkakan meluas lebih dari 1 cm dari tali pusat, berikan kloksasilin IV sesuai dengan usia dan berat badan bayi

5) Infeksi perinatal a) Pengertian

Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal dan postnatal (Dewi, 2010).

b) Tanda dan Gejala

Menurut Dewi (2010), tanda dan gejala dari infeksi perinatal

(1) Bayi malas minum

(2) Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi

(3) Frekuensi pernapasan meningkat (4) Berat badan menurun

(5) Pergerakan kurang (6) Muntah

(7) Diare

(8) Sklerema dan odema

(9) Perdarahan, ikterus, dan kejang

(10)Suhu tubuh dapat normal, hipotermi atau hipertermi

c) Penanganan

Menurut Dewi (2010), penanganan pada infeksi dengan : (1) Memposisikan bayi semi fowler agar sesak berkurang (2) Bila suhu tubuh tinggi, melakukan kompres dingin (3) Berikan ASI sedikit demi sedikit secara perlahan

(4) Bila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring kanan atau kiri

(5) Bila diare, perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan

(6) Lakukan informed consent pada keluarga dan segera lakukan rujuk

6) Muntah a) Pengertian

(1) Menurut Deslidel (2011), muntah adalah proses reflek yang sangat terkoordinasi yang mungkin didahului oleh peningkatan air liur.

(2) Menurut Dewi (2010), muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan masuk agak lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen. b) Penyebab

Menurut Dewi (2010), penyebab muntah antara lain :

(1) Kelainan kongenital (saluran pencernaan, iritasi lambung,

atresia esophagus, tekanan intrakranial yang tinggi) (2) Infeksi pada saluran pencernaan

(3) Cara pemberian makan yang salah (4) Keracunan

c) Penanganan

Menurut Dewi (2010), penanganan pada muntah dengan : (1) Kaji faktor penyebab dan sifat muntah

(a) Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka kemungkinan dikarenakan obstruksi esophagus

(b) Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka dicurigai adanya obstruksi di bawah ampula vateri

(c) Jika terjadi proyektil, maka harus dicurigai adanya

stenosis pylorus

(d) Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intrakranial

(2) Berikan pengobatan yang bergantung pada faktor penyebab (3) Ciptakan suasana tenang

(4) Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati

(5) Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah (6) Berikan antiemetik jika terjadi simptomatis

Tingkat Pengetahuan : 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi

Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Faktor – faktor yang

Mempengaruhi Pengetahuan : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Paritas 5. Intelegensia

6. Sosial Ekonomi dan Budaya

Dokumen terkait