BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS
A.PENGERTIAN PERSEROAN TERBATAS DAN SYARAT PERSEROAN
TERBATAS
Secara normatif pengertian Perseroan Terbatas (PT) dijabarkan dalam
pasal 1 butir 1 UUPT yang mengemukakan :
“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal,didirikan berdasarkan
perjanjian,melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditettapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”8
Dari pengertian PT sebagaimana yang dijabarkan di atas dapat, dapat
diketahui bahwa PT sebagaimana kumpulan modal. Artinya, dalam badan usaha
PT yang utama adalah modal. Modal dibagi dalam bentuk saham.Oleh karena itu
siapa yang menguasai saham paling banyak dalam suatu PT dialah yang
menentukan dan ataupun lewat keputusan rapat umum pemegang saham.9
Ketentuan ini menambahkan bahwa perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal. Selain sebagai badan hukum perseroan, juga
merupakan persekutuan modal. Selain sebagai badan hukum perseroan, juga
merupakan tempat para pihak melakukan kerja sama, yaitu melakukan hubungan
kontraktual. Kerja sama ini menciptakan badan hukum yang sengaja diciptakan,
yaitu perseroan suatu “artifical person” 10
8
UU 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
9
Sentosa Sembiring,2008, Hukum Dagang, PT Citra Aditya Bakti,Bandung.hal.50
10
Jamin,Ginting ,2007 Hukum Perseroan Terbatas (UU No.40 2007), PT Citra Aditya Bakti,
Istilah “perseroan” menunjuk pada cara menentukan modal, yaitu terbagi
dalam saham sedangkan istilah “terbatas” menunjuk pada batas tanggung jawab
pemegang saham, yaitu sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki. Perseroan
Terbatas adalah perusahaan persekutuan badan hukum. Hal ini ditegaskan dalam
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
bahwa :
“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan
hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditettapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya”11
Landasan yuridis Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan usaha diatur
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 47556 (untuk selanjutnya disebut UUPT). Sebelum
munculnya UUPT landasan yuridis keberadaan PT sebagai badan usaha mengacu
pada Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Pengaturan PT dalam
KUHD dijabarkan dalam Pasal 36-56. Untuk pembahasan selanjutnya tentang PT
sebagai badan usaha difokuskan pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.12
a. Badan Hukum
Berdasarkan definisi perseroan yang telah dikemukakan diatas, maka
sebagai perusahaan badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur yang
diuraikan berikut ini :
11
Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia,PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Hal 105
Setiap Perseroan adalah badan hukum, artinya,badan yang memenuhi
syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban yang telah
diuraikan sebelumnya, antara lain, memiliki harta kekayaan pendiri atau
pengurusnya. Dalam KUHD tidak satu pasal pun yang menyatakan
perseroan sebagai badan hukum.
b. Persekutuan Modal
Pengaturan terhadap ketentuan struktur modal perseroan tetap sama, yaitu
terdiri atas modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Besarnya
modal dasar dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas ditentukan paling sedikit Rp. 20.000.000,00 Namun,
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
modal dasar perseroan diubah jadi paling sedikit Rp 50.000.000,00, (Pasal
32 (1)). Mengenai kewajiban penyetoran modal dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas ditentukan 50% dari
modal ditempatkan pada saat pendirian. Ketentuan tersebut dalam
Undang-Undang 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dihapus
sehingga seluruh modal yang tempat harus disetor penuh (Pasal 35).13
c. Didirikan Berdasarkan Perjanjian
Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Artinya, harus ada
sekurang-kurangnya dua orang yang berserpakat, mendirikan perseroan
yang dibuktikan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk anggaran
dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat di muka notaris.
Setiap pendirik wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan
didirikan. Ketentuan ini adalah asas dalam perseroan.
d. Melakukan Kegiatan Usaha
Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan, dalam bidang
perekonomian (perindustrian, perdagangan, perjasaan dan pembiayaan)
yan bertujuan untuk mendapat keuntungan dan atau laba. Melakukan
kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Supaya kegiatan usaha itu
sah harus mendapat izin usaha dari pihak yang berwenang dan didaftarkan
dalam daftar perusahaan menurut undang-undang yang berlaku.
e. Memenuhi persyaratan undang-undang
Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan undang-undang perseroan
dan peraturan pelaksanaanya. Unsur ini menunjukan bahwa perseroan
menganut sistem tertuttup (closed system).
Pendirian perseroan Terbatas, terbagi atas dua syarat yaitu, syarat formal
dan syarat materil. Yang dimaksud dengan syarat formal disini adalah untuk
mendirikan badan usaha PT, harus memenuhi syarat formatlitas yang ditentukan
dalam UUPT. Jelasnya dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT dikemukakan :
“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris
yang dibuat dalam bahasa Indonesia”
Untuk itu, jika suatu PT tidak didirikan dengan akta notaris, secara yuridis
formal tidak sah. Hal lain yang menarik untuk dikaji lebih dalam dari apa yang
dijelaskan dalam pasal ini, yakni pendirian PT, paling tidak harus ada dua orang.
Hal ini tampaknya ada kaitannya dengan pengertian PT, seperti yang telah dikutip
di atas, yakni suatu perjanjian. Sebagaimana diketahui untuk membuat suatu
perjanjian harus ada dua pihak atau lebih saling mengikatkan diri.14
14
SentosaSembiring Op.cit, hlm.50
Oleh karena
itu, sebagai konsekuensi logis pendirian PT sebagai suatu perjanjian harus ada
paling tidak dua orang. Selanjutnya dalam Pasal 7 ayat (2) UUPT disebutkan :
“Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat
Ketentuan sekurang-kurangnya dua orang menegaskan prinsip yang dianut
oleh undang-undang bahwa perseroan sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan
perjanjian.
Oleh karena itu, perseroan harus mempunyai lebih dari satu orang
pemegang saham sebagai pendiri. Sebagai bukti bahwa telah mengambil bagian
saham, nama pengambil saham dicatat dalam Daftar Buku Pemegang Saham.
Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perseroaan Terbatas,
perjanjian pendirian perseroan harus dibuat dengan akta otentik dimuka notaris
mengingat perseroan terbatas adalah badan hukum. Akta otentik tersebut
merupakan akta pendirian yang membuat anggaran dasar perseroan.
Syarat Materil dalam pendirian PT adalah modal. Artinya, bagaimana
wujud modal dalam PT, berapa harus ada modal jika ingin medirikan PT. Dalam
UUPT masalah modal telah dijabarkan secara rinci. Jelasnya dalam pasal 31
UUPT dikemukaan :
1) Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menurtup
kemungkinan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal
mengatur perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal
Dari ketentuan diatas, dapat diketahui modal dalam PT dibagi dalam
pecahan saham dengan nilai nominal tertentu. Sedangkan jumlah minimal modal
yang harus ada jika mendirikan PT, dijelaskan dalam pasal 32 UUPT sebagai
berikut :
1) Modal dasar perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh
2) Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat
menetukan jumlah minimum modal Perseroan yang lebih besar
daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
3) Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Selanjutnya, dalam Pasal 33 UPT , disebutkan :
1) Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 harus ditempatkan dan disetor
penuh.
2) Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksudkan pada
ayat (1) dibuktikan dengan buktikan dengan bukti penyetoran yang
sah.
3) Penegeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk
menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh.
Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham, tetapi
tidak menutup kemungkinan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal
mengatur modal perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal (Pasal 31).
Modal dasar perseroan paling sedikit berjumlah Rp 50.000.000,00 tetap dalam
undang-undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah
minumum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar
tersebut sehingga pengaturan minimum modal perseroan yang lebih besar
daripada ketentuan modal dasar tersebut sehingga pengaturan minimum dalam
Undang-Undang Perseroan ini.merupakan bagian modal yang harus dimiliki oleh
para pendiri. Yang dimaksud dengan “kegiatan usaha tertentu”, antara lain, usaha
perbankan, asuransi atau freight forwading. Perubahan besarnya modal dasar
Ketentuan pada ayat ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan keadaan
perekonomian (Pasal 32). Modal dasar (authorized capital atau equality) adalah
jumlah saham maksimum yang dapat dikeluarkan oleh perseroan sehingga modal
dasar terdiri atas sepuluh nominal saham.Modal dasar inilah yang sering dipaki
sebagai kriteria agar suatu perseroan dapat digolongkan ke dalam kategori
tertentu, yaitu apakah perseroan tersebut tergolong kedalam perusahaan kecil,
menangah atau besar15
Pengeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk
menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh. Ketentuan ini Modal yang ditempatkan (issued capital) dikeluarkan adalah saham yang
telah diambil dan sebenarnya telah terjual, baik kepada para pendiri maupun
pemegang saham perseroaan. Para pendiri telah menyanggupi untuk mengambil
bagian sebesar atau sejumlah tertentu dari saham perseroan dan karena itu
mempunyai kewajiban dana untuk membayar.
Modal yang disetor (paid up capital) adalah saham yang telah dibayar
penuh kepada perseroan yang menjadi pernyataan atau penyetoran saham riil yang
telah dilakukan, baik oleh pendiri maupun para pemegang saham perseroan.
Paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal
32, harus ditempatakan dan disetor penuh
Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksud pada huruf a
dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. Yang dimaksud dengan “bukti
penyetoran yang sah” antara lain. Bukti setoran pemegang saham kedalam
rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit
oleh akuntan, atau secara neraca perseroan yang ditanda tangani oleh Direksi dan
Dewan Komisaris
15
menegaskan bahwa tidak dimungkinkan penyetoran atas saham dengan cara
mengangsur.
B.ORGAN DALAM PERSEROAN TERBATAS DAN TANGGUNG
JAWABNYA
Berdasarkan Pasal 1 Butir 2 UUPT disebutkan :
“Organ perseroan adalah rapat umum pemegang saham, direksi dan
komisaris”
Sebagai suatu badan hukum, pada prinsipnya perseroan terbatas dapat
memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap
orang-perorangan, dengan pengecualian hal-hal yang bersifat seperti yang diatur dalam
buku pertama Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan sebagian dari buku
kedua kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kewarisan. Guna
melaksanakan segala hak dan kewajiban yang dimilikinya tersebut. Ilmu hukum
telah merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan tersebut,
yang berbeda satu dengan yang lainnya16
16
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,2000, Seri Hukum Bisnis : Perseroan Terbatas, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal.77
. Organ-organ tersebut terdiri dari, yaitu :
Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris.
Direksi bekewajiban untuk mengelola jalannya perusahaan dengan sebaik
mungkin. Dewan Komisaris bertugas untuk mengawasi jalnnya pengelolaan
perseroan oleh Direksi, serta pada kesempatan tertentu turut membantu Direksi
dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya Rapat Umum Pemegang Saham
perseroan berfungsi untuk melaksanakan kontrol secara menyeluruh atas setiap
pemenuhan kewajiban dari Direksi dan Dewan Komisaris perseroan atas aturan
main yang telah ditetapkan. Selama masing-masing organ dapat berperan dengan
baik, maka perseroan akan berjalan dengan baik dan para pemegang saham
Rapat Umum Pemegang Saham, didalam UUPT, dapat disimpulkan rapat
umum pemegang saham (RUPS) adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan. Tepatnya dalam Pasal 1 butir 4 UUPT
disebutkan :
“Rapat umum pemegang saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah
organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
direksi atau dewan komisaris dalam batas dalam batas yang ditentukan
dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”
Kewenangan tersebut merupakan kewenangan eksklusif yang tidak dapat
diserahkan kepada organ lain telah ditetapkan dalam UUPT dan Anggaran dasar.
Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UUPT akan ada selama UUPT belum
diubah. Sedangkan wewenang eksklusif dalam anggaran dasar yang disahkan
disetujui Mentri Hukum dan HAM dapat diubah melalui perubahan Annggaran
Dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UUPT. Dalam forum
RUPS17
Indonesia sebagaimana negara-negara yang menganut sisten hukum sipil
(civil law system) menganut two-tiermanagementsystem dimana terdapat lembaga
Direksi yang menjalankan manajemen perusahaan dan Dewan Komisaris yang
bertugas mengawasi jalannya manajemen (pengurusan) perusahaan oleh direksi.
Ini berbeda dengan negara-negara common law yang menegenal single-tier . Pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan
perseroan dari direksi dan/atau dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan
mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan. Ketentuan
ini dimaksudkan berkenaan dengan hak pemegang saham untuk memperoleh
keterangan berkaitan dengan hak pemegang saham untuk mendapatkan
keterangan lainnya.
17
management structure, di mana manjemen perseroan dibawah kontrol penuh dari
Direksi berada ditangan para pemegang saham.18
Alasan menempatkan RUPS sebagai organ perseroan yang utama tidak
terlepas dari esensi pendirian suatu perseroan terbatas yang berdasarkan Pasal 1
angka 1 UUPT merupakan persekutuan modal dari para pendiri PT tersebut.
Sebagian pendiri PT dan sekaligus pemegang saham PT yang telah memberikan
kontribusi modal (kapital) awal (initial capital) untuk menjalankan kegiatan
usaha, sudah seharusnya setiap keputusan yang menyangkut tujuan awal (original
objective) para pendiri dalam mendirikan PT berada ditangan mereka melalui
lembaga RUPS. Alasan lainnya adalah landasan pengangkatan dan pemberhentian
anggota Direksi dan Dewan Komisaris diangkat bukan dari rapat Direksi atau
dewan Komisaris, namun diangkat dan diberhentikan oleh RUPS namun diangkat
dan diberhentikan oleh RUPS dan ini memperlihatkan kekuasaan yang besar yang
tidak dipunyai oleh organ PT yang lain yaitu Direksi dan Dewan Komisaris.
UUPT dengan tepat menggambarkan kedudukan tersebut pada Pasal 1 angka 4
UUPT.
Badan pembentuk undang-undang, para kreditur perseroan dan pihak
lainnya yang memiliki kepentingan. Sistem common law tersebut tidak meneganal
lembaga Dewan Komisaris. Pembentuk undang-undang sama sekali tidak
bermaksud untuk memberikan peringkat terhadap lembaga RUPS, Direksi dan
Dewan Komisaris dalam pengertian lembaga yang satu lebih superior dan
lembaga yang lain yang karena inferior, namun penulis berpandangan bahwa
defenisi organ perseroan dalam UUPT tersebut tetap menampilkan suatu
“pemeringkatan” dimana RUPS tampil sebagai organ perseroan pertama dan
utama.
19
18
Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia,2009, Organ Perseroan Terbatas, Sinar Grafika,
Jakarta. Hal 1
19
Pasal 75 ayat (1) UUPT diartikan sebagai kewenangan RUPS yang tidak
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, adapun beberapa kewenangan
RUPS yang tercantum dalam UUPT, yaitu :
1. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk
kepentingan perseroan yang belum didirikan sehingga perbuatan
hukum calon pendiri tersebut mengikat perseroan setelah perseroan
menjadi badan hukum (Pasal 13 ayat (1) UUPT)
2. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan pendiri setelah pendirian
PT namun sebelum PT memperoleh status badan hukum (Pasal 14
UUPT)
3. Menyetujui usulan perubahan anggaran dasar perseroan (Pasal 19-28
UUPT)
4. Menyetujui penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak
(Pasal 34 (3) UUPT)
5. Menyetujui hak tagih pemegang saham atau kreditor terhadap
perseroan sebagai kompensasi penyetoran saham dalam permodalan
perseroan (Pasal 35 UUPT)
6. Menyetujui maksud Perseroan untuk membeli kembali saham (buy
back) yang telah dikeluarkan (Pasal 38 UUPT)
7. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas maksud
perseroan untuk untuk membeli kembali saham (buy back) yang telah
dikeluarkan kepada Dewan Komisaris (Pasal 39 UUPT)
8. Menyetujui penambahan modal perseroan yaitu modal dasar, modal
ditempatkan dan modal disetor (Pasal 41 ayat (1) UUPT)
9. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan pelaksanaan
keputusan RUPS tentang penambahan modal perseroan kepada Dewan
10.Menyetujui pengurangan modal perseroan, yaitu modal dasar, modal
ditempatkan dan modal disetor (Pasal 44 UUPT)20
11.Menyetujui pemindahan hak atas saham apabila sisyaratkan oleh
anggaran dasar perseroan (Pasal 57 ayat (1) huruf b UUPT)
12.Menyetujui rencana kerja tahunan yang disusun Direksi apabila
diisyratkan oleh anggran dasar perseroan (Pasal 64 ayat (2) dan (3)
UUPT)
13.Menolak untuk mengesahkan laporan keungan peseroan yang termask
dalam kualifikasi perseroan yang bergerak di bidang pengerahan dana
masyrakat atau perseroan yang mengeluarkan surat pengakuan utang
atau perseroan terbuka atau perseroan yang mempunyai aset dan/atau
jumlah peredaran usaha paling sedikit Rp.50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah) atau perseroan yang laporan keuangannya wajib
diaudit Akuntan Publik sebagaimana diisyratkan oleh peraturan
perundang-undangan, yang mana Direksi perseroan tersebut ternyata
tidak menyerahkan laporan keuangan perseroan tersebut kepada
akuntan publik untuk diaudit (Pasa 68 ayat (1) dan (2) UUPT)
14.Menyetujui laporan tahunan perseroan dan mengesahkan perhitungan
tahunan perseroan (Pasal 69 ayat (1) UUPT)
15.Menyetujui penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah
penyisihaan untuk cadangan (Pasal 71 ayat (1) UUPT)
16.Mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukan ke
dalam cadangan khusus (Pasal 73 ayat (2) UUPT)
17.Menyetujui penggabungan (merger) , peleburan, pengambilan atau
pemisahaan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit,
20
perpanjangan jangka waktu berdirinya dan pembubaran perseroan
(Pasal 89 auat (1) UUPT)
18.Menetapkan pembagian tugas dan wewenang pengurusan Perseroan
diantara anggota Direksi (Pasal 92 ayat (5) UUPT)
19.Menetapkan pembagian tugas dan wewenang pengurusan Perseroan di
antara anggota Dewan Komisaris (Pasal 111 ayat (1) UUPT)
20.Memberhentikan anggota Direksi ( Pasal 94 ayat (5) juncto Pasal 105
ayat (1) UUPT) dan anggota Dewan Komisaris (Pasal 115 ayat (5) dan
Pasal 119 UUPT)
21.Menetapkan besaran gaji dan tunjangan anggota Direksi (Pasal 96 ayat
(1) UUPT) dan besaran gaji atau honorarium dan tunjangan anggota
Dewan Komisaris ( Pasal 113 UUPT)
22.Menetapkan pembatasan atau persyratan kewenangan Direksi (Pasal
98 ayat (3) UUPT)
23.Menunjuk pihak di luar direksi dan dewan komisaris Perseroan untuk
mewakili Perseroan dalam hal terdapat seluruh anggota direksi dan
dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan ( conflict of
interest) dengan perseroan (Pasal 99 ayat (2) huruf c UUPT)
24.Menyetujui maksud Direksi untuk mengalihkan kekayaan atau
menjadikan jaminan utang kekayaan perseroaan yang merupakan lebih
dari 50% (lima puluh persen) dari kekayaan bersih Perseroaan (Pasal
102 ayat (1) UUPT)
25.Menyetujui atau menolak rencana/maksud Direksi untuk mengajukan
permohonan pailit atas Perseroan (Pasal 104 ayat (1) UUPT)21
21
26.Mencabut atau menguatkan keputusan Dewan Komisaris yang
memberhentikan sementara anggota Direksi (Pasal 106 ayat (6)
UUPT)
27.Meminta laporan Dewan Komisaris tentang tugas pengawasan yang
telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau (Pasal 116 huruf
c UUPT)
28.Memberikan kewenangkan kepada Dewan Komisaris untuk melakukan
tindakan pengurusan Perseroan apabila Direksi tidak ada atau apabila
seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan
Perseroan (Pasal 118 ayat (10 UUPT)
29.Mengaangkat Komisaris Independen (Pasal 120 ayat (2) UUPT)
30.Menyetujui rancangan penggabungan yang disusun Direksi dan
sebelumnya telah mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris
Perseroan (Pasal 123 ayat (3) UUPT)
31. Menyetujui pengambilalihan (Pasal 125 ayat (4) juncto pasal 126 ayat
(2) dan pasal 127 ayat 127 (1) UUPT) dan rancangan
pengambilaalihan (Pasal 128 ayat (1) UUPT)
32.Menyetujui pembubaran Perseroan (Pasal 142 ayat (1) huruf a UUPT)
33.Menunjukan likuidator (Pasal 142 ayat (3) juncto Pasal 145 ayat (2)
UUPT)
34.Menyetujui laporan pertanggung jawaban likuidator atas likuidasi
Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT)22
Sebagai badan hukum, maka pemegang saham perseroan tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan
dan tidak bertnaggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang
telah diambilnya, Dengan demikian dalam perseroan, pemegang saham hanya
22
bertanggung jawab sebesar nilai saham yang diambilnya dan tidak meliputi harta
kekayaan pribadinya. Inilah ciri dari perseroan terbatas. Walaupun demikian,
dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab
terbatas tersebut. Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya
tanggung jawab terbatas tersebut, di dalam pasal 3 ayat (2) UUPT, yaitu :
1. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata
untuk kepentingan pribadi.
2. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawn
hukum yang dilakukan oleh perseroan ; atau
3. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak
langsuing secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan,
yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup
melunasi hutang perseroan23
Pada pokoknya RUPS harus diselenggarakan ditempat perseroan
berkedudukan atau tempat-tempat lain sebagaimana dimungkinkan dalam
anggaran dasar perseroan, selama sepanjang tempat tersebut masih berada dalam
wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam tiap-tiap Rapat Umum Pemegang
Saham, yang harus dilaksanakan minimum setahun sekali, setiap lembar saham
dalam perseroan dengan nilai nominal terkecil yang ditentukan dalam anggaran
dasar, kecuali untuk saham-saham yang diberikan perlakuan khusus, termasuk
saham-saham tanpa suara, berhak mewakili/mengeluarkan satu suara dalam rapat.
Pelaksanaan suara dari hak ini dalam Rapat Umum Pemegang Saham dapat
dilakukan sendiri oleh pemegang saham atau diwakilkan pada seorang pihak
ketiga selaku kuasa pemegang saham, Namun demikian kuasa yang diberikan
oleh pemegang saham kepada :
.
23
1. Direksi
2. Komisaris, dan/atau
3. Karyawan Perseroan24
RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. Yangdimaksud
dengan RUPS lainnya adalah RUPS yang diadakan selain dari RUPS tahunan.,
biasa dalam keadaan kegentingan yang memaksa dan diatur dalam anggaran dasar
pemegang saham dapat melakukan RUPS luar bisa yang dilakukan pada saat
tertentu berdasarkan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar. RUPS tahunan
wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku
terakhir.Dalam hal direksi atau dewan komisaris tidak melakukan panggilan
RUPS dalam jangka waktu sebagaimana tersebut diatas, yaitu lima belas hari
terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan
permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon
melaukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut. Penetapan Ketua pengadilan negri
menolak permohonan dalam hal pemohon tidak dapat membuktikan secara sumir
bahwa persyratan telah dipenuhi dan pemohon mempunyai kepentingan yang
wajar untuk diselenggarakannya RUPS25
RUPS dalam kedudukan sebagai salah satu organ PT memiliki peran yang
sangat penting sejak kelaihiran PT terserbut sehingga bubarnya PT dimana UUPT
memberikan begitu banyak hak dan kewenangan kepada lembaga RUPS ini.
Namun demikian, adakalanya terjadi suatu keadaan dimana kepentingan PT tidak
sejalan dengan kepentingan pemegang saham yang dibuktikan dari tidak
terbentuknya kuorum RUPS yang persyaratakan anggaran dasar hingga RUPS
yang kedua dan UUPT memberikan jalan keluar dengan “meminjam tangan”
24
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja Op.cit, hlm 79
25
pengadilan yang menetapkan kuorum RUPS yang ketiga. Kewenangan pengadilan
yang akan menetapkan kuorum RUPS yang ketiga. Kewenangan pengadilan ini
memperlihatkan bahwa kewenangan RUPS ynag demikian banyak bukanlah
merupakan kewenangan yang absolut.26
1. Melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus, fungsi pengawasan
(supervisi)
Komisaris merupakan organ dari PT yang tidak kalah pentingnya.
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan kepada
direksi dalam menjalankan perseroan. Tepatnya dalam Pasal 1 butir 4 UUPT
disebutkan :
“Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada direksi”
Apabila defiinisi Dewan Komisaris tersebut diteliti secara seksama, maka
akan terlihat adanya 2 (dua) tugas pokok Dewan Komisaris, yaitu :
2. Memberikan penasihat, fungsi penasihat (advisory)27
Pasal 1 angka 6 UUPT telah menegaskan tugas dewan komisaris yaitu
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggran
dasar dan penjabaran dari fungsi pengawasan yang diemban dewan komisaris
diatur dalam pasal 108 ayat (1) dan ayat (2) UUPT .
Ayat (1)
“Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada direksi”
Ayat (2)
26
Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Op.cit, hlm 26
27
“Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk kepentingan Perseroaan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan”
Dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha
perseroan dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan dan pemberian
nasihat ini dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dangan maksud dan
tujuan perseroan. Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih.
Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan
majelis dan setiap anggota dewan komisaris todak dapat bertindak sendiri-sendiri
tetapi beerdasarkan keputusan dewan komisaris.
Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan atau
mengelola dana masyrakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang
kepada masyrakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua
orang anggota dewan komisaris (Pasal 108). Yang dimaksud “untuk kepentingan
dan sesuai dengan melakukan tujuan perseroan” adalah bahwa pengawasan dan
pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk kepentingan
pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara
menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Berbeda dari
direksi yang memungkinkan setiap anggota direksi bertindak sendiri-sendiri
dalam menjalankan tugas direksi, setiap anggota dewan komisaris tidak dapat
bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas dewan komisaris, kecuali
berdasarkan keputusan dewan komisaris.28
Perseroan yang kegiatan usahanya menghimpun dan/atau mengelola dana
masyrakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat
atau perseroan terbuka memerlukan pengawasan dengan jumlah anggota dewan
28
komisaris yang lebih besar karena menyangkut kepentingan masyrakat. Yang
dapat diangkat menjadi anggota dewan komisaris adalah orang perserorangan
yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun
sebelum pengangkatannya pernah :
1. Dinyatakan pailit
2. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan pailit ; atau
3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
Yag dikatakan dimaksud dengan “sektor keuangan” , antara lain,
lembaga keuangan bank dan non bank, pasar modal dan sektor ain
yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana
masyrakat.
Ketentuan persyratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi
kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyratan tambahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.29
Yang dimaksud dengan “memberi persetujuan” adalah memberikan
persetujuan secara tertulis dari dewan komisaris. Yang dimaksud dengan
“bantuan” adalah tindakan dewan komisaris mendampingi direksi dalam Dalam anggaran dasar, dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada
dewan komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Dalam hal anggaran dasar
menetapkan persyratan pemberian persetujuan atau bantuan sebagaimana
dimaksud tanpa persetujuan atau bantuan dewan komsaris perbuatan hukum tetap
mengikat perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum tersebut
beritikad baik (Pasal 117).
29
melakukan perbuatan hukum tertentu. Pemberian persetujuan atau bantuan oleh
dewan komisaris kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang
dimaksud ayat ini bukan merupakan tindakan pengurusan. Yang dimaksud dengan
“perbuatan hukum tetap mengikat perseroan” adalah perbuatan hukum yang
dilakukan tanpa persetujuan dewan komisaris sesuai dengan ketentuan anggran
dasar tetap mengikat tetap mengikat perseroan, kecuali dapat dibuktikan pihak
lainnya tidak beritikat baik. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat
mengakibatkan tanggung jawab pribadi anggota direksi sesuai dengan ketentuan
undang-undang ini.
Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, dewan komisaris dapat
melakukan tindakan kepengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka
waktu tertentu. Dewan komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka
waktu yang tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana yang dimaksud
berlaku ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap
perseroan dan pihak ketiga (Pasal 118)30
Disamping fungsi pengawasan dan pemberian nasihat yang melekat pada
organ perseroan yang bernama dewan komisaris, kepada dewan komisaris juga
dapat memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan
perbuatan hukum tertentu. Wewenang tersebut sangat jelas diatur dalam Pasal 117
UUPT yang penulisan kutip sebagai berikut31
1. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya :
“Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberiqan wewenang kepada
Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada
Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu”
Dewan komisaris wajib :
30
Jamin Ginting,Oopcit, hal 137
31
2. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau
keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan tersebut dan perseroan
lai; dan
3. Yang Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang tealh dilakukan
selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS (Pasal 116)
Risalah dewan komisaris memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan
diputuskan dalam rapat tersebut. Yang dimaksud dengan “salinannya” adalah
salinan risalah rapat dewan komisaris karena asli risalah tesebuut dipelihara
direksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 UUPT bahwa setiap perubahan
dalam kepemilikan saham wajib juga dilaporkan.
Indonesia yang menganut two-tiermanagement system mengatur lembaga
Dewan Komisaris dalam UUPT yang bertugas mengawasi jalannya manajemen
(kepengurusan) perusahaan. Selain fungsi pengawasan. Dewan Komisaris juga
mengemban kewajiban untuk memberikan nasihat kepada Direksi, memberikan
bantuan dan persetujuan terhadap perbuatan-perbuatan hukum tertentu yang akan
dijalankan Direksi dan ambil alih perseroan dalam keadaan darurat. UUPT tidak
secara langsung mengatur secara spesifik kualifikasi anggota dewan komisaris
kecuali anggota dewan komisaris yang bernama Komisaris Independen yang jauh
sebelumnya telah diatur dan dilembagakan dalam peraturan pasar modal, kiranya
syarat kualifikasi Komisaris Independen yang diatur dalam peraturan pasar modal
menjadi acuan dalam melakukan pemilihan (seleksi) anggota dewan komisaris.32
Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
32
perseroan, baik dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar perseroan terbatas. Dalam Pasal 1 butir 5 UUPT di sebutkan :
“Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksuda dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik
didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar”
Dengan demikian, direksi PT adalah :
1. Wakil PT dalam dan diluar pengadilan
2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tujuan PT
3. Wajib membuat daftar pemegang saham33
Tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan oleh direksi, hal ini dijelaskan
dalam pasal 92-107 UUPT. Direksi perseroan terdiri atas 1 orang anggota direksi
atau lebih. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun
dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat
pengakuan utang kepada masyrakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai
paling sedikit 2 orang anggota direksi. Dalam hal ini direksi terdiri atas 2 anggota
direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota
direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota
direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Jika tidak ditetapkan RUPS
tersebut, pembagian tugas dan wewenang anggota direksi ditetapkan berdasarkan
keputusan direksi.34
33
SentosaSembiring Op.cit, hlm. 50
34
Jamin Ginting ,Oopcit, hlm.113
Direksi sebagai organ perseroan yang melakukann
pengurusan perseroan memagami dengan jeas kebutuhan pengurusan perseroan.
Tugas dan wewenang anggota direksi, sudah sewajarnya penetap tersebut
dilakukan oleh direksi sendiri (Pasal 92). Yang dapat diangkat menjadi anggota
direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum,
kecuali dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatannya pernah :
1. Dinyatakan pailit
2. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit atau\
3. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Yang dimaksud
dengan “sektor keuangan”, antara lain, lembaga keuangan, bank dan
nonbank, pasar modal dan sektor lain yang berkaitan dengan
penghimpunan dan pengelolaan dana masyrakat
Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi kemungkinan
instansi teknis yang berwenang menetapkan persyratan tambahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Tidak ada suatu pembatasan mengenai
keanggotaan direksi dalam perseroan. Tidak hanya warga negara Indonesia,
melainkan juga warga negara asing yang memenuhi syarat yang ditetapkan (oleh
departemen tenaga kerja) dapat menjadi anggota direksi perseroan undang-undang
Perseroan Terbatas menisyaratkan bahwa anggota Direksi haruslah orang
perseroangan.Ini berarti dalam sistem hukum perseroan Indonesia tidak dikenal
adanya pengurusan perseroan oleh badan hukum perseroan lainnya maupun oleh
badan usaha lain, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum. Selanjutnya orang perserorangan tersebut adalah mereka yang cakap
untuk bertindak dalam hukum, tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan. 35
Maupun yang menjadi anngota direksi atau komisaris perseroan lain yang
pernah dinyatakan bersalah telah menyebabkan pailitnya rsebut dan belum pernah
35
dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pengangkatannya.
Setiap anggota direksi yang bersalah atau lalai dalam menjalankan kepengurusan
perseroan akan bertanggung jawab secara penuh kekayaan. Meskipun masa
jabatan keanggotaan masing-masing anggota direksi telah ditentukan dalam
anggaran dasar perseroan, namun ketentuan tersebut tidaklah membatasi hak dari
Rapat Umum Pemegang Saham untuk setiap saat memberhentikan salah satu atau
lebih anggota direksi (Pasal 91) sebelum berakhirnya masa jabatan yang
ditentukan dalam anggaran dasar.Selain “pemberhentian permanen” oleh Rapat
Umum Pemegang Saham tersebut diatas, Undang-undang perseroan terbatas
memungkinkan juga dilakukannya “skorsing” atau “pemberhentian sementara”
anggota direksi, baik oleh Rapat Umun Pemegang Saham maupun oleh komisaris
perseroan. Pemberitahuan mengenai pemberhentian sementara wajib disampaikan
secara tertulis kepada anggota direksi yang bersangkutan. Dalam jangka waktu
memberhentikan secara tetap tersebut atau secara formil anggota direksi
tersebut.36
Direksi mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan hal
anggota direksi terdiri atas lebih satu orang, yang berwenang mewakili perseroan
adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar.
Kewenangan direksi untuk mewakili perseroan sebagaimana dimaksud adalah
tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang
ini, anggaran dasar atau keputusan RUPS sebagaimana dimaksud tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan undang-undang dan/atau anggaran dasar perseroan
(Pasal 98)37
Undang-undang ini pada dasarnya menganut sistem perwakilan kolegial
yang berarti tiap-tiap anggota direksi berwenang mewakili perseroan. Namun,
36
Jamin Ginting ,Oopcit, hlm. 123Ibid
untuk kepentingan perseroan, anggaran dasar dapat menentukan bahwa perseroan
diwakili oleh anggota direksi tertentu.. Yang dimaksud “tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang”, misalnya, RUPS tidak berwenang memutuskan bahwa
direksi didalam mengagumkan atau mengalihkan sebagaian besar aset perseroan
cukup dengan persetujuan dewan komisaris atau persetujuan RUPS dengan
kuorum kurang dari tiga perempat. Yang dimaksud “tidak boleh bertentangan
dengan anggaran dasar”, misalnya, anggaran dasar menentukan bahwa untuk
peminjaman uang diatas Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) direksi harus
mendapatkan persetujuan dari dewan komisaris. Anggota direksi tidak berwenang
mewakilili perseroan apabila :
1. Terjadi perkara dipengadilan antara perseroan dan anggota direksi yang
bersangkutan
2. Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan
dengan perseroan
Dalam direksi tidak berwenang mewakili perseroan tersebut, yang berhak
mewakili perseroan adalah :
1. Anggota direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan
dengan perseroan.
2. Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota direksi mempunyai benturan
kepentingan dengan perseroan.
3. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota direksi
mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan (Pasal 99)38
Direksi wajib :
1. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah
rapat direksi. Daftar pemegang saham dan daftar khusus sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50. Risalah RUPS dan
3838
risalah rapat direksi memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan
diputuskan dalam setiap rapat.
2. Membuat dokumen laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam pasal
66 dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksdu dalam
Undang-undang tentang dokumen perusahaan.
3. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perseroan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b dan dokumen perseroan
lainnya. Yang dimaksud dengan “dokumen perseroan lainnya”, antara lain
risalah rapat dewan komisaris dan perizinan perseroan.
Anggota direksi wajib melporkan kepada perseroan mengenai saham yang
dimilliki anggota direkisi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam
perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus.
Anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan
kerugian bagi perseroan.
Direksi wajib memninta persetujuan RUPS untuk39
1. Mengalihkan kekayaan perseroan atau
:
2. Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan
Yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroaan dalam
satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
Yang dimaksud dengan “kekayaan perseroan” adalah semua barang, baik
bergerak maupun tidak bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud maupun
tidak berwujud milik perseroan Yang dimaksud dengan “dalam satu transaksi
atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak” adalah satu transaksi
atau lebih yang secara kumulatif mengakibatkan dilampauinya ambnag 50%.
Penilaian lebih dari 50% kekayaan bersih didasarkan pada nilai buku sesuai
neraca yang terakhir disahkan RUPS. Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada
39
satu orang karyawan pewseroan atau lebih, atau kepada orang lain untuk dan atas
nama perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang
diuraikan dalam surat kuasa (Pasal 103).
Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas
kerugian perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya dengan tidak bertanggung jawab dan tidak beritikad baik. Dalam hal
direksi terdiri atas dua anggota direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana
dimaksud, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi. Anggota
direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan apabila dapat
membuktikan :
1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya
2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
3. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan atas tindakan pengurusan yang
mengakibatkan kerugian dan ;
4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut. Yang dimaksud dengan “mengambil tindakan untuk
mencegah timbul dan berlanjutnya kerugian” termasuk juga
langkah-langkah untuk memperoleh informasi mengenai tindakan pengurusan yang
dapat mengakibatkan kerugian, antara lain, melalui forum rapat direksi40
Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit satu
persepuluh bagian bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat
mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi karena
kesalahan atau kelalaianya menimbulkan kerugian pada perseroan. Ketentuan
anggota direksi tidak dapat diminta pertanggungjawaban tersebut, tidak .
40
mengurangi hak anggota direksi lain dan/atau anggota dewan komisaris untuk
mengajukan gugatan ata nama perseroan (Pasal 97). Dalam hal tindakan direski
merugikan perseroan, pemegang saham yang memenuhi persyaratan sebagaimana
ditetapka ketentuan undang-undang perseroan terbatas , dapat mewakili perseroan
untuk melakukan tuntutan atau gugatan terhadap direksi melalui pengadilan. Saat
ini di dunia hukum perusahaan yang ada teori yang disebut dengan teori Business
Judgement Rule suatu doktrin yang menetapkan bahwa direksi suatu perusahaan
tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan
pengambilan keputusan apabila tindakan direksi tersebut didasari itikad baik dan
sifat hati-hati.
Dengan prinsip ini, direksi mendapatkan perlindungan sehingga tidak
perlu memperoleh justifikasi dari pemegang saham atau pengadilan atas
keputusan mereka dalam pengelolaan perusahaan. Business Judgement Rule pada
pokoknya megasumsikan bahwa dalam membuat suatu keputusan bisnis, direksi
dari suatu perusahaan bertindak atas dasar informasi yang dimilikinya beritikad
baik dan dengan keyakinan bahwa tindakan yang diambil adalah semata-mata
untuk kepentingan perusahaan.41
Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas perseroan
sendiri kepada pengadilan niaga sebelum memperolah persetujuan RUPS, dengan
tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Permohonan pengajuan
kepailitan dilakukan pada pengadilan niaga. Dalam hal kepailitan terjadi
kepailitan dilakukan pada pengadilan niaga. Dalam hal kepailitan terjadi
kepailitan terhadap perseroan karena kesalahan dan kelalaian direksi dan harta
pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban dalam kepailitan tersebut,
setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh
41
kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab tersebut
berlaku yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab tersebut
berlaku juga bagi anggota direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat
sebagai anggota direksi dalam jangka waktu lima tahun sebelum putusan
pernyataan pailit diucapkan. Anggota direksi tidak bertanggung jawab atas
kepailitan perseroan apa bila dapat membuktikan:
a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya
b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh
tanggung jawab untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan42
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan (PT) yang dalam menjalankan perannya tersebut
semata-mata untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan kegiatan usaha
Perseroan. Direksi merupakan satu-satunta organ PT yang mewakili Perseroan,
baik didalam maupun diluar pengadilan. Tugas dan tanggung jawab melakukan
pengurusan sehari-hari Perseroan (PT) untuk kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan tersebut, Dalam sistem common law dikenal
dengan prinsip fiduciary duties. Jadi, seorang direktur memiliki hubungan fidusia
dengan atau kepada perseroan untuk bertindak dengan itikad baik (bonafide)
untuk kemanfaatan atau keuntungan perseroan. Apabila anggota direksi terbukti
bersalah atau lalai menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab tersebut yang menyebabkan Perseroan (PT) menderita kerugian, maka
4242
anggota Direksi tersebut wajib memikul tanggung jawab penuh secar a pribadi
atas kerugian yang diderita perseroaan.
C. TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)
DAN DASAR HUKUMNYA
Bahwa dalam menajalankan aktivitas bisnis yang sehat, dibutuhkan suatu
norma yang dapat dijadikan panduan bagi pelaku bisnis yang sehat, dibutuhkan
suatu norma yang dpat dijadikan panduan bagi pelaku bisnis. Panduan tersebut
dikenal dengan etika bisnis. Hanya saja, jika digantungkan pada etika bisnis
semata, daya memaksa nya masih terbatas diantara para pelaku bisnis. Jika terjadi
pelanggaran sulit memaksa agar dipatuhi. Dalam suasana seperti ini, dirasa perl
adanya daya memaksa agar dipatuhi. Dalam suasana seperti ini, dirasakan perlu
adanya daya pemaksa dari luar komunias pebisnis kepada pelanggar norma-norma
dalam berbisnis.43
Sebagaimana yang dikemukakan A.Sony Keraf dan Robert Haryono Imam
(1995). Prinsip-prinsip etika bisnis tidak akan memadai, kalau hanya dibiarkan
menjadi sekedar imabauan moral belaka. Yang palinh mendapat tempat utama
sebagai prinsip etika bisnis adalah keadilan, baik dalam penegertian
nonmalefiecence (tidak berbuar jaha atau tidak melangagr hak orang lain.
Tanggung jawab sosial adalah salah satu dari prinsip keadilan. Oleh karena itu,
negara berhak menuntut agar pelaku bisnis tidak merugikan pihak lain, termasuk
pihak ketiga berupa masyrakat atau negara, Konsekuensi nya, sejauh pelaku bisnis
tertentu merugikan pihak tertentu, negara wajib menindaknya.Ditengah kuatnya
arus globalisasi, juga membawa implikasi dalam menjalankan kegiatan berbisnis.
Implikasi yang cukup mencolok adalah adanya tuntutan agar dalam menjalankan
bisnis harus mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
43
Governance). Dalam kaitan ini, yakni perlunya kepastian hukum, transparansi dan
akuntabilitas. Oleh karena itu, tindakan monopoli, oligipoli dan kemungkinan
terjadinya persainagan usaha tiak sehat harus dicegah sedini mungkin.44
Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan materi yang baru diatur
dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas ini. Latar belakang
dimasukannya ketentuan tersebut adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban
sosial perseroan terhadap lingkungan dan keadaan masyrakat disekitar tempat
usaha perseroan. Ketentuan ini tidak bersifat keadaan tertentu yang peraturan
pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Selain itu,
ketentuan ini juga bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang
serasi, seimbang dan sesuai denganlingkungan, nilai, norma dan budaya
masyrakat setempat.45
Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Berdasarkan pasal 74
Undang-Undang Perseroan Terbatas yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan
usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Yang dimaksud
dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan
sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak
memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada
fungsi kemampuan sumber daya alam.46
44
SentosaSembiring Op.cit, hlm 220
45
Jamin Ginting,Op.cit, hlm 93
46
Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan ketentuan yang baru
diatur dalam ketentuan undang-undang ini. Tanggung jawab sosial perusahaan
atau yang sering disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Kesadaran
pentingnya melakukan CSR merupakan trend global seiiring dengan semakin
maraknya kepedulian mengutamakan stakeholders. Persoalan CSR ini juga tidak
terlepas dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG), yang menerapkan
prinsip fairness, transparency dan accountability. Prinsip accountability
penekanannya yang signifikan diberikan pada kepentingan stakeholders
perusahaan. Perusahaan harus memperhatikan kepentingan dari stakeholders,
menciptakan nilai tambah (value added) dari produk atau jasa bagi stakeholders
dan memelihara nilai tambahnya yang diciptakan. Gagasan CSR diharapkan
bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan tanggung jawab yang berpihak pada
singel bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan
dalam kondisi keuangan (financial) saja, tetapi juga perusahaan memerhatikan
dampak sosial dan lingkungan (triple bottom line).47
Undang-Undang Perseroan Terbatas yang berlaku pada masa sekarang ini
membawa satu hal yang sama sekali baru yang sebelumnya, belum diatur dalam
undang-undang perseroan terbatas yang lama, yaitu tanggung jawab sosial dan
lingkungan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang diatur dalam pasal 74 Undang-Undang Perseroan
Terbatas 40 Tahun 2007 48
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
.
Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas
47
Cornelius Simanjuntak Cornelius dan Natalie Mulia, Op.cit, hlm 96
48
Pasal 74 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang diaggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuttan dan
kewajiban.
Penempatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Bab
tersendiri, yaitu Bab 5 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang sejajar dengan
organ PT yang mendapatkan pengaturan dalam bab tersendiri yaitu Bab 6 tentang
RUPS dan Bab 7 Tentang Direksi dan Dewan Komisaris menurut penulis
memperlihatkan pertamapentingnya tanggung jawab sosial dan lingkungan ini
direalisasikan oleh perseroan dan kedua sebagai landasan atau pijakan bagi
peraturan perundang-undangan lainnya yang bersentuhan dengan perseroan
terbatas sebagai pelaku usaha, peraturan perundang-undangan yang mengatur
perbankan, perasuransian, pembiayaan, pertambangan dan energi dan lain-lain. 49
Yang kesemuanya dijalankan oleh badan usaha yang bernama PT.
Kewajiban untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan oleh
Perseroan Terbatas dan menurut penulis juga seharusnya menampilkan sisi
manusiawi atau sosial dan peka serta peduliu lingkungan dari PT yang cenderung
diberi label sebagai badan usaha yang senantiasa bertujuan untuk mendapatkan
laba (Keuntungan). Sisi peduli sosial dan lingkungan tersebut tergambar dengan
jelas dalam penjelasan Pasal 74 ayat (1) UUPT yang mengatakan50
49
Ibid
50
Ibid
Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan
yang serasi, seimbang dan sesuai dengan ligkungannya, nilai, norma dan
budaya masyrakat setempat.51
1. Lingkungan
Bagian penjelasan Pasal 74 ayat (1) UUPT sangat jelas mengganbarkan
latar belakang dan tujuan pembentukan CSR bagi PT, yaitu penciptaan suatu
hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan :
2. Nilai masyarakat lokal
3. Norma masyarakat lokal
4. Budaya masyarakat lokal
Jelas bahwa tujuan CSR yang diatur dalam Pasal 74 UUPT terssebut
mengadopsi Pasal 15 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 yang menegaskan
bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat
pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan
yang serasi , seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya
masyarakat setempat.52
Disamping itu ada beberapa perundang-undangan yang menjadi dasar
Tanggung Jawab Sosial Perusahaa
47/2012). Dalam Pasal 4 Peraturan PemerintahNo 47 Tahun 2012, dikatakan
bahwa TJSL dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan
perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja
tahunan perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang
51
Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007, Op Cit
52
dibutuhkan untuk pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan. Pelaksanaan
Tanggung Jawab Sosial Lingkungan tersebut dimuat dalam laporan tahunan
perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS (Pasal 6 PP 47/2012).
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat
waktu;
b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup53
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya)
perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek oprasional
perusahan . CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, dimana
ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksankan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak semata hanya berdasarkan faktor keuangan
belaka, seperti halnya keuntungan atau deviden, tetapi juga harus berdasarkan
konsekuensi sosial dan lingkungan, baik untuk saat ini maupun untuk jangka
panjang
.
54
“Corporate Social Responsibility (CSR) is concept which encourages
organizations to consider the interst of society by taking responsibility for
the impact of the organization’s activities on costumers, employees,
shareholders, communities and the einviroments in all aspects of its .
opration. This obligation is seen to extend beyond the stautory obligation
to comply with legislation and sees organization voluntary taking further
steps to improve the quality of life for employees and thei families as well
as for the local community and society at large” (wikipedia.org)
“CSR is the continuig commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality of live of
the workface and their families as weel as of the local community and
society at large” (World Bussines Council for Sustainble Development
States)
Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 memuat limitasi
terhadap perusahaan yang harus menerapkan, yaitu perusahaan yang kegiatan
usahanya dibidang sumber daya alam atau perusahaan yang berkaitan dengan
sumber daya alam. Tanggung jawab CSR ini mestinya tiak hanya pada perusahaan
industri yang menghasilkan dampak negatif pada lingkungan dan masyrakat,
tetapi juga sektor keuangan atau finansial, seperti lembaga keuntungan bank dan
bukan, ini berpengaruh terhadap brand imager masyrakat, untuk lebih memilih
perusahaan yang lebi berperan aktif/berkepedulian terhadap lingkungan. Dilihat
dari prespektif perseroan, maka penerapan CSR ini berganting pada jenis-jenis
perusahaan yang dilihat dari sudut besar kecilnya besar kecilnya perusahaan
(size), pembagian tingkatan spesifikasi perusahaan (level of diversification),
penelitian dan pengembangan (reseacrh and development), pengingklanan
(advertising), kemampuan pembeli (consumer income), kondisi ketenagakerjaan
perusahaan (labor market coditions) dan kesinambungan perusahaan (the industry
life cycle). Kriteria tersebut paling “ideal” untuk menentukan apakah suatu
perseroan berkewajiban untuk melakukan CSR.55
Penerapan kewajiban CSR sebabagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal , Pasal 15 huruf b menyebutkan ”Setiap penanam
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Jika
55
tidak dilakukan maka dapat diberikan sanksi administrasi berupa peringatan
tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, hingga pencabutan kegiatan
usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (Pasal 34 ayat (1) UU No. 25 Tahun
2007). Sedangkan yang dimaksud “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah
tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk
tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat56
CSR dalam konteks penanaman modal harus dimaknai sebagai instrumen
untuk mengurangi praktek bisnis yang tidak etis. Oleh karena itu harus dibantah
pendapat yang menyatakan CSR identik dengan kegiatan sukarela, dan
menghambat iklim investasi. CSR merupakan sarana untuk meminimalisir
dampak negatif dari proses produksi bisnis terhadap publik, khususnya dengan
para stakeholdernya. Maka dari itu, sangat tepat apabila CSR diberlakukan
sebagai kewajiban yang sifatnya mandatory dan harus dijalankan oleh pihak
perseroan selama masih beroperasi. Demikian pula pemerintah sebagai agen yang
mewakili kepentingan publik. Sudah sepatutnya mereka (pemerintah) memiliki
otoritas untuk melakukan penataan atau meregulasi CSR.Dengan demikian,
keberadaan perusahaan akan menjadi sangat bermanfaat, sehingga dapat
menjalankan misinya untuk meraih optimalisasi profit, sekaligus dapat
menjalankan misi sosialnya untuk kepentingan masyarakat. Pengaturan mengenai
tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan
usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak
dan kewajiban serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap
peraturan perundang-undangan.57
56
Jamin Ginting Oopcit, hlm 98
57
Pelaksanaan CSR secara konsisten oleh perusahaan akan mampu
menciptakan iklim investasi (penanaman modal). Anggapan yang mengatakan
bahwa CSR akan menghambat iklim investasi patut ditolak. Ada kewajiban bagi
setiap penanam modal yang datang ke Indonesia wajib mentaati aturan atau
hukum yang berlaku di Indonesia, apapun bentuknya. Indonesia masih
menjanjikan bagi investor dalam maupun asing. Kondisi tersebut dapat terwujud
apabila diimbangi dengan manfaat dari kesiapan peningkatan mutu infrastruktur,
manusia, pengetahuan dan fisik58
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah menjadi isu yang penting dalam
beberapa dekade belakangan ini. Dalam menjalankan kegiatannya
perusahaan-perusahaan harus berusaha untuk menghilangkan efek buruk kepada masyarakat
di sekelilingnya. Masyarakat di sekeliling dari pekerja-pekerja mereka sendiri,
perusahaan-perusahaan lain, pelanggan-pelanggan, pemasok-pemasok, investor
dan masyarakat atau penduduk sekitar. Tanggung Jawab Sosial juga boleh
dikatakan sebagai suatu kepercayaan bahwa para manajer, dalam menjalankan
fungsi mengorganisasi dan mengelola usaha akan membuat keputusan yang
didasarkan kepada pemaksimumamn sosial dan ekonomi .
59
Perusahaan-perusahaan asing yang sudah bertahun-tahun beroprasi di
Indonesia, sudah mengumpulkan berpuluh milyar rupiah keuntungan hasil jerih
payah pekerja setempat akan dianggap tiada perasaan tanggung jawab sosial
sekiranya tiba-tiba saja ingin memindah keluar investasinya. Itu hanya karena
negara lain menawarkan biaya buruh yang lebih murah dan insentif pemerintah
yang lebih menarik. Tindakan yang sedemikian akan mengakibatkan banyak
pekerja kehilangan mereka. Konsep Tanggung Jawab Sosial adalah persoalan
yang harus diperhatikan sebagai suatu tantangan kepada masyarakat pengusaha. .
58
Sardono Sukirno dkk, 2004 Pengantar Bisnis, Prenadan Media, Jakarta. Hal 351
59
Tanggung Jawab Sosial harus dipandang sebagai dari kegiatan perusahaan dan
apabila dilaksanakan dengan baik dapat membantu pertumbuhan dan keuntungan
perusahan dalam jangka panjang. Tanggung Jawab Sosial membawa ide bahwa
perusahaan-perusahaan wajib membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial
berbarengan dengan usaha menuju ke arah pencapaian tujuan perusahaan, yaitu
memaksimumkan keefektifan oprasi perusahaan. Sejarah ide yang sedemikian
yang menekankan perlunya perusahaan memperhatikan Tanggung Jawab Sosial
bermula di Amerika Serikat. Perkembangan pemikiran mengenai Tanggung
Jawab Sosial dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu60
60
Sardono Sukirno dkk, 2004 Pengantar Bisnis, Opcit
:
Tahap Pertama, perkembangan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan kepada
masyarakat bermula di Amerika Serikat, yaitu didalam zaman permulaan
perkembangan perusahaan besar diakhir abad ke-19. Pada ketika itu
perusahaan-perusahaan besar menyalahgunakan kuasa mereka didalam soal-soal diskriminasi
harga, menahan buruh dan lain-lain perilaku yang menyalahi moral kemanusisaan.
Ini telah menyebabkan kepada protes masyarakat dan sebagai akibatnya
perubahan peraturan perusahaan dibuat pemerintah untuk mengatasi masalah
tersebut.
Tahap Kedua, fase kedua evolusi Tanggung Jawab Sosial tercetus di
dalam tahun-tahun 1930-an yang diikuti dengan gelombang resesi (kemelesetan)
dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banysk
perusahaan bangkrut.. Pada waktu ini dunia berhadapan dengan kekurangan
modal untuk input produksinya sedangkan pabrik-pabrik membutuhkannya.
Buruh terpaksa berhenti kerja. Pengangguran sangat meluas dan merugikan
pekerja. Pada masa itu timbul ketidakpuasaan terhadap sikap perusahaan yang
Tahap Ketiga, ketidakpuasan masyarakat terhadap golongan pengusaha
sekali lagi memuncak di tahun 1960-an dan 1970-an yang melibatkan perjuangan
konsumen yang dipimpin oleh seorang tokoh yang karismatik bernama Ralph
Nader. Periode ini adalah tahap ketiga perkembangan Tanggung Jawab Sosial di
Amerika Serikat.
Kesadaran secara meluas tentang pentingnya menjaga lingkungan yang
bersih di Amerika Serikat mulai dirasakan sejak awal tahun 1980-an. Di Malaysia,
diantara lembaga-lembaga bukan pemerintah yang memperjuangkan isu-isu
lingkungan ialah SAM dan WWF selain dari persatuan-persatuan konsumen.
Sementara di Indonesia terdapat pula lembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti
WALHI yang memperjuangkan kesejahteraan alam sekeliling (lingkungan) dan