NUR ‘AINUN SEBAGAI PENYANYI MELAYU SUMATERA UTARA: BIOGRAFI DAN ANALISIS STRUKTUR LAGU-LAGU RENTAK SENANDUNG, MAK INANG, DAN LAGU DUA YANG DINYANYIKANYA
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O
L E H
SANSRI NUARI SILITONGA NIM: 060707004
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
NUR ‘AINUN SEBAGAI PENYANYI MELAYU SUMATERA UTARA: BIOGRAFI DAN ANALISIS STRUKTUR LAGU-LAGU RENTAK SENANDUNG, MAK INANG, DAN LAGU DUA YANG DINYANYIKANNYA
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN O
L E H
SANSRI NUARI SILITONGA NIM: 060707004
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D Drs. Fadlin, M.A
NIP.196512211991031001 NIP.196102201989031003
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang Ilmu Etnomusikologi
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
2011
Disetujui Oleh
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan
Departemen Etnomusikologi Ketua,
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang maha kuasa yang telah
melimpahkan rahmat serta berkat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. segala puji syukur kepada Tuhan yesus kristus juruslamat saya, pahlawan saya, dan
inspirasi saya, saya bangga punya Tuhan yang bisa di andalkan. Tuhan Memberkati
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana S1 di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.
Dengan judul, Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu Sumatera Utara: Biografi dan Analisis
Struktur lagu-lagu rentak Senandung, Mak inang, dan Lagu dua yang dinyanyikan.
Pertama tama saya mengucapkan terimah kasih banyak buat keluarga besar saya , kepada
bapak saya JM. Silitonga, Bapak yang menurut saya, selalu memberi dukungan dalam bentuk
apapun. Beliau adalah orang yang akan menjadi insipirasi saya dalam segala hal termasuk
penulisan karya ilmiah ini dibuat. Kemudian buat mamak saya Siti Mariah Pakpahan yang sangat
saya sayangi, Ibu yang sangat mengerti keadaan anaknya, yang selalu senantiasa memberikan
kebutuhan saya khusunya dalam bentuk materi, seperti pada saat saya sedang melakukan
penelitian. Beliau lah orang yang selalu memantau dan selalu memperhatikan kondisi saya,
sampai pada saat menyelesaikan tulisan karya ilmiah ini.
Buat kakak saya Novelia Kristina Silitonga, Ida Rohana Silitonga, Abang saya Eben
Josua, S.Th, Imanuel Ezer Silitonga, dan adek laki-laki saya Jacob Silitonga. Mereka ini adalah
orang-orang yang sangat saya sayangi, dan juga yang sangat saya cintai, karena mereka ini tidak
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku
Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, dan Ketua Departemen Etnomusikologi Fakultas
Ilmu Budaya USU Medan Bapak Dr. Muhammad Takari, M.Hum sekaligus dosen pembimbing
1, Sekertaris Jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Kebudayaan Ibu Dra. Heristina Dewi.M.Pd,
dan juga Dosen Wali penulis ; Bapak Drs.Bebas Sembiring M.si, kemudian Bapak Drs.
Fadlin.M.A selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis, serta mengizinkan penulis untuk memakai skripsinya yang penulis
gunakan di bab 4. Kemudian buat semua Dosen di etnomusikologi Bapak Prof. Mauly Purba,
M.A., Ph.D, Drs. Torang Naiborhu, M.Hum, Drs. Setia Dermawan, M.Hum, Bapak Drs,
Irwansyah Harahap, M.A, Ibu Dra. Ritahony. M.si, Bapak Drs Perikuten, Tarigan M.si, Bapak
Drs Kumalo Tarigan, M.A., Ibu Arifni STT.M.A, serta Dra. Frida Deliana, M.Hum, dan tidak
terkecuali dosen praktek, Bapak Drs. Yoe Anto Ginting, selaku dosen musik Karo, Bapak
Syainul Irwan, S.H.,M.si. selaku dosen prakter tari Melayu, Bapak Ahmad fauzi, selaku dosen
praktik musik Melayu, dan bapak ini juga sebagai informan awal dalam penulisan karya ilmiah
ini, dan juga Ibu Sapna Sitepu dosen praktik Vokal, dan lainnya.
Mereka ini lah yang selalu memberi pengajaran Ilmu-ilmu mengenai kebudayaan, dan
juga cara memainkan alat musik kebudayaan tersebut, yang bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai pentingnya kebudayaan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terimah kasih kepada para teman-teman
Etnomusikologi angkatan 06, Rebeka Lumbantoruan, Rina Gustriani Simanjuntak, Inta Junia
Hasugian, Jefri Hutagalung, Amran, Evi Nenta Sipahutar, Destri Purba, Junaidi , Daniel, Yunika
Ginting, Teti Ginting, dan Nova Ginting. Terimah kasi juga kepada teman saya Ucok Haleluyah,
Sebayang, Eva Gusmala Yanti, dan kawan saya yang sudah cukup lama Heidy Eveline
Simorangkir, mereka adalah teman-teman suka dan duka saya. Teman-teman yang selalu
berbagi baik masalah sekali pun. Serta teman yang dapat bertukar fikiran dalam penulisan karya
ilmiah ini.
Penulis juga ingin mengucapkan kepada kakanda senior bang Feri Erikson Pangabean
yang bermurah hati meminjamkan bukunya kepada penulis, dan selalu memberi masukan kepada
penulis, kemudian Kiki Alpian Syah yang membantu penulis dalam pentranskripsian lagu,
Dusell, dan Johanes. serta Beri Pana Sitepu yang membantu penulis dalam mengedit lagu-lagu,
serta membuat yang berupa Audio Visual atau yang dikenal dengan DVD. Yang terakhir tidak
lupa, terimah kasih kepada teman special saya kepada David Andartua Simanungkalit, terimah
kasih sudah banyak membantu saya dalam penulisan karya ilmiah ini, dan terimah kasih juga
karena selalu sabar menemani saya jika saya sedang memerlukan bantuan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan penulis berharap
agar tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi sumbangansi bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang etnomusikologi. Oleh karena itu kepada semua pihak
sangat diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
Medan, April 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
1.1 Latar Belakang Masalah ...11.2 Pokok Permasalahan ...4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...5
1.1.1 Tujuan Penelitian ...5
1.1.2 Manfaat Penelitian ...5
1.4 Konsep dan Teori ...6
1.4.1 Konsep ...6
1.4.2 Teori ...9
1.5 Metode Penelitian ...10
1.5.1 Studi Kepustakaan ...11
1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan ...11
1.5.2.1 Observasi ...11
1.5.2.2 Wawancara ...12
1.5.2.3 Rekaman ...13
1.5.3 Kerja Laboratorium ...13
1.6 Lokasi Penelitian ...14
BAB II DESKRIPSI KEBUDAYAAN MASYARAKAT MELAYU SUMATERA UTARA SEBAGAI LATAR BELAKANG BUDAYA NUR ‘AINUN 2.1 Latar Belakang Orang Melayu ...15
2.8 Sistem Organisasi...28
BAB III BIOGARAFI 3.1 Riwayat Keluarga ...30
3.2 Riwayat Pendidikan ...35
3.3 Riwayat Rumah Tangga ...38
BAB IV TRANSKRIPSI DAN ANALIS STRUKTUR LAGU-LAGU RENTAK SENADUNG, MAK INANG, DAN LAGU DUA YANG DINYANYIKAN OLEH NUR ‘AINUN
4.1 Transkripsi ...68
4.2 Metode Pentranskripsian ...69
4.2.1 Sistem Notasi ...70
4.2.2 Rentak Senandung Asli ...70
4.2.3 Rentak Mak Inang dan Rentak Patam-Patam...77
4.2.4 Rentak Lagu Dua ...82
4.2.5 Saat Masuk Ritem Gendang ...89
4.2.6 Tangga Nada ...90
4.2.7 Wilayah Nada ...91
4.2.8 Nada Dasar ...95
4.2.9 Jumlah Nada-Nada ...98
4.2.10 Jumlah Interval ...100
4.2.11 Pola Kadensa ...102
4.2.12 Kontur ...103
4.2.13 Formula Melodi ...108
4.2.14 Bentuk Improvisasi Nyanyian Melayu ...105
Gambar 3.16 Rekamam dalam bentuk kaset ……….. …...60
Tabel 4.2.9 Jumlah Nada Tabel 4.1 Jumlah Nada lagu Laksmana Mati di Bunuh ………...95
Tabel 4.2 Jumlah Nada lagu Tanjung Katung ...96
Tabel 4.3 Jumlah Nada lagu Jangan Duduk Termenung …...96 Tabel 4.11 Formula melodi Laksmana Mati di Bunuh ……….102
Tabel 4.12 Formula melodi Tanjung Katung ……..………...104
Tabel 4.13 Formula melodi Mak Inang Pulau Kampai …..…...104
Tabel 4.14 Formula melodi Jangan Duduk Termenung ….…....104
ABSTRAKSI
LAMPIRAN TABEL
Tabel 3.1 Personil Group Sukma Murni
Tabel 4.2.9 Jumlah Nada
Tabel 4.1 Jumlah Nada lagu Laksmana Mati di Bunuh
Tabel 4.2 Jumlah Nada lagu Tanjung Katung
Tabel 4.3 Jumlah Nada lagu Jangan Duduk Termenung
Tabel 4.4 Jumlah Nada lagu Kepastian
Tabel 4.5 Jumlah Nada Mak Inang Pulau Kampai
Tabel 4.2.10 Jumlah Interval
Tabel 4.6 Interval lagu Laksmana Mati di Bunuh
Tabel 4.7 Interval lagu Mak Inang Pulau Kampai
Tabel 4.8 Interval lagu Tanjung Katung
Tabel 4.9 Interval lagu Jangan Duduk Termenung
Tabel 4.10 Interval lagu Kepastian
Tabel 4.2.13 Formula Melodi
Tabel 4.11 Formula melodi Laksmana Mati di Bunuh
Tabel 4.12 Formula melodi Tanjung Katung
Tabel 4.13 Formula melodi Mak Inang Pulau Kampai
Tabel 4.14 Formula melodi Jangan Duduk Termenung
BAB I
ABSTRAKSI
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari berbagai kelompok etnik,
bahasa, budaya, agama, dan ras. Indonesia terdiri dari 33 provinsi, yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke. Di antara provinsi-provinsi di Indonesia, ada yang dihuni oleh masyarakat atau
kelompok etnik yang relatif homogen, seperti Provinsi Sumatera Barat, yang didiami oleh etnik
Minangkabau; Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang didiami oleh etnik Aceh yang terdiri
dari sub Tamiang, Aceh Rayeuk, Simeulue, Pidie, dan lainnya; Jawa Tengah yang didiami oleh
masyarakat Jawa. Namun ada juga provinsi-provinsi yang dihuni oleh berbagai kelompok etnik.
Misalnya Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang dihuni oleh etnik Betawi, Sunda, Banten, Jawa,
dan lainnya.
Begitu juga dengan Provinsi Sumatera Utara yang didiami oleh delapan kelompok etnik
setempat, yaitu: Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir
Tapanuli tengah, Nias, dan Melayu. Ada pula pendatang seperti: Aceh, Minangkabau, Jawa,
Sunda, Makasar, Bugis, Thokian, Kwong Fu, Hakka, Tamil, benggali, dan lain-lainnya. Keadaan
etnografis yang demikian ini, sangat mempengaruhi kebudayaan yang dihasilkan
kelompok-kelompok etnik tersebut, tidak terkecuali etnik Melayu. Satu sisi, setiap kelompok-kelompok etnik akan
mempertahankan identitas kebudayaannya, namun di sisi lain mereka memerlukan adaptasi dan
meminjam budaya lainnya.
Etnik Melayu adalah salah satu etnik di Sumatera Utara yang wilayah kebudayaanya
mencakup Langkat, Deli Serdang, Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu. Ini semua berada dalam
kawasan pesisir Timur Provinsi Sumateara Utara. Di dalam kebudayaan Melayu Sumatera Utara,
proses mempertahankan identitas dan mengambil unsur-unsur kebudayaan yang heterogen telah
Salah satu upaya mempertahankan, mengembangkan, dan mempopulerkan budaya, adalah
melalui seni musik atau suara.
Etnik Melayu memilki seniman-seniman tari seperti Guru Sauti, Yose, Rizal Firdaus, Lailan
Machfrida, Linda Asmita, Sirtoyono, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pemusik seperti:
Ahmad Setia, Zulfan Efendi Lubis, Tengku Luckman Sinar, Muhammad Zulfahmi, Fadlin,
Tengku Syafick Sinar, dan lain sebagainya. Di samping pemusik, ada juga penyanyi-penyanyi
Melayu seperti: Nur ‘Ainun, Dahlia Abu Kasim, Syaiful Amri, Laila Hasyim, dan lain-lain.
Mereka cukup populer sebagai penyanyi Melayu.
Nur ‘Ainun adalah salah satu penyanyi Melayu yang sangat terkenal di dalam masyarakat
Melayu. Nur ‘Ainun dipandang berbeda dengan penyanyi-penyanyi Melayu yang lainnya karena
memililki ciri khas dalam bernyanyi seperti gerenek yaitu memakai improvisasi dengan
menggunakan nada-nada gerenek Melayu yang berdensitas rapat yang mendekati konsep
“tremolo” di dalam musik Barat. Begitu juga dengan cengkok yaitu nada-nada yang
diayunkan--dan yang terkhusus vibrato yang dikenal dengan suara yang memilki getaran dari dalam yang
biasanya getaran ini tidak bisa dibuat-buat dalam arti getaran yang timbul sendiri, bahkan ada
juga penyanyi yang tidak memiliki vibrato (www.artikata.com). Inilah yang menjadi keunikan
serta ciri khas yang dia miliki dari penyanyi-penyanyi Melayu lainnya (wawancara penulis
dengan Datuk Ahmad Fauzi dan Zulfan Efendi 13 Maret 2010).
Di samping itu dalam Nur ‘Ainun bernyanyi Melayu, ternyata beliau juga pernah
berkolaborasi dengan Rizaldi Siagian seorang seniman ternama di Sumatera Utara. Sejauh yang
saya ketahui berdasarkan wawancara dengannya ternyata beliau sudah menghasilkan 20 album
dalam bentuk kaset, termaksud kaset yang berjudul Tanjung Balai yang diliris tahun 1992
Efendi Arif dan ciptaan dari Nur ‘Ainun sendiri yang berjudul Kepastian. Di samping kaset yang
dimilikinya beliau juga mempunyai 2 keping piringan hitam yang diproduksi tahun 1970 di
Malaysia, dan untuk saat ini melalui wawancara beliau sangat berkeinginan suatu saat di saat
bernyanyi Dia ingin direkam memakai alat rekam seperti handicam dengan maksud ingin
membuat hasil rekamnya tersebut dijadikan sebuah kaset CD ataupun DVD agar dapat dilihat.
Karena pada saat itu alat perekam hanya berbentuk kaset dan pirirngan hitam saja, untuk itu Dia
tidak pernah melihat dirinya bernyanyi, tapi hanya bisa mendengar saja. Berlanjut dengan
prestasi, dirumah Beliau banyak sekali Piagam dan Penghargaan berbentuk Piala-piala baik dari
lomba bernyanyi di TVRI, Radio, dan lain sebagainya, yang kalau dijumlahkan total dari
keseluruhan dari Piala dan Piagam tidak sedikit mencapai 10 Penghargaan termasud Piala-piala
tersebut.
Di dalam lagu-lagu Nur ‘Ainun terdapat tiga dasar rentak seperti rentak senandung (4/4),
Mak Inang (2/4), dan Lagu Dua (6/8) yang dimana rentak-rentak ini disebut ketukan ataupun
pulsa. Simbol-simbol ketukan ataupun pulsa ini adalah sebuah perkembangan musik Barat ke
dalam musik Melayu pada saat musisi-musisi Melayu mempelajari musik Barat dan
menerapkanya kedalam musik Melayu. wawancara penulis dengan Muhammad Takari (Maret
20/10).
Oleh karena itu saya sangat tertarik dalam membahas Nur ‘Ainun dari segi biografinya serta
keunikannya dan juga melihat rentak-rentak yang dinyanyikanya, sehingga penulis ingin
memberi judul tulisan ini dengan Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu Sumatera Utara:
Biografi dan Analisis Struktur Lagu-lagu Rentak Senandung, Mak Inang, dan Lagu Dua yang
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis menentukan dua pokok
permasalahan untuk mengkaji keberadaan Nur ‘Ainun, yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana biogarafi Nur ‘Ainun? Pokok permasalahan ini akan dijelaskan dalam
bentuk deskripsi mengenai riwayat hidupnya sebagai seniman (penyanyi) lagu-lagu
Melayu sejak awal hingga kini, begitu juga sejauh apa pengalaman hidupnya sebagai
pencipta lagu-lagu Melayu. Pada bahagian ini fokus diutamakan pada biografi dirinya
sebagai seniman Melayu.
2. Bagaimana struktur lagu-lagu rentak senandung, mak inang, dan lagu dua yang
dinyanyikan dan diciptakan oleh Nur ‘Ainun? Pokok masalah ini akan diperdalam
dalam bentuk uraian bagaimana struktur lagu-lagu yang dinyanyikan dan diciptakan
Nur ‘Ainun. Adapun sebagai sampel rentak senandung yang dinyanyikannya adalah
lagu Laksmana Mati Dibunuh, yang diciptakannya adalah lagu Kepastian. Untuk
rentak mak inang lagu yang dinyanyikannya adalah Mak Inang Pulau Kampai (Dia
tidak pernah menciptakan lagu rentak mak inang). Untuk rentak lagu dua (joget) lagu
yang dinyanyikannya berjudul Tanjung Katung dan lagu ciptaannya adalah Jangan
Duduk termenung.
Secara umum peneliti bertujuan untuk mengetahui atau mengunkapkan objek yang
diteliti, ditemukan suatu kesimpulan yang menjadi pemecahan dari suatu masalah yang
diteliti antara lain:
1. Untuk mengetahui biografi dari hidup Nur ‘Ainun
2. Untuk mengetahui lebih rinci dan mendalam struktur lagu-lagu Melayu rentak
senandung, mak inang dan lagu dua yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun serta
lagu-lagu yang diciptakanya.
3. Untuk mengetahui karya-karya Nur ‘Ainun sebagai seniman Melayu.
1. 3. 2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini khususnya terhadap masyarakat luar dalam tulisan karya
Ilmiah adalah:
1. Untuk melihat biografi Nur ‘Ainun agar mayarakat dapat mengetahui sosok dari seorang
penyanyi Melayu.
2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat Melayu mengenai pengertian rentak
senandung, mak inang, dan lagu dua (joget) dalam lagu-lagu yang dinyanyikannya
3. mengakat kembali keberhasilan yang pernah diraih oleh Nur ‘Ainun sebagai seniman
Melayu
4. Dapat memberi sumbangsih pemikiran yang sederhana terhadap analisis Sturtur lagu-lagu
yang dinyanyikan Nur’Ainun serta lagu ciptaannya.
1. 4. 1 Konsep
Konsep merupakan defenisi singkat dari apa yang diamati, konsep menentukan
variabel-variabel utama dan kita ingin menentukan adanya hubungan empiris (Merton 1963:89).
Biogarafi Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-4) dalam skripsi (Siti
2003:2006). Mengatakan biografi adalah sebuah pendeskripsian hidup pengarang atau
sastrawan. Disini juga dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat latar
belakang dari yang ingin kita tulis antara lain:
1. Keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah meninggal), istri dan
keturunan (orang tua, saudara dan anak). Pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal
dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi jika ada. Pekerjaan, yang memberi penjelasan
tentang pekerjaan, baik pekerjaan yang mendukung kepengarangannya maupun pekerjaan yang
tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepengarangannya.
2. Karya-karya pengarang itu yang didaftar menurut jenisnya, baik yang berupa buku
maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk
naskah, karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya yang belum
diterbitkan sampai dia meninggal.
3. Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan sumbernya, dengan
tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang kepada pengarang itu.
Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang menanggapi.
Karena biografi termasuk salah satu kajian, maka teori ini penulis gunakan dalam teori
biogarfi, dan mengganti objek pembahasan yang diteliti. Yang mana sebelumnya membahas
Dalam ilmu sejarah pula, biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah
riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga
dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan
tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang
panjang meliputi informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan
tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik. Biografi menganalisis dan menerangkan
kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan penjelasan
mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan
seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal. Akan tetapi menurut saya Biografi adalah sala satu
media ungkapan jati diri dari manusia itu sendiri.
Kata analisis berasal dari kata analisa, yaitu penyelidikan dan penguraian terhadap satu
masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya serta proses pemecahan masalah
yang dimulai dengan dugaan akan sebenarnya (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 1988).
Struktur adalah seperti bagunan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun
(wikipedia.com). Dalam music Melayu struktur ini mencakup dimensi waktu seperti: ketujuan
dasar, meter, fungtuasi ritmik, pola ritme atau rentak, densitas not, dan lain-lainnya. Kemudian
musik Melayu juga dibentuk oleh dimensi ruang yang terdiri dari: nada, wilayah nada, frekuensi
nada, melodi, formula melodi, kontur, dan lain-lain.
Adapun rentak-rentak dalam musik Melayu ialah rentak senandung (asli) memiliki
ketukan 4/4 lambat, rentak mak inang memiliki ketukan 2/4 sedang, dan rentak lagu dua yang
dikenal dengan rentak joget 6/8 lebih cepat dari rentak senandung dan mak inang. Pengertian ini
musik (orang tertentu). Analisis lebih rinci lihat Fadlin (1988) atau seperti yang penulis kutip
pada Bab IV.
Selain rentak yang berhubungan dengan lagu Melayu ada improvisasi-improvisasi yang
sering digunakan Nur ‘Ainun dan juga penyanyi-penyanyi Melayu lainnya, yang mereka sebut
cengkok, gerenek, dan patah lagu adapun pengertiannya sebagai berikut,
1. Cengkok adalah sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi atau berjalan
begitu saja tanpa adanya yang mengatur yang tidak menggunakan teks naynyian, jika
dibandingkan dengan cara bernyanyi paduan suara. sangat berbeda sekali bisa dilihat dengan
cara benyanyi yang mendapat pengaturan atau arahan saat bernyanyi, yang dilatih oleh pelatih
paduan suara itu sendiri, dan juga sebelum bernyanyi mereka melakukan pernafasan yang
berfungsi untuk dapat menahan nada-nada panjang dengan kata lain mereka menggunakan teknik
bernyanyi yang pada dasarnya ini juga dilakukan oleh penyanyi-penyanyi lainnya.
2. Gerenek jika dibarat gerenek sama dengan tremolo yaitu menggunakan nada-nada
yang berdensitas rapat dan ini juga menggunakan improvisasi dalam menyanyanyikan lagu-lagu
Melayu. Dan ini biasanya terdapat di musik Melayu, yang artinya yang menggunakan Gerenek
pada umunya adalah musik Melayunya akan tetapi ada juga penyanyi yang menggunakan
gerenek seperti Nur ‘Ainun dalam lagu Sayang Laksmana Mati di Bunuh
3. Patah lagu, improvisasi ini yang paling penting adalah tekanan seperti memberi aksen
terhadap nada-nada dalam menyanyikan lagu-lagu Melayu (Takari 2008).
1.4.2 Teori
Menyangkut pengidentifikasian bentuk rentak terhadap nyanyian, maka penulis
Adapun musik tersebut ialah: (1) Teori biografi Pada dasarnya teori ini dipergunakan dalam
berbagai disiplin ilmu, seperti dalam sejarah, sastra , sosiologi, dan antropologi. Biografi secara
sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat
berbentuk beberapa baris kalimat saja. Namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan
seseorang dan peran pentingnya. Sementara biografi yang panjang meliputi informasi-informasi
penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita
yang baik.
Dalam studi biografi penulis akan menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian
dalam hidup seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari
tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai
tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang
tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan
menceritakan mengenai satu tempat atau masa tertentu.
Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga
tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode
waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya “masa-masa
awal yang susah” atau “ambisi dan pencapaian”). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus
pada topik-topik atau pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat
berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping Koran. Sedangkan bahan-bahan
pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan
lain: (a) pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) temukan fakta-fakta utama mengenai
kehidupan orang tersebut; (c) mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) pikirkan, apa
lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih
banyak anda tuliskan (Matavia, 2008). (2) Menurut Wiliaam P. Malm (1977:9) bahwa terdapat 8
unsur yang harus diperhatikan: (1) scale ( tangga nada). (2) nada dasar, (3) range ( wilayah nada
). (4) freguency of notes ( jumlah nada-nada ), (5) prevalent interval ( interval yang dipakai ),
(6) cadensa patters ( pola-pola kadensa), (7) melodic formula ( formula melodi ), (8) dan contur
( kontur ).
1`.5 Metode Penelitian
Metode yang penulis lakukan adalah dengan cara mencari data melalui mewawancara
informal pangkal dan informal kunci. Informal pangkal adalah sebuah informal yang dianggap
banyak tahu dan mengerti mengenai kebudayaan Melayu serta penyanyi-penyanyi yang memiliki
kualitas dalam bernyanyi. Mereka terdiri dari musisi-musisi Melayu, dan para budayawan
Melayu, selajutnya dari mereka ini akan terkuat siapa-siapa saja yang sesuai untuk dituliskan
kedalam karya ilmiah ini yang menjadi topik pembahasan dan biasanya disebut informal kunci.
Metode yang dipergunakan dalam mengkaji lagu-lagu Melayu yang dinyanyikan oleh
Nur ‘Ainun yang memakai rentak senadung, mak inang, dan lagu dua memakai metode
penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif dikarenan melalui pendekatan ini penulis lebih
terfokus dan memusatkan objek yang ingin diteliti untuk dituliskan kedalam penulisan karya
Ilmiah serta dapat dipertangung jawabkan.
Pada tahap sebelum penulis terjun kelapangan penulis mempersiapkan segala sesuatu
melakukan wawancara, dan juga sebagai pengambilan gambar agar lebih jelas dan menjadi bukti.
Kemudian studi kepustakaan sebagai informal awal yang menjadikan acuan dengan membaca
buku-buku berhubungan dengan objek yang ingin diteliti, agar dapat berjalan dengan lancar
sampai selesainya karya Ilmiah ini dibuat.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Maksud dari studi kepustakaan adalah mendapat tulisan yang berasal dari buku-buku,
jurnal, majalah seni, skripsi-skripsi di perpustakaan Departemen Etnomusikologi. Buku-buku
yang digunakan antara lain: “ Sastra Melayu Sumatera Utara” (2009) yang dituliskan oleh
Muhammad Takari dan Fadlin; Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur (2010) oleh
Yuscan; “Lintasan Sejarah Peradaban Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur”(1975) oleh Tengku
H.M Lah Husny, Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah, dan Asia (1977) yang merupakan
terjemahan oleh Muhammad Takari. Serta skripsi-skripsi sarjana yang berhubungan dengan
judul yang penulis buat.
1.5.2 Pegumpulan Data di Lapangan 1.5.2.1 Observasi
Kerja lapangan berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan yaitu melihat langsung
kelapangan bagaimana teknik vocal dan ciri khas oleh Nur ‘Ainun. Selain itu, mencari informan
pangkal yaitu Ahmad Datuk Fauzi yang mendukung dan membuka jalan bagi penulis untuk
bertemu dan mengenal lebih jauh sosok Nur ‘Ainun sedapat mungkin informan pangkal tersebut
Selama melakukan penelitian, penulis tidak begitu mendapatkan kesulitan yang cukup
berarti. Khususnya dalam menyesuaikan diri dengan bahasa serta kebiasaan-kebiasaan yang ada
di lingkungan objek yang diteliti. Penulis masih dapat menyesuaikan diri meskipun penulis
bukan orang Melayu. Juga pada umumnya bahasa Melayu adalah bahasa Indonesia. Apalagi
objek penelitian saya selalu menggunakan bahasa Indonesia, hal tersebut membuat peneliti
menjadi lebih mudah untuk mendapatkan informasi.
1.5.2.2 Wawancara
Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara jenis wawancara riwayat secara
lisan (Moleong 2000:137). Wawancara ini dimaksudkan mewawancarai sang informan kunci
secara mengalir tanpa adanya draft pertayaaan yang disusun. Wawancara tidak terkesan kaku
melainkan terkesan santai seperti pembicaraan sehari-hari bair pun pertayaan tersebut belum
dibuat hanya sebatas bertanya saja mengenai kehidupannya dalam seniman Melayu.
Dalam rangka mewawancarai Nur ‘Ainun. Penulis menggunakan metode wawancara
langsung, mendalam, terstruktur secara umum, dan kemudian menggembangkannya menurut
arah dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan kunci yaitu Nur’Ainun. Dalam rangka
menggali aspek biografinya, penulis juga mewawancarai orang-orang yang terdekat dengan
beliau yaitu para sahabatnya.
1.5.2.3 Rekaman
Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa instrumen pendukung antara lain
kamera digital merk Lumix DMC-FX 12. Kamera digunakan untuk merekam proses wawancara
prestasi dan karya-karya lainnya. Tidak lupa juga meneliti membawa catatan untuk mencatat
hal-hal yang penting mengenai Nur’Ainun khususnya riwayat hidupnya sebagai seniman Melayu.
Data audio kemudian ditranskripsi dalam bentuk tulisan yang disimpan di flash disk. .
Kemudian bahan-bahan yang diperlukan disunting dan dimasukkan sesuai dengan keperluan
penelitian ini.
Selanjutnya bahan-bahan yang berbentuk gambar penulis simpan dalam bentuk format
visual dan ditransfer ke dalam bentuk jpg, untuk memudahkan mengedit dan menyisipkan
gambar ini. Selanjutnya gambar diinsert ke dalam kata-kata yang terdapat dalam file yang
berformat Microsoft word.
Data lagu atau musik dibeli dari rekaman komersial. Sebahagiannya juga direkam
langsung di lapangan. Data audio musik ini kemudian ditranskripsi dengan menggunakan media
notasi balok Eropa untuk mempermuda analisis bentuk musiknya. Penulis melakukan transkripsi
deskriptif untuk nmengetahui gaya nyanyian yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun.
1. 5. 3 Kerja Laboratorium
Seluruh hasil wawancara dan rekaman teknik olah vocal oleh informan kunci yang
penulis dapatkan dari penelitian kelapangan, akan diolah kedalam laboratorium. Hal ini
dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah transkripsi dan analisis dari lagu-lagu yang
dinyanyikanya yang sempat populer. Dan hasil karya lagu yang diciptakanya. serta menyusun
biografi beliau menjadi satu rentetan, dari semua data yang di peroleh di lapangan. Untuk
selanjutnya diolah dalam kerja laboratorium. Di dalam proses pengolahan data ini, penulis
Jika masih ada data yang dirasa kurang lengkap, maka penulis akan kembali ke lokasi
penelitian dan menemui narasumber untuk melengkapi materi pembahasan melalui saran-saran
dari dosen pembimbing penulis.
Untuk data yang di rekam, penulis mendengarkannya berulang-ulang dan kemudian
disesuaikan dengan pertanyaan yang sudah dibuat dan dituliskan kedalam tulisan yan baru.
Setelah semua pertanyaan dan jawaban dari data tersebut sudah sesuai dan benar, maka penulis
akan melampirkan data tersebut kedalam setiap bab pembahasan pada tulisan ini. Demikianlah
seterusnya yang penulis lakukan berulang-ulang disetiap penelitian.
1.6 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian awal di lapangan hari rabu tanggal 2 april 2010 dijalan
Datuk Kabuh Gg. Rezeki di kecamatan Medan Denai. Pada saat itu Nur ‘Ainun sedang shalat
Zuhur karena kedatangan saya siang tepatnya pada pukul 12.30 WIB. Selesai sholat penulis
menyempatkan diri untuk melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi. Dari wawancara
tersebut, penulis mulai mendapatkan informasi mengenai latar belakang keluarganya,
pendidikannya, pekerjaannya, maupun perjalananan hidupnya dalam musik Melayu, sebagai
penyanyi dan seniman Melayu.
Selain itu lokasi penelitian yang pernah saya kunjungi adalah jalan Britjen Katamson
tempat tinggal seniman Melayu Zulfan Efendi, yang bertujuan untuk mencari tahu sosok dari
BAB II
DESKRIPSI KEBUDAYAAN MASYARAKAT MELAYU
SUMATERA UTARA SEBAGI LATAR BELAKANG BUDAYA NUR
2.1 Latar Belakang Budaya Melayu
Nur ‘Ainun adalah seorang wanita yang latar belakangnya adalah berbudaya Melayu.
Kedua orang tuanya juga adalah suku Melayu. Nur’Ainun juga menggunakan bahasa dan budaya
Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, maka Nur ‘Ainun secara sosiol
budaya dibentuk oleh kebudayaan Melayu, khususnya Langkat, dan Sumatera Utara dan Dunia
Melayu secara umum.
Sebelum menganalisis lagu-lagu yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Nur ‘Ainun,
maka perlu juga mengetahui latar belakang budaya yang menjadikan diri seorang Nur ‘Ainun,
yaitu kebudayaan Melayu. Adapun tulisan tersebut akan dilihat dari sudut unsur-unsur budaya
Melayu dan kaitannya dengan kedudukan Nur ‘Ainun dalam setiap unsure budaya dan dalam
peradaban Melayu Sumatera Utara.
Deskripsi Melayu bisa dilihat dengan kedekatannya dengan Agama Islam. Melayu
memang sangat erat hubungannya dengan Islam, sehingga ada sebuah ungakapan ataupun
gagasan adat yang besendikan syarak syarak bersendikan kitabullah, yang artinya asas
kebudayaan Melayu adalah hukum Islam (syarak). Sehingga untuk menjadi orang Melayu harus
mengikuti adat istiadat Melayu dan beragama Islam (Takari dan Fadlin 2009). Seperti Zulfan
Efendi, dia adalah seorang seniman Melayu yang asalnya bukan orang Melayu Asli. Dia adalah
orang Batak mandailing yang bermarga Lubis, akan tetapi dia menyatakan bahwa dirinya adalah
orang Melayu, dengan kemampuannya bisa berbahasa Melayu, beradat istidat Melayu dan
beragama Islam. Sehingga dalam konsep Melayu siapa saja boleh menyatakan dirinya menjadi
orang Melayu, asal dia bisa berbahasa Melayu, beradat istiadat Melayu, dan beragama Islam.
mata pencaharian hidup, kesenian, pendidikan, dan teknologi. Di bawah ini terdapat tujuh unsur
berikut,
2.2 Agama
Islam adalah kepercayaan setiap warga masyarakat Melayu, karena Melayu sendiri pun
berlandaskan Islam. Untuk itu saya akan menjelaskan bagaimana proses masuknya agama Islam
ke dalam peradaban Melayu. Jika di Indonesia Islam mulai berkembang pada zaman
Kerajaan Hindu-Budha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang
lebih jauh seperti India, Tionkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke
Indonesia diperkirakan pada awal Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha
Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para
musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahien. Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat
kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarauma Negara yang dilanjutkan dengan
Kerajaan Sunda sampai abad ke-16 (Luckman Sinar 1986).
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada
masa abab ke-7 hingga abab ke- 14. Kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera.
Hal ini disdeskripsikan oleh seorang penjelajah Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang
mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada saat puncak kejayaannya
Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah, dan Kamboja (Lucman Sinar 1986:65).
Di abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur,
yaitu Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh
Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan
pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam Wiracarita Ramayana.( sejarah dari
Ramayana).
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak
Islam, seperti Samudra Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan
tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus
menandai akhir dari era ini. (Takari dan Fadlin 2009).
Di samping itu ada pendapat dari Prof Mansur menyatakan: “Besar kemungkinannya
bahwa Islam dibawa oleh para wirausahawan Arab ke Asia Tenggara pada abad pertama dari
tarikh Hijriyah atau abad ke-7M. Hal ini menjadi lebih kuat, menurut Arnold dalam The
Preaching of Islam sejarah dakwah Islam dimulai pada abad ke-2 Hijriah, yaitu para pedagang
Islam melakukan perdagangan dengan Sailan atau Srilangka. Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Burger dan Prajudi (2004). Mansur menambahkan Van Leur dalam bukunya
Indonesian Trade and Society (2003), menyatakan bahwa pada 674 di pantai Barat Sumatera
telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam.
Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan lagi pada 618 dan 626. Tahun-tahun
berikutnya perkembangan perdagangan ini mulai mempraktikkan ajaran agama Islam. Hal ini
mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat di sepanjang jalan perdagangan di Asia
Tenggara. Mansur juga mengkritik keras adanya upaya sebagian sejarawan yang menyatakan
bahwa Islam baru masuk ke Indonesia setelah runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit (1478) dan
Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindu Majapahit sering didongengkan akibat
serangan dari Kerajaan Islam Demak. Padahal realitas sejarahnya yang benar adalah Kerajaan
Hindu Majapahit runtuh akibat serangan raja Girindrawardhana dari Kerajaan Hindu Kediri pada
tahun 1478M. Al-Attas mengatakan sarjana Barat melangsungkan penilitian ilmiah terhadap
sejarah dan kebudayaan Kepulauan Melayu-Indonesia telah lama menyebarkan bahwa
masyarakat kepulauan ini seolah-olah merupakan masyarakat penyaring, penapis, serta penyatu
unsur-unsur berbagai kebudayaan.
Banyak pertanyaan mengatakan kenapa Melayu sangat erat hubungan dengan Islam?
Atau apa pengaruh yang diberikan Islam kepada masyarakat Melayu sehingga Melayu harus
berdasarkan Islam. Al Attas menguraikan bahwa ajaran Islam selalu memberikan keterangan dan
memiliki sifat asasi insan itu ialah akal, dan unsur hakikat inilah yang menjadi perhubungan
antara dia dan hakikat semesta. sebagaimana kegelapan lenyap dipancari sinar surya yang
membuat setiap umat Islam selalu mencari kebenaran berdasarkan akal. Demikian juga
kedatangan Islam di Kepulauan Melayu di Indonesia yang membawa rasionalisme dan
pengetahuan akhlak serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang terdiri dari
individu-individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima, intelektualisme, dan ketinggian
budi insan di tanah Melayu. Al-Attas juga menunjukkan bukti bahwa dari tangan ulama-ulama
Islam lahirlah budaya sastra, tulisan, falsafah, buku, dan lain-lain, yang tidak dibawa oleh
peradaban sebelumnya. Islam memang tidak meninggalkan kebudayaan patung (candi)
sebagaimana kebudayaan pra-Islam (sumber: www.wikipedia.com).
Di sisi lain, ada juga disebut dengan ras proto-Melayu pedalaman, yaitu orang Batak
Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang memiliki kepercayaan, bahasa, dan adat istiadat
Melayu, seperti di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan lain sebagainya. Tetapi pada
kenyataanya sebagian besar mereka tidak menyatakan mereka sebagi orang Melayu, karena
mereka memilki agama, bahasa dan kebudayaan yang tidak sama dengan konsep kebudayaan
Melayu. Seperti contoh penulis. Saya beragama Kristen Protestan, saya berasal dari suku Batak
Toba, saya menggunakan bahasa Batak, dan saya juga melakukan istiadat suku saya sendiri.
Namun demikian, jika orang luar menyatakan saya sebagai orang Melayu, saya pasti akan
menjawab, saya juga orang Melayu, karena saya juga menggunakan bahasa Melayu yaitu bahasa
Indonesia yang pada dasarnya bahasa Inonesia adalah bahasa Melayu. Begitu juga dengan objek
penelitian saya, Nur ‘Ainun adalah suku asli Melayu yang beradat istiadat Melayu, berbahasa
Melayu, dan juga beragama Islam.
2.3 Bahasa
Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional dan bahasa pengantar di semua lembaga publik
di sebagian Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Bahasa Melayu yang menjadi
lingua franca penduduk Nusantara sejak sekian lama. Bahasa Melayu juga telah dipergunakan
oleh masyarakat Indonesia, termasuk etnik Melayu..
Akan tetapi dalam kebudayaan Melayu penggunaan bahasa khususnya dialek memilki
perbedaan dari lima kabupaten, jika orang Melayu di pesisir timur, Serdang Bedagai, Pangkalan
Dodek, Batubara, Asahan dan Tanjung Balai memakai Bahasa Melayu dengan mengutamakan
huruf vokal “o” sebagai contoh kemano (kemana), siapo (siapa). Di Langkat dan Deli masih
Dari sini kita bisa melihat meskipun akar kebudayaan etnik Melayu itu satu rumpun,
namun ada juga perbedaan-perbedaan kecil yang membedakan etnik Melayu. Adapun
perbedaan-perbedaan tersebut dikarenakan adanya kebiasaan yang sudah dibawa dari nenek
moyang yang pada saat itu mereka memilki satu pengelompokan yang berbeda-beda. (Zein
1957:89).
Bahasa yang digunakan dan difungsikan oleh Nur ‘Ainun adalah bahasa Melayu dan juga
Indonesia. Biarpun beliau sendiri orang Melayu Sumatera Utara, akan tetapi, dia lebih senang
menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari.
2.4 Mata Pencaharian
Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritas mereka menjalankan aktivitas
pertanian. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa,
dan tanaman campuran (mixed farming). Di kawasan pesisir pantai, umumnya orang Melayu
bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat-alat penangkap
ikan. Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai
pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain.
Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah
dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutama orang
Tiongkhoa. Tetapi kini telah banyak orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan
dan menjadi penguasa perusahaan-perusahaan. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan
mampu hidup berkecukupan. Selain itu, banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan
Di samping itu menurut Metzger (dalam Takari dan Fadlin 2009) kelemahan orang
Melayu dalam ekonomi adalah bahwa kurangnya mayarakat Melayu menghargai budaya lama,
pemalas, dan kurangnya sifat ingin tahu. Untuk sekarang ini, tidak semua masyarakat Melayu
hidup bertani, berkebun, dan menjadi nelayan saja. Banyak juga orang Melayu yang profesinya
menjadi guru, dosen, musisi, dan pejabat-pejabat tinggi. Orang Melayu di Sumatera Utara kini
mempunyai pola hidup untuk mengejar ilmu setinggi-tingginya, bersaing dengan kelompok etnik
lain. Bahkan ada juga belajar ke luar negeri, karena orang Melayu sangat menjujung tinggi
pendidikan. Mereka ini ingin pintar dan cerdas, untuk dapat membantu semua orang. Bagi
sebahagian besar oran Melayu, mereka mengamalkan ajaran Islam untuk terus mencari ilmu,
yang sangat berharga yang tidak bisa hilang sampai mati. Demikian juga falsafah hidup Melayu
yang diamalkan dan dijadikan pedoman hidup oleh Nur ‘Ainun.
Pada masa dilakukannya penelitian ini, mata pencaharian dari Nur ‘Ainun adalah bertani.
Biarpun dia membayar orang untuk mengurus padi-padinya, tetapi beliau mengatakan bertani
adalah mata pencaharianya. Selain sebagai petani ia juga menerima tawaran sebagai penyanyi di
berbagai peristiwa budaya. Menyanyi ini menurut beliau adalah sebagai kerja sambilan di
samping kerja pokoknya bertani. Selain itu, karena keahlian beliau mengaji Al-Quran, maka ia
dipercayakan oleh masyarakat Islam di sekitar kediaman beliau untuk mengajar mengaji
anak-anak generasi muda. Bagi beliau mengajar mengaji ini, bukan semata untuk mendapatkan upah
namum lebih mengarah kepada ibadah.
2.5 Pendidikan
Sebelum penjajahan Belanda, orang Melayu umumnya mendapat pendidikan agama.
terpusat di daerah perkotaan, Pendidikan gaya Eropa sendiri hanya dikembangkan setelah
Indonesia merdeka.
Orang Melayu mengalami sebuah perkembangan yang pesat dalam dunia pendidikan.
Karena yang seperti kita ketahui, orang Melayu sangat menjujung tinggi yang namanya
pendidikan ataupun ilmu. Inilah yang menyebabkan mereka bisa maju kedepan untuk lebih baik,
karena mereka juga ingin dihormati bukan dilencehkan.
Dalam pendidikan Nur ‘Ainun sendiri kurang begitu baik, dikarenakan tidak
menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Tetapi Nur ‘Ainun juga bisa dikatakan manusia yang
pintar dengan masuknya beliau di sekolah yang cukup populer, karena disekolah tersebut adalah
sekolah para bangsawan dan juga Sultan. Sehingga Nur ‘Ainun pun pernah satu sekolah dengan
anak sultan Deli.
:
2.6 Teknologi
Etnik Melayu pada dasarnya ingin terus berusaha menguasai teknologi, yang di antaranya
bisa kita lihat dari pemakaian alat musik keyborad yang mereka gunakan dalam memainkan
lagu-lagu Melayu. Sama halnya dengan teknologi-teknologi lainnya seperti alat komunikasi yang
dikenal dengan handphone yang lazim digunakan semua masyarakat di Indonesia, termasuk suku
Melayu.
Kemudian ada lampu sebagai alat penerang dirumah, kebanyakan mereka tidak
menggunakan lampu teplok yang digunakan pada zaman dulu untuk menerangi lampunya,
kemudian ada komputer sebagai alat mempermudah dalam menyimpan data, dan terkadang
dipergunakan pada saat masyarakat Melayu bersekolah kejenjang yang lebih tinggi atau
mahasiswa.
Kendaraan juga sebagai teknologi yang sudah ada pada masyarakat Melayu. Untuk
mempermudah perjalan seperti sepeda motor, yang dulunya mereka menggunakan sepeda
sebagai alat kendaraan untuk mencapai tujuan. Tapi sekarang mereka sudah beralih ke sepeda
motor atau yang dikenal dengan “kereta”, bahkan ada juga yang menggunakan mobil sebagai alat
transportasi yang mempermudah perjalanan serta memilki fasilitas yang cukup baik dari segi
tempat duduknya.
Televisi juga sudah dimilki oleh masyarakat Melayu untuk mengetahui berita-berita dari
luar daerah dan dapat mengetahui keadaan negara. Radio juga menjadi salah satu yang sudah ada
dimilki oleh masyarakat Melayu untuk mendengarkan lagu-lagu Melayu bahkan ada radio yang
sudah memilki kaset sehingga mereka tinggal memasukan kasetnya saja dan didengarkan.
Jika musisi Melayu sudah dari dulu diperkenalkan alat rekam, untuk merekam suara si
penyanyi yang dulunya menggunakan piringan hitam, tapi mereka sudah lama menggunakan
alat-alat electronik, micropon sebagai penguat suara si penyanyi serta soud sytem sebagai alat
pengatur suara untuk memperkuat suara. kemudian alat pembuat video (audio visual), dan lain
sebagainya. Alat-alat elektronik inilah yang digunakan oleh musisi Melayu sama hanya dengan
yang digunakan oleh Nur ‘Ainun.
Jika dilihat kondisi Nur ‘Ainun sekarang khususnya dalam ilmu teknologi sudah
memiliki kemajuan biarpun tidak semaju perkembang zaman sekarang tapi Nur ‘Ainun sudah
menikmati yang namanya teknologi, terbukti beliau memilki alat komunikasi seperti handphone,
menggunakan lampu teplok. Serta alat-alat rekam yang digunakan Nur ‘Ainun untuk
kepentingannya sebagai seniman musik Melayu.
2.7 Kesenian
Kesenian yaitu sebuah hasil karya yang diciptakan oleh penciptanya sendiri untuk
menghasilkan sebuah keindahan. (www.google.com). Untuk itu kesenian ini menjadi warisan
yang diturunkan dari turun- temurun, agar masyarakat Melayu dapat dikenal dan memiliki
indentitas untuk diperkenalkan di masyarakat lain. Dalam kebudayaan Melayu terdapat seni-seni
seperti seni suara, dengan genrenya seperti berzikir dan azan. Nyanyian ini bersifat keagamaan
sehingga musik tidak digunakan saat bernyanyi. Sedangkan seni vokal yang tergabung dengan
musik adalah nyanyian-nyanyian yang sifatnya menghibur.
Inilah yang akan penulis bahas mengenai lagu-lagu Melayu, yang dinyanyikan oleh Nur
‘Ainun serta lagu ciptaannya. Sebagai penyanyi legendaris, dan juga sebagai penyanyi yang
mampu menyanyikan lagu-lagu dengan menggunakan rentak senandung, mak inang, dan lagu
dua. Kemudian ada Seni musik yaitu salah satu media ungkapan hati. Sedangkan kesenian
adalah salah satu daripada unsur kebudayaan tesrsebut. (www.wikipedia.com)
Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. didalam musik,
terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi bagian daripada proses enlkulturasi
budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memilki bentuk yang
khas, baik dari sudut strukutal maupun genrenya dalam kebudayaan.
Demikian juga yang terjadi dalam musik kebudayaan masyarakat Melayu Sumatera
Utara. Pertunjukan musik tradisional mengikuti aturan-aturan tradisional. Pertunjukan ini, selalu
mengusir hantu atau setan. Musik tradisi Melayu berkembang secara improvisasi berdasarkan
transmisi.
Berdasarkan sistem klasifikasi yang ditawarkan oleh Curt Sach dan Eric M.Von
Hornbostel (1914), maka keseluruhan ala-alat musik Melayu Sumatera Utara dapat
dikelompokan kedalam klasifikasi (1) idofon, pengetar utamanya badannya sendir; (2)
membranofon, pengetar utamanya membrane; (3) kordofon, pengetar utamanaya senar; (4) dan
aerofon, pengetar utamanya kolom udara. Sedangkan Instrument musik Melayu itu sendiri
adalah Gendang Melayu (gendang ronggeng) alat musik ini mempunyai membran diatasnya
terbuat dari kulit binatang gunanya sebagai pengatur ketukan yang dapat membuat mayarakat
bisa terpengaruh khususnya lagu-lagu yang bertempo cepat yang membuat badan ingin menari
(membranofon). Biola yang terdiri dari 4 senar dan memiliki alat gesek yang disebut bouw
sebagai pengiringi lagu tapi terkadang Biola juga sebagai alat musik yang membawa melodi
(kordofon).
Akordion alat musik berbentuk seperti piano, yang memilki tust-tust nada, hanya saja
yang membedakan alat musik dari piano adalah bisa dilihat dari cara bentuk permainannya. Ini
sama halnya dengan biola sebagai pembawa melodi tapi terkadang juga sebagai pengiring lagu
ataupu syair pantun, yang dimana pemain akordion dan biola saling bergantian memainkanya.
Begitu juga tari mereka akan menggunakan lagu yang sudah dilengkapi dengan musik
untuk mengiringi mereka di saat mereka menari (aerofon) karena resonator suaranya dari udara.
Kemudian tawak-tawak atau yang dikenal juga dengan istilah gong. Alat musik ini adalah salah
Di samping alat musik ini, ada juga pengiring musik Melayu yang sudah sangat sulit
dijumpai yaitu rebab Melayu. Alat musik ini hampir sama dengan alat musik biola hanya saja,
alat musik memilki 3 senar, lebih sedikit dibanding biola. Mempunyai alat penggesek, dan cara
bermain juga berbeda dengan biola. Jika biola diletakan di leher pemain, sedangkan rebab
diletakan secara vertikal di depan pemainnya.
Kemudian di samping alat musik rebab ada juga alat musik yang menggunakan teknologi
canggih seperti keyboard, yang tujuannya juga sebagai pengiring tetapi hanya jika diperlukan
saja. Akan tetapi alat ini bukan berarti sebagai alat musik asli Melayu, tetapi bagian alat musik
Melayu saja jika diperlukan. Terkadang juga digunakan oleh masyarakat Melayu pada saat pesta
perkawinan, sunat, dan lain sebagainaya untuk penghematan pembayaran pemusik.
Ada satu konsep musik yang lazim digunakan dalam kebudayaan musik Melayu, yaitu
rentak. Rentak-rentak dalam seni pertunjukan Melayu di antaranya ialah, rentak senandung,
mak inang, lagu dua, (joget), zapin, ghazal, hadrah, dan lain sebagainya. Rentak ini juga
berkaitan dengan erat dengan ekspresi emosi, misalnya rasa gembira diekspresikan melaui rentak
joget atau lagu dua. Sedangkan rasa sedih dieskpresikan melalui rentak asli atau rentak
senandung. Selain itu, selaras dengan perkembangan zaman, masyarakat Melayu juga
mengadopsi secara akulturatif berbagai rentak musik dunia. Namum dengan pertimbangan
matang dan sistem penapisan yang baik, agar rentak musik dunia itu sesuai dan sepadan dengan
budaya Melayu. Contoh rentak yang mereka adopsi adalah chacha, rumba, serta musik Timur
Tengah (Arab). Seperti lagu Habibi, Salabat Laila, Naam Sidi, dan lain-lain.
Menurut Fadlin (1988) di dalam musik Melayu, ada tiga dasar rentak yang sering
digunakan yaitu rentak senandung (4/4, dalam satu siklus delapan ketukan) yang berirama
Laksamana Mati Dibunuh, Kuala Deli, Sri Mersing, Damak, Sayang Serawak, Laila Manja, dan
lain-lain. Dalam rentak senandung ini, ada lagu yang diciptakan oleh Nur ‘Ainun yaitu Jangan
Duduk Termenung. Kemudian ada rentak mak inang yang memilki ketukan (2/4), temponya
sedang, dan lagu-lagunya selalu bertemakan persahabatan ataupun kasih sayang. Contoh dari
lagu yang rentaknya mak inang adalah Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Juara, Mak Inang
Stanggi, Pautan Hati, Haji Lahore, Mak Inang Kampung, dan lain-lainnya.
Yang lainnya adalah rentak lagu dua, yang berbirama 6/8. Rentak ini disebut juga oleh
masyarakat Melayu sebagai rentak joget. Rentak ini sangat banyak disukai oleh masyarakat
Melayu. Karena rentak ini cepat, sesuai untuk membuat suasana ceria dan gembira, maka lagu
dalam rentak ini selalu bertemakan tentang hal-hal yang gembira atau senang. Contoh dari
lagu-lagu Melayu dalam rentak lagu-lagu dua atau joget adalah: Tanjung Katung, Seramang Laut, Hitam
Manis, Selayang Pandang, Gendang Rebana, dan lain-lainnya. Rentak-rentak inilah yang
selalu dipakai dalam musik Melayu untuk mengiringi lagu-lagu. Ini juga lah yang menjadi
ketertarikan saya untuk membahas rentak dalam lagu Melayu yang dibawakan oleh Nur ‘Ainun
untuk dituliskan ke dalam tuilisan ini.
Begitu juga Nur ‘Ainun baginya alat musik Melayu sangat diperlukan untuk mengiringi
lagu-lagu yang beliau nyanyikan. Tanpa alat-alat musik Melayu kurang sedap dengan kata lain
Nur ‘Ainun mengatakan bahwa musik dan nyanyian adalah satu. Beliau juga menambahkan
bahwa musik adalah salah satu alat yang mempunyai irama yang selalu dibutuhkan pada saat dia
ingin menyanyikan lagu-lagunya, dengan menggunakan rentak sebagai pengatur ketukan saat
Beliau bernyanyi.
Sistem politik Melayu adalah musyawarah, yang dijalankan konteks kebudayaan.
Musyawarah yang dijalankan, biasanya membahas mengenai berbagai hal seperti pengelolaan
sistem tanah adat berdasarkan budaya dan adat setempat. Sehingga sistem musyawarah yang
dijalankan akan memiliki corak dan karakter yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang
daerah yang lain. Di sini kita dapat melihat bahwa suku Melayu telah mengenal sistem politik
yang mengakar kepada kebudayaan.
Tidak mengherankan bahwa suku Melayu mempunyai ikatan persaudaraan yang kuat,
sebab musyawarah memaknakan adanya tolong-menolong dan kesetiakawanan sosial, sebagai
suatu permufakatan. Musyawarah juga merupakan sarana dimana rakyat dapat diposisikan untuk
membangun aturan-aturan dasar dalam kehidupannya. yang bersumber kepada hukum adat
setempat.
Sama halnya dengan organisasi ataupun perkumpulan yang sudah dibuat oleh orang
Melayu itu sendiri. Mereka selalu mengutamakan yang namanya musyawarah yang bertujuan
untuk menghargai adanya pendapat-pendapat, dan masukan-masukan yang ingin disampaikan
oleh anggota-anggota dalam organisasi tersebut. Salah satu organisasi yang dibentuk oleh
masyarakat Melayu adalah MABMI yaitu Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia.
Organisasi ini bukan semata-mata hanya sebuah kumpulan orang-orang Melayu yang
hanya duduk saja, akan tetapi organisasi ini memiliki tujuan untuk melestarikan kebudayaan
Melayu. Sehingga organisasi ini tidak sungkan-sungkan mengeluarkan biaya sebesar apapun
untuk yang namanya melestarikan kebudayaan. MAMBI pada masa sekarang ini diketuai oleh
Organisasi yang diikuti oleh Nur ‘Ainun sendiri tidak banyak. Dia hanya punya dua
organisasi. Yang pertama adalah organisasi perwiridan (pengajian) ibu-ibu di sekitar tempat
tinggalnya. Yang kedua adalah himpunan arisan. Dalam berkesenian Nur ‘Ainun tidak masuk ke
dalam kelompok kesenian tertentu. Ia bisa menyanyi dengan kelompok seni mana pun, asal ada
waktu dan kesempatan.
BAB III
Sebagai seorang penyanyi Melayu, Nur ‘Ainun memilki biografi yang begitu menarik
secara budaya, berikut penulis uiraikan untuk bisa kita lihat bagaimana perjalanan hidupnya. Hal
itu mencakup aspek-aspek riwayat keluarga yang meliputi aspek-aspek: masa kecil keluarga,
kemudian pendidikan, Rumah Tangga dan karir.
3.1 Riwayat keluarga
Nur ‘Ainun dilahirkan di Stabat, Langkat, di daerah Kebun Baru, pada tanggal 7
November 1935. Beliau merupakan anak dari pasangan Mohammad Sigit dengan Fatma. Kedua
orang tuanya ini bertempat tinggal di Stabat, JalanTanjung Pura. Sementara asal-usul kedua
orang tuanya adalah kawasan dekat dengan pantai Selat Melaka, yang dikenal dengan istilah
Pantai Gemi, yang merupakan sebuah kota kecil di Stabat. Ayahnya berprofesi sebagai kepala
sekolah di Mensec School. Peenjelasan verbal tentang kinerja ayahnya ini, Nur ‘Ainun
menceritakannya kepada saya sebagai berikut.
Nak, ayah nenek itu kepala sekolah di Mencis School, sekolah yang didirikan oleh Belanda lansung. Saudara-saudara nenek sekolah di situ sampe tamat, kecuali nenek. Kalau nenek hanya sampai tingkat dasar saja di situ, kalau tidak salah kelas 6. Kalau di sini kan kelas enam SD kan. Kalau zaman dulu nggak ada yang namanya SD, hanya tingkatan aja dulu, terus nak, bahasanya juga bahasa Belanda. Makanya dulu nenek bisa bahasa Belanda, tapi kalau sekarang udah nggak ingat lagi semua udah lupa nenek. Tetapi kan nak, ayah nenek itu selain kepala sekolah, dia juga pemain musik. Semua alat musik, bisa dia mainkan. Makanya, waktu itu, di rumah nenek penuh kali alat musik. Mungkin dari situ juga nenek jadi suka musik. Terus karena udah bakat kali ya nak. (Wawancara penulis dengan Nur ‘Ainun 8 Maret 2010).
Di samping sebagai seorang kepala Sekolah, ayahnya juga memiliki kepintaran dalam
bermusik. Terbukti ayahnya dapat memainkan semua alat musik Melayu. Nur ‘Ainun
yang bernama Muhammad Darus. Setelah ayahnya mahir bermain musik, keduanya membentuk
sebuah grup musik yang diberi nama Langkat Band. Nur ‘Ainun juga kurang tahu kenapa grup
ini disebut Langkat Band, tetapi menurutnya mungkin karena tempat tinggal dari Muhammad
Darus tersebut di Langkat, makanya membuat nama grupnya Langkat Band.
Menurut peenjelasan Nur ‘Ainun, ayahnya dapat memainkan sebahagian besar
instrumen dalam musik Melayu, seperti: akordion, biola, gendang Melayu, dan lainnya.
Sehingga di rumah mereka, di Stabat, dijumpai alat-alat musik. Di samping itu, Nur ‘Ainun juga
suka memainkan alat-alat musik tersebut.
Di saat ayahnya meninggal dunia, saat berusia 38 tahun, bisa dikatakan usia muda, Nur
‘Ainun mengatakan bahwa ayahnya meningal karena sakit. Anehnya menurut penjelasan beliau,
ayahnya pada saat itu hanya muntah-muntah saja, tetapi tidak lama kemudia ayahnya
meninggal dunia. Namun demikian, dia mengatakan bahwa itu semua udah ajal. Kita tidak tahu
kematian itu kapan datangnya, hanya Allah saja yang tahu.
Setelah ayahnya meninggal, di sinilah keluarga mereka bisa dikatakan sangat kurang
baik ekonominya. sehingga alat musik yang tadinya memenuhi rumah menjadi tidak ada. Satu
persatu alat musik pun dijual oleh ibu Nur ‘Ainun, untuk dapat melanjutkan hidup mereka.
Ibunya tidak memiliki pekerjaan.
Alat-alat musik dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup 7 anak yang ditinggalkan
kepada ibunya. Namun demikian, di sisi lain Nur ‘Ainun sebenarnya tidak ingin alat-alat musik
Melayu itu dijual, karena dia sangat sayang sama ayahnya. Dia berharap agar dia bisa
Untuk itu Nur’Ainun ingin menceritakan kisah kehidupannya disaat mereka ditinggalkan
sama kepala keluarga serta tulang pungung keluarga dan disini juga Nur ‘Ainun menceritakan
bahwa ibunya juga adalah keturunan Thailand. Berikut penuturanya.
Memang dulu semua alat musik yang ditinggalkan ayahnya nenek sudah habis dijual sama ibunya nenek. Soalnya untuk makan nak, tapi di sini untuk apalah lah ya nak, soalnya nggak ada yang bisa main. Makanya dijual aja, ya udahlah nak. Nenek bisa sedih kalau ingat ayah nenek. Kalau bisa nenek lebih suka cerita tentang Ibu nenek yang keturunan Thailand. Memang benar, dulu mamak nenek pernah cerita kalau ibunya nenek mengatakan bahwa dia memilki campuran Thailand yang berasal dari ibunya, yaitu buyut-buyut atau nenek moyang ada yang menikah dengan orang Thailand tapi sudah jadi Melayu, sudah Islam. Sampai sekarang ya nak, nenek tidak tahu kapan ibu nenek dan ayah nenek menikah, lupa nenek nak (wawancara 2 April 2010)
Ketika Ayahnya wafat beliau meninggalkan 7 anak. Anaknya sendiri terdiri dari tiga
anak laki-laki, dan empat perempuan. Nur ‘Ainun sendiri anak keempat dari 7 bersaudra.
Berikut ini adalah nama-nama saudara kandung Nur ‘Ainun;
(1) Hj.Hania (anak perempuan sulung),
(2) Muhammad Arifin (anak laki-laki yang paling besar, sekarang beliau sudah
meninggal dunia),
(3) Sauda (anak ketiga perempuan),
(4) Nur ‘Ainun (dia sendiri),
(5) Nur ‘Aini (anak kelima perempuan),
(6) Fahrudin (anak keenam laki-laki), dan
(7) Muhammad Ardi (anak laki-laki paling bungsu)
Penulis juga mempertanyakan mengenai kapan tanggal lahir dari saudara-saudaranya.
yang telah berusia reatif tua dan ingatanya juga sudah berkurang, sehingga penulis tidak mau
memaksakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menguras pikirannya. Tetapi di sini Nur ‘Ainun
menceritakan kemalasannya dalam melaksanakan pekerjaan rumah. Berikut penuturanya.
Kalau ingat dulu nak, nenek bisa ketawa. Dulu nenek itu paling nggak mau disuruh ngapa-ngapain. Jangankan nyapu, nyuci piring aja kakak nenek. Udah itu nenek itu nak, orangnya nggak rapi, tapi di keluarga nenek cuma nenek yang memang punya bakat nyanyi. Biarpun saudara-saudara nenek itu bisa juga nyanyi, tapi yang meneruskan itu cuma nenek nak. Cuma nenek yang cari uang di musik, biarpun itu tidak jadi patokan. Yang penting bakat nenek bisa tersalurkan. Makanya nak biar pun nenek nggak pernah mengerjakan pekerjaan rumah, tapi di keluarga nenek itu, nenek itu paling disayang lho nak. Disayang sama abang dan kakak nenek, memang nenek itu suka kali ingat-ingat zaman dulu waktu nenek masih kecil (wawancara 13 Mei 2010).
Keluarga Nur ‘Ainun bisa dikatakan keluarga besar. Setelah ayahnya meninggal dunia,
mereka pun pindah ke Stabat, tepatnya di Jalan Kebun Baru. Mereka tinggal bersama nenek dari
ibu beliau yang mereka panggil andung. Di sinilah mereka tinggal, dan tempat tinggal mereka itu
bukanlah rumah mereka sendiri, melainkan rumah dinas dari ayah mereka. Karena pada zaman
dulu kepala sekolah mendapat jatah rumah dinas. Rumah dinas ini berada di lokasi sekolah
tempat mengajar.
Setelah ayahnya meninggal dunia, Tuhan pun punya rencana lain terhadap keluarga Nur
‘Ainun ini. Saudaranya laki-laki yaitu anak kedua yang bernama Muhammad Afirin, meninggal
dunia. Kapannya Nur ‘Ainun juga lupa tanggalnya, tapi jelas mereka sangat sedih abang yang
sayang sama dia telah pergi menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dari penuturan Nur ‘Ainun sendiri terungkap bahwa ia sangat disayang di keluarganya.
sangat manja. Sehingga setiap pertanyaan mengenai keluarga Nur ‘Ainun sangat antusias dan
sangat senang saat bercerita.
Setelah Nur ‘Ainun berusia 8 tahun, keluarganya memutuskan agar dia pindah ke
Medan dan keluarganya tetap tinggal di Stabat. Nur ‘Ainun tinggal bersama waknya yang
bernama Hanifah dan suaminya bernama Muhammad Chair yang bekerja di Kepolisan di Jalan
Kampung Keling, tetapi bukan polisi, hanya bekerja di kantor polisi. Nur ‘Ainun pun tinggal
bersama mereka di Jalan. Sukaraja di sebelah Istana Maimun yang dikenal sekarang sebagai
Jalan Brigjen Katamso, Gang Warni.
Lebih jauh Nur ‘Ainun mengatakan bahwa waknya beserta suami adalah teman dekat
Sultan Deli, yaitu Tengku Othman. Dia juga sudah lupa nama panjang Sultan Deli, karena dia
hanya sering mendengar orang-orang memanggil dengan istilah Tuanku saja. Memang inilah
sebutan yang selalu digunakan orang Melayu untuk menyebut rajanya. Orang Melayu tidak
menyebut nama sultannya, karena kurang sopan.
Penulis juga diperkenankan mereproduksi sebuah foto keluarga Nur ‘Ainun, yang terdiri
dari ayah, ibu, serta saudara-saudara Nur ‘Ainun, seperti pda gambar berikut ini.
Gambar 3.1:
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
3.2 Riwayat Pendidikan
Di Medan Nur ‘Ainun melanjutkan pendidikanya di sekolah terpopuler pada zaman itu,
yaitu sebuah sekolah yang didirikan oleh Inggris. Nama sekolah tersebut adalah Khalsa Engglis
School. Di sekolah ini, murid-muridnya hanyalah orang-orang yang berketurunan bangsawan
saja. Nur ‘Ainun pun pindah ke sekolah ini bukan hanya karena waknya sebagai teman dekat dari
Sultan Deli, melainkan juga memang Nur ‘Ainun punya “keistimewaan intelektual.” Sebelum
masuk sekolah, Nur ‘Ainun diuji terlebih dahulu oleh pihak sekolah. Mereka mengadakan tiga
kali ujian, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Nur ‘Ainun pun ternyata berhasil melewati
ujian-ujian tersebut. Sehingga dia bisa masuk kesekolah ini, dan lansung duduk di kelas 3, atau
setara dengan kelas 1 SMP sekarang ini. Saat itu di sekolah ini, tingkatan sekolah adalah tingkat
Lebih lanjut Nur ‘Ainun mengatakan pada penulis, pada saat itu dia satu sekolah dengan
anak Sultan Deli yang bernama Azmi Perkasa Alam, namun tidak sekelas. Nur ‘Ainun
mangatakan di sekolah ini tetap saja ada pengelompokan setara sosialnya, yang dapat dilihat
dari interaksi pergaulan sesama mereka.
Uang sekolah di sini cukup mahal, yaitu berjumlah 25 perak. Makanya karena itu Nur
‘Ainun tidak sampai tamat hanya kelas 5 saja, berikut penuturanya:
Memang nak, nenek dulu disekolah itu nggak tamat cuma sampe kelas 5 aja. Soalnya biayanya mahal. Kalau minta sama wak nenek, nenek segan nggak berani. Terus, karena nenek sering dipanggil nyanyi, jadinya nenek sering nggak datang, gitu lah nak. Makanya nenek nggak tamat, hanya sampai kelas 5 aja (wawancara 21 Juni 2010)
Setelah ia keluar dari sekolah tersebut karena ketiadaan uang sekolah, Nur ‘Ainun pun
melanjutkan kursus bahasa Inggris. Namun dalam prosesnya, ia juga tidak menyelesaikan
kursusnya ini. Menurut penjelasan beliau, sebabnya adalah banyak orang-orang yang iri sama
dia, karena ia termasuk murid yang pandai dalam berbahasa Inggris. Pada saat dia pulang
kursus, ada orang yang sering mencegatnya, atau memberhentikannya di tengah jalan terutama
perempuan. Kalau perempuan umumnya iri dengan dia, berbeda dengan laki-laki. Mereka ini
sangat suka pada Nur ‘Ainun sehingga mereka pun melakukan hal yang sama dengan yang
dilakukan oleh para wanita tersebut, yaitu mencegat Nur ‘Ainun di tengah jalan. Inilah yang
memebuat Nur ‘Ainun menjadi takut, sehingga dia memutuskan tidak mau melanjutkan
kursusnya lagi. Salah satu hal yang dilakukannya hanya fokus pada bernyanyi saja, karena pada
saat itu hal yang paling dia suka adalah bernyanyi. Sehingga Nur ‘Ainun pun bisa dikatakan
kurang baik dalam dunia pendidikan, tetapi bukan Nur ‘Ainun tidak pandai dalam berpikir dan
belajar, melainkan ada hal-hal yang membuat dia tidak menyelesaikan pendidikanya dengan