• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas

BAB IV : “ ANALISIS MEKANISME PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT

2. Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas



















 





 













Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

[839Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.

Korelasi ayat diatas dengan pendirian usaha adalah niat pendiri usaha yang baik akan menciptakan kemaslahatan baik bagi dirinya dan juga kepada khalayak umum. Dalam Islam diajarkan setiap perbuatan harus disertai dengan niat yang baik terlebih dahulu, agar dapat kesalamatan dunia dan akhirat.

2. Tanggung Jawab Notaris dalam Pendirian Perseroan Terbatas PT. Umat Power

Tanggung jawab Notaris terhadap pendirian Perseroan Terbatas dimulai sejak adanya ketentuan Perseroan Terbatas dibuat dengan Akta Notaris. Dalam hal ini terdapat pada Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menetapkan bahwa perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan Akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Dalam Pasal 1868 KUHPerdata ditentukan sebagai berikut:

“Akta autentik adalah Akta yang dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut hukum, oleh atau dihadapan pejabat-pejabat umum, yang berwenang berbuat demikian, dimana Akta itu dibuat”

Tentang ketentuan pembuktian sebagai Akta otentik ditentukan dalam Pasal 1870 KUHPerdata:

“Suatu Akta autentik memberikan diantara para pihak beserta ahli

warisnya atau orang-orang yang mendapatkan hak dari pada mereka atau orang-orang yang mendapatkan hak dari pada mereka, suatu alat

bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya”

Notaris adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat Akta Autentik. Sesuai bunyi Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

“Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat Akta

Autentik dan mewakili kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”

Sangat jelas bunyi Pasal diatas tentang keberadaan Notaris yang dikatakan Notaris selain berwenang membuat Akta Autentik disitu juga dikatakan Notaris mewakili kewenangan lainnya. Keberadaan Notaris selaku pejabat umum ini tidak hanya sekedar untuk melayani masyarakat yang membutuhkan jasanya tetapi juga atas perintah undang-undang. Peran dan tanggung jawab Notaris ini juga tersirat dalam Islam bahwa wajib hukumnya melaksanakan amanat yang telah di berikan kepada seseorang, seperti yang terdapat pada Hadis Riwayat Abu Dawud dan Al - Tirmidzi di bawah ini

Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat kepadamu dan jangan kamu mengkhianati orang yang

mengkhianatimu”(HR. Abu Dawud dan Al- Tirmidzi)

Korelasi hadis diatas dengan peran dan tanggung jawab Notaris sangat jelas dinyatakan bahwa dalam Islam wajib hukumnya menjalankan amanat yang telah diberikan kepada seseorang, seperti halnya apa yang telah diminta oleh para penghadap kepada Notaris yang tentunya harus sesuai dengan amanat undang-undang.

Notaris merupakan pekerjaan dengan keahlian khusus menuntut pengetahuan yang luas serta tanggung jawab dalam setiap melayani kepentingan umum dan inti

tugas Notaris adalah mengatur secara tertulis dan Autentik setiap hubungan-hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat menghadap dan meminta jasa Notaris.

Tanggung jawab Notaris dalam hal Pendirian Perseroan Terbatas tidak lepas dari peranan Notaris dalam proses Pendirian Perseroan Terbatas tersebut. Tanggung jawab Notaris sebagai pejabat pembuat Akta Perseroan Terbatas, apabila terjadi kesalahan dalam Pendirian Perseroan Terbatas, dapat dilihat dari dua segi, yaitu kesalahan dalam melakukan prosedur Pendirian Perseroan Terbatas dan kesalahan akibat adanya kecurangan yang dilakukan oleh pendiri perseroan yang beritikad tidak baik.

Dalam hal ini maka tanggung jawab tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tanggung jawab Notaris dalam hal terjadinya kesalahan dalam proses Pendirian Perseroan Terbatas, dimana dalam hal kesalahan tersebut, dibagi menjadi; - Kesalahan karena adanya ketidaksesuaian dengan peraturan

perundang-undangan

- Kesalahan dalam hal kesesuaian data

2. Tanggung jawab Notaris dalam hal adanya kecurangan yang dilakukan oleh pendiri perseroan yang beritikad tidak baik:

B.Upaya Yang Dapat Dilakukan Oleh Notaris untuk Mengatasi Hambatan-hambatan Dalam Melakukan Peran dan Tanggung Jawabnya sebagai Notaris Dalam Pendirian PT. Umat Power

Dalam menjalankan Peran dan Tanggung Jawabnya Notaris sering kali menghadapi masalah-masalah yang menghambat Peran dan Tanggung Jawabnya, hal ini dikarenakan Notaris hanya diamanahi oleh undang-undang sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat Akta Autentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, membuat Akta Autentik yang di minta oleh para penghadap dan diamanahkan undang-undang tanpa harus melakukan peninjauan lapangan.

Setiap orang yang datang pada Noataris untuk meminta jasa Notaris tersebut atau yang dalam hal ini sering disebut klien, maka Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan jabatannya, wajib memberikan jasanya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), kecuali ada alasan untuk menolaknya.

Pasal 16 (1) huruf e Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris;

“memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam

Alasan untuk menolak adalah alasan yang mengakibatkan Notaris tidak berpihak, seperti adanya hubungan darah atau semenda dengan Notaris sendiri atau dengan suami/istri, salah satu pihak tidak mempunyai kemampuan bertindak untuk melakukan perbuatan, atau hal lain yang tidak diperbolehkan oleh undang-undang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Notaris, sering kali kewajiban yang diberikan kepada Notaris tersebut tidak sepenuhnya menghasilkan sesuatu yang baik, karena rupanya hal tersebut tidak sepenuhnya menghasilkan sesuatu yang baik, karena rupanya hal tersebut sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang beritikat tidak baik untuk kepentingan mereka sendiri dan merugikan pihak-pihak lain.

Notaris tidak sepenuhnya dapat melihat apakah klien yang datang menghadap kepadanya pasti memiliki itikad baik atau malah sebaliknya, sehingga sering kali Notaris terjebak dalam situasi dimana klien yang bersangkutan ternyata memiliki itikad tidak baik.

Demikian halnya dalam proses Pendirian Perseroan Terbatas, kondisi yang sering kali terjadi, bahwa para klien yang beritikad tidak baik tersebut memalsukan data-data yang dibawa kepada Notaris yang bersangkutan, selain itu adanya perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pendiri yang berkaitan pernyertaan modal serta susunan saham perseroan sebelum perseroan didirikan yang ternyata melanggar hukum.

C.Analisis

Mekanisme pendirian Perseroan Terbata PT. Umat Power, dari uraian yang dipaparkan diatas penulis menganalisa data pendirian Perseroan Terbatas PT. Umat Power yang Aktanya dibuat oleh Notaris Daradjat Darmadji, S.H., dari akta yang ini dari analisa penulis prosedur dan prosesnya sudah sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai berikut:

1. Pada hari Jum’at tanggal (9 September 2011) telah hadir menghadap

kehadapan Notaris Daradjat Darmadji, S.H.;

- Tuan Budiman Ashari Dalimunte, menghadap kepada Notaris yang bertindak untuk diri sendiri, dan berdasarkan surat kuasa yang dibuat dibawah tangan, selaku kuasa dari oleh karena itu untuk dan atas nama a. Tuan Nasyirul Falah

b. Tuan Omar Aram Pudjo Kristianto c. Tuan Doktor Haji Said Aqil Siraj, dan d. Tuan Doktorandus Marsudi

Dari uraian diatas sudah jelas PT. Umat Power telah memenuhi Pasal 7 ayat (1) UUPT yang mana perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

2. Saham, setiap pendiri masing-masing telah mengambil bagian saham. Hal ini telah memenui syarat sebagaimana dalam Pasal 7 ayat (2) termaktub setiap

pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Yang mana rincian saham telah diterangkan dalam akta.

3. Anggaran Dasar, sebagaimana diperintahkan oleh Pasal 8 ayat (1) UUPT, akata pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan. Di dalam akta PT. Umat Power telah diterapkan Anggaran Dasar sesuai perintah Pasal dalam Undang-Undang ini.

- Pasal 15 ayat (1) anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), memuat sekurang-kurangnya:

a. nama dan tempat kedudukan perseroan

b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan c. jangka waktu berdirinya perseroan

d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor Puruf d mengenai modal ditempatkan, dan modal disetor dalam akta ini tidak disebutkan rincian jumlah modal modal ditempatkan dan modal disetor, dalam akta ini hanya disebutkan besaran jumlah modal keseluruhan. Dalam hal ini penulis menganggap perlu rincian modal ditempatkan dan modal disetor yang seharusnya di terangkan.

e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

Dari uraian huruf f diatas mengenai jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris telah dicantumkan dalam akta, dalam posisi ini semua pemegang saham telah menempati sebagai anggota Diraksi dan Dewan Komisaris. Yang menurut penulis ini justru akan membuat pemegang saham seperti tidak terpisahkan dari yang tadinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas sahamnya, tetapi karena semua pemegang saham menjadi pengurus ini artinya pemegang saham bertanggung jawab juga sebagai pengurus, ini tentu apabila nantinya ada hal yang tidak sesuai justru akan merugikan mereka sendiri.

g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.

Dari apa yang telah diatur oleh UUPT khususnya Pasal 15 ayat (1) huruf a sampai huruf i, telah dipenuhi dan terdapat dalam akta pendirian Perseroan Terbatas ini. Ada beberapa hal meskipun tidak dilarang oleh UUPT tetapi menurut penulis ini perlu untuk dirincikan dalam akta pendirian ini.

4. Keputusan Menteri, sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) permohonan untuk memperoleh keputusan Menteri harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian di tandatangani, dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung. Hal ini telah dilakukan

permohoan kepada Menteri dan telah mendapat keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;

- Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indaonesia Pada tenggal (07 Oktober 2011)

Yang mana dari saat pendiri menghadap kehadapan Notaris pada tenggal (09 September 2011) sampai tanggal (07 Oktober 2011), tentunya pengesahan ini berjarak 28 (duapuluh delapan) hari, ini berarti telah sesuai dari apa yang diamanahkan oleh undang-undang paling lambat 60 (enam puluh) hari.

95

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Sebuah pendirian Perseroan Terbatas tidak bisa terlepas pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai payung hukum Perseroan Terbatas, dalam Undang-Undang ini mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam Pendiriannya, sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT yang menyebutkan “Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan Akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”, sebagaimana bunyi pasal tersebut harus didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih, ini artinya perseroan tidak boleh didirikan oleh seorang saja.

Selain yang sudah disebutkan diatas pendirian Perseroan Terbatas tidak bisa terlepas dari peran Notaris, seperti yang termaktub dalam Pasal 7 ayat (1) diatas bahwa pendirian PT harus dengan Akta Notaris. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang menyebutkan “Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat Akta Autentik dan mewakili kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”.

Dari awal pada saat para pendiri Perseroan Terbatas menghadap kehadapan Notaris, mulai saat itulah Notaris bertanggung jawab untuk menjalankan apa

yang di mohonkan penghadap dan diperintahkan undang-undang, dalam hal ini pembuatan akta Pendirian Perseroan Terbatas dari awal hingga Pengumuman atau Pengesahan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menjadi tanggung jawab Notaris.

2. Dalam menjalankan Peran dan Tanggung Jawabnya memang Notaris sering kali masih mendapatkan hambatan-hambatan, baik itu hambatan secara teknis dan/atau non-teknis, hingga hambatan dari pihak yang tidak bertanggung jawab (para penghadap dengan itikad tidak baik). Notaris masih sering kali disangka telah berbuat tidak sesuai undang-undang, dan harus mengikuti proses persidangan untuk memberikan keterangan atas apa yang disangkakan kepadanya pada saat menjalankan tugasnya. Hal ini tentu membuat Notaris kehilangan waktu, tenaga dan juga biaya.

Notaris tidak sepenuhnya dapat melihat apakah klien yang datang menghadap kepadanya pasti memiliki itikad baik atau malah sebaliknya, sehingga sering kali Notaris terjebak dalam situasi dimana klien yang bersangkutan ternyata memiliki itikad tidak baik. Memang kewajiban yang diberikan kepada Notaris tidak sepenuhnya menghasilkan sesuatu yang baik, karena hal tersebut rupanya sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang beritikad tidak baik untuk kepentingan mereka sendiri dan merugikan pihak-pihak lain. Disinilah sangat diperlukan ketelitian dan kehati-hatian Notaris dalam menjalankan Peran dan Tanggung Jawabnya pada saat memeriksa dokumen dan memperhatikan gerak-gerik para penghadap.

B.Saran

Dari apa yang penulis bahas tentunya dalam penulisan Skripsi ini ada hal-hal yang menurut hemat penulis perlu untuk menuangkan apa yang penulis pahami. 1. Dari semua kewenangan yang diberikan kepada Notaris ada perlunya untuk

mencegah hal-hal yang tidak diingankan dari itikad tidak baik penghadap, selain kewenangan memeriksa berkas para penghadap Notaris diberi kewenangan untuk meninjau langsung lapangan Perseroan Terbatas yang akan didirikan.

2. Sebaiknya Para Notaris diberikan pelatihan keahlian dalam membaca gerak-gerik seseorang (membaca gestur), demi mencegah hambatan-hambatan yang akan mengganggu peran Notaris dikemudian hari karena itikad tidak baik para penghadap.

A.R, Putri. Perlindungan Hukum Terhadap Notaris, cet. 1. Jakarta: Softmedia, 2011. Adjie, Habbib. Hukum Notaris Indonesia, cet. 2. Bandung: PT Refika Aditama, 2009. ____________. Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan

tulisan tentang Notaris dan PPAT), cet.1. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009. ____________. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat

Publik, cet. 2. Bandung: Refika Aditama, 2009.

____________. Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, cet. 1. Bandung: Refika Aditama, 2011.

____________. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UUJN, cet. 3. Bandung: Refika Aditama, 2011.

Budiyono, Tri. Hukum Perusahaan, cet. 1. Salatiga: Griya Media, 2011.

Fuady, Menurut. Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator dan Pengurus, cet. 1. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

Ghofur, Abdul Anshori. Lembaga Kenotariatan Indonesia, cet. 2. Yogyakarta: UII Press, 2010.

Ginting, Jamin Ginting. Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007.

Harris, Freedy dan Teddy Anggoro. Hukum Perseroan Terbatas, cet. 1. Bogor: Ghalia Indoenesia, 2010.

Irianto, Sulistyowati Dan Sidharta. Metode Penelitian Hukum Konstelasi Dan Refleksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Lumban, G. H. S. Tobing. Peraturan Jabatan Notaris, cet. 4. Jakarta: Erlangga, 1996. Mahmud, Peter Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2005.

Manan, Abdul. Aspek-aspek pengubah Hukum, cet. 1. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Prastya, Rudhi. Teori dan Praktek Perseroan Terbatas, cet. 1. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Raharjo, Handri. Hukum Perusahaan: Step by Step Prosedur Pendirian Perusahaan, cet. 1. Yogyakarta: Pusaka Yustisia, 2013.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, cet. III. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986.

Sjaifurrahman. Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, cet. 1, Bandung: Mandar Maju, 2011.

Widjaja, Gunawan. 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, cet. 2. Jakarta: Forum Sahabat, 2008.

Widjaya, I.G. Rai. Hukum Perusahaan dan Undan-Undang dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang Usaha, cet. 3. Jakarta: Kesaint Blanc, 2003.

Yahya, M. Harahap. Hukum Perseroan Terbatas, cet. 2. Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Yani, Ahmad dan Gunawan Wijaya. Perseroan Terbatas. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003.

Undang-Undang :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Jabatan Notaris

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Internet :

http://www,jimlyschool.com/read/analisis/384/notaris-openbare-amtbtenaren-sofyan-sofyan/. Diakses 03 Juli 2014 pukul 21.00

Dokumen terkait