BAB III TANGGUNG JAWAB HUKUM DARI PENGURUS
B. Tanggung Jawab Pengurus Terhadap Kekayaan Yayasan
Yayasan yang didirikan sebelum Undang – Undang Yayasan ini mulai berlaku, dan tidak menyesuaikan anggaran dasarnya sebagaimana yang diatur oleh Pasal 71 ayat (4) Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan, atas permohonan kejaksaan, atau pihak yang berkepentingan. Jika yayasan ini dibubarkan maka bubarnya yayasan tidak boleh merugikan pihak ketiga.
Dalam kegiatannya untuk mencapai maksud dan tujuannya, yayasan selalu berhubungan dengan pihak ketiga seperti melakukan transaksi jual beli, pinjam meminjam barang, penyerahan bantuan, dan sebagainya. Hal ini menimbulkan hak dan kewajiban antara yayasan dengan pihak ketiga.
Ketika yayasan bubar tetap harus beritikat baik dalam menyelesaikan kewajiban – kewajibannya kepada pihak ketiga. Bubarnya yayasan harus diikuti dengan likuidasi, yaitu tindakan pemberesan dengan cara menjual aset- aset yayasan dan setelah menutupi kewajiban – kewajiban pihak ketiga, dan apabila masih ada
sisanya diserahkan kepada yayasan lain atau kepada negara.84
Yayasan dapat dibubarkan karena jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir, tujuan yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak tercapai, dan adanya Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan – alasan yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, tidak mampu membayar hutangnya setelah
84
dinyatakan pailit atau harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunaskan
hutangnya setelah pernyataan pailit dicabut.85
Didalam Pasal 62 tersebut tidak ada mengatur tentang bubarnya yayasan kerena belum disahkannya sebagai badan hukum ke Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia, padahal didalam Pasal 71 angka (4) menerangkan yayasan dapat dibubarkan karena tidak pernah mendaftarkan Yayasan sebagai badan hukum dan melakukan penyesuaian anggaran dasarnya dengan Undang – Undang Yayasan tersebut. Seharusnya Undang – Undang Yayasan juga mengatur tentang hal ini, karena hal ini dapat saja terjadi pada yayasan pada perkembangannya di masyarakat.
Dalam proses pembubaran yayasan Pembina menunjuk likuidator untuk
membereskan kekayaan Yayasan.86 Likuidator yang ditunjuk itu bebas dari mana
asalnya, dapat berasal dari dalam atau dari luar yayasan, yang penting sebagai likuidator memiliki kemampuan untuk melaksanakan likuidasi dan bertanggung jawab. Jika ternyata Pembina tidak menunjuk likuidator, Pengurus bertindak selaku
likuidator.87 Pengurus berperan sebagai likuidator tanpa perlu ditunjuk oleh Pembina
Yayasan.
Dalam proses likuidasi, likuidator mempunyai kewajiban mengumumkan pembubaran yayasan dan proses likuidasinya dalam waktu paling lambat lima hari terhitung sejak tanggal likuidator ditunjuk, dan pengumuman tersebut dilakukan dalam surat kabar berbahasa Indonesia.
85
Pasal 62 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
86
Pasal 63 Angka (1) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001.
87
Pengumuman dalam surat kabar tersebut tidak dibatasi oleh Pasal 65 Undang – Undang Yayasan, pemilihan surat kabar juga bebas dilakukan, boleh memilih surat kabar yang terbit di daerah yayasan atau surat kabar nasional, yang penting surat kabar itu berbahasa Indonesia.
Selain tentang pembubaran yayasan, proses likuidasinya juga harus diumumkan, agar pihak ketiga mengetahui yayasan telah bubar, siapa yang menjadi likuidatornya, dan kapan serta bagaimana dapat mengurus hak – haknya.
Maksud dilakukannya pengumuman tersebut karena yayasan bersifat Transparan sehingga masyarakat dan Pemerintah perlu mengetahui perkembangan Yayasan tersebut. Dan pengumuman ini menunjukan adanya itikat baik yayasan kepada pihak ketiga.
Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh hari) terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir, wajib mengumumkan hasil likuidasi
dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia88
Kewajiban mengumumkan hasil likuidasi, merupakan pertanggung jawaban likuidator untuk memberitahukan kepada masyarakat, bahwa yayasan yang telah dibubarkan telah selesai membereskan hutang piutangnya kepada pihak ketiga. Dengan prosedur pengumuman tersebut dapat dianggap bahwa bubarnya yayasan tidak merugikan pihak ketiga.
Likuidator atau kurator dalam waktu paling lambat 7 hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir wajib melaporkan pembubaran Yayasan kepada
88
Pembina89 jika likuidator tidak melaporkannya pada pembina mengenai pembubaran dan juga tidak mengumumkannya pada surat kabar dalam jangka waktu tersebut
diatas maka bubarnya yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.90
Dari ketentuan Pasal 66 dan dihubungkan dengan Pasal 67 tersebut, ternyata pasal ini hanya menghendaki likuidator cukup hanya melaporkan pembubaran yayasan kepada Pembina saja, ini menutut Gatot Supramono dalam buku Hukum Yayasan Di Indonesia, ini merupakan kelemahan dari Undang – Undang Yayasan karena Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia tidak mengetahui kalau ada yayasan yang akan dibubarkan, pada hal pada waktu yayasan didirikan Menteri yang memberikan pengesahan yayasan sebagai badan hukum dan mengumumkannya dalam tambahan berita negara.
Menurutnya lagi dengan diumumkannya hasil likuidasi melalui surat kabar saja dipandang belum cukup secara yuridis, karena belum secara resmi mengumumkan lewat media negara. Pengumuman melalui surat kabar dianggap belum mengikat kepada pihak ketiga, seharusnya dalam suatu pembubaran badan hukum apapun jenisnya,prosedurnya tetap memberitahukan pembubaran itu kepada Menteri dan Mengumumkannya secara resmi dalam media Negara, sebuah badan hukum keberadaannya dibentuk oleh Negara untuk kepentingan masyarakat.
Jadi jika melihat dari bunyi pasal tersebut diatas artinya Pengurus sebagai likuidator hanya wajib melaporkan pembubaran Yayasan kepada Pembina saja. Dan
89
Pasal 67 Angka (1) Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
90
jika tidak melaporkanya maka bubarnya yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga. Ini berarti kelalaian dari Pengurus Yayasan tersebut dalam menjalankan kewajibannya. Sehingga Pengurus dapat dikenakan sangsi bertanggung jawab secara tanggung renteng akibat kelalaiannya itu kepada pihak ketiga. Dimana harta kekayaan pribadi dari pengurus ikut menanggung kerugian yang diterima pihak ketiga.
Jika likuidasi yayasan sudah selesai dan tidak ada kewajiban lagi terhadap pihak ketiga, dan terdapat sisa hasil likuidasi maka menurut Pasal 68 ayat(1) Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 menyebutkan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan yayasan yang bubar. Ini artinya sisa tersebut tidak diberikan kepada Pendiri yayasan, walaupun Pendiri pernah menyerahkan modal kepada yayasan yang telah didirikan, karena kekayaan yang pernah diserahkan itu merupakan sebagian kekayaan telah dipisahkan dari seluruh kekayaan Pendiri.
Penyerahan sisa hasil kekayaan dari yayasan yang bubar hanya dapat diserahkan kepada badan hukum lain yang mempunyai kesamaan kegiatan dengan Yayasan yang bubar, atau Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang
sama dengan yayasan yang bubar91. Tujuan pengaturan seperti ini, agar maksud dan
tujuan yayasan yang bubar itu tetap dapat tercapai, meskipun melalui yayasan lain. Untuk itu Likuidator harus dapat menghubungi yayasan yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama, agar dapat menyalurkan sisa likuidasi.
91
Jika sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada yayasan lain atau kepada badan hukum lain maka sisa hasil likuidasi dapat diserahkan kepada Negara dan
penggunaannya dilakukan sesuai dengan kegiatan yayasan yang bubar.92