BAB II PEMBAHASAN
F. TANDA DAN GEJALA
Frozen shoulder ditandai dengan adanya keterbatasan LGS glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun gerakan pasif. Nyeri dirasakan pada daerah m. Deltoideus. Bila terjadi pada malam hari sering sampai menggangu tidur.
Sifat keterbatasan meliputi pola kapsuler yaitu keterbataan gerak sendi yang spesifik mengikuti struktur kapsul sendi. Sendi bahu mengikuti keterbatasan yang paling
terbatas yaitu eksoritasi, endorotasi, dan abduksi (Kuntono, 2004). Tanda dan gejala frozen shoulder adalah nyeri terutama ketika meraih ke belakang dan elevasi bahu dan rasa tidak nyaman biasanya dirasakan pada daerah anterolateral bahu dan lengan (Sheon et al., 1996).
Tanda dan gejala lainnya frozen shoulder biasanya tidak terlihat kecuali sedikit pengecilan otot dan mungkin juga terdapat rasa nyeri, tetapi gerakan selalu terbatas. Pada kasus yang berat bahu sangat kaku (Apley & Solomon, 1995).
Pada kasus ini, nyeri yang terletak di anterolateral sendi dan menyebar ke bagian anterior lengan atas, kadang-kadang juga ke bagian fleksor lengan bawah.
Rasa tidak nyaman memburuk pada malam hari dan biasanya mengganggu tidur.
Tenderness terjadi di sekitar caput humeri dan sulcus bicipitalis. Gerakan pasif maupun aktif terbatas pada semua arah gerakan, nyeri muncul pada gerak ekstrim.
Pada stadium akut, spasme otot terlihat pada semua otot di sekitar bahu (Turek, 1997).
Dari gejala dan tanda tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gejala dan tanda yang khas dari frozen shoulder adalah nyeri, kekakuan, keterbatasan pada luas gerak sendi bahu. Kadang-kadang disertai dengan penurunan kekuatan otot sekitar bahu dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional karena tidak digunakan (Kenny, 2006).
G. ACTIVITIES LIMITATION
Masalah aktivitas yang sering ditemukan pada penderita frozen shoulder adalah tidak mampu menyisir rambut; kesulitan dalam berpakaian; kesulitan memakai breastholder (BH) bagi wanita; mengambil dan memasukkan dompet di saku belakang; gerakan-gerakan lainnya yang melibatkan sendi bahu (Jurgel et al., 2005; Kelley et al., 2009; Hsu et al., 2011). Karena stabilitas glenohumeral sebagian
besar oleh sistem muscolotendinogen, maka gangguan pada otot-otot bahu tersebut akan menyebabkan nyeri dan menurunnya mobilitas sendi sehingga mengakibatkan keterbatasan luas gerak sendi yang berakibat pada penurunan aktivitas fungsional (Donatelli, 2004) seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut.
Gambar Beberapa keterbatasan gerak fungsional sendi bahu (Yang, 2006).
H. INTERVENSI TERAPI MANIPULASI
Terapi manipulasi merupakan teknik terapi yang digunakan pada gangguan sendi dan jaringan lunak terkait dan salah satu metode penanganan yang utama adalah mobilisasi meliputi mobilisasi sendi dan jaringan lunak yang dalam praktek kedua tehnik ini selalu digabungkan (Kaltenborn, 2011). Mobilisasi sendi bahu di sini akan dibahas tentang mobilisasi artikuler yang berkaitan dengan mekanisme joint play
movement yaitu roll gliding dan traksi serta kompresi. Roll gliding adalah kombinasi antara gerakan rolling dan gliding yang hanya bisa terjadi pada permukaan sendi lengkung yang tidak kongruen. Rolling adalah gerakan permukaan sendi bilamana perubahan jarak titik kontak pada satu permukaan sendi sama besarnya dengan perubahan jarak titik kontak pada permukaan sendi lawannya. Sedangkan gliding adalah gerakan permukaan sendi dimana hanya ada satu titik kontak pada satu permukaan sendi yang selalu kontak dengan titik-titik kontak yang baru (selalu berubah) (Syatibi, 2002).
Traksi adalah gerakan translasi tulang yang arahnya tegak lurus dan menjauhi bidang terapi. Sedangkan kompresi adalah gerakan translasi tegak lurus terhadap arah bidang terapi, dan kedua permukaan sendi saling mendekat atau menekan (Syatibi, 2002).
1. Arah gliding dan traksi
Arah gerakan gliding dapat disimpulkan menggunakan hukum konkaf- konvek. Jika permukaan konkaf bergerak, arah gliding searah dengan gerakan tulang,.
Jika permukaan sendi konvek bergerak, maka gliding dan gerakan tulang berlawanan arah (Kaltenborn, 2011).
Sendi glenohumeral secara anatomi dan secara mekanik merupakan sendi dengan tiga aksis. Permukaan konvek dimiliki oleh caput humeri dari articulation humeri dan permukaan konkaf dimiliki oleh scapula (cavitas glenoidalis) (Kaltenborn, 1989). Sesuai dengan hukum konkaf-konvek maka arah gliding pada sendi bahu yaitu : (1) ke arah kaudal, untuk memperbaiki gerakan abduksi, (2) arah postero lateral, untuk memperbaiki endorotasi, (3) arah antero medial, untuk memperbaiki eksorotasi (Syatibi, 2002).
2. Indikasi traksi dan gliding
Pemeriksaan yang teliti pada setiap pasien perlu dilakukan untuk mengetahui sumber dari tanda dan gejala yang dialami pasien dalam aktivitas fungsionalnya.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan gerakan osteokinematika dan artrokinematika untuk menentukan problem yang tepat dari jaringan spesifik. Hal ini untuk menyusun strategi dan dosis terapi. Maitland mengembangkan empat Grade (Grade I, II, III, IV) mobilisasi sendi dan Grade V disebut thrust manipulations. Grade berdasarkan pembagian Maitland teridiri dari: Grade 1, slow amplitude kecil, permulaan gerakan;
Grade II slow, amplitudo lebih besar- kapsul mengalami regangan tapi belum limit;
Grade III slow, amplitudo lebih besar, kapsul mengalami tegang dan pada batas limit;
Grade IV slow, amplitude lebih kecil, kapsul mengalami teregang dan batas limit;
Grade V amplitudo kecil thrust. Grade I dan II disebut Low Grade berfungsi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lubrikasi pada sendi. Grade III dan IV disebut juga High Grade terutama berfungsi untuk peregangan peri articular tissue (Edmond, 2006).
3. Untuk gerakan terapi manipulasi sendi bahu adalah : a. Traksi latero-ventro-cranial
Pasien diposisikan tidur telentang dan terapis berdiri di sisi bagian yang diterapi. Scapula difiksasi oleh berat tubuh pasien. Apabila memungkinkan dapat difiksasi menggunakan sabuk. Kedua tangan terapis memegang humeri sedekat mungkin dengan sendi, kemudian melakukan traksi ke arah latero-ventro-cranial.
Lengan bawah pasien relaks disangga lengan bawah terapis. Lengan bawah terapis yang berlainan sisi mengarahkan gerakan (Syatibi, 2002). Traksi dipertahankan selam tujuh detik, diulangi sebanyak delapan kali dengan Grade III dan IV.
b. Gliding ke caudal untuk memperbaiki gerak abduksi sendi bahu
Pasien diposisikan tidur telentang, terapis berdiri di sisi bagian yang diterapi.
Gelang bahu terfiksasi oleh posisi depresi. Tangan yang berlainan sisi diletakkan pada humeri dari lateral dan sedekat mungkin dengan sendi dan selanjutnya mendorong caput humeri ke arah caudal menggunakan berat badan. Terapis menempelkan lengannya pada tubuh (Syatibi, 2002). Gliding diulangi delapan kali sebanyak lima kali pengulangan Grade III dan IV.
c. Gliding ke dorsal untuk memperbaiki gerak endorotasi sendi bahu Pasien diposisikan tidur telentang sedikit miring ke sisi yang sakit, terapis berdiri di sebelah medial dari lengan yang diterapi. Scapula terfiksasi oleh sisi tempat tidur. Tangan sesisi diletakkan pada lengan atas bagian ventral, sedekat mungkin dengan sendi dan selanjutnya melakukan gerakan gliding ke arah dorsal sedikit lateral. Lengan pasien disangga oleh tangan terapis yang lain (Syatibi, 2002). Gliding diulangi delapan kali sebanyak lima kali pengulangan dengan Grade III dan IV.
Gambar Gliding sendi bahu ke arah dorsal, untuk memperbaiki endorotasi sendi bahu (Manske, 2010).
d. Gliding ke ventral untuk memperbaiki gerak eksorotasi sendi bahu
Posisi awal pasien tidur miring ke sisi sehat, terapis berdiri disamping pasien di sisi yang akan diterapi. Tangan fisioterapi yang sesisi diletakkan di sebelah dorsal bahu kanan dengan pegangan sedekat mungkin dengan ruang sendi bahu, selanjutnya melakukan gerakan gliding ke arah ventral sedikit medial. Gliding diulangi delapan kali sebanyak lima kali Grade III dan IV.
4. Kontra Indikasi
Kontra indikasi pemberian terapi manipulasi yaitu : (1) hipermobilitas sendi, (2) efusi sendi, (3) radang (Kisner, 2007).
5. Tujuan Mobilisasi
Tujuan mobilisasi sendi adalah untuk mengembalikan fungsi sendi normal dengan tanpa nyeri. Secara mekanis tujuannya adalah untuk memperbaiki joint play, dengan demikian akan memperbaiki roll-gliding yang terjadi selama gerakan aktif.
Terapi harus diakhiri apabila sendi sudah mencapai LGS maksimal tanpa nyeri dan pasien dapat melakukan gerakan aktif dengan normal (Syatibi, 2002).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Frozen shoulder adalah kekakuan sendi glenohumeral yang diakibatkan oleh elemen jaringan non-kontraktil atau gabungan antara jaringan non-kontraktil dan kontraktil yang mengalami fibroplasia. Baik gerakan pasif maupun aktif terbatas dan nyeri. Pada gerakan pasif, mobilitas terbatas pada pola kapsular yaitu rotasi eksternal paling terbatas, diikuti dengan abduksi dan rotasi internal (Hand et al., 2007; Uhthoff & Boileau, 2007).
B. SARAN
1. Bagi Fisioterapis
Untuk senantiasa berusaha meningkatkan pengetahuan sehingga untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat muncul pada penderita dan dapat melakukan intervensi fisioterapi yang tepat untuk keberhasilan terapi.
2. Bagi Pasien
Diharapkan ketekunan dan ketelatenan dalam melakukan terapi dan latihan di rumah secara teratur dapat menghasilkan terapi yang optimal. Sehingga permaslahan pasien dapat terpecahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adhesiva capsulitis (Kapsulitis Adhesiva)= Frozen Shoulder,2011 (Artikel:
Fisioterapi Geriatrik Usila www.infofisioterapi.com/adhesiva-capsulitis Add vd El, et al, Wervelkolom onerzoeken, (sceltema & Holkema, 1998)
Buckup, Clause.MD;2008. Clinical Test for the Musculoskeletal System, thieme.
New York
Chaitow. L, Modern Neuromuscular Techniques. Second Edition, Churchill Livingstone, USA, 2003
Davies Clair, The Frozen Shoulder Work Book (buku elektronik), New Harbinger publications, 2006, diakses 10 agustus 2012; http://www.bookgoogles.com.
Hidayat, Syarif Nur:2008 Nyeri Bahu, The Global Source for Summaries and Review, , www.id.shuoong.com/medicine.and.health/capsulitisadhesiva
Irfan, Traksi Osilasi, 2010, www.dhaenkpedro.wordpress.com/traksiosilasi Irfan, Frozen Shoulder (kaku bahu), 2009,
http://dhaenkpedro.wordpress.com/fisioterapi-pada-frozen-shoulder-kaku-bahu/
Kissner, Carolyn Lyyn:2007 Therapeutik Exercise, Fifth edition, (F.A. Davis Company Philadelphia)
Norkin, Chyntya C. and D. Joice white. 1995 (Measurement Of Joint Motion, (F.A.
Davis Company)
Niel-Asher Simeon: The Niel-Asher Technique (jurnal elektronik) Philadelphia, 2008.
Diakses 9 Agustus 2010 ; http://www.FrozenShoulder.com.
Sugiyanto, 2011 (Manual Therapy Komprehensif, disampaikan pada kuliah di Universitas Esa Unggul, Jakarta)
Wibowo, Rohmat Saputro:2008 Capsulitis Adhesiva, 2008, www.fisioska.co.cc/2008/04/capsulitisadhesiva
Yusnita, Erlyn: 2004 (Peningkatan Gerak Pada Bahu Akibat Capsulitis Adhesiva, Majalah Fisioterapi Indonesia)