II. Pelanggaran Konstitusi, Hukum dan Peraturan Indonesia, dan Hak Asasi
4. TANGGAPAN ATAS TUNTUTAN TIM JAKSA PENUNTUT UMUM – KESAKSIAN
Majelis Hakim Yang Mulia
Persidangan ini telah berlangsung lebih dari satu tahun dan bahkan saat menulis Pembelaan ini, saya menemui kesulitan mengingat kesaksian yang telah disampaikan oleh seluruh saksi di pengadilan. Dalam Pembelaan ini saya akan berusaha memberi tanggapan terhadap tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh Tim Jaksa Penuntut Umum, berdasarkan kesaksian aktual yang telah disampaikan di pengadilan guna membuktikan bahwa seluruh tuntutan sebagaimana tertuang dalam Tuntutan tidak saja tidak berdasar tetapi juga tidak didukung secara faktual oleh kesaksian para saksi atau pun ahli.
Saya memohon kearifan Majelis Hakim bahwa saya akan menyampaikan beberapa hal yang dikemukakan oleh pihak Jaksa Penuntut Umum dengan mengambil kutipan-kutipan aktual dari kesaksian di bawah sumpah.
Hal Perizinan
Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum menyatakan:
¾ Bahwa Surat Nomor Nomor B-1456/Bapedal/07/2000 B-1456/2000 yang dikeluarkan tanggal 11 Juli 2000 itu, bukan surat izin buang limbah tailing ke laut tetapi surat untuk membuat ERA dengan metode joint sampling (pengambilan sampel bersama-sama dengan instansi terkait)
Jika kita baca Berita Acara Pemeriksaan (BAP), pertanyaan nomor 4 mengenai kesaksian Sony Keraf kepada Kepolisian tanggal 25 Agustus 2004, kalimat tersebut berbunyi sebagai berikut :
4. Benarkah pada saat Saudara menjabat Menteri Negara Lingkungan Hidup/ Kepala Bapedal pernah memberikan izin kepada NMR untuk membuang limbah tailing ke Teluk Buyat?
4. Ya, saya pernah memberikan izin sementara pembuangan limbah tailing PT Newmont Minahasa Raya ke Teluk Buyat sesuai dengan surat saya selaku Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal kepada Direktur Utama PT Newmont Minahasa Raya Nomor B-1456/Bapedal/07/2000 tanggal 11 Juli 2000 perihal pembuangan limbah tailing ke Teluk Buyat.
Tampaknya orang-orang di luar Tim Jaksa Penuntut Umum telah menyusun tuntutan dengan permohonan hukuman penjara selama tiga tahun, bukan saja tidak membaca laporan Penyidikan Kepolisian dengan seksama tetapi juga orang yang menyusun tuntutan tersebut bisa dipastikan tidak hadir dalam persidangan selama berlangsungnya kesaksian dari mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup tersebut. Karena, menurut transkripsi sidang pengadilan tanggal 27 Januari 2006, Menteri Sony Keraf dan pihak Jaksa Penuntut Umum menyebut surat B-1456/2000 yang dikeluarkan tanggal 11 Juli 2000 merupakan izin, faktanya bahkan Majelis Hakim Yang Terhormat juga mengatakan bahwa surat tersebut merupakan izin:
Kutipan - Transkripsi Sidang 27 Januari 2006 Menteri Sony Keraf (SK) ketika ditanya oleh Majelis Hakim Yang Terhormat (HK)
Sony Keraf
HK III: Dalam bentuk apa itu kewajiban dari PT Newmont Minahasa Raya untuk membuat studi ERA itu?
SK: Bagaimana?
HK III: Melakukan studi Ecological Risk Assestment (ERA) ini, sesudah ada pengaduan, sesudah ada pembuangan limbah ke laut terus ada pengaduan ataupun ada ya apa istilahnya menimbulkan reaksi, kemudian dari Menteri KLH mengeluarkan izin sementara sambil memeriksa apakah benar itu kan begitu ya, dan mewajibkan kepada PT Nemwont Minahasa Raya untuk melakukan studi Ecological Risk Assessment kan gitu ya?
HK III: Pada waktu itu perintah itu di apa, dituangkan dalam bentuk apa? SK: Di dalam surat.
HK III: Surat ya? SK: Surat dari Menteri Lingkungan Hidup, sorry, surat sebagai Kepala Bapedal.
HK III: Nanti bisa ditunjukkan nanti izin sementara pembuangan limbah, ada fotokopinya di situ
SK: Ada.
Dalam dialog antara Sony Keraf dan Tim Jaksa Penuntut Umum, mereka menyebut surat tersebut izin (meskipun kata sementara digunakan).
Kutipan transkripsi sidang tanggal 27 January 2006 Menteri Sony Keraf (SK) ketika ditanya oleh Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU):
J3: Tidak ada ya. Berarti izin tetap atau izin permanen untuk pembuangan tailing ke laut tidak pernah dikeluarkan dalam kementerian Saudara? SK: Tidak.
J3: Ya, dan Saudara mengatakan dengan surat, menurut keterangan Saudara tadi dengan surat Saudara itu adalah izin yang bersifat sementara apakah nanti bisa diteruskan pembuangan tailing atau tidak tergantung dari studi ERA yang dilakukan?
SK: Betul.
J3: Ya. Sampai Saudara selesai menjabat, sebelum sampai ke sana surat itu dikeluarkan tanggal berapa Pak?
SK: Surat itu dikeluarkan tanggal 11 Juli tahun 2000.
J3: 11 Juli tahun 2000, dan Saudara menjabat menteri sampai Agustus 2001 ya Pak ya.
SK: Ya.
Selama pemeriksaan Ahli, Ketua Majelis Hakim pernah bertanya kepada Ahli Hukum Administratif yang diajukan oleh Jaksa, Yusuf Warlan, yang menyatakan Surat Sony Keraf No.1456/BAPEDAL/07/2000 tanggal 11 Juli 2000 tersebut adalah “ijin” bukan izin. Ketua majelis memberitahukan Ahli
tersebut bahwa si pembuat surat, Menteri Sony Keraf di persidangan, menyatakan surat tersebut sebagai izin.
Di bawah sumpah, kelihatannya tidak seperti Menteri, Tim Jaksa Penuntut Umum mengira bahwa surat bernomor B-1456/2000 yang dikeluarkan tanggal 11 Juli 2000, hanya surat belaka, surat tersebut adalah tanggapan atas surat permohonan saya, yang mana dalam surat permohonan saya tersebut tercantum “memajukan izin” dan sebagai jawaban atas surat saya tersebut, Menteri Negara Lingkungan Hidup menerbitkan surat No.1456/BAPEDAL/07/2000 yang menyatakan bahwa NMR diizinkan untuk membuang tailing. Saya menyimpulkan bahwa surat No. 1456/BAPEDAL/07/2000 adalah izin yang saya mohon. Semua saksi menggunakan kata “izin”, meski kata “sementara” terkadang digunakan. Tetapi kata sementara dijelaskan berdasarkan pemeriksaan silang Menteri Sony Keraf oleh pengacara Palmer Situmorang (PS)
Kutipan Menteri Sony Keraf (SK) pada pemeriksaan pengadilan tanggal 27 Januari 2006
PS: Di dalam surat ini, Saudara boleh juga membacanya karena sudah sama dengan yang Saudara punya, apakah ada disebut ini kata “sementara”, apakah Saudara menemukan kata sementara?
SK: Memang tidak ada kata sementara…
Bahkan ketika saya (RBN) memeriksa silang pernyataan Menteri Sony Keraf (SK), transkripsi pengadilan menunjukkan :
Kutipan transkripsi sidang pada pemeriksaan tanggal 27 Januari 2006.
RBN: I can conclude that I accept the Witness’ testimony that he has a Minister issue develop permit to disposal of tailings to Buyat Bay. HS: Kalau dengan demikian saya dapat menyatakan sebagai satu konklusi
bahwa saya menerima kesaksian dari Pak Menteri, dari Bapak sebagai menteri pada waktu itu telah mengeluarkan izin resmi untuk menempatkan tailing di Teluk Buyat.
SK: Izin sementara seperti yang saya katakan dalam… RBN: And as the Minister you never revoked that permit?
HS: Dan sebagai menteri sewaktu menjabat sebagai menteri tidak pernah menolak atau mencabut izin tersebut?
SK: Izin itu belum ada surat mengenai pencabutan atau apa karena masih menunggu hasil
Karenanya mudah untuk memahami berdasarkan transkripsi sidang pengadilan bahwa ada izin, saya ulangi, ada izin. Sebagian mengira izin tersebut bersifat sementara, tetapi bahkan Menteri Sony Keraf menyatakan bahwa surat tersebut tidak menyatakan sementara sehubungan dengan izin tersebut, bahwa ia tidak pernah mencabut surat tersebut dan karenanya surat tersebut berlaku dan tidak pernah ditarik kembali.
Berdasarkan transkripsi sidang 14 Juli 2006 sangatlah mudah untuk mengetahui bahwa Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nabiel Makarim (NM) dan Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) juga menyatakan bahwa surat nomor B-1456/2000 yang dikeluarkan pada tanggal 11 Juli 2000 adalah izin.
Kutipan transkripsi sidang, pemeriksaan pengadilan tanggal 14 Juli 2006. (Catatan: J2 singkatan dari Jaksa kedua, NM adalah singkatan dari Nabiel Makarim)
J2: Ya, baik. Kemudian yang saya ingin tanyakan, masih berkaitan dengan itu. Apakah PT Newmont Minahasa Raya itu pada saat Saudara menjabat selaku menteri
pernah mengeluarkan izin kepada PT Newmont Minahasa Raya untuk melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan? Apakah Saudara dalam bentuk surat tertulis kepada PT Newmont Minahasa Raya?
NM: Jawabannya adalah tidak, karena tidak perlu bagaimana izin atas izin, ini kan nggak mungkin. Izin ini sudah jalan, ini berlaku mengapa harus ada izin lagi.
J2: Yang izin yang Saudara katakan berlaku yang mana? NM: Yang tanggal 11 Juli, dari Pak Sony, kan harus... J2: Yang surat Nomor 1456 itu?
NM: Saya harus mengikuti kebijakan yang ada dulu, keputusan kantor itu harus ada konsistensi. Apakah karena saya yang menjabat semua izin saya harus beri izin lagi. Tidak kan? Nanti, jadi konsisten mengikuti apa yang ada di sini.
J2: Ya. NM: Ya, baik.
J2: Baik, kemudian apakah untuk cara menjadi Menteri Negara Lingkungan Hidup Saudara pernah mengeluarkan izin kepada PT Newmont Minahasa Raya?
NM: Pak, kembali izinnya adalah ini Pak, ini Pak izinnya sudah ada, menjadi keputusan dari menteri yang sebelumnya. Bagaimana kalau saya memberi izin lagi, ada berapa puluh lagi yang perlu.
Menurut keterangan ahli, Safri Nugraha (SN) di bawah sumpah pada 30 Juni 2006 di pengadilan ini, ketika diperiksa oleh Para Pembela, keterangannya adalah sebagai berikut:
Kutipan transkripsi sidang pemeriksaan pengadilan tanggal 30 Juni 2006.
LMPP: Saudara Ahli, mohon dibaca halaman pertama, itu dimulai dengan “sehubungan dengan surat Saudara No.1221 dan
seterusnya tertanggal 17 April 2000, jadi itu yang disebutkan oleh Saksi tadi permohonan itu tadi, jadi dimulai dengan permohonan. Dan surat ini adalah dari PT Newmont Minahasa Raya, oleh karena itu surat ini ditujukan kepada Direktur Utama PT Newmont Minahasa Raya. Pertanyaan saya, setelah melihat surat ini, coba dilihat dulu dengan seksama apakah menurut hukum administrasi negara yang Saudara, yang merupakan keahlian Saudara, ini merupakan suatu izin atau tidak?
SN: Oke. Saya melihat ini adalah surat dari pejabat publik yang sah, yang berwenang, jadi dari Menteri Lingkungan Hidup, Kepala Bapedal, Saudara Sony Keraf. Dan dia diangkat oleh Presiden, ada Keppresnya. Jadi ini merupakan keputusan resmi dari pejabat publik. Yang kedua, ini adalah menjawab permohonan dari PT Newmont Minahasa Raya, sehingga kemudian disimpulkan, diperkenankan, diperkenankan adalah kata-kata lain dari memberikan izin untuk PT Newmont Minahasa Raya untuk membuang limbah tailing
LMPP: Jadi menurut ilmu hukum administrasi negara ini adalah izin? SN: Ya izin menurut ilmu hukum administrasi negara.
Menurut saksi dari Tim Jaksa Penuntut Umum, Asep Warlan Yusuf (AW), di pengadilan pada persidangan tanggal 25 Agustus 2006 ketika ditanya Pembela Terdakwa I (LMPP):
Kutipan transkripsi pemeriksaan pengadilan tanggal 25 Agustus 2006.
LMPP: Baik, dalam dakwaan ini, ini dakwaan ini surat dakwaan saya bacakan ini namanya surat dakwaan. Di sini dikutip ini surat ini baku mutu tailing berdasarkan surat Menteri Negara LH/ Kepala Bapedal 1456 itu maksudnya surat itu jadi
kemudian diuraikan itu yang melebihi itu. Nah kalau begitu konsisten pada pernyataan-pernyataan Saudara, apakah dengan begitu JPU menuduh berdasarkan hukum yang akan datang?
AW: Ya.
LMPP: Baik, cukup Bapak Ketua.
Menurut saya tepat kiranya untuk menyimpulkan bahwa surat B-1456/2000 yang dikeluarkan pada tanggal 11 Juli 2000 adalah izin untuk menempatkan tailing dan izin tersebut tidak bersifat sementara karena surat tersebut tidak menyatakan apa-apa mengenai sementara. Terlepas dari bentuk suratnya dan rumusan kalimatnya, yang jelas adalah bahwa surat saya tertera mohon izin
Penempatan Tailing di Dasar Laut Tekuk Buyat, dan Menteri KLH/ Ketua Bapedal menjawabnya dengan surat pula yang isinya tertulis menyatakan membolehkan saya menempatkan tailing di laut Buyat, maka dari segi hakekat dan esensinya, surat tersebut adalah izin. Jika Tim Jaksa Penuntut Umum memperdebatkan bentuk izin maka, menurut saya, hal tersebut membahas kelengkapan administrasi atau penilaian sah tidaknya surat, mungkin Tim Jaksa Penuntut Umum perlu membawanya ke pengadilan yang khusus untuk administrasi atau peradilan tata usaha negara.
Jika saya menulis surat permohonan izin pembuangan ke institusi pemerintah dan institusi pemerintah tersebut kemudian menanggapi dan merujuk surat saya dengan menyatakan bahwa hal tersebut diperbolehkan untuk melakukan pembuangan dalam jumlah tertentu dengan konsentrasi tertentu, maka kita khususnya saya tentunya akan berasumsi bahwa hal tersebut merupakan izin untuk melakukan pembuangan. Tidak mungkin sebaliknya, tetapi 6 tahun kemudian ternyata hal tersebut terjadi sebaliknya Tim Jaksa Penuntut Umum menganggap itu bukan izin. Kuantitas dan jumlah konsentrasi yang dapat dibuang secara aman dapat diubah setiap saat oleh pihak yang berwenang dan studi ERA dimaksudkan untuk menegaskan bahwa volume dan konsentrasinya dapat diterima oleh Pemerintah atau tidak. Pemerintah bisa mengubahnya kapan saja. Pemerintah memiliki salah satu dari tiga pilihan: meningkatkan standar, menurunkan standar, atau mencabut izin. Pemerintah tidak memilih satu pun dari ketiga pilihan tersebut, karenanya bisa diasumsikan bahwa izin tersebut adalah valid.
Masalah Termoklin
Surat Tuntutan Tim Jaksa Penuntut Umum menyatakan:
Bahwa limbah dalam bentuk tailing dari kegiatan pertambangan Terdakwa I PT Newmont Minahasa Raya tidak ditempatkan di bawah lapisan termoklin….
Ilahude menyatakan:
Berdasarkan data yang ada di dalam dokumen ANDAL PT Newmont Minahasa Raya dinyatakan bahwa kedalaman lapisan temoklin di Teluk Buyat yang posisinya berhadapan langsung dengan laut Maluku) adalah pada kedalaman 50 s/d 80 meter, bagaimana menurut pendapart saudara selaku ahli fisika oseanografi?
11. Dengan menyatakan kedalaman termoklin pada 50 s/d 80 meter, menurut pendapat saya maka hal itu salah dan tidak mungkin , karena berdasarkan hasil riset selama ini lapisan termoklin di laut Maluku berada pada kedalaman 100 meter hingga 300 atau 350 meter.)
Di bawah sumpah, apakah saksi Abdul Gani Ilahude menggunakan hasil penelitian terkini? Padalah berdasarkan transkripsi persidangan tanggal 17 Februari 2006 Abdul Gani Ilahude (AGI), dibawah sumpah,pada intinya menerangkan atas pertanyaan Tim Jaksa Penuntut (JPU) bahwa saksi hanya melakukan penelitian di Laut Maluku dan itupun dilakukan pada tahun 1972. Kebanyakan orang tidak akan menganggap hasil pengukuran yang dilakukan 34 tahun lalu sebagai hasil studi terkini.
Namun, dalam persidangan yang sama ketikan ditanya oleh Majelis Hakim Yang Terhormat (HK) mengenai keberadaan lapisan termoklin di Buyat, saksi menyatakan
Kutipan transkripsi sidang 17 Februari 2006.
AGI: Sama sekali tidak ada kalau di Teluk Buyat atau Teluk Totok tidak akan ada.
HK III: Jadi 100 meter enggak ada, 300 meter pun enggak akan ditemukan termoklin begitu?
AGI: Oh justru tidak ditemukan termoklin di Teluk Buyat karena dalamnya laut disana tidak ada yang 300 an, tidak ada yang 100 - 300 kalau Teluk Buyat itu dalamnya itu 500 itu gambaran termoklin pasti bagus.
Tetapi berikut ini adalah hasil pemeriksaan silang oleh Pembela Terdakwa I (LMPP)
LMPP: Saya mau tanya, tadi sudah ditanyakan tapi tadi tidak fokus, mengenai di Teluk Buyat tadi, ada alat tadi yang masih buat kami perlu ada, Saudara melakukan penelitian sendiri di Teluk Buyat?
AGI: Di Laut Maluku?
LMPP: O, jadi di Laut Maluku? Jadi di Teluk Buyat belum pernah Saudara lakukan?
Sekarang saya bertanya mengapa Tim Jaksa Penuntut Umum merasa perlu untuk menuntut saya atas tindak pidana dan memohon hukuman penjara atas dasar hasil pengukuran yang telah berusia 34 tahun itu dan yang dilakukan di lokasi yang berbeda?
Namun, Tim Jaksa Penuntut Umum juga telah menggunakan AMDAL sebagai bukti. Dimana AMDAL di dalamnya menyatakan bahwa di Teluk Buyat ditemukan termoklin pada kedalaman 50 meter, dan bila dihubungkan dengan keterangan dan hasil penelitian Saksi dan Ahli tanggal 16 Juni 2006 yang dibuat oleh Saksi Ahli Andojo Wurjanto (AW) yang lebih masuk akal, dimana ketika diperiksa oleh Majelis Hakim Yang Terhormat (MH) menerangkan sebagai berikut.
Kutipan transkripsi sidang 16 Juni 2006
AW: Saya pernah ke Teluk Buyat melakukan pengukuran dan saya melakukan banyak kajian dengan data dari Teluk Buyat. Berdasarkan kajian saya, maka termoklin, lapisan
termoklin itu ditemukan rata-rata pada kedalaman 43 meter ke bawah, ini adalah temuan kami untuk perairan Teluk Buyat berdasarkan sejumlah data yang ada pada saya.
HK III: Jadi ujung pipa itu berada pada mixed layer atau termoklin?
HK II: Ada keterangan saksi mengatakan bahwa di daerah Buyat ini, di Pantai Buyat ini tidak ditemukan lapisan termoklin di bawah 82 meter, bagaimana Saudara menyikapi seperti itu, keterangan seperti itu?
AW: Iya, dalam forum ilmiah atau teknik sebuah pernyataan harus di dukung oleh fakta oleh data, nah tergantung bagaimana ahli atau orang tersebut menyatakannya, komentar saya adalah bahwa apa yang saya sajikan di sini itu 100% berdasarkan fakta Pak. Ada fakta dalam jumlah besar, ada definisi yang saya adopsi dan digunakan oleh banyak ahli di dalam profesi ini, saya mengatakan termoklin ada berdasarkan kajian saya, nah kajian yang lain tentu harus di lihat dulu, kalau mengatakan tidak ada di bawah 82 meter itu datanya apa, yang kami tegaskan di sini adalah ini berdasarkan data langsung dari Teluk Buyat sendiri.
Kita dapat secara aman berasumsi bahwa kesaksian berdasarkan pengukuran aktual dan terkini dan data – data diambil dari Teluk Buyat sendiri akan tentu saja lebih akurat bila dibandingkan dengan data yang telah berumur 34 tahun, apalagi yang penelitiannya dilakukan di lokasi lain (bukan di Teluk Buyat). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa lapisan termoklin telah ada dan masih ada di Teluk Buyat.
Masalah Kesehatan
Surat Tuntutan Tim Jaksa penuntut Umum menyatakan:
Masyarakat Buyat Pante mengalami masalah-masalah kesehatan, seperti benjol, kram-kram dan gatal-gatal
Kasus ini pertama kali terjadi menyusul laporan kepada MABES POLRI oleh dr. Jane M. Pangemanan, yang kemudian mencabut kembali laporannya tersebut. Namun, laporan awal menuduh Menteri Kesehatan dan NMR telah berdampak pada kesehatan warga. Laporan asli menyatakan bahwa:
”Pada tanggal 19 Juni 2004 Pelapor telah melakukan pemeriksaan secara medis terhadap sekitar 100 orang warga Pantai Buyat yang hasilnya 80% di
antaranya mengalami gangguan kesehatan dengan gejala yang sama seperti nyeri, kram, gangguan kulit dan timbul benjolan-benjolan pada tubuh, diduga hal tersebut diakibatkan oleh keracunan logam berat (merkuri, arsen, antimon dan lain-lain) yang berasal dari limbah PT Newmont Minahasa Raya. Dengan adanya kejadian tersebut dikarenakan penyebabnya adalah akibat kelalaian PT Newmont Minahasa Raya dan Departemen Kesehatan yang tidak menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya, dan Pelapor mohon kepada pihak yang berwajib untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan sesuai prosedur hukum yang berlaku)”
Telah banyak pembahasan mengenai gejala-gejala benjolan, kram-kram dan gatal-gatal selama satu setengah tahun persidangan. Hasil yang paling tragis dari keterlibatan pihak LSM, termasuk dokter-dokter Mer-C dalam transkrip pengadilan, terungkap pada persidangan tanggal 2 Juni 2006 yang dimulai dengan kesaksian dr. Sandra Rotty (SR) diikuti oleh dr. Joy Rattu (JR) dan dr Winsy Warouw (WW) ketika diperiksa oleh Majelis Hakim Yang Terhormat (HK), Jaksa (JPU) dan Para Pembela.
Kutipan transkripsi sidang 2 Juni 2006
HK II: Di media massa sempat kan terdengar isu mengenai Andini, Anda kan sebagai dokter di sana, Anda bisa ceritakan itu, Andini, apakah Anda pernah menangani atau bagaimana, bisa Saudara jelaskan itu?
SR: Saya bisa menceritakan sebagai kapasitas saya sebagai Kepala Puskesmas ya, Andini pertama berobat di Puskesmas pada bulan Februari ya, dia berobat di situ dengan keluhan pertama di pusar, ada infeksi di pusar ya, dan kemudian kami melakukan pengobatan ya... HK II: Diagnosanya Anda seperti apa?
SR: Infeksi di pusar.
HK II: Betul itu, kemudian Anda melakukan tindakan medis? SR: Medis, kemudian pasien sembuh.
HK II: Sembuh. Setelah itu?
SR: Kemudian pada bulan Maret, kami kebetulan ada dokter ya dengan staf saya, si Andini dibawa oleh orang tua ke Puskesmas dengan keluhan gatal-gatal kemudian dokter mengatakan bahwa itu kemungkinan ada infeksi jamur, tapi dokter menyarankan untuk ibu sesuai dengan protap kami, prosedur tetap di Puskesmas apabila tidak ada perbaikan pasien itu harus dibawa ya kembali ke Puskesmas ya. Tetapi pasien tidak dibawa oleh orang tua ya sudah mengikuti demonstrasi di kantor Gubernur, di mana-mana.
HK II: Itu, itu setelah dilakukan pengobatan? SR: Ya, karena memang ada perbaikan. HK II: Ada perbaikan?
SR: Ada perbaikan, memang. Kemudian pada waktu dokter saya melakukan terapi, kami juga mengatakan pada ibu tersebut, advis, apabila dalam waktu dua atau tiga hari tidak sembuh tolong bawa lagi ke Puskesmas, apabila pasien tidak dibawa ya kami menganggap pasien itu sudah sembuh. Karena memang itulah prosedur yang kita pakai di Puskesmas. Dan memang pasien tidak dibawa ya, dan tiba-tiba kami mendengar pada sekitar tanggal 3 Juli, pasien sudah meninggal. Dan setelah kami melakukan pemeriksaan di lapangan ternyata obat-obat tidak diminum.
HK II: Obat-obat yang Anda berikan?
SR: Obat yang diberikan oleh Puskesmas.
HK II: Kalau demikian, setahu Anda, Andini ini meninggal di rumah atau di rumah sakit?
SR: Di rumah.
HK II: Apakah pernah Anda merekomendasikan si Andini ini, karena memang kan penanganan pertama kan awal dari Anda kan, untuk bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit yang lebih besar, pernah enggak?
SR: Ya, kami memang menyiapkan rujukan, tetapi memang dari pihak keluarga sudah menolak untuk...
HK II: Anda tahu dari mana ini bahwa obat-obatnya tidak diminum, apakah