• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BIOGARAF

4.2 Metode Pentranskripsian

4.2.6 Tangga Nada

The Music Kit dalam terjemahan Prof.Mauly Purba mengatakan bahwa dalam bahasa Itali tangga nada disebut (scale) yang berakti anak tangga nada. Di dalam tangga nada akan ditemukan suatu urutan nada yang secara berurutan naik dan turun (ascending dan descending). Jarak atau langkah dari nada ke nada lain disebut Step.

Dalam tulisan ini tangga nada yang penulis maksudkan adalah susunan ataupun sturuktur melodi dari nada-nada yang dipakai dalam lagu laksmana mati dibunuh, mak ianag pulau kampai, dan tanjung katung. Penulis melakukan penyusunan nada-nada tersebut dimulai dari nada yang terendah sampai ke nada yang tertinggi.

Bentuk dari hasil transkripsi lagu Laksamana Mati di Bunuh terdapat beberapa bentuk tangga nada yang akan penulis tulis kekdalam not balok berikut,

C-D-E-F-G-A-B-C B-CIS-D-E-F-G-AS Tangga nada Tanjung Katung

C-D-E-F-G-A-B-C A-C-D-E-FIS-G-A’ Tangga nada Mak Inang Pulau Kampai

C- D- E- F- G- A- B-C CIS-D-E-F-G-A-AS

Tangga yang diatas masih sama dengan tangga nada yang digunakan adalah tangga nada pentatonik yang memiliki 7 nada.

4. 2.7 Wilayah Nada

Wilayah nada yaitu daerah (ambitus) antara nada yang frekwensinya paling rendah dengan nada yang frekwensinya paling tinggi dalam satu lagu atau yang dikenal dengan isitilah jarak nada. Hasil transkripsi dari ketiga lagu tersebut, terdapat wilayah-wilayah dari setiap lagu berikut:

Wilayah nada Laksmana Mati di Bunuh

7 laras = 1500 cent Wilayah nada Tanjung Katung

G- A’ 8 laras = 1600 cent

Wilayah nada Makn Inang Pulau kampai

CIS- AS 6 laras =1400 cent

Wilayah nada Jangan Duduk Termenung

A-A 7 ½ laras =1500 cent

Wilayah nada Kepastian

A-A

Dalam Nettl (1963:147) dalam bukunya Theory and Method in Etomusicology yang diambil dari Skripsi Siti 03:06 menawarkan tujuh cara dalam menemukan nada dasar, yaitu :

(1) Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai dan nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut.

(2) Kadang-kadang nada-nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada-nada dasar, meskipunpun jarang dipakai.

(3) Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut.

(4) Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi tepat berada ditengah-tengah dapat dianggap penting.

(5) Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai patokan.

Contohnya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya, sedangkan nada lain tidak memakai. Maka nada pertama tersebut boleh dianggap lebih penting.

(6) Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai sebagai patokan tonalitas.

(7) Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-paokan diatas. Untuk mendeskripsikan

sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya adalah pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut.

(terjemahan Marc Perlman 1963:147).

Dalam terjemahan Prof.Mauly Purba dalam buku The Music Kit. Mengatakan bahwa nada dasar sama halnya dengan tonalitas yaitu bisa dilihat dalam satu musik ataupun lagu tonika

tersebut adalah nada yang paling kuat sedangkan yang lainnya sebagai pendukung terhadap Tonika. Melalui pendekatan diatas, maka penulis menyusun terlebih dahulu nada-nada melodis lagu laksmana mati dibunuh, mak inang pulau kampai, dan tanjung katung. Dibawah ini akan penulis urutkan tonika dari ketiga lagu Melayu tersebut, (1) Lagu Laksmana Mati di Bunuh nada yang sering muncul C ke nada C yang berjumlah 61 kali. (2) Tonika dari lagu tanjung katung dimulai dari G ke G yang berjumlah 99 kali. (3) Mak Inang pulai kampai dari nada E ke nada E yang berjumlah 90 kali (4) Kepastian dari a-A’, dan Jangan Duduk Termenung a-A’. Maka tonalitas yang disusun berdasarkan ketujuh cara yang ditawarkan oleh Nettl adalah sebagai berikut :

(1) Nada yang paling sering digunakan lagu laksmana mati dibunuh adalah nada G yang jatuhnya di nada D, lagu Tanjung katung nada yang paling sering muncul adalah nada G yang jatuhnya di F, sedangkan Mak inang Pulau kampai nada yang sering muncul adalah nada E yang jatuhnya juga di nada E

(2) Nada yang memiliki nilai ritmis yang besar di lagu laksmana mati dibunuh A# dan A, Tanjung katung F# dan F, Mak inang pulai kampai G ke G adalah nada E dan G

(3) Nada yang banyak dipakai sebagai nada awal lagu laksmana mati dibunuh adalah D, Lagu Tanjung Katung nada yang selalu dipakai sebagai nada awal dan Akhir adalah nada G, dan lagu Mak Inang Pulau Kampai nada yang sering digunakan nada awal dan akhir adalah nada E.

(4) Nada yang menduduki posisi paling rendah nada di lagu lakmana mati dibunuh adalah nada G (sol rendah), lagu tanjung katung G(sol rendah), dan Mak inang pulai kampai C# (5) Nada yang dipakai bersama dengan oktafnya dalam lagu laksmana mati dibunuh adalah

(6) Tekanan Ritmis yang paling besar dalam lagu laksmana mati dibunuh adalah E dan D, Tanjung katung G dan F, Mak inang pulai kampai F dan E

(7) Melalui keenam bentuk yang ditawarkan oleh Nettl yang menggunakan 3 lagu Melayu yang berbeda-beda baik dalam bentuk tonikanya maupun ritmis dari ketiga lagu tesersebut. Akan tetapi ketiga lagu tersebut menggunakan nada dasar yang sama.

(8) Dilihat dari kriteria yang ditawarkan oleh Nettl maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa nada dasar yang terdapat pada lagu Serampang Duabelas adalah nada F.

Nada Dasar Lagu Mak Inang Pulau Kampai : C = do Nada Dasar Laksmana mati dibunuh : C=do

Nada Dasar Lagu Tanjung Katung : C = do

Nada Dasar lagu Jangan Duduk terming adalah C=do Nada Dasar lagu Kepastian adalah C=do

4.2.9 Jumlah Nada-Nada

Dari hasil transkripsi Laksmana Mati di Bunuh, terdapatlah beberapa Jumlah Nada-nada yang digunakan dalam lagu tersebut berikut jumlah nada-nadanya:

Tabel 4.1

jumlah nada pada lagu Lakmana Mati di Bunuh

Nada

Jumlah

G 20

A’ 11

C 34

B 6

D 61

A 10

Jumlah 159

Dari hasil yang terlihat di Tabel dengan pecahan-pecahan tersebut, maka dapat nada-nada yang digunakan pada lagu Laksmana Mati dibunuh sebagai berikut :

nada G sebanyak 20 kali, nada A bawah sebanyak 10kali, nada B sebanyak 6 kali, nada C sebanyak 34 kali, nada D sebanyak 61 kali, nada E sebanyak 50 kali, nada F sebanyak 17 kali, A’ sebanyak 10 kali.

Tabel 4.2

Jumlah nada pada lagu Tanjung Katung

Nada Jumlah F 29 Fis 10 G 33 A 8 B 4 C 11 D 21 E 14 Jumlah keseluruhan 130

Jumlah Nada-Nada Pada Lagu Jangan Duduk Termenung Nada Jumlah E 50 G 10 A 8 F 50 D 12 Jumlah Keseluruhan 130 Tabel 4.4

Jumlah Nada-Nada Pada Lagu Kepastian

Nada Jumlah E 50 G 10 A 8 F 12 D 12 Jumlah Keseluruhan 92 Tabel 4.5

Jumlah Nada-Nada Pada Lagu Mak Inang Pulau Kampai

Nada Jumlah

E 50

A 4 Cis 20 F 50 D 12 As 14 A' 12 Jumlah Keseluruhan 170 4.2.10 Jumlah Interval

Jarak nada yang diukur dari satu nada ke nada ke nada berikutnya disebut dengan Interval, berikut interval dari ketiga lagu.

Tabel 4.6

Jumlah Interval pada lagu Laksmana Mati di Bunuh.

Interval Jumlah 1P 7 2m 5 2M 21 3M 23 3Aug 2 4P 2 4Aug 6 5dim 1

5P 8

6m 8

6M 7

7Aug 2

Tabel 4.7

Jumlah Interval pada Lagu Mak Inang Pulau Kampai

Jenis Interval Jumlah 1P 64 2m 24 2M 20 3m 15 3M 2 4P 3 5P 3 5Aug 2 6m 3 Tabel 4.8

Jumlah Interval pada Lagu Tanjung Katung

Jenis Interval

Jumlah

1P 7

2M 23 3m 12 3M 21 4P 6 5P 8 6m 4 6M 10 7m 12 Tabel 4.9

Interval lagu Jangan Duduk Termenung

Jenis Interval Jumlah 1P 64 2m 30 2M 20 3m 15 3M 2 4P 3 5P 3 5Aug 2 6m 3 Tabel 4.10

Interval lagu Kepastian Jenis Interval Jumlah 1P 64 2m 30 2M 20 3m 15 3M 2 4P 3 4.2.11 Pola Kadensa

Pola kadensa adalah nada-nada yang biasanya akhir dari sebuah komposisi musik termaksud lagu. Untuk itu penulis akan membuat pola kadensa dari ketiga lagu tersebut antara lain:

Pola kadensa lagu Laksmana Mati di Bunuh

Pola kadensa lagu Tanjung Katung

Pola kadensa lagu Jangan Duduk Termenung

Pola kadensa lagu Kepastian

4.2.12 Kontur

Menurut Malm (1977:80) dalam skripsi Rosmaida 99:03 kontur adalah garis suatu alur melodi dalam sebuah lagu, yang dapat dibagi dengan beberapa jenis, yaitu:

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang

2. Interatif yaitu bentuk nayanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan

kecenderungan pengulangan-pengulangan dalam keseluruhan nyanyian.

3. Reverting bentuk nyanyian yang terjadi pada pengulangan frase pertama setelah terjadi

penyimpangan melodi

4. Stropic yaitu bentuk nyanyian yang pengulangan melodinya tetap sama, tetapi tesk

5. Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi

melodi yang baru.

Jika dikaitkan dengan uraiankan Malm yang dia atas maka dapat dituliskan bahwa lagu Laksmana Mati di Bunuh, Tanjung Katung, dan Mak inang Pulau Kampai berjenis kontur.

Kontur Lagu Mak Inang Pulau Kampai: Repetitif dan Stropic Kontur Lagu Laksmana Mati di Bunuh : Progresive dan Stropic Kontur Lagu Tanjung Katung : Stropic dan Propresive

4.2.13 Formula Melodi

Menurut william P. Malm(1977 : 8) dalam bukunya Music Culture of the Pacific Music the Near and East Asia, bahwa bentuk (form) dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Repetitif adalah bentuk nyanyian yang diulang-ulang.

2. Literatif adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan dalam keseluruhan nyanyian.

3. Reverting adalah bentuk nyanyian yang terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi-penyimpangan penyimpangan melodi.

4. Peogresive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.

5. Strophic adalah suatu bentuk nyayian yang di ulang dengan form yang sama tetapi dengan tetapi dengan teks nyanyian yang selalu baru.

(form) dari nyanyian serampang dua belas adalah literatif, yaitu terjadinya pengulangan terjadinya bentuk (form) pengulangan melodi setelah pemakaian melodi

(terjemahan Rizaldi siagian (1987:17).

Tabel 4.11

Progresive

Formula Melodi Pada Lagu Laksmana Mati di Bunuh

Bentuk Motif

K K, K1

K2 K2, K’ K3 K2, K3

Tabel 4.12

Formula Melodi Pada Tanjung Katung

Stropic Bentuk Variasi K K, K1 K2 K2. K’ K K2, K3 Tabel 4.13

Formula Melodi Pada Lagu Mak Inang Pulau Kampai

Repetitif

K1 K, K1, K’

K2 K2, K3

K3 K3, K4

Tabel 4.14

Formula Melodi Pada Lagu Jangan Duduk Termenung

Repetitif Bentuk Variasi K1 K, K1, K’ K2 K2, K3 K3 K3, K2, K3 Tabel 4.15

Formula Melodi Pada Lagu Kepastian

Repetitif

Bentuk Variasi

K1 K, K1, K’

K2 K2, K3

4.2.14 Bentuk improvisasi nyanyian Melayu

Dokumen terkait