• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGAPAN MODEL PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI COVID

A. Tanggapan Guru

Pembelajaran dengan metode daring ( dalam jaringan ) atau online membuat para guru dituntut untuk lebih membiasakan diri dengan teknologi yakni memanfaatkan teknologi dalam proses pengajaran. Namun dalam konteks ini, model pembelajaran daring di masa pandemi covid – 19 dinilai perlu adanya beberapa evalusi. Hampir dirasakan secara garis besar menurut pandangan guru, pembelajaran daring kurang efektif dan maksimal dalam pelaksanaannya. Siswa terlihat tidak fokus dan kurang tertarik dengan metode daring. Beberapa kendala lain seperti media pembelajaran smartphone juga lemahnya sinyal internet juga menghambat proses pembelajaran.

Selama masa pembelajaran daring yang sudah dilakukan, hal yang terasa adalah kurangnya partisipasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Sehingga hal tersebut berimbas pada kurangnya interaksi antara guru dengan siswa.

Dari pihak gurupun juga sebenarnya banyak kendala. Kapastitas memori Hp misalnya. Dengan adanya pengiriman tugas-tugas siswa membuat memori Hp akan full dan tidak jarang membuat Hp akhirnya nge-blank.

Disisi lain guru juga menyadari bahwa menjelaskan materi dengan metode daring memang kurang efektif, hal ini dikarenakan karena terbatasnya ruang dan kondisi. Berbeda dengan pembelajaran tatap muka, guru dapat menjelaskan materi dengan lebih detail, kemudian siswa menanggapi dengan bertanya atau berdiskusi dengan teman sekelas. Sedangkan pada metode daring ini, terlebih hanya menggunakan fasilitas aplikasi whatsapp dapat dikatakan pembelajaran hanya satu

47

arah. Siswa memang masih dapat menanggapi, tidak tidak bisa maksimal.

Selain itu, kendala lain adalah bahwa tidak semua guru mampu dalam menggunakan metode daring e – learning, baik itu dengan google classroom yang banyak dipakai maupun e – learning lainnya. Bagi mereka tentu hal ini menjadi hambatan dan kendala tersendiri. Namun, semua ini memang harus dilakukan, sesulit apapun. Mengingat memang pandemi ini sangatlah berbahaya bagi kehidupan, terlebih proses penyebarannya yang mudah. Pembelajaran model daring ini dipilih sebagai salahsatu upaya untuk memutus mata rantai penyebaran covid – 19. Terlebih bagi guru-guru di tingkat PAUD dan sekolah dasar. Hal ini harus ditempuh karena peserta didik diusia tersebut masih rentan kondisi kesehatannya.

B. Tanggapan Orangtua

Orangtua akhirnya merasakan menjadi seorang guru bagi anak-anak mereka. Terlebih bagi anak-anak mereka yang berstatus siswa tingkat Paud dan sekolah dasar yang dalam pembelajaran model daring memang membutuhkan bantuan dan pantauan orangtua.

Pada dasarnya orangtua merasa terbebani dengan metode daring ini. Dari segi biaya, mereka tentu membutuhkan pemakian kuota yang lebih banyak dari biasanya. Sedangkan di masa pandemi ini terjadi pembatasan kegiatan yang berimbas pada pekerjaan para orangtua.

Selain dari segi biaya, yakni waktu. Tidak semua orangtua dapat mendampingi anaknya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini juga menjadi kendala apabila disaat yang bersamaan orangtua masih dalam jam kerja.

Kendala lain yang dirasakan adalah bahwa tidak semua orangtua memahami dan mengetahui materi yang dijelaskan. Mereka akan bingung dan kesulitan saat menjelaskan kembali

48

kepada anak-anak mereka. Memang di masa pandemi ini, orangtua dipaksa menjadi guru bagi anak-anak mereka.

Tanggapan lain adalah ternyata juga ditemukan orangtua yang kurang bisa dalam menggunakan smartphone sebagai salahsatu media yang banyak digunakan dalam proses pembelajaran model daring. Akibatnya anak mereka terlambat atau bahkan tidak mengumpulkan tugas yang telah diberikan oleh guru.

Kendala lain yang dirasakan oleh orangtua, khususnya orangtua di tingkat Paud dan sekolah dasar adalah ketika anak sudah tidak tertarik dan kurang berpartisipasi ketika pembelajaran berlangsung. Anak bahkan sudah tidak mau atau dalam kata lain sudah tidak perduli dengan pembelajarannya. Sehingga tak jarang tugas-tugas yang diberikan oleh guru akhirnya tidak dikerjakan oleh siswa namun dikerjakan oleh orangtua siswa.

Hal ini akhirnya memunculkan rasa malas bagi siswa. Ketika siswa sudah tidak tertarik, maka mereka akan cepat bosan. Rasa inilah yang nantinya akan menyebabkan siswa akan malas dalam belajar, sebab motivasi di dalam dirinya rendah.

Tanggapan lain adalah dengan adanya pandemi ini akhirnya para orangtua sadar betapa peran seorang guru begitu besar dalam mendidik siswa-siswa mereka. Guru tidak hanya mencerdaskan tetapi juga membangun karakter siswa melalui interaksi-interaksi yang terjalin diantara keduanya.

C. Tanggapan Siswa

Tanggapan siswa mengenai keputusan bahwa sekolah diliburkan karena adanya pandemi covid – 19, pada awalnya mereka merasa sangat senang. Ditambah lagi diawal-awal libur mereka belum mendapatkan pembelajaran daring dan

tugas-49

tugas sekolah. Hampir semuanya mereka senang dengan adanya libur di masa pandemi.

Hari berganti, lambat laun siswa-siswa ini akhirnya merasakan kejenuhan yang luar biasa. Mereka mengatakan ingin segara sekolah seperti sedia kala. Mereka rindu dengan aktivitas disekolah. Bermain bersama teman, berdiskusi di kelas, melakukan praktikum pembelajaran dan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

Lama kelamaan, setelah siswa mengikuti pembelajaran daring, mereka menilai bahwa pembelajaran daring seperti itu sangat membosankan. Materi yang disampaikan pun terbatas. Daya tanggap materi yang diterima oleh siswa juga rendah. Hampir semua siswa mengatakan tidak faham dengan materi-materi yang diberikan. Tidak seperti ketika pembelajaran secara langsung dikelas. Ketika ada materi yang belum mereka fahami, mereka dapat bertanya kepada guru atau mendiskusikannya dengan teman-temen mereka dengan bantuan arahan guru.

Sedangkan di dalam metode pembelajaran daring, semua dirasa terbatas. Guru menjelaskan secara garis besar saja, kemudian mengirim tugas untuk siswa dan siswa diharuskan untuk mengerjakan dan mengumpulkan tugas tersebut.

Banyak dari mereka yang mengerjakannya dengan sistem copy-paste milik teman-temen mereka yang lain. selain karena faktor kurang fahamnya terhadap materi, juga karena mereka malas untuk mengerjakannya. Selain itu mereka beranggapan bahwa guru mereka pasti tidak akan memantau satu persatu siswanya. Berbeda dengan kegiatan pembelajaran di kelas, dimana guru dapat memantau perkembangan dan sikap siswanya secara langsung.

Para siswa di tingkat Paud dan sekolah dasar banyak menggunakan waktu “libur” mereka dengan bermain dan bermain. Sedangkan untuk tingkat SMP dan SMA waktu

50

“libur” ini banyak mereka gunakan untuk sekedar bermalas-malasan dengan tiduran, bermain sosial media maupun bermain game online.

Kendala lain yang dirasakan oleh siswa adalah kurangnya fasilitas internet. Wilayah Desa Puter kadang masih terkendala dengan sinyal internet dibeberapa tempat. Hal ini menyebabkan ketika para siswa dengan mengikuti kegiatan pembelajaran daring, tersendat oleh sinyal intenet. Belum lagi saat waktu pengumpulan tugas dilakukan bersamaan, maka biasanya akan terjadi sistemnya down.

Hal ini seperti yang mereka rasakan saat ujian online beberapa waktu yang lalu. Dikarenakan pengguna sistem ujian online ini banyak, pada saat siswa mengerjakan dan mengirim jawaban, tiba-tiba sistem down. Akhibanya siswa kebingungan dan khawatir jika jawaban ujian mereka tidak terkirim.

Dari adanya pandemi ini, siswa benar-benar merindukan untuk segera bersekolah seperti sediakala sebelum pandemi ini ada. Siswa merindukan berkumpul bersama teman di sekolah. Berorganisasi intra sekolah, berkegiatan di ekstrakulikuler sekolah, dan proses belajar mengajar bersama guru secara tatap muka.

51

Dokumen terkait