• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung jawab Staf Medis

Dalam dokumen Prosedur Di Bagian Rekam Medis (Halaman 31-35)

Staf medik mempunyai peranan penting di rumah sakit dan pengorganisasian staf medis tersebut secara langsung menentukan kualitas pelayanan terhadap pasien.

Makin baik pengorganisasiannya makin baik pula pelayanan kepada pasien. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat dan baik maka dibentuklah komite medik

Panitia rekam medis inilah yang akan berhubungan langsung dengan komite medis dalam menangani masalah yang ada hubungannya dengan rekam medis.

1. B. Pemilikan Rekam Medis dan Kerahasiaan Rekam Medis 1. 1. Pemilikan Rekam Medis

Secara hukum tidak ada bantahan terhadap pemilikan rekam medis oleh rumah sakit. Rumah Sakit sebagai pemilik segala catatan yang ada, karena dalam berkas rekam medis merupakan rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan kesehatan kepada pasien.

Isi rekam medis menunjukkan pula baik buruknya upaya penyembuhan yang dilakukan oleh rumah sakit.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian bagi para petugas pelayanan kesehatan terhadap rekam medis, antara lain :

a). Tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar dari Rumah Sakit Emanuel.

b). Petugas Rekam Medis bertanggung jawab penuh terhadap kelengkapan dan penyediaan berkas yang sewaktu – waktu dibutuhkan oleh pasien.

c). Petugas Rekam Medis harus menjaga agar berkas tersebut tersimpan dan tertata dengan baik dan terlindung dari kemungkinan pencurian berkas atau pembocoran isi rekam medis.

d). Petugas Rekam Medis harus mentaati berbagai prosedur tentang penyelesaian pengisian berkas rekam medis.

Dalam hal ini boleh ataupun tidaknya pasien mengerti akan isi dari rekam medis adalah tergantung pada kesanggupan pasien untuk mendengar informasi mengenai penyakitnya yang dijelaskan oleh dokter yang merawatnya.

Hal ini tidak berarti bahwa pasien diperkenankan untuk membawa berkas rekam medisnya pulang.

Resume pasien yang dikeluarkan oleh dokter rumah sakit serta diteruskan oleh dokter rujukan sudah dianggap memadai.

Menurut Depkes. Apabila dokter rujukan menghendaki informasi mengenai penyakit pasien yang lebih terperinci maka pihak rumah sakit diperkenankan untuk memfoto copy dan melegalisirnya. Harus diingat bahwa rumah sakit harus selalu memegang berkas yang asli, kecuali untuk resep obat pasien.

1. 2. Kerahasiaan Rekam Medis.

Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam medis sifatnya rahasia. Tetapi kalau dianalisa, konsep kerahasiaan ini akan ditemui banyak pengecualian. Yang menjadi masalah disini ialah : Bagi siapa rekam medis itu dirahasiakan, dan dalam keadaan bagaimana rekam medis dirahasiakan. Informasi di d alam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran.

Pada dasarnya informasi yang bersumber dari rekam medis ada 2 kategori : 1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan

Adalah laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien. Informasi ini tidak boleh disebarluaskan kepada pihak – pihak yang tidak berwenang, karena menyangkut

individu langsung pasien. Walaupun begitu perlu diketahui pula bahwa pemberitahuan keadaan sakit sipasien kepada pasien maupun keluarganya oleh rumah sakit selain dokter yang merawat sama sekali tidak diperkenankan.

b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan.

Jenis informasi yang dimaksud disini adalah perihal identitas ( nama, alamat, jenis kelamin, umur dll) serta informasi lain yang tidak mengandung nilai medis. Biasanya informasi jenis ini terdapat dalam lembaran paling depan atau lembaran identitas pasien. Namun begitu kita perlu hati – hati karena ada kalanya identitas pasienpun perlu disembunyikan. Hal ini dilakukan semata – mata hanya untuk ketenangan sipasien dan demi tertibnya keamanan rumah sakit dari pihak yang akan mengganggu.

1. C. Informed Consent

Setiap pasien yang datang ke Rumah Sakit harus mengikuti peraturan yang berlaku pada rumah sakit tersebut. Bilamana pasien hanya datang untuk berobat jalan maka aspek hukum yang diterimanya relatif lebih sederhana dari pada pasien tersebut rawat inap. Pasien berhak untuk memperoleh atau menolak pengobatan. Bila pasien dalam perwalian maka walilah yang mengatasnamakan keputusan hak tersebut pada pasien.

Keputusan / persetujuan pasien (wali) dalam pembuatannya ada 2 macam :

1. Persetujuan langsung, berarti pasien / wali segera menyetujui usulan pengobatan yang ditawarkan pihak rumah sakit. Persetujuan dapat dalam bentuk lisan atau tulisan.

2. Persetujuan tak langsung, tindakan pengobatan dilakukan dalam keadaan darurat atau ketidakmampuan mengingat ancaman terhadap nyawa pasien. Selain kedua jenis persetujuan di atas ada pula suatu jenis persetujuan khusus, dalam hal ini pasien / keluarga /wali wajib mencantumkan pernyataan bahwa kepadanya telah dijelaskan suatu informasi terhadap apa yang akan dilakukan oleh tim medis, resiko dan akibat yang akan terjadi bilamana suatu tindakan diambil. Persetujuan ini dikenal dengan istilah inform consent. Inform consent hanya diperlukan bilamana pasien akan dioperasi atau akan menjalani prosedur tindakan tertentu.

1. D. Pemberian Informasi Rekam Medis

Permintaan terhadap informasi pasien ini biasanya datang dari pihak ketiga. Ada berbagai kepentingan antara lain : pengurusan asuransi, kepolisian, perusahaan yang karyawannya mendapat perawatan di rumah sakit dll.

Informasi medis hanya dapat diberikan oleh dokter yang merawat, kecuali ada pendelegasian kepada dokter tim atau pimpinan rumah sakit.

Ada beberapa ketentuan yang berlaku dalam pemberian informasi antara lain :

1. Rumah sakit tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan asuransi atau badan lain untuk memperoleh dokumen rekam medis. 2. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan

dirinya diserahkan kepada dokter yang bertugas merawatnya.

3. Permohonan secara lisan tentang informasi sebaiknya ditolak, karena cara permintaan harus secara tertulis.

4. Informasi dalam rekam medis boleh diberitahukan kepada perwalian yang syah atas diri pasien.

5. Informasi boleh diberikan kepada rumah sakit lain, tanpa surat kuasa dari pasien berdasarkan permintaan rumah sakit yang menerangkan bahwa sipasien sekarang dalam perawatannya.

6. Dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien, harus memiliki surat kuasa dari pasien tsb.

7. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa ke pengadilan segala upaya harus dilakukan supaya pengadilan menerima salinan fotocopinya. 8. Untuk keperluan riset oleh staf medis rumah sakit harus ada ijin

tertulis dari Direktur Rumah Sakit. misalnya dari mahasiswa.

Pemberian informasi secara luas tertuang dalam kebijakan Rekam Medis.

1. E. Rekam Medis di Pengadilan

Penyajian informasi yang diambil dari rekam medis sebagai bukti dalam suatu sidang pengadilan, senantiasa merupakan proses yang wajar. Jika pengadilan dapat diyakinkan bahwa rekam medis itu tidak dapat disangkal kebenarannya dan dapat dipercayai, maka informasi tersebut dapat dijadikan bukti yang memenuhi persyaratan. Rumah Sakit tidak bisa memperkirakan setiap saat rekam medis yang mana yang akan diminta oleh

pengadilan. Oleh karena itu, setiap rekam medis kita anggap dapat sewaktu – waktu dilihat /diperlukan untuk keperluan pemeriksaan oleh hakim di pengadilan. Konsekuensinya adalah semua dokumen rekam medis harus dilengkapi sebelum masuk ke penyimpanan. Materi buktian yang bersifat medis harus ditinggal apabila dokumen rekam medis diminta untuk keperluan di pengadilan, kecuali jika diminta.

1. F. Adopsi

Adopsi artinya mengangkat anak. Ketentuan yang berlaku :

1. Adopsi telah mengakibatkan orang tua kandung melepaskan hak mereka untuk memeriksa atau melihat berkas rekam medis anaknya yang telah diangkat. Sebab dengan pengangkatan itu seluruh hak orang tua telah berakhir.

2. Adopsi telah mengakibatkan orang tua baru menerima hak sebagai orang tua yang asli berarti berhak untuk memeriksa berkas rekam medis anak angkatnya hingga mencapai dewasa. Namun orang tua baru tidak boleh melihat berkas rekam medis masa lampau si anak. Dalam hal ini petugas rekam medis wajib mengeluarkan semua identitas masa lampaunya yang berkaitan dengan orang tua asli sewaktu orang tua baru memeriksa berkas rekam medis anak angkat yang telah menjadikan anak kandung.

3. Anak angkat mempunyai hak untuk membaca berkas rekam medis dirinya pada saat mencapai usia dewasa, namun petugas rekam medis harus bisa menutup identitas orang tua aslinya (sebelum diadopsi).

BAB IV

PENGEMBANGAN REKAM MEDIS 1. A. Program Orientasi

Program Orientasi diperuntukan bagi calon karyawan baru yang akan bekerja di unit rekam medis atau karyawan lama yang akan dipindahtugaskan /dimutasikan ke unit rekam medis.

1. Tujuan

Setelah mengikuti masa orientasi, petugas diharapkan mampu memahami

dan melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan dan prosedur kerja.

Untuk mendapatkan tenaga yang berkualitas, berdedikasi dan mempunyai

motivasi kerja yang baik serta mampu mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan rekam medis.

1. Tempat dan waktu orientasi.

Tempat orientasi di unit rekam medis sesuai dengan formasi yang tersedia.

1 bulan.

1. Jadwal dan materi Orientasi.

Hari pertama ( 1 hari ) mendapat materi secara teori yaitu :

- Visi, misi, falsafah dan tujuan pelayanan rekam medis. - Struktur organisasi rekam medis dan uraian tugas.

- Kebijakan dan prosedur yang berlaku di rekam medis, terutama yang terkait langsung dengan tugasnya.

- Sarana dan prasarana yang terkait dengan tugasnya.

- Kegiatan atau pertemuan yang diselenggarakan oleh rumah sakit maupun unit rekam medis.

Hari kedua sampai selesai mendapat materi secara praktek, yaitu

melak-sanakan tugas langsung dimana calon petugas akan ditempatkan. 1. Evaluasi dan tindak lanjut.

Selama masa orientasi berlangsung calon petugas akan mendapat bimbingan dari rekan kerjanya. Disamping itu dia juga akan dipantau sampai sejauh mana penguasaan materi serta kemampuan kerja. Menjelang berakhirnya masa orientasi calon petugas akan dinilai tentang pengabdian, kerja sama, ketrampilan serta perilakunya. Hasil penilaian dari semua rekan kerja akan dievaluasi oleh kepala unit kerja dan diteruskan ke bagian HRD.

Sebagai tindak lanjut dari masa orientasi adalah sangat tergantung dari hasil penilaian. Apabila hasilnya baik maka calon karyawan akan diteruskan ke masa berikutnya yaitu magang dan kontrak.

1. B. Program Pengembangan Staf

Program pelatihan dan pendidikan diselenggarakan untuk mendukung fungsi unit kerja rekam medis dan meningkatkan kinerja petugas yang ada di dalamnya. Pada dasarnya semua staf rekam medis yang memenuhi syarat mempunyai kesempatan untuk mengikuti pendidikan tingkat lanjut yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.

Program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan bagi semua staf di Rumah Sakit Panti Wilasa ”Citarum” diselenggarakan oleh Sub. Bagian Diklat. berdasarkan usulan dari unit kerja terkait.

About these ads

Dalam dokumen Prosedur Di Bagian Rekam Medis (Halaman 31-35)

Dokumen terkait