• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Tangguh Bencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. Desa Tangguh Bencana

kemampuan untuk beradaptasi secara positif dalam menghadapi tekanan atau kesulitan untuk dapat kembali pada keadaan asli (Masten & Gewirtz, 2006).

F. Daerah Rawan Bencana

Daerah rawan bencana merupakan daerah yang memiliki kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut terdapat 136 kabupaten/kota di Indonesia yang menjadi daerah rawan bencana. Daerah tersebut apabila terjadi bencana maka pemerintah dapat menetapkan daerah rawan bencana menjadi daerah terlarang untuk pemukiman. Sealin itu pemerintah dapat mencabut atau mengurangi sebagian atau seluruh hak kepemilikan setiap orang atas suatu benda sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

G. Desa Tangguh Bencana

Menurut Peraturan Kepala BNPB No.1 Tahun 2012 tentang Pedoman Desa/Kelurahan Tangguh Bencana menyebutkan bahwa desa tangguh bencana adalah desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak-dampak bencana yang merugikan. Desa tersebut dalam program pembangunannya harus membuat program: (a) peta ancaman bencana; (b)

peta dan analisis kerentanan masyarakat terhadap dampak bencana; (c) peta dan analisis kapasitas dan potensi sumber daya; (d) draf rencana penanggulangan bencana; (e) draft rencana aksi komunitas; (f) relawan penanggulangan bencana; (g) sistem peringatan dini berbasis masyarakat; (h) rencana kontigensi; dan (i) pola ketahanan ekonomi. Setiap desa yang termasuk dalam kategori tersebut mendapatkan bantuan dana dari BNPB.

. . . .

A. Karakteristik Daerah Rawan Bencana Gunung Berapi

1. Gambaran Umum Wilayah Merapi

Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis terbentang mulai 110°13’00” sampai dengan 110°33’00” BT dan mulai 7°34’51” sampai dengan 7°47’03” LS. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Magelang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta. Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 574,82 Km atau sekitar 18 persen dari luas wilayah Propinsi DIY yang seluas 3.185,80 Km.

peMBAHASAN

bab iii

Gunung Merapi terletak di wilayah kabupaten Sleman dan dijadikan Taman Nasional Gunung Merapi melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 134/MENHUT-II/2004 tanggal 4 Mei 2004 seluas 6.410 Ha. Pada bulan Juni 2014 melalui Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014, Taman Nasional Gunung Merapi ini ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang diprioritaskan penataan ruangnya dalam rangka rehabilitasi kawasan dengan sudut kepentingan lingkungan hidup, sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Hal ini menjadi penting dalam proses pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang di daerah. sehingga perlu adanya kegiatan yang memberikan informasi terkait Perpres tersebut. Penataan ruang KSN Merapi diharapkan akan mampu mendukung fungsi kawasan sebagai tempat bagi masyarakat untuk mencari hidup dan penghidupan (pengembangan ekonomi), daerah tangkapan air dan habitat bagi keanekaragaman hayati. Penataan dan pengelolaan ruang pada kawasan ini harus berbasis pada kawasan rawan bencana, kawasan yang berfungsi sebagai resapan air serta kawasan yang menjadi tempat hidup bagi keanekaragaman hayati.

a. Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah KSN Merapi tahun 2013 mencapai 212.133 jiwa. Kecamatan Ngemplak memiliki jumlah penduduk tertinggi yakni mencapai 62.124 jiwa dan Kecamatan Cangkringan memiliki jumlah penduduk terendah yakni 29.054 jiwa seperti di sajikan pada Tabel 1.

. . . .

Tabel 1. Jumlah Penduduk KSN Merapi

NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Cangkringan 14.371 14.683 29.054

2 Ngemplak 31.138 30.986 62.124

3 Pakem 18.105 18.253 36.358

4 Turi 16.936 17.112 34.048

5 Tempel 25.113 25.436 50.549

TOTAL 105.663 106.470 212.133

Sumber: http://ksnmerapijogja.com

b. Sosial Budaya

Beberapa aspek sosial budaya yang masih mengakar pada masyarakat di kawasan Merapi adalah kultur Jawa, diantaranya diadakan: (1) Labuhan Merapi yang dilangsungkan di pos II Gunung Merapi Kinahrejo Desa Umbulmartani Kecamatan Cangkringan; (2) Upacara dan tradisi yang merupakan rangkaian peringatan jumenengan Sri Sultan HB X ini dilaksanakan tiap tanggal 30 Rajab dan 1 Ruwah setiap tahun.

c. Ketenagakerjaan

Ditinjau dari aspek ketenaga kerjaan, kelompok umur

>35 tahun menempati jumlah terbesar yaitu 63.964 dari 106.426 orang (60.1 persen), sedangkan kelompok usia produktif terendah adalah pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu 8.460 orang (7.9 persen), kategori ini merupakan kelompok usia muda yang masih dalam usia sekolah seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin di KSN Merapi Tahun 2013 NoKecamatanKelompok Umur JUMLAH 15-19 Tahun20-24 Tahun25-34 Tahun>35 Tahun LPLPLPLPLPL+P 1Cangkringan9376121,1117431,1838344,8163,9038,0476,09214,139 2Ngempalak8771,0251,9221,4693,5722,8798,6197,24014,99012,61327,603 3Pakem7248851,1531,0961,6451,3496,2225,0019,7448,33118,075 4Turi7036671,2511,2272,1321,8845,9925,21410,0788,99219,070 5Tempel1,0549851,6311,3583,0962,4589,6337,32415,41412,12527,539 Jumlah4,2954,1747,0685,89311,6289,40435,28228,68258,27348,153106,426 Total8,46912,96121,03263,964106,426 Sumber: Kab. Sleman Dalam Angka 2014

. . . .

Adapun jumlah pengangguran di KSN Merapi sejumlah 7.319 orang. Jumlah pengangguran terbesar didominasi oleh mereka yang tamat SMA yaitu 3.310 orang (45.2 persen), kelompok penggangguran yang tamat SLTP 1.461 orang (19.96 persen) seperti disajikan pada Tabel 3. Besarnya jumlah pengangguran di KSN Merapi tersebut diantaranya adalah akibat erupsi Merapi. Dampak Merapi telah menyebabkan kemunduran sektor pertanian (perkebunan dan peternakan) yang merupakan pekerjaan utama masyarakat sebelum terjadinya erupsi.

Tabel 3. Jumlah Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di KSN Merapi NoKecamatan

Tingkat Pendidikan JUMLAHTidak Tamat SDSDSMPSMADiplomaSarjana LPLPLPLPLPLPLPL+P 1Cangkringan40345858929422420428131912461415876 2Ngempalak698485105171193602617514182391,0601,0792,139 3Pakem50705885101128286308537380876287511,379 4Turi70718081130136205188502955315905361,126 5Tempel121127169185227189364312162036339338661,799 Jumlah3503864505147217401,6811,6291981762722023,6723,6477,319 Total7369641,4613,3103744747,319 Sumber: Kab. Sleman Dalam Angka 2014

. . . .

d. Pertanian

Komoditas pertanian yang menonjol dan sebagai komoditas unggulan adalah holtikultura, peternakan, dan perikanan. Tanaman holtikultura yang tingkat produksinya rata-rata di atas 10.000 kwintal pertahun berturut-turut: salak pondoh (484.572 kwintal); pisang (47.271 kuintal); rambutan (41.676 kwintal); salak biasa (39.873 kuintal); durian (34.444 kwintal); nangka (30.666 kuintal); mangga (15.896 kuintal); dan jambu biji (11.083 kuintal). Sedangkan sayuran, berturut-turut:

melinjo (27.851 kuintal); cabai merah (19.974 kuintal);

dan petai (14.455 kuintal).

Di sub sektor peternakan di wilayah KSN Merapi memiliki populasi ternak yang beragam seperti sapi potong, sapi perah, kambing, dan unggas. Populasi sapi potong pada tahun 2012 mencapai 14.057 ekor, populasi sapi perah mencapai 3.367 ekor, populasi kambing mencapai 10.047 ekor. Sedangkan ternak unggas khususnya ayam, selama ini juga merupakan sektor andalan yang banyak dikembangkan masyarakat dalam usaha ayam potong dengan populasi 792.328 ekor dan ayam petelor 678.438 ekor .

Salah satu komoditas unggulan KSN Merapi adalah sektor perikanan darat. Usaha perikanan tersebut terkonsentrasi di Kecamatan Cangkringan, dan Kecamatan Ngemplak. Berkembangnya sektor perikanan yang menjadi komoditas utama KSN Merapi didukung adanya pembibitan dan pemasaran hasil yang berpusat di Balai Pembenihan Cangkringan.

e. Pola Letusan Gunung Merapi

Letusan Merapi mencakup wilayah Kabupaten Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah), dan Sleman (DI Yogyakarta), ± 25 Km dari Kota Yogyakarta. Aktivitas

erupsi merupakan pola berulang berkisar antara 2–7 tahun. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 4 tentang arah dan korban letusan merapi.

Tabel 4.

Arah dan Korban Letusan Merapi

No Tahun Arah Letusan Keterangan

1. 1961 hulu Kali Batang

dan Kali Senowo Kejadian pada 8 Mei 1961 bukaan kawah arah ke barat daya, dan muntahan material sebanyak 42,4 juta m3. 2. 1967, 1968,

dan 1969 hulu Batang,

Bebeng dan Krasak jarak luncur letusan Merapi mencapai 9-12 Km 3. 1984 hulu Sungai

Blongkeng, Putih,

Jarak luncur mencapai 5 km, berdampak:

• Korban 63 jiwa di Dusun Turgo Desa Purwobinangun Pakem.

• Menghancurkan harta benda masyarakat

• Kerusakan fasilitas dan sarana serta prasarana umum, kawasan wisata, hutan lindung

• Beban psikologis masyarakat 5. 2006 arah tenggara dan

timur, lahar panas puncak, kali Gendol terisi endapan lahar panas;

• Ancaman aliran lahar dan awan panas ke kali Opak dan kali Gendol semakin besar

. . . .

No Tahun Arah Letusan Keterangan

6. 2010 Erupsi ini membuat kerusakan

dan kerugian, antara lain: (SPAMDES) , tidak bisa berfungsi

• 3 Sistim PDAM tidak berfungsi

• 51 bendung tidak berfungsi

• 22 Jembatan putus

• 2 intake Saluran Induk Irigasi tertutup material

• 14 Kantor Pemerintahan Perkebunan

• TNGM 924,3 Ha

• Hutan Rakyat 1.020,5 Ha Masyarakat

• Korban meninggal 346 orang

• Anak Yatim Piatu 12 orang

• Luka Bakar 190 orang

• Non luka bakar 87 orang

• Dokumen Kependudukan Perumahan

No Tahun Arah Letusan Keterangan Peternakan

6 ekor sapi mati Perkebunan

Kebun Rakyat 671 Ha Perikanan 150.000 jiwa lebih di 553 tersebar di 17 Kecamatan Sumber: BPBD Sleman (2012), Urip Bahagia (2012)

2. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Risiko Bencana Merapi

Terbentuknya kawah yang membuka ke arah tenggara/

selatan membawa implikasi pada ancaman erupsi ke depan akan lebih dominan ke arah selatan, sehingga mengakibatkan perubahan tata ruang di kawasan Merapi khususnya perubahan status beberapa dusun di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB). Perubahan itu terlihat dari peta tata ruang dari Badan Geologi terutama wilayah KRB III. Beberapa kebijakan penting terkait dengan pengelolaan risiko bencana merapi adalah sebagai berikut.

a. Peraturan Bupati Sleman nomor 20/Kep.KDH/2011 tahun 2011 tentang Kawasan Rawan Bencana Merapi

Pemerintah Kabupaten Sleman memasukkan kawasan rawan bencana Merapi pasca letusan tahun

. . . .

2010 dalam rencana tata ruang dan wilayah. Pada Peraturan Daerah nomor 12 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011 – 2031, Area Terdampak Langsung (ATL) dan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi digolongkan menjadi Kawasan Rawan Bencana Alam, yaitu kawasan yang memiliki kondisi atau karakteristik geologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Dalam rangka penanggulangan dampak dan risiko erupsi gunung merapi, dalam peraturan tersebut telah ditetapkan kebijakan dan strategi, ATL, dan Kawasan Risiko Bencana (KRB) Merapi

b. Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi 1) Kawasan Rawan Bencana I, II, III

Di dalam peraturan Bupati No 20 Tahun 2011 tentang Kawasan Rawan Bencana Merapi (KRB) erupsi Merapi dikelompokkan menjadi KRB III, KRB II dan KRB I, Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi, seperti tampak pada Tabel 5.

2) Kawasan Rawan Bencana (KRB) III

Kawasan rawan bencana III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava pijar (guguran/

lontaran material pijar), gas beracun, seluas 4.672 hektar meliputi empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem, Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Turi. Desa dan dusun wilayah Kecamatan Cangkringan yang termasuk KRB III yaitu Desa Glagaharjo meliputi Dusun Singlar, Gading, Ngancar, Besalen, Glagahmalang, Jetis sumur. Desa

Kepuharjo meliputi Dusun Batur, Kepuh, Manggong, Desa Umbulharjo meliputi Gondang, Desa Argomulyo meliputi Dusun Gadingan. Sedangkan, Kecamatan Pakem meliputi Desa Purwobinangun yaitu Dusun Turgo, Ngepring, Kemiri dan Desa Hargobinangun meliputi 4 dusun, yaitu Kaliurang Barat, Kaliurang Timur, Boyong, Ngipiksari, Kecamatan Turi meliputi Desa Girikerto tepatnya di Dusun Tritis/Ngandong dan Desa Wonokerto di Dusun Tunggularum, Sedangkan Kecamatan Ngemplak meliputi Desa Sindumartani meliputi dusun Jlapan, dan Kalimanggis.

3) Kawasan Rawan Bencana (KRB) II

Kawasan rawan bencana II yang berpotensi terlanda aliran awan panas, gas racun, guguran batu (pijar) dan aliran lahar, seluas ± 3.273 Hektar terdiri atas 7 wilayah desa di 4 kecamatan. KRB II di Kecamatan Cangkringan meliputi Desa Glagaharjo (Dusun Banjarsari), Desa Kepuharjo (Dusun Pagerjurang), Desa Umbulharjo (Dusun Gambretan, Balong, Plosorejo, Karanggeneng, Plosokerep, Plosorejo, dan Pentingsari), Desa Argomulyo ( Dusun Banaran, Jiwan, Suruh, Jetis, Karanglo, Jaranan, Bakalan, Brongkol, Kauman, Mudal, dan Gayam), Desa wukirsari (Dusun Ngepringan, Gungan, Gondang, Cakran, Surodadi, Cancangan, dan Duwet). Wilayah desa dan dusun KRB II di Kecamatan Pakem meliputi Desa Hargobinangun (Dusun Kaliurang Barat & Timur, Ngipiksari, Boyong), Desa Purwobinangun (Dusun Ngepring, Kemiri, Ngelosari, Tawangrejo, Jamblangan, dan Glondong). Desa dan dusun pada KRB II di Kecamatan Turi meliputi Desa Girikerto (Dusun Nganggring, Kelopo sawit, Kemirikebo, dan Sokorejo), Desa Wonokerto (Dusun Gondoarum, Sempu, Ledoklempong, dan Manggungsari). Desa dan dusun pada KRB II di Kecamatan Ngemplak meliputi

. . . .

Desa Sindumartani (Dusun Pencar, Ketingan, Tambakan, dan Kejambon Lor).

4) Kawasan Rawan Bencana (KRB) I

Kawasan rawan bencana I adalah kawasan yang rawan terhadap lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas, seluas ± 1.371 hektar di Kecamatan Tempel, Pakem, Ngaglik, Mlati, Depok, Ngemplak, Cangkringan, Kalasan, Prambanan, dan Berbah meliputi : sepanjang aliran Sungai Gendol dan Sungai Opak, Sungai Boyong di sebelah hilir disebut Sungai Code, Sungai Krasak, dan Sungai Kuning.

5) Area Terdampak Langsung (ATL)

Area terdampak langsung adalah wilayah yang tertimbun material erupsi 2010, dan lebih dikenal dengan 9 dusun yang tidak diperbolehkan untuk pemukiman yaitu Dusun Pelemsari, Dusun Pangukrejo (Desa Umbulharjo), Dusun Kaliadem, Dusun Jambu, Dusun Petung, Dusun Kopeng, (Desa Kepuharjo), Dusun Kalitengah Lor, Dusun Kalitengah Kidul, Dusun Srunen (Desa Glagaharjo).

Dalam Peraturan Bupati No. 20 Tahun 2011 pasal 6 mengatur tentang kebijakan desa yang masuk dalam ATL yang masuk dalam wilayah KRB III meliputi:

(1) pengembangan kegiatan untuk penanggulangan bencana, pemanfaatan sumber daya air, hutan, pertanian lahan kering, konservasi, ilmu pengetahuan;

(2) penelitian, dan wisata alam; (3) tidak untuk hunian;

dan (4) Land Coverage Ratio paling banyak sebesar 5 persen.

Untuk wilayah selain Padukuhan tersebut kebijakannya sebagai berikut: (1) pengembangan kegiatan untuk penanggulangan bencana, pemanfaatan sumber

daya air, hutan, pertanian lahan kering, konservasi, ilmu pengetahuan, penelitian dan wisata alam; (2) hunian hanya diperbolehkan untuk hunian yang telah ada dan tidak rusak berat karena bencana Gunungapi Merapi, serta tidak dilakukan pengembangan (zero growth); (3) Land Coverage Ratio paling banyak sebesar 5 persen.

. . . .

Tabel 5. Kawasan Rawan Bahaya I,II, III Letusan Gunung Merapi di KSN Merapi DIY Tahun 2010 NoKecamatanDaerah KRB IDaerah KRB IIDaerah KRB IIIATL DesaDesaDesaPedukuhan 1Turi-Girikerto Wono kertoGirikerto Wono kerto 2TempelMerdikorejo, Lumbungrejo Pondokrejo, Sumberejo, Banyurejo

Merdikorejo 3PakemCandibinangunPurwobinangun Hargobinangun Candibinangun

Purwobinangun Hargobinangun - 4CangkringanUmbulharjo Wukirsari Pakembinangun

Umbulharjo, Wukirsari Kepuharjo, Argomulyo Glagaharjo

Umbulharjo, Wukirsari Kepuharjo, Argomulyo Glagaharjo

Desa Umbulharjo Pelemsari, Pangukrejo Desa Kepuharjo Kaliadem, Petung, Jambu

Kopeng Desa Glagaharjo Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen 5NgemplakUmbulmartani, Wedomartani, Widodomartani Sindumartani, Bimomartani

SindumartaniSindumartani

c. Peta Tata Ruang dari Badan Geologi Tertanggal 31 Mei 2011Erupsi 2010 merubah status 9 dusun di KRB

III menjadi ATL, yaitu sebagai kawasan yang tidak diperuntukkan untuk hunian.

Sumber : BNPB, 2012

Gambar 1. Peta Tata Ruang KRB Merapi B. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Desa Glagaharjo

Pedukuhan di Desa Glagaharjo meliputi Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen, Singlar, Gading, Jetis Sumur, Glagahmalang, Ngancar, Banjarsari, Besalen.

Desa Glagaharjo terletak di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan ketinggian ± 600-1.500 m dari permukaan laut dengan struktur tanah berpasir. Adapun batas Desa Glagaharjo meliputi:

. . . .

Sebelah Selatan : Desa Argomulyo;

Sebelah Utara : Kehutanan;

Sebelah Timur : Kab. Klaten;

Sebelah Barat : Kaligendol Desa Kepuharjo.

Luas wilayah Desa Glagaharjo 795 Ha. Tata Guna Lahan yang ada di Desa Glagaharjo meliputi: Permukiman: 97 Ha;

Bangunan : 21 Ha; Pertanian: 603 Ha; Lain-lain: 74 Ha.

Letak Desa Glagaharjo yang berada di bawah gunung merapi berdampak pada sumber daya alam yang ada seperti batu, pasir, bambu, kayu, batu alam, dan terdapat mata air tuk Bebeng. Untuk air minum penduduk menggunakan sumur bor.

a. Kondisi Ekonomi

Pertanian di Desa Glagaharjo bertumpu pada buah-buahan, Palawija dan tanaman kayu tahunan. Sedangkan peternakan pada sapi potong, sapi perah, dan kambing.

Di desa ini ada industri rumah tangga berupa gula jawa dan tempe. Lembaga Perekonomian Desa ada koperasi sapi perah “Sarono Makmur”, Kelompok Simpan Pinjam (SPP) dari UPK Mandiri, Kelompok Tani, Unit Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera, dan BMT Qosis di pasar desa.

b. Kondisi Sosial Budaya

Jumlah penduduk 3.557 jiwa terdiri atas 1.714 laki-laki dan 1.843 Perempuan dengan jumlah kepala keluarga 1.225 KK. Warga yang beragama Islam sejumlah 3.553 jiwa,sedangkan yang beragama Katolik 7 jiwa. Di desa ini terdapat tempat ibadah yaitu masjid 10 buah dan mushola 6 buah.

c. Prasarana dan Sarana

Puskesmas pembantu 1 buah, tapi belum mencukupi dan masih perlu pembangunan 1 unit lagi untuk masyarakat yang letaknya di KRB II, posyandu terdiri dari 10 posyandu Balita dan 10 posyandu lansia. Tempat pendidikan seperti kelompok bermain ada 2 unit, PAUD ada 9 unit, TK ada 3 unit yaitu TK Puspitasari, TK ABA Cepitsari, dan TK BASARI. Untuk tingkat sekolah dasar terdapat 3 unit yaitu SDN Glagaharjo, SDN Srunen, dan SD Muhammadiyah Cepitsari.

d. Perumahan (Hunian Tetap Pengungsi erupsi 2010)

Pasca erupsi merapi tahun 2010, pemerintah membangun perumahan yang diperuntukkan untuk korban bencana merapi. Letak dari hunian tetap (Huntap) itu adalah sebagai berikut: (1) Huntap Gading dihuni sebagian masyarakat pedukuhan Singlar dan Kalitengah lor terdiri dari 61 KK; (2) Huntap jetis sumur dihuni masyarakat Glagahmalang terdiri dari 81 KK; (3) Huntap Banjarsari dihuni oleh pedukuhan Ngancar, pedukuhan Besalen, pedukuhan Srunen, dan pedukuhan kalitengah kidul sebanyak 198 KK; (4) Huntap mandiri tersebar di pedukuhan Ngancar, Banjarsari, Besalen, dan Desa Wukirsari sebanyak 41 KK. (gambar 2)

Dari segi pelayanan dasar perumahan rakyat dan kawasan permukiman telah dibangun Huntap. Persentase terbesar keberadaan penghuni adalah Huntap di Desa Kepuharjo sebanyak 93,7 persen dan Huntap di Desa Glagaharjo sebanyak 92,7 persen yang menempati Huntap.

Hal ini karena banyak warga di kedua desa tersebut yang terkena dampak langsung dari erupsi gunung Merapi.

Adapun dari segi pelayanan dasar untuk Huntap masih ada yang tidak mempunyai sumber air sendiri sebanyak 384

. . . .

orang. Dengan jumlah terbanyak di lokasi Desa Argomulyo sejumlah 243 rumah.

Sumber: BNPD Sleman dan Urip Bahagia (2012)

Gambar 2. Lokasi Hunian Tetap di Kabupaten Sleman Huntap tersebut telah dibangun dan diberikan fasilitas seperti listrik dan air bersih, sehingga dapat dihuni oleh penduduk korban bencana merapi (Tabel 6).

Gambar 3. Hunian Tetap Relokasi Kelompok Mandiri Padukuhan Pelemsari, Desa Umbulharjo, Kec. Cangkringan

. . . .

Tabel 6. Lokasi dan Ketersediaan fasilitas Huntap NOLokasi HuntapRumah Terbangun

Keberadaan penghuni

Kesesuaian PKetersediaan ListrikKetersediaan Air enghuni AdaTidakYaTidakAdaTidakAdaTidak 1Desa 29515214328411295052243 Argomulyo 2Desa 3583322634612356233424 Glagaharjo 3Desa 7286824669038726271711 Kepuharjo 4Desa 19317518189419301921 Umbulharjo 5Desa Wukirsari3593134634712359026099 6Desa 9259338210920866 Sindumartani 7Desa Sendang 15132141141150 agung Jumlah20401726314195288203551656384

2. Desa Kepuharjo

a. Letak Wilayah Desa Kepuharjo

Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesbilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain sekitarnya oleh jalur transportasi jalan raya. Dilihat dari topografi, ketinggian wilayah Kepuharjo berada pada 600-1.200 m di atas permukaan air laut .

Secara administrasi Desa Kepuharjo terletak di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dengan batas sebelah utara yaitu Taman Nasional Gunung Merapi sebelah selatan yaitu Desa Wukir Sari, sebelah barat yaitu dengan Desa Umbulharjo, serta sebelah timur dengan Desa Glagaharjo. Wilayah Desa Kepuharjo terdiri dari 8 dusun yaitu:

1) Kaliadem, terdiri 4 RT dan 2 RW.

2) Jambu, terdiri 4 RT dan 2 RW.

3) Petung, terdiri 4 RT dan 2 RW.

4) Kopeng, terdiri 5 RT dan 2 RW.

5) Batur, terdiri 4 RT dan 2 RW.

6) Pagerjurang, terdiri 4 RT dan 2 RW.

7) Kepuh, terdiri 4 RT dan 2 RW.

8) Manggong, terdiri 4 RT dan 2 RW.

Desa Kepuharjo dilalui Sungai Gendol sebagai penyedia pasir dan batu yang terbawa oleh banjir ketika puncak merapi diguyur hujan. Oleh karena itu, Pemerintah Desa Kepuharjo dan komunitas tanggap bencana Saluran Komunikasi Sosial Bersama (SKSB), Palem, Jajaran Cakra, Komunitas Balerante berusaha semaksimal mungkin memberikan peringatan sedini mungkin akan datangnya banjir kepada penambang dan armada yang masih beraktifitas di Sungai Gendol.

. . . .

b. Luas Wilayah Desa Kepuharjo

Potensi wilayah Desa Kepuharjo dengan luas lahan 875 hektar, terbagi dalam beberapa peruntukan antara lain untuk tegalan, pekarangan, pemukiman, perkantoran, pengarem-arem, warung, lapangan golf, bengkok, kuburan, jalan dan lainnya. Berikut Tabel 7 menunjukan keluasan Desa Kepuharjo per dusun:

Tabel 7.

1. Kaliadem - 72,7420 71,7420

2. Jambu - 59,4225 59,4225

3. Petung - 97,4660 97,6440

4. Kopeng 20,000 41,7610 61,7610

5. Batur 31,000 37,4740 69,1370

6. Pagerjurang 54,000 - 54,9820

7. Kepuh - 65,6120 65,6120

8. Manggong - 43,1745 43,1745

Sumber : Data Sekunder Laporan Profil Desa Kepuharjo 2015

c. Sumber Daya Alam Desa Kepuharjo

Desa Kepuharjo adalah daerah atau kawasan yang berada di sebelah selatan lereng Gunung Merapi, dan berbatasan langsung dengan wilayah kehutanan dengan kondisi tanah yang gembur dan subur.

Potensi yang terdapat dalam kawasan hutan tersebut dimanfaatkan oleh warga masyarakat, terutama adalah adanya sumber mata air tuk Bebeng, namun dari tahun ke tahun mengalami penyusutan debitnya. Pemerintah Desa Kepuharjo dan kelompok-kelompok kepemudaan di wilayah Kepuharjo yang mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkungan secara rutin dan swadaya

melakukan reboisasi di kawasan hutan tersebut, sebagai upaya untuk tetap menjaga kelestarian alam hutan dan menjamin kelangsungan sumber mata air tuk Bebeng tersebut.

Desa Kepuharjo mempunyai beragam potensi sumber daya alam yang dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian mulai dari pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan, tambang, potensi wisata, dan lapangan golf bertaraf internasional yang dapat menyerap tenaga kerja lokal dari Desa Kepuharjo khususnya dan warga masyarakat desa sekitarnya.

d. Karakteristik Desa Kepuharjo

1) Penduduk dan Mata Pencaharian

Berdasarkan Hasil Pemutakhiran Data Penduduk Desa Kepuharjo tahun 2014, jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi sebanyak 3.154, dengan rincian jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki 1.530 jiwa, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 1.624 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Kepuharjo 1.113 KK seperti disajikan Tabel 8.

Tabel 8.

Jumlah Penduduk Desa Kepuharjo

No Nama

Dusun Jumlah Jiwa Jiwa Total

KK L P Jiwa

1 Kaliadem 152 231 264 495

2 Jambu 119 166 176 342

3 Petung 113 177 174 351

4 Kopeng 148 202 224 426

5 Batur 153 205 230 435

6 Pegerjurang 495 254 241 495

7 Kepuh 117 172 183 355

8 Manggong 95 123 133 256

Total 1050 1530 1624 3154

Sumber: Data Sekunder Laporan Profil Desa Kepuharjo 2015

. . . .

Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat di Dusun Kaliadem.

Jumlah penduduk di Dusun Kaliadem sebanyak 495 jiwa, Dusun Jambu sejumlah 342 jiwa, Dusun Petung 351 jiwa, Dusun Kopeng 148 jiwa.

Secara umum masyarakat Desa Kepuharjo mengandalkan hidup dari sektor pertanian, peternakan, galian C dan sebagian kecil wiraswasta dan PNS (Tabel 9). Selain itu penduduk Kepuharjo menggantungkan pendapatannya sebagai penambang pasir yang cukup memberikan keuntungan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan pendapatan lainnya, namun hal tersebut cukup mengkhawatirkan. Besarnya ketergantungan warga terhadap eksplorasi sumber daya alam gunung akan berdampak pada rusaknya ekologi Merapi yang berarti peningkatan terhadap kerentanan

Secara umum masyarakat Desa Kepuharjo mengandalkan hidup dari sektor pertanian, peternakan, galian C dan sebagian kecil wiraswasta dan PNS (Tabel 9). Selain itu penduduk Kepuharjo menggantungkan pendapatannya sebagai penambang pasir yang cukup memberikan keuntungan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan pendapatan lainnya, namun hal tersebut cukup mengkhawatirkan. Besarnya ketergantungan warga terhadap eksplorasi sumber daya alam gunung akan berdampak pada rusaknya ekologi Merapi yang berarti peningkatan terhadap kerentanan

Dokumen terkait