• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas dan Tanggung Jawab POKJANAL Kabupaten dan Kecamatan Kelompcife: Kerja Operasional Peningkatan Penanggulangan

Dalam dokumen BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN (Halaman 34-108)

kemiskinan Tim Pembina LKMD tingkat Kabupaten dalam membantu Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cirebon selaku penanggwng jawab terdiri dari unsur Dewan Pembina dan Pengurus Harian. Sedangkan Kelompok Kerja Operasional dipimpin oleh Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa dan anggotanya instansi/dinas tingkat Kecamatan dalam rangka membantu Camat melaksanakan tugasnya.

Tugas dan tanggung jawab Kelopok Kerja Operasional adalah sebagai berikut :

a. Mengkomunikasikan program-program IDT mulai dari penyiapan masyarakat V tersehat sampai pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan program pengentasan kemiskinan.

b. Menciptakan jaringan kerjasama yang dinamis dan terpadu antar petugas instansi dalam pelaksanaan IDT.

c. Memfasilitasi kebutuhan pembinaan IDT dan kelancaran kelompok masyarakat sasaran dalam pelaksanaan kegiatan secara swadaya dan partisipasi.

d. Mengkoordlnasikan perencanaan dan pelaksanaan program sektor dengan kebutuhan pembangunan desa tertinggal yang mendukung keberhasilan kegiatan usaha Pokmas.

e. Menginventarisasi calon pendamping kelompok masyarakat sasaran pada setiap desa tertinggal dan menetapkan statusnya sebagai pendamping oleh masing-masing Camat.

f. Mengkoordinir penyusunan kriteria penduduk miskin untuk dibina melalui program IDT bersama ketua LKMD dan instansi

sektor.

g. Memonitor pelaksanaan seleksi dan penentuan kelompok masyarakat sasaran ( Pokmas ) dimasing-masing desa tertinggal.

h. Memantau dan membina Kelembagaan di tingkat desa/ kelurahan dan atau kecamatan.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Camat

Camat sebagai Kepala Wilayah Kecamatan mempunyai tugas dan tanggung «jawab :

a. Dibantu oleh Kasi FMD, Camat bertugas menyerasikan program-program IDT di desa- desa tertinggal dalam wilayah kerjanya, memantau dan menyusun laporan hasil pelaksanaannya.

b. Menginformasikan rencana program IDT di desa-desa tertinggal yang berada di wilayah kerjanya serta program-program sektoral dan regional yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program IDT kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II.

c. Membuat/menyusun laporan bulanan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II tentang informasi mengenai : nama desa, jenis usaha, jumlah kelompok, Jumlah KK yang menerima dana, alokasi dana, perkembangan penggunaan dana ( penerimaan dan pengeluaran ), serta masalah dan alternatif pemecahannya.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Camat dapat meminta bantuan pendamping dan petugas lapangan dari berbagai dinas/instansi atau lembaga kemasyarakatan di kecamatan.

4. Tugas Dan Tanggung Jawab Kaei PMD Kecamatan

Kasi PMD Kecamatan berkewajiban membantu Camat dan bertanggung jawab untuk :

a. Melaksanaan pembinaan dan mengelola dana IDT di wilayahnya .. pemantauan ke kelompok-kelompok masyarakat. c. Membuat laporan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan

program IDT dalam wilayahnya dan mengirimkan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II.

Dalam rangka membina dan memanfaatkan dana program IDT, Kasi PMD Kecamatan bertugas antara lain :

a. Mengadakan pengenalan wilayah antara lain mengenai potensi wilayah, keadaan sosial ekonomi penduduk miskin serta keadaan prasarana dan sarana kerja.

b. Membina dan mengembangkan usaha dan kegiatan ekonomi masyarakat melalui forum musyawarah serta membina keserasian rencana kerja melalui forum koordinasi.

c. Mengadakan inventarisasi kegiatan-kegiatan yang akan dibiayai dengan program sektoral dan regional.

Untuk membina dan mengembangkan kelompok-kelompok masyarakat, Kasi PMS bertugas antara lain sebagai berikut :

a. Mengadakan inventarisasi kelompok-kelompok masyarakat dan membuat perencanaan pembinaan kelompok masyarakat tersebut.

b. Mengembangkan kelompok-kelompok masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin.

c. Mengadakan inventarisasi kebutuhan tenaga pendamping bagi setiap kelompok.

d. Bersama aparat desa, mengembangkan kualitas sumber daya manusia penduduk miskin di desa tertinggal.

e. Membina hubungan kerjasama antara kelompok di dalam satu desa dan antar desa serta dengan tokoh-tokoh masyarakat.

Dalam rangka mempersiapkan laporan bulanan, Kasi PMD bertugas sebagai berikut :

a. Mengembangkan sistem catatan harian dalam wadah kelompok yang mencakup : nama kelompok, jenis usaha kelompok, jumlah KK/anggota keluarga dalam kelompok serta rincian penerimaan dan pengeluaran kelompok.

b. Membina Kepala Desa melakukan pendataan, pencatatan penduduk miskin, penyerapan dana dan perkembangan usaha kelompok.

c. Bersama Kepala Desa dan Pendamping mengadakan pemantauan secara langsung dilapangan, terutama untuk mengetahui hambatan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok. 5. Tugas dan Tanggung Jawab Pendamping

Dalam melaksanakan program IPDT, Pendamping bertugas untuk :

a. Membina penduduk miskin dalam kelompok sehingga menjadi suatu kebersamaan yang berorientasi pada upaya perbaikan kehidupan.

b. Bertugas sebagai pemandu ( fasilitator ), penghubung ( komunikator ), dan penggerak ( dinamisator ) dalam pembentukan Kelompok Masyarakat Sasaran ( Pokmas ) IDT dan Pembimbing pengembangan kegiatan usaha kelompok.

Ruang lingkup tugas Pendamping adalah sebagai berikut :

a. Melalui prakarsa Kepala Desa, Pendamping memandu pembentukan Pokmas IDT melalui musyawarah RW / RT / Lingkungan/Dusun/Desa.

b. Membina Pokman IDT agar berfungsi sebagai wahana proses belajar, proses alih teknologi, pengambilan keputusan, mobilisasi sumber daya para anggota dan komunikasi antar anggota dengan petugas.

c. Bersama aparat Kecamatan dan Desa menyusun rencana peningkatan kualitas SDM anggota dan pengurus Pokmas IDT. d. Pengembangan informasi pasar, hasil dari masukan serta

ketersediaan teknologi.

lembaga-lembaga penelitian serta lembaga swadaya masyarakat.

f. Memantau permasalahan dan hambatan dalam pengembangan usaha para anggota Pokmas IDT.

g. Mengidentifikasi kebutuhan teknologi dan menginformasikan ke lembaga-lembaga penelitan atau lembaga lainnya.

Kegiatan utama Pendamping Kelompok Sasaran Masyarakat ( Pokmas ) IDT meliputi :

a. Memahami buku panduan IDT dan arahan Camat, prosedur pencairan dana, aspirasi dan usaha Pokmas yang dibina, merumuskan kebutuhan Pokmas, indentifikasi jenis sumber daya yang ada dan peluang peluang berusaha.

b. Menyusun jadwal kerja terlebih dahulu menyepakati dengan Kasi PMD, mengkonsultasikan dengan Kepala Desa serta LKMD. c. Membantu pendataan penduduk miskin.

d. Membantu pembentukan kelompok sasaran masyarakat (Pokmas) IDT.

e. Membimbing pilihan jenis dan mengembangkan mutu usaha. f. Memimbing perencanaan kegiatan usaha Pokmas IDT.

g. Mengusahakan bantuan teknis berupa : pengorganisasian, permodalan, pengembangan sumber daya manusia, jaringan kerja atas kegiatan sektoral ( pertanian, perikanan, perindustrian, perdagangan dsb

)-h. Membantu pencairan dana, membina kegiatan usaha dan pengguliran dana.

i. Membimbing penyusunan catatan Pokmas IDT dan membantu pelaporan kegiatan Pokmas Desa.

c. Persiapan dan Perencanaan Program IDT 1. Sosialisasi Program IDT

Pada tahap persiapan untuk pelaksanaan program IDT di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon diawalai atau dimulai dengan mengadakan sosialisasi atau internalisasi program. Manifestasi sosialisasi program berbentuk kegiatan Pelatihan bagi fasilitator tingkat Kabupaten, Kecamatan dan melakukan

Penyuluhan di tingkat Desa terhadap lembaga-lembaga desa, tokoh masyarakat, kelompok sasaran dan sebegalnya. Dalam rangka pemantapan kegiatan sosialisasi program dilakukan dengan diadakan rapat koordinasi, pertemuan berkala, dan ekspose rencana kegiatan dari unsur Dinas/Instansi/Lembaga baik tingkat Kabupaten maupun Kecamatan.

Pelatihan bagi fasilitator tingkat Kabupaten dilakukan dalam bentuk Pelatihan Pengelola IDT di tingkat Propinsi dan Pelatih Pembangunan Desa Terpadu. Pelatihan bagi fasilitator IDT tingkat Kecamatan dilakukan oleh Pelatih tingkat Kabupaten. Peserta pelatihan tingkat Kabupaten Cirebon untuk tiap Kecamatan 4 orang terdiri dari : Kasi PMD, Kesos dan 2 orang Kepala Dinas/Instansi Kecamatan yang telah melaksanakan Pelatihan UDKP/PT.KPD.LKMD. Penyelenggaraan latihan bagi fasilitator kecamatan pada tingkat Kabupaten dilakukan oleh Kantor PMD dibantu Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Sosial dan Bagian Kesra Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon selama satu Minggu. Metode pelatihan aplikatif program yang dibantu dengan

peragaan dan diskusi.

2. Pendataan KE Miskin dan Pembentukaan Pokmas

Mengadakkan pendataan keluarga miskin melalui LKMD dan Kepala Desa yang dibantu oleh pendamping, KPD dan tokoh masyarakat. Hasil pendataan tersebut dilaporkan olek Kepala Desa ditingkat Desa ke Kabupaten melalui Kecamatan masing-masing. rekapitulasi Jumlah penduduk miskin di seluruh desa

tertinggal pada Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon berjumlah 162.453 jiwa ( 34,17 % ) dari Jumlah penduduk seluruh desa tertinggal. Jumlah KK miskin di desa tertinggal 33.493 KK ( 31,00 % ) dan rencana jumlah Pokmas seluruhnya 1.445 Pokmas. Prioritas Pokmas tahun anggaran 1994/95 di desa tertinggal Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon berdasarkan rencana 730 Pokmas atau 50,73 % dari jumlah Pokmas, terdiri dari 19.344 KK atau 57,75 % jumlah KK miskin, dengan Jumlah 34.674 jiwa atau sekitar 21,34 % dari Jumlah penduduk miskin desa tertinggal.

3. Pembentukan Pendamping Program IDT

Untuk kelancaran pelaksanaan program IDT, terutama dari segi administrasi dan pemberdayaan dibentuk atau ditetapkan Pendamping dari unsur Dinas /Instansi Sektoral Kecamatan dan Tokoh Masyarakat sejumlah 208 orang melalui Surat Keputusan Camat dilokasi Kecamatan masing-masing ( 22 Kecamatan ) Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. Selain itu, terdapat pendamping droping atau yang ditugaskan di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon yang disebar pada desa IDT dari Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen untuk ditempatkan ditingkat Desa yaitu : a). 3 orang Sarjana Pendamping Purna Waktu ( SP2W ), b). 10 orang Sarjana Penggerak Pembangunan Pendesaan ( SP3) , c). 5 orang Tenaga Kerja Muda Mandiri Profesional Sarjana ( TKPMPS) dan d). 8 orang Petugas Sosial Kemasyarakatan ( PSK ) sehingga keseluruhannya berjumlah 28 orang.

4. Struktur Desa Tertinggal di Kabupaten DT II Cirebon a. Jumlah Desa Tertinggal dan Penduduk Miskin

Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon memiliki 424 Desa yang terdiri dari 132 Desa Miskin ( 29,01 % ) dan 301 Desa Non Miskin ( 70,99 % ). Dari sejumlah 123 Desa miskin tersebut terbagi pada desa miskinyang bersifat Pedesaan 50 Desa (40, 7 % ) dan Perkotaan 73 Desa ( 59,3 % ).

TABEL IV.6

JUMLAH DESA MISKIN PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

No. JENIS DESA DESA MISKIN TIDAK MISKINM JUMLAH

1. Perkotaan 73 66 139

2. Pedesaan 50 235 285

T o t a l 123 301 424

Sebaran desa miskin terdapat pada 22 Kecamatan dari seluruh 23 kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. Sebaran desa tertinggal yang bersifat pedesaan dan perkotaan, pada umumnya tersebar di wilayah kecamatan sebelah Timur, Tengah dan Barat Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon yaitu :

TABEL. IV. 7.

DESA TERTINGGAL PERKOTAAN DAN PEDESAAN KAB. CIREBON TAHUN 1995 No. Kecamatan Jumlah Desa/Kel.Miskin Desa Miskin No. Kecamatan Jumlah

Desa Kelurahan Pedesaan Perkotaan

1. Beber 18 1 1 2. Cirebon Selatan 13 5 - 2 3 3. Cirebon Barat 16 7 - - 7 4. Cirebon Utara 15 - - - -5. Sumber 16 4 - - 4 6. Lemah Abang 19 2 - 2 7. Sedong 12 1 - - 1 8. Astanaj apura 23 5 - - 5 9. Clledug 22 10 - 1 9 10. Arjawinangun 15 6 - - 6 11. Susukan 12 2 - 2 -12. Mundu 11 7 - 4 3 13. Weru 23 11 - 2 9 14. Klangenan 18 7 - - 7 15. Palimanan 18 9 - 2 7 16. Losari 18 4 - 3 1 17. Karangsembung 22 4 - 2 2 18. Babakan 27 4 - 3 1 19. Gegesik 13 3 - 3 -20. Kapetakan 21 4 - 2 2 21. Waled 19 12 - 11 1 22. Plumbon 29 10 - 2 8 23. Ciwaringin 15 5 4 1 T o t a 1 424 123 - 50 73

Gejala terjadinya desa tertinggal perkotaan dan pedesaan karena faktor geografis, demografi, pedalaman, pantai, kritis dan terisolir termasuk desa tersebut penduduknya berpendidikan rendah akibat sebagian besar penduduknya miskin. Sedangkan Kecamatan yang memiliki banyak desa tertinggal, karena disebabkan oleh jauh pada pusat kota kecamatan, wilayah pertanian lahan kering dan nelayan seperti Kecamatan Cirebon Barat, Waled, Mundu, Ciledug, Palimanan dan Weru. Jumlah penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan pada desa tertinggal yang berada pada 123 desa di 22 Kecamatan sebanyak 162.453 jiwa ( 34,17 % ) dengan jumlah 33.493 Kepala Keluarga dari seluruh penduduk desa tertinggal di Kabupaten Cirebon. Penduduk miskin di desa tertinggal sekitar 9,8 % dari jumlah penduduk Kabupaten Cirebon sebanyak 1.651.790 jiwa. Sedangkan penduduk miskin di Jawa Barat 4,8 Juta atau 13,9 % dari keseluruhan jumlah penduduknya. Penduduk miskin di Kabupaten Cirebon lebih rendah dari Propinsi Jawa Barat termasuk di Indonesia sekitar 15,2 %. Berarti Kabupaten Cirebon memiliki penduduk miskin yang sedikit dari Kabupaten Lebak, Pandeglang dan Serang serta lainnya di Jawa Barat baik dilihat dari persentase penduduk dan jumlah desanya. Dilihat dari jumlah absolut desanya relatif tinggi karena penduduk miskin pada desa tertinggal di Kabupaten Cirebon termasuk banyak.

h.Kelompok Masyarakat Miskin 1 FofrglftfS X

Dana bantuan dalam rangka program IDT untuk penduduk miskin, setiap desa sebesar Rr. 20.000.000,- dan diberikan pada Kelompok Sasaran Masyarakat ( KSM ) yang disebut Kelompok Masyarakat C Pokmas ). Pokmas yang mendapatkan dana IDT setiap desa maksimal 20 kelompok yang terdiri dari satuan Kepala Keluarga ( KK ). Setiap kelompok masyarakat miskin terdiri maksimal 30 Kepala Keluarga. Pembentukan kelompok masyarakat miskin didasarkan pada keluarga miskin dengan menggunakan kriteria setempat dan dibahas dalam musyawarah desa melalui wadah LKMD. Pembentukkannya diprakarsai oleh Kepala Desa dengan dibantu LKMD, PKK, KPD dan para pemuka serta tokoh masyarakat

setempat. Pendataan keluarga miskin dilaksanakan oleh Kepala Desa/ Lurah dibantu oleh unsur tersebut tadi mulai dari Tingkat RT/ RW, Dusun/Lingkungan sampai tingkat Desa dengan memperhatikan rujukan sebagai berikut:

a. Kebutuhan keluarga miskin untuk meningkatkan kesejahteraan;

b. Menghindari pembentukan yang dipaksakan;

c. Kegiatan sosial ekonomi yang bersifat produktif, pemupukan modal dan tabungan sehingga memberikan manfaat ekonomis;

d. Kelompok yang dapat dibina dan kembangkan oleh aparat desa.

Mekanisme penyusunan rencana kegiatan Pokmas dilakukan pada setiap desa tertinggal yang jumlahnya 123 desa di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. Teknis penyusunannya melalui musyawarah kelompok yang dibantu oleh para Pendamping, KPD, Kader Teknis, Tokoh Masyarakat, PKK Desa selaku fasilitator, komunikator dan dinamisator. Jenis usaha Kelompok Masyarakat ditentukan oleh anggota kelompok yang dipimpin oleh ketua kelompok berdasarkan keahlian yang dikuasai serta memanfaatkan dan menggunakan bahan baku yang mudah didapat pada

lokasi desa tertinggal. Jenis usaha yang dipilih setiap kelompok bervariasi dan dikelompokkan pada dua macam usaha yaitu : a) Usaha bersama kelompok masyarakat sasaran, dan b) usaha keluarga yang tergabung dalam kelompok.

GAMBAR.IV.2.

Jenis kegiatan usaha yang telah dipilih anggota Pokmas atas dasar kesepakatan kelompok dituangkan dalam Daftar Usulan Kegiatan ( DUK ) yaitu DUK-1. DUK-1 merupakan perencanaan dan urutan kegiatan, termasuk penyusunan anggaran, penjadwalan, dan penanggung jawabnya. DUK-1 setelah dimusyawarahkan dalam forum musyawarah LKMD, direkapitulasi oleh Kepala Desa yang dituangkan dalam DUK-2 sebagai bahan pembahasan di tingkat Kecamatan melalui Diskusi UDKP. Kemudian setiap kegiatan usaha kelompok dituangkan dalam Daptar Isian Kegiatan Kelompok ( DIKK

) yang disyahkan oleh Camat. Setiap kelompok membuat DUK-1, DUK-2 dan Daftar Isian Kegiatan Kelompok ( DIKK ) di desanya.

Jumlah dan Jenis kegiatan usaha Pokmas yang dilaksanakan pada desa tertinggal dalam program IDT di Kabupaten Cirebon pada tahun anggaran 1994/1995 berjumlah 730 Pokmas dan delapan { 8 ) jenis kegiatan usaha sesuai dengan DUK-1, DUK-2 dan DIKK, dengan perincian sebagai berikut :

TABEL.IV.8.

JUMLAH DAN JENIS USAHA POKMAS DESA IDT KAB. DT II CIREBON

No. Pokmas Jenis Usaha X Keterangan

1. 112 Pertanian 15,3 Sesuai dengan

2. 15 Nelayan/Perikanan 2,0 alokasi dana

3. 187 Peternakan 25,6 IDT 4. 265 Dagang/Warung 36,3 5. 75 Pengrajin/Industri Kecil 10,3 6. 18 Becak 2,5 7. 5 Bengkel/Las 0,7 8. 53 Aneka Usaha 7,3 Jmlh 730 _ 100

Sumber : Kantor PMD Kabupaten DT II Cirebon 1995

Usaha kegiatan Pokmas bergerak pada umumnya disektor perdagangan ( 36,3 % ), peternakan < 25,6 % ), pertanian ( 15,3 % ), dan pengrajin ( 10,3 % ). Ini menunjukkan bahwa usaha kegiatan kelompok yang bersifat produktif, pemupukan modal dan pemanfaatan bahan baku setempat disesuaikan dengan kemampuan kelompoknya dari pekerjaan yang dapat menjamin kelangsungan profesinya, sehingga dari segi keterampilan terapan sesuai dengan pengembangan SDM dan usahanya sangat dibutuhkan dalam meningkatkan pendapatan angggota kelompok masyarakat.

c.Dana inpres Desa Tertinggal L IHL 1

Dana Bantuan Pembangunan Desa Tertinggal yang selanjutnya disebut sebagai dana IDT, adalah dana bantuan yang disediakan oleh Pemerintah untuk pembiayaan Inpres Desa

Tertinggal ( IDT ) yang bersumber dari APBN terdiri dari Dana Bantuan Langsung dan Efina Bantuan Pemantauan- Dana Bantuan Langsung secara umum disediakan dengan tujuan untuk digunakan sebagai modal kerja bagi penduduk miskin dalam rangka membangun dan mengembangkan kemampuan dirinya sehingga dapat mempercepat upaya pengurangan jumlah penduduk miskin desa tertinggal.

Secara khusus, Dana Bantuan Langsung bertujuan untuk:

1. Membuka peluang bagi penduduk miskin di desa tertinggal agar dapat meningkatkan taraf hidupnya dengan cara menciptakan dan memperluas lapangan kerja produktif melalui peningkatan berbagai kegiatan pembangunan di desa-desa tertinggal.

2. Mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan kondisi sosial ekonomi penduduk miskin yang bermukim di desa/kelurahan tertinggal.

Sedangkan dana Bantuan Operasional Pemantauan ( BOP ), bertujuan untuk mendukung kelancaran tugas para pelaksana program peningkatan penanggulangan kemiskinan di setiap tingkatan pemerintahan. Secara khusus, Dana BOP ditujukan untuk kegiatan :

1. Memadukan secara optimal gerak langkah semua Instansi dan lembaga pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan.

2. Menurunkan kewenangan pembuatan keputusan perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan kepada aparat pemerintah di daerah.

3. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan yang serasi dalam program penanggulangan kemiskinan baik sektoral maupun regional.

4. Meningkatkan kegiatan, monitoring, evaluasi, pelaporan, pembinaan dan administrasi Program penanggulangan kemiskinan disemua tingkatan pemerintahan.

Besarnya dana IDT atau Dana Bantuan Langsung yang dialokasikan bagi penduduk miskin untuk setiap desa tertinggal Rp. 20.000.000 ,-. Dana BOP merupakan dana bantuan yang dialokasikan kepada Pemerintah Propinsi Dati I, Kabupaten / Kotamadya Dati II, dan Kecamatan serta Desa / Kelurahan

tertinggal. Besarnya jumlah Dana BOP untuk masing-masing tingkatan pemerintahan adalah :

1. Propinsi Dati I : Rp. 20.000 x Jumlah Desa / Kelurahan Tertinggal.

2. Kabupaten/Kotamadya DT II : Rp. 100.000 x Jumlah Desa / Kelurahan Tertinggal.

3. Kecamatan : Rp.500.000,- x jumlah Desa/ Kelurahan Tertinggal.

4. Desa/Kelurahan : Rp. 600.000,- per Desa/Kelurahan

Tertinggal.

Dana Bantuan Langsung Pembangunan Desa Tertinggal disalurkan kepada kelompok melalui Bank atau Lembaga Keuangan lainnya yang ditunjuk Pemerintah. Dana bantuan Pokmas diberikan sebagai modal kerja disertai pembimbingan dan pendampingan, kemudian disalurkan kepada anggota Pokmas secara bertahap sesuai dengan rencana kerja yang telah diketahui oleh Kepala Desa/Kelurahan dan disyahkan oleh Camat. Dana bantuan Pokmas dicatat dalam Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa ( APPKD ) sebagai " Transito Jumlah Kelompok Masyarakat dan Dana Bantuan Inpres Desa Tertinggal pada desa tertinggal tahun anggaran 1994/95 di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon adalah sebagai berikut :

TABEL.IV.9.

JUMLAH POKMAS DAN BANTUAN IDT KAB. DT II CIREBON TAHUN 1995 No. Kecamatan Desa IDT Pokmas Alokasi Dana

1. 22 123 730 2.460.000.000

Sumber : diolah dari Kantor PMD Kabupaten Cirebon Tahun 1995 Sedangkan jumlah Bantuan Dana Operasional program IDT untuk tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa dari sejumlah 123 desa tertinggal di Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut :

TABEL.IV.10.

DANA BOP PROGRAM IDT KABUPATEN CIREBON TAHUN 1994/1995 No BOP Tingkat Jumlah Desa Per—Desa Jumlah Dana

1 Kabupaten 123 Rp. 100.000 Rp. 12.300.000 2. Kecamatan 123 Rp. 500.000 Rp. 61.500.000

3. Desa 123 Rp. 600.000 Rp. 73.800.000

J u m l a h 123 - Rp.147.600.000

Sumber : diolah dari Kantor PMD Kabupaten Cirebon Tahun 1995. Secara keseluruhan dana IDT baik untuk Dana Bantuan Langsung Pokmas ( 730 Pokmas ) terhadap 123 desa tertingal sebanyak Rp. 2.460.000.000,- dan Dana Bantuan Operasional Pemantauan untuk tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa sebanyak Rp. 147.600.000,- , sehingga berjumlah Rp. 2.607.600.000,-. Hal ini berarti suatu jumlah dana yang sangat besar untuk satu tahun anggaran yang diharapkan dapat berkembang melalui pemupukan modal serta pengguliran dana bagi kelompok lainnya. Dana bantuan langsung bagi Pokmas pada desa tertinggal tersebut, sangat bermanfaat dan berguna bagi kegiatan usaha permodalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan kelompok masing-masing dan telah disyahkan oleh pejabat di tingkat desa maupun kecamatan.

Rician jumlah alokasi dan penggunaan dana pada setiap kecamatan sangan dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah desa IDT. Oleh karena itu, jumlah alokasi dana sesuai dengan Jumlah Pokmas pada desa IDT baik untuk Dana Bantuan Langsung maupun dan BOP tingkat Kecamatan dan Desa yang digunakan baik usaha Kelompok Masyarakat maupun kegiatan pemantauan bagi tingkat pemerintahan kecamatan maupun desa adalah sebagai berikut :

TABEL. IV. 11.

ALOKASI DANA BANTUAN LANGSUNG DAN BOP TINGKAT KECAMATAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON TAHUN 1994/95 C Rp. Ribuan) No. Kecamatan Jumlah Pokmas Jumlah Jumlah Jumlah

Desa IDT Bant.IDT BOP Desa BOP Kec.

1- Beber 1 6 20.000 600 500 2. Cirebon Selat an 5 31 100.000 3.000 2.500 3. Cirebon Barat 7 57 140.000 4.200 3.500 4. Sumber 4 29 80.000 2.400 2.000 5. Lemahabang 2 10 40.000 1.200 1.000 6. Sedong 1 4 20.000 600 500 7. Astanaj apura 5 25 100.000 3.000 2.500 8. Ciledug 10 75 200.000 6.000 5.000 9. ArJawinangun 6 30 120.000 3.600 3.000 10. Susukan 2 9 40.000 1.200 1.000 11. Mundu 7 64 140.000 4.200 3.500 12. Weru 11 70 220.000 6.600 5.500 13. Klangenan 7 44 140.000 4.200 3.500 14. Palimanan 9 30 180.000 5.400 4.500 15. Losari 4 20 80.000 2.400 2.000 16. Karangsembung 4 14 80.000 2.400 2.000 17. Babakan 4 17 80.000 2.400 2.000 18. Gegesik 3 13 60.000 1.800 1.500 19. Kapetakan 4 20 80.000 2.400 2.000 20. Waled 12 70 240.000 7.200 6.000 21. Plumbon 10 62 200.000 6.000 5.000 22. Ciwaringin 5 30 100.000 3.000 2.500 J u n 1 a h 123 730 2.460.000 73.800 61.500 Sumber : diolah dari data Kantor PMD Kabupaten Cirebon

Kecamatan Waled, Weru, Ciledug, dan Plumbon memperoleh Dana Bantuan IDT dan Bantuan Operasional Pemantauan untuk tingkat desa dan Kecamatan yang paling besar bila dibandingkan

dengan kecamatan lainnya. Disebabkan karena Jumlah desa IDT di Kecamatan tersebut jumlahnya cukup besar lebih dari 10 desa. B. Analisis Data Diekriptlf

1. Format Program Desa Tertinggal Lokasi Penelitian a. Jumlah Penduduk £an Penduduk Miskin

Berdasarkan metodologi penelitian, ditetapkan empat desa lokasi penelitian desa tertinggal. Penentuan keempat lokasi desa tertinggal atas dasar sampel kewilayahan yang bercirikan bentuk, Jarak jenis dan sifat desa IDT yang mempenngaruhi terhadap keberadaan. Program IDT pada 4 desa tertinggal lokasi penelitian berada pada desa pantai, pegunungan, pedalaman dan dataran rendah yang terdiri dari sifat pedesaan 3 desa yaitu Desa Cilengkrang Girang, Desa Bungko Lor dan Desa Cipinang sedangkan yang bersifat perkotaan satu desa yaitu Desa gamel. Pada umumnya keempat desa tersebut, mempunyai penduduk padat, jauh pada pusat kota, sarana dan prasarana sosial ekonomi terbatas, potensi wilayah pertanian lahan kering, pendidikan umumnya Sekolah Dasar dan tidak sekolah, maupun daya dukung lingkungannya kurang menguntungkan sehingga membawa konsekuensi pada persentase penduduk miskin yang banyak.

TABEL. IV. 12.

PERSENTASE PENDUDUK MISKIN PADA DESA PENELITIAN DI KABUPATEN CIREBON

No. Kecamatan Desa Jml Penduduk Jml Pend.Miskin X

1. Beber Cipinang 2.281 1.544 67,69

2. Waled Cilengkrang 2.112 1.112 52,65

3. Kapetakan Bungko 3.406 1.664 4«,85

4. Weru Gamel 3.519 715 20,32

Total 11.318 50.35 X 44,43

Pada desa tertinggal Cipinang, Cilengkrang Girang dan Bungko mempunyai penduduk miskin lebih dari setengah Jumlah penduduk desa dan desa Gamel di bawah seperempat Jumlah penduduk. Rata-rata Jumlah penduduk miskin pada desa tertinggal

sejumlah 123 desa maka rata-rata 34,17 %. Sedangkan pada lokasi sampel rata-rata 44,49 % penduduk miskin, keadaan ini menunjukan bahwa rata-rata penduduk miskin pada lokasi sampel

Dalam dokumen BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN (Halaman 34-108)

Dokumen terkait