• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN DASAR HUKUMNYA

Bahwa dalam menajalankan aktivitas bisnis yang sehat, dibutuhkan suatu

norma yang dapat dijadikan panduan bagi pelaku bisnis yang sehat, dibutuhkan

suatu norma yang dpat dijadikan panduan bagi pelaku bisnis. Panduan tersebut

dikenal dengan etika bisnis. Hanya saja, jika digantungkan pada etika bisnis

semata, daya memaksa nya masih terbatas diantara para pelaku bisnis. Jika terjadi

pelanggaran sulit memaksa agar dipatuhi. Dalam suasana seperti ini, dirasa perl

adanya daya memaksa agar dipatuhi. Dalam suasana seperti ini, dirasakan perlu

adanya daya pemaksa dari luar komunias pebisnis kepada pelanggar norma-norma

dalam berbisnis.43

Sebagaimana yang dikemukakan A.Sony Keraf dan Robert Haryono Imam

(1995). Prinsip-prinsip etika bisnis tidak akan memadai, kalau hanya dibiarkan

menjadi sekedar imabauan moral belaka. Yang palinh mendapat tempat utama

sebagai prinsip etika bisnis adalah keadilan, baik dalam penegertian

nonmalefiecence (tidak berbuar jaha atau tidak melangagr hak orang lain.

Tanggung jawab sosial adalah salah satu dari prinsip keadilan. Oleh karena itu,

negara berhak menuntut agar pelaku bisnis tidak merugikan pihak lain, termasuk

pihak ketiga berupa masyrakat atau negara, Konsekuensi nya, sejauh pelaku bisnis

tertentu merugikan pihak tertentu, negara wajib menindaknya.Ditengah kuatnya

arus globalisasi, juga membawa implikasi dalam menjalankan kegiatan berbisnis.

Implikasi yang cukup mencolok adalah adanya tuntutan agar dalam menjalankan

bisnis harus mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

43

Governance). Dalam kaitan ini, yakni perlunya kepastian hukum, transparansi dan akuntabilitas. Oleh karena itu, tindakan monopoli, oligipoli dan kemungkinan

terjadinya persainagan usaha tiak sehat harus dicegah sedini mungkin.44

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan materi yang baru diatur

dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas ini. Latar belakang

dimasukannya ketentuan tersebut adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban

sosial perseroan terhadap lingkungan dan keadaan masyrakat disekitar tempat

usaha perseroan. Ketentuan ini tidak bersifat keadaan tertentu yang peraturan

pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Selain itu,

ketentuan ini juga bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang

serasi, seimbang dan sesuai denganlingkungan, nilai, norma dan budaya

masyrakat setempat.45

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan

yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dianggarkan

dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan

dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Berdasarkan pasal 74

Undang-Undang Perseroan Terbatas yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan

usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Yang dimaksud

dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan

sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak

memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada

fungsi kemampuan sumber daya alam.46

44

SentosaSembiring Op.cit, hlm 220

45

Jamin Ginting,Op.cit, hlm 93

46

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan ketentuan yang baru

diatur dalam ketentuan undang-undang ini. Tanggung jawab sosial perusahaan

atau yang sering disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Kesadaran

pentingnya melakukan CSR merupakan trend global seiiring dengan semakin

maraknya kepedulian mengutamakan stakeholders. Persoalan CSR ini juga tidak

terlepas dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG), yang menerapkan

prinsip fairness, transparency dan accountability. Prinsip accountability

penekanannya yang signifikan diberikan pada kepentingan stakeholders

perusahaan. Perusahaan harus memperhatikan kepentingan dari stakeholders,

menciptakan nilai tambah (value added) dari produk atau jasa bagi stakeholders

dan memelihara nilai tambahnya yang diciptakan. Gagasan CSR diharapkan

bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan tanggung jawab yang berpihak pada

singel bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan (financial) saja, tetapi juga perusahaan memerhatikan

dampak sosial dan lingkungan (triple bottom line).47

Undang-Undang Perseroan Terbatas yang berlaku pada masa sekarang ini

membawa satu hal yang sama sekali baru yang sebelumnya, belum diatur dalam

undang-undang perseroan terbatas yang lama, yaitu tanggung jawab sosial dan

lingkungan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Corporate Social

Responsibility (CSR) yang diatur dalam pasal 74 Undang-Undang Perseroan

Terbatas 40 Tahun 2007 48

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan.

.

Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas

47

Cornelius Simanjuntak Cornelius dan Natalie Mulia, Op.cit, hlm 96

48

Pasal 74 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kewajiban Perseroan yang diaggarkan dan diperhitungkan sebagai

biaya Perseroan pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuttan dan

kewajiban.

Penempatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Bab

tersendiri, yaitu Bab 5 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang sejajar dengan

organ PT yang mendapatkan pengaturan dalam bab tersendiri yaitu Bab 6 tentang

RUPS dan Bab 7 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris menurut penulis

memperlihatkan pertamapentingnya tanggung jawab sosial dan lingkungan ini

direalisasikan oleh perseroan dan kedua sebagai landasan atau pijakan bagi

peraturan perundang-undangan lainnya yang bersentuhan dengan perseroan

terbatas sebagai pelaku usaha, peraturan perundang-undangan yang mengatur

perbankan, perasuransian, pembiayaan, pertambangan dan energi dan lain-lain. 49

Yang kesemuanya dijalankan oleh badan usaha yang bernama PT.

Kewajiban untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan oleh

Perseroan Terbatas dan menurut penulis juga seharusnya menampilkan sisi

manusiawi atau sosial dan peka serta peduliu lingkungan dari PT yang cenderung

diberi label sebagai badan usaha yang senantiasa bertujuan untuk mendapatkan

laba (Keuntungan). Sisi peduli sosial dan lingkungan tersebut tergambar dengan

jelas dalam penjelasan Pasal 74 ayat (1) UUPT yang mengatakan50

49 Ibid 50 Ibid :

Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan

yang serasi, seimbang dan sesuai dengan ligkungannya, nilai, norma dan

budaya masyrakat setempat.51

1. Lingkungan

Bagian penjelasan Pasal 74 ayat (1) UUPT sangat jelas mengganbarkan

latar belakang dan tujuan pembentukan CSR bagi PT, yaitu penciptaan suatu

hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan :

2. Nilai masyarakat lokal

3. Norma masyarakat lokal

4. Budaya masyarakat lokal

Jelas bahwa tujuan CSR yang diatur dalam Pasal 74 UUPT terssebut

mengadopsi Pasal 15 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 yang menegaskan

bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat

pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan

yang serasi , seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya

masyarakat setempat.52

Disamping itu ada beberapa perundang-undangan yang menjadi dasar

Tanggung Jawab Sosial Perusahaa

47/2012). Dalam Pasal 4 Peraturan PemerintahNo 47 Tahun 2012, dikatakan

bahwa TJSL dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan

perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja

tahunan perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang

51

Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007, Op Cit

52

dibutuhkan untuk pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan. Pelaksanaan

Tanggung Jawab Sosial Lingkungan tersebut dimuat dalam laporan tahunan

perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS (Pasal 6 PP 47/2012).

orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup53

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility

adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya)

perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan,

pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek oprasional

perusahan . CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, dimana

ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksankan aktivitasnya harus

mendasarkan keputusannya tidak semata hanya berdasarkan faktor keuangan

belaka, seperti halnya keuntungan atau deviden, tetapi juga harus berdasarkan

konsekuensi sosial dan lingkungan, baik untuk saat ini maupun untuk jangka

panjang

.

54

“Corporate Social Responsibility (CSR) is concept which encourages organizations to consider the interst of society by taking responsibility for the impact of the organization’s activities on costumers, employees, shareholders, communities and the einviroments in all aspects of its

. 54 JaminGinting ,Oopcit, hlm 95

opration. This obligation is seen to extend beyond the stautory obligation to comply with legislation and sees organization voluntary taking further steps to improve the quality of life for employees and thei families as well as for the local community and society at large” (wikipedia.org)

“CSR is the continuig commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of live of the workface and their families as weel as of the local community and society at large” (World Bussines Council for Sustainble Development States)

Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 memuat limitasi

terhadap perusahaan yang harus menerapkan, yaitu perusahaan yang kegiatan

usahanya dibidang sumber daya alam atau perusahaan yang berkaitan dengan

sumber daya alam. Tanggung jawab CSR ini mestinya tiak hanya pada perusahaan

industri yang menghasilkan dampak negatif pada lingkungan dan masyrakat,

tetapi juga sektor keuangan atau finansial, seperti lembaga keuntungan bank dan

bukan, ini berpengaruh terhadap brand imager masyrakat, untuk lebih memilih

perusahaan yang lebi berperan aktif/berkepedulian terhadap lingkungan. Dilihat

dari prespektif perseroan, maka penerapan CSR ini berganting pada jenis-jenis

perusahaan yang dilihat dari sudut besar kecilnya besar kecilnya perusahaan

(size), pembagian tingkatan spesifikasi perusahaan (level of diversification),

penelitian dan pengembangan (reseacrh and development), pengingklanan

(advertising), kemampuan pembeli (consumer income), kondisi ketenagakerjaan

perusahaan (labor market coditions) dan kesinambungan perusahaan (the industry

life cycle). Kriteria tersebut paling “ideal” untuk menentukan apakah suatu perseroan berkewajiban untuk melakukan CSR.55

Penerapan kewajiban CSR sebabagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal , Pasal 15 huruf b menyebutkan ”Setiap penanam

modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Jika

55

tidak dilakukan maka dapat diberikan sanksi administrasi berupa peringatan

tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, hingga pencabutan kegiatan

usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (Pasal 34 ayat (1) UU No. 25 Tahun

2007). Sedangkan yang dimaksud “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah

tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk

tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat56

CSR dalam konteks penanaman modal harus dimaknai sebagai instrumen

untuk mengurangi praktek bisnis yang tidak etis. Oleh karena itu harus dibantah

pendapat yang menyatakan CSR identik dengan kegiatan sukarela, dan

menghambat iklim investasi. CSR merupakan sarana untuk meminimalisir

dampak negatif dari proses produksi bisnis terhadap publik, khususnya dengan

para stakeholdernya. Maka dari itu, sangat tepat apabila CSR diberlakukan

sebagai kewajiban yang sifatnya mandatory dan harus dijalankan oleh pihak

perseroan selama masih beroperasi. Demikian pula pemerintah sebagai agen yang

mewakili kepentingan publik. Sudah sepatutnya mereka (pemerintah) memiliki

otoritas untuk melakukan penataan atau meregulasi CSR.Dengan demikian,

keberadaan perusahaan akan menjadi sangat bermanfaat, sehingga dapat

menjalankan misinya untuk meraih optimalisasi profit, sekaligus dapat

menjalankan misi sosialnya untuk kepentingan masyarakat. Pengaturan mengenai

tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan

usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak

dan kewajiban serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap

peraturan perundang-undangan.57

56

Jamin Ginting Oopcit, hlm 98

57

Pelaksanaan CSR secara konsisten oleh perusahaan akan mampu

menciptakan iklim investasi (penanaman modal). Anggapan yang mengatakan

bahwa CSR akan menghambat iklim investasi patut ditolak. Ada kewajiban bagi

setiap penanam modal yang datang ke Indonesia wajib mentaati aturan atau

hukum yang berlaku di Indonesia, apapun bentuknya. Indonesia masih

menjanjikan bagi investor dalam maupun asing. Kondisi tersebut dapat terwujud

apabila diimbangi dengan manfaat dari kesiapan peningkatan mutu infrastruktur,

manusia, pengetahuan dan fisik58

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah menjadi isu yang penting dalam

beberapa dekade belakangan ini. Dalam menjalankan kegiatannya

perusahaan-perusahaan harus berusaha untuk menghilangkan efek buruk kepada masyarakat

di sekelilingnya. Masyarakat di sekeliling dari pekerja-pekerja mereka sendiri,

perusahaan-perusahaan lain, pelanggan-pelanggan, pemasok-pemasok, investor

dan masyarakat atau penduduk sekitar. Tanggung Jawab Sosial juga boleh

dikatakan sebagai suatu kepercayaan bahwa para manajer, dalam menjalankan

fungsi mengorganisasi dan mengelola usaha akan membuat keputusan yang

didasarkan kepada pemaksimumamn sosial dan ekonomi .

59

Perusahaan-perusahaan asing yang sudah bertahun-tahun beroprasi di

Indonesia, sudah mengumpulkan berpuluh milyar rupiah keuntungan hasil jerih

payah pekerja setempat akan dianggap tiada perasaan tanggung jawab sosial

sekiranya tiba-tiba saja ingin memindah keluar investasinya. Itu hanya karena

negara lain menawarkan biaya buruh yang lebih murah dan insentif pemerintah

yang lebih menarik. Tindakan yang sedemikian akan mengakibatkan banyak

pekerja kehilangan mereka. Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah persoalan

yang harus diperhatikan sebagai suatu tantangan kepada masyarakat pengusaha. .

58

Sardono Sukirno dkk, 2004 Pengantar Bisnis, Prenadan Media, Jakarta. Hal 351

59

Tanggung Jawab Sosial harus dipandang sebagai dari kegiatan perusahaan dan

apabila dilaksanakan dengan baik dapat membantu pertumbuhan dan keuntungan

perusahan dalam jangka panjang. Tanggung Jawab Sosial membawa ide bahwa

perusahaan-perusahaan wajib membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial

berbarengan dengan usaha menuju ke arah pencapaian tujuan perusahaan, yaitu

memaksimumkan keefektifan oprasi perusahaan. Sejarah ide yang sedemikian

yang menekankan perlunya perusahaan memperhatikan Tanggung Jawab Sosial

bermula di Amerika Serikat. Perkembangan pemikiran mengenai Tanggung

Jawab Sosial dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu60

60

Sardono Sukirno dkk, 2004 Pengantar Bisnis, Opcit

:

Tahap Pertama, perkembangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan kepada

masyarakat bermula di Amerika Serikat, yaitu didalam zaman permulaan

perkembangan perusahaan besar diakhir abad ke-19. Pada ketika itu

perusahaan-perusahaan besar menyalahgunakan kuasa mereka didalam soal-soal diskriminasi

harga, menahan buruh dan lain-lain perilaku yang menyalahi moral kemanusisaan.

Ini telah menyebabkan kepada protes masyarakat dan sebagai akibatnya

perubahan peraturan perusahaan dibuat pemerintah untuk mengatasi masalah

tersebut.

Tahap Kedua, fase kedua evolusi Tanggung Jawab Sosial tercetus di

dalam tahun-tahun 1930-an yang diikuti dengan gelombang resesi (kemelesetan)

dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banysk

perusahaan bangkrut.. Pada waktu ini dunia berhadapan dengan kekurangan

modal untuk input produksinya sedangkan pabrik-pabrik membutuhkannya.

Buruh terpaksa berhenti kerja. Pengangguran sangat meluas dan merugikan

pekerja. Pada masa itu timbul ketidakpuasaan terhadap sikap perusahaan yang

Tahap Ketiga, ketidakpuasan masyarakat terhadap golongan pengusaha

sekali lagi memuncak di tahun 1960-an dan 1970-an yang melibatkan perjuangan

konsumen yang dipimpin oleh seorang tokoh yang karismatik bernama Ralph

Nader. Periode ini adalah tahap ketiga perkembangan Tanggung Jawab Sosial di

Amerika Serikat.

Kesadaran secara meluas tentang pentingnya menjaga lingkungan yang

bersih di Amerika Serikat mulai dirasakan sejak awal tahun 1980-an. Di Malaysia,

diantara lembaga-lembaga bukan pemerintah yang memperjuangkan isu-isu

lingkungan ialah SAM dan WWF selain dari persatuan-persatuan konsumen.

Sementara di Indonesia terdapat pula lembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti

WALHI yang memperjuangkan kesejahteraan alam sekeliling (lingkungan) dan

Dokumen terkait