• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada Bab ini dilaporkan hasil penelitian, yang diperoleh dari awal sampai akhir proses penelitian. Dengan berpedoman pada prinsip bahwa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, maka penulis berkewajiban untuk memberikan gambaran secara menyeluruh, integral dan rinci dari gejala faktual sesuai dengan fokus masalah sehingga diperoleh nilai pertanggung jawaban ilmiah dari penelitian ini.

Materi laporan ini merupakan hasil pengumpulan data baik data skunder dan primer atas dasar observasi, wawancara, studi dokumentasi dan kuesioner atau daftar pertanyaan sesuai dengan ciri penelitian kualitatif. Kemudian diadakan dengan cara : a) pRyt.Hina, proses unitisasi dari data yang terkumpul yang didasarkan pada keadaan, informasi, peristiwa atau kejadian yang diperoleh dari subyek dan obyek penelitian. Melalui unitisasi dapat ditransformasikan dalam beberapa unit yang ditampilkan dalam kalimat, tabel dan gambar untuk diidentifikasi dan dianalisa; b) Kedua. diadakan katagorisasi data dalam unit, sehingga makna dalam satu katagori dari cakupan unit yang lebih menampakkan diri sehingga memudahkan untuk memberikan gambaran karakteristik dari setiap data; c). Ketiga , dilakukan uraian data untuk memperoleh deskripsi dari setiap katagori dalam kaitannya dengan katagori lainnya, sehingga diperoleh makna dari setiap unit dan dalam hubungannya dengan unit lainnya; dan d) Keempat , memberikan tafsiran yang dilakukan dengan tidak hanya bersifat empirik akan tetapi dilandasi pemikirian historis antisipatif, sehingga diharapkan tidak hanya keutuhan makna alamiah akan tetapi sekaligus diperoleh makna terapetik futuristik sebagai bentuk hasil penelitian.

Langkah-langkah proses analisis deskripsi data di atas, dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian, sehingga kebenaran data dapat dipertanggung J awabkan secara alamiah dan ilmiah. Paparan

(2)

laporan penelitian ini, secara sistematik berdasarkan rujukan hasil studi dokumentasi, catatan lapangan dan klasifikasi data/informasi sumber data. Sebagai sumber data penduduk miskin terdiri dari klasifikasi pendidikan, pekerj aan, agama, pendapatan dsb. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk Biblografi Wllavah Penelitian dan Analisis Data diakrlptif sebagai berikut :

A. Bibiografi Wilayah Penelitian

1. Kondisi dan Potensi Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon a. Keadaan Fisik Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon mempunyai luas wilayah 989,70 km2 atau 2,12 % dari luas wilayah administratif Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan luas 46.300 km2. Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon secara geografis terletak dibagian Timur dan sekaligus batas antara Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kabupaten Cirebon merupakan wilayah yang cukup strategis, karena disamping merupakan pintu gerbang bagi Propinsi j?awa Barat dari arah Timur juga memiliki posisi strategis dalam jaringan jalan menuju Jakarta, Bandung, Jawa Tengah dan beberapa Kabupaten lain disekitarnya.

Posisi geografis wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon terletak pada kordinat 108 48' sampai dengan 108 50' Bujur Timur dan 6 3' sampai dengan 7 0' Lintang Selatan, dengan Jarak Jauh arah Barat - Timur 54 Km dan Utara - Selatan 39 Km, dimana batas wilayah administratifnya sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten DT II Indramayu dan Laut Jawa serta sebagian Kotamadya DT II Cirebon

Sebelah Selatan: Kabupaten DT II Kuningan Sebelah Barat : Kabupaten DT II Majalengka

Sebelah Timur : Kabupaten DT II Brebes di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.

Kabupaten DT II Cirebon terletak pada garis pantai laut Jawa dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 m di atas permukaan laut. Ketinggian 0 - 25 m di atas permukaan laut Bekitar 65,35 % dari luas Kabupaten, ketinggian 25,01 sampai 50 m di atas

(3)

permukaan laut sekitar 11,64 %, ketinggian 50,01 - 100 m di atas permukaan laut sekitar 10,30 ketinggian 100,01 - 200 m di atas permukaan laut sekitar 6,21 %, ketinggian 200,01 - 300 m di atas permukaan laut sekitar 4,30 % dan ketinggian 300 m < di atas permukaan laut sekitar 2,20 %. Wilayah Kabupaten DT II Cirebon memiliki kemiringan lereng yang bervariasi antara 0 - 2 % sampai dengan 40 %. Namun yang paling mendominasi adalah kemiringan lereng antara 0 - 2 % sekitar 80,80 %, sehingga mempunyai bentuk wilayah dataran rendah.

Letak daratannya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara yang mempunyai 23 Kecamatan dan dari permukaan tanah daratan dapat dibedakan menjadi dua bagian yritu : Pertama , daerah dataran rendah yang pada umumnya terletak disepanjang pantai utara Jawa misalnya Kecamatan Gegesik, Kapetakan, Arjawinangun, Klangenan, Cirebon Utara, Cirebon Barat, Weru, Mundu, Astanajapura, Lemahabang, Karangsembung, Babakan, Waled, Ciledug dan Losari. Kedua. daerah dataran sedang dan tinggi berada pada kecamatan lainnya yaitu Cirebon Selatan, Susukan, Beber, Plumbon, Sedong, Sumber, Ciwaringin dan Palimanan.

Faktor iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dataran pantai terutama daerah bagian Utara, Timur dan Barat sedangkan sebelah Selatan adalah daerah perbukitan. Curah hujan rata-rata pertahun 1838 mm/tahun atau antara 1.250 mm/tahun sampai > 2.500 m/tahun, daerah curah hujan dibagi menjadi 3 daerah yaitu :

1. Daerah curah hujan 1.250 - 1.500 mm/tahun dengan luas areal 16.200,80 Ha atau 16,39 % dari luas wilayah Kabupaten Cirebon yang tersebar di daerah pantai dan bagian utara yang meliputi Kecamatan Cirebon Utara, Mundu, Astanajapura, Babakan, Losari bagian Timur, sebagian Waled dan sebagian kecil Kecamatan Kapetakan.

2. Daerah dengan curah hujan antara 1.500 - 2.500 mm/tahun meliputi luas areal 64.970 Ha atau 56,63 % dari luas wilayah Kabupaten Cirebon, tersebar di Kecamatan Klangenan, Susukan, Arjawinangun, Gegesik, Kapetakan, Mundu, Astanajapura,

(4)

Karangsembung, Babakan, Ciwaringin, Palimanan, Plumbon, Weru, Cirebon Barat, Sedong, Losarl dan Ciledug.

3. Daerah curah hujan > 2.500 mm/tahun meliputi luas areal 17.800 Ha atau 17,98 % dari luas wilayah Kabupaten Cirebon tersebar di Kecamatan Ciwaringin, Palimanan, Plumbon, Sumber, Cirebon Selatan, Beber, Sedong, Lemahabang dan sebagian kecil Kecamatan Waled.

Atas dasar itu, curah hujan tertinggi terdapat dibagian Tengah dan Selatan yaitu di daerah perbukitan di kaki Gunung Ciremai yang berada pada kecamatan Plumbon, Palimanan, Sumber dan Beber. Akibatnya beberapa kecamatan yang termasuk dataran rendah dan sering terkena banjir adalah: kecamatan Cirebon Utara, Cirebon Barat, Astanajapura, Waled, Babakan, Losari, Ciledug, Arjawinangun, Gegesik dan Kapetakan. Walaupun dilalui oleh 18 aliran sungai yang berhulu di bagian Selatan dan sungai tergolong besar antara lain Cisanggarung, Ciwaringin, Cimanis, Cipager, Pekik dan Kaligaja, tetapi karena permukaan tanah yang ada pada wilayah perairan Sungai tersebut berada pada dataran rendah maka selain rawan banjir juga adanya rawan air bersih, intrusi air laut maupun abrasi. Kecamatan rawan air bersih adalah kecamatan Kapetakan, Gegesik, Astanajapura, Arjawinangun, Beber dan Losari. Kecamatan yang rawan instrusi air laut adalah kecamatan Losari, Kapetakan, Babakan, Astanajapura dan Cirebon Utara, Kecamatan yang terkena abrasi adalah sebagian kecamatan Kapetakan, Losari dan AstanaJapura.

Jenis tanah di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon didominasi oleh jenis aluvial kelabu tua dan gleyhumus rendah. Jenis tanahnya cocok untuk pertanian tanaman semusim khususnya padi, palawija maupun perikanan. Jenis tanah lainnya adalah asosiasi mediteran coklat, grumosol coklat kelabu, regosol kelabu, latosol coklat kemerahan dan podsolik. Kedalaman efektif tanah yang lebih besar dari 90 Cm seluas 69,99 %, kedalaman efektif antara 60 - 90 Cm seluas 28,21 % dan kedalaman antara 30 - 60 Cm sekitar 1,80 %.

Struktur geologi wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon terdiri atas endapan Aluvial, Undifferentiated,

(5)

Vulcanic Product, Pliocenae Sendimentary Facies dan Mlocene Sendimentary Facies. Sedangkan sumber daya geologi yang dianggap potensi bahan galian berupa gas bumi, gips, oker, posfat, yodium, batu alam, marmer, trass, tanah diatomae, dan

luminit yang tersebar di Kecamatan Plumbon, Palimanan dan Beber. Penggunaan tanah di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon pada tahun 1992 secara umum terdiri dari penggunaan tanah untuk perkampungan mencapai seluas 15.137,34 Ha ( 15,29 X ), persawahan seluas 59.131,60 Ha ( 59,74 % ) dan penggunaan untuk lahan kering mencapai seluas 24.721,38 Ha ( 24,97 % ). Konservasi penggunaan tanah selama Pelita V rata-rata bergeser dari tanah pertanian ke non pertanian seluas 32.272 Ha pertahun, dari pertanian ke perumahan 75.455 Ha pertahun, dari pertanian ke sektor lainnya sebesar 29.338 Ha pertahun atau seluruhnya 137.066 Ha pertahun. Pergeseran lahan pertanian pada penggunaan lahan non pertanian akibat industrialisasi berdampak terhadap sektor pertanian mengalami hambatan struktural. b. Ket>endudukan

Kabupaten DT II Cirebon merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mempunyai penduduk cukup besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1980, jumlah penduduk Kabupaten Cirebon sebanyak 1.331.690 jiwa. Pada tahun 1990 melalui Sensus Penduduk meningkat menjadi 1.647.845 jiwa dan tahun 1995 berjumlah 1.651.790 j iwa terdiri dari laki-laki berjumlah 815.558 jiwa dan perempuan berjumlah 836.232 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk dari tahun 1980 dan 1990 mencapai 1.665 jiwa/Km2. Walaupun jumlah penduduk meningkat, pertumbuhannya menurun karena tahun 1980 rata-rata pertahun sebesar 2,77 % serta tahun 1990 rata-rata pertahun sebesar 2,16 %. Penyebaran penduduk Kabupaten Cirebon relatif tidak merata dengan jumlah penduduk yang terbesar di Kecamatan Plumbon sebesar 110.152 jiwa dan terkecil di Kecamatan Sedong sebesar 40.111 jiwa. Rata-rata penduduk per Km2 adalah sekitar 1.675 jiwa/Km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk jiwa/ Km2 tertinggi berada di wilayah Kecamatan Cirebon Barat yaitu 3.761 J iwa/Km2,

(6)

sedangkan yang terendah di Kecamatan Kapetakan dengan 935 jIwa/Km2. Perbandingan luas wilayah, jumlah penduduk dan rata-rata penduduk per Km2 di setiap Kecamatan sebagal berikut :

TABEL.IV.1

PERBANDINGAN LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN RATA-RATA PENDUDUK KABUPATEN CIREBON TAHUN 1995

No KECAMATAN LUAS(Km2) JML PENDUDUK SATA2 PENDUDUK/Km2

1 B e b e r 43,64 52.986 1.214 2 . Lemahabang 28,09 56.359 2.006 3 S e d o n g 37,57 40.111 1.068 4 Karangsembung 43,96 67.030 1.525 5 W a 1 e d 60,57 67.983 1.122 6 Ciledug 33,94 84.795 2.498 7 L o s a r i 46,00 76.268 1.656 8 Babakan 52.66 107.397 1.039 9 Astanaj apura 67.83 104.555 1.541 10 M u n d u 23,57 41.903 1.778 11, Cirebon Selatar 20,89 43.137 2.065 12 S u m b e r 33,64 61.019 1.814 13. Palimanan 52,73 73.563 1.395 14 P 1 u m b o n 16,33 110.152 3.032 15. W e r u 28,14 102.066 3.627 16 Cirebon Barat 18,55 69.768 3.761 17. Cirebon Utara 21,08 58.008 2.752 18 Klangenan 39,32 73.788 1.877 19 Arjawinangun 35,43 77.490 2.187 20 Ciwaringin 35,53 52.629 1.481 21. Susukan 50,82 53,748 1.058 22 Gegesik 84,36 91.411 1.084 23, Kapetakan 91,55 85.631 935 1 J u m l a h 966.20 1.651.790 1.675

(7)

Penduduk Kabupaten Cirebon dilihat dari keturunan pada umumnya adalah Warga Negara Asli dan hanya sebagian kecil berasal dari keturunan Cina dan Arab.

TABEL IV.2

PENDUDUK WNI DAHI KETURUAN DI KABUPATEN CIREBON TAHUN 1995 No. WNI KETUTUNAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. A s l i 811.829 832.291 1.644.120 2. C i n a 3.245 3.418 6.663 3. A r a b 417 459 876 5. Lain-lain 67 64 131 815.558 836.232 1.651.790 l> Sumber : Diolah dari data Kantor Statistik

Dilihat dari penduduk Usia Kerja maupun Angkatan Kerja di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon terjadi peningkatan yang relatif kecil pada tahun 1989 dan tahun 1995.

TABEL IV.3

USIA DAN ANGKATAN KERJA

DI KABUPATEN CIREBON TAHUN 1989 DAN 1995

No USIA DAN ANGKATAN KERJA TAHUN 1989 TAHUN 1995 KENAIKAN X

1. Usia kerja 1.063.050 1.164.336 0,95

2. Angkatan Kerja 478.176 589.978 2,34

Sumber : diolah dari Statistik Kabupaten Cirebon tahun 1995 Hal ini menun j ulekan bahwa beban untuk menyalurkan dan menciptakan kesempatan kerja pada berbagai sektor, terutama

industri, perdagangan, pertukangan, jasa dan angkutan akibat dari pergeseran lahan pertanian pada sektor lain maka membutuhkan usia dan angkatan kerja yang produktif dan profesional.

(8)

C. Wilavah Pemerintahan

Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon secara administratif terbagi menjadi 6 wilayah Pembantu Bupati, 23 Kecamatan, 6 Perwakilan Kecamatan dan 421 Desa serta 3 Kelurahan. Dari segi jumlah kecamatan dan desa/kelurahan, Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon memiliki kecamatan dan desa/ kelurahan cukup banyak sesudah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor dan Kabupaten Bandung. Selain faktor luas wilayah dan jumlah penduduk banyak juga Kabupaten Cirebon berada pada posisi strategis pengembangan wilayah Timur yang memerlukan pelayanan pemerintahan yang efektif. Pembagian Wilayah Administratif tersebut adalah sebagai berikut :

(9)

TABEL IV.4. WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN CIREBON TAHUN 1995 NO. KEWEDANAAN KECAMATAN PERWACAM KELURAHAN DESA JML

1. Cirebon 1.Beber - - 18 18 2.Crb.Selatan 13 13 3.Crb.Barat - - 16 16 4.Crb.Utara 15 15 2. Sindanglaut 5.Lemahabang - - 9 9 1.Susukan Lebak- 10 10 6-Sedong 12 12 7.Karangsambung - - 22 22 B.Astanajapura - - 15 15 2.Pangenan - 8 8 9.Mundu 11 11 3. Ciledug 10.Waled 19 19 11.Ciledug 24 24 12.Losari 10 10 3-Pabedilan 8 8 13.Babakan 27 27 4. Plumbon 14.Sumber - 3 5 8 4.Dukupuntang — 8 8 15.Plumbon - — 29 29 16.Weru 23 23 5. Palimanan 17.PaiJmaman - - 18 18 18.Klangenan - - 18 18 19.Ciwaringin 15 15

6. Ar j awinangui 20.Arj awinangun - - 8 8

5.Panguragan 7 7 21.Susukan - - 12 12 22.Gegesik 13 13 6.Kaliwedi 9 9 23.Kapetakan 21 21 J u m l a h 23 6 3 421 424

(10)

Dari keenam pembagian wilayah administratif kewedanaan ( Pembantu Bupati ternyata Kewedanaan Sindanglaut memiliki Jumlah lima Kecamatan 2 Perwakilan Kecamatan dan 88 Desa yang paling banyak. Sedangkan yang paling sedikit Kewedanaan Palimanan karena mempunyai 3 Kecamatan dan 51 Desa. Sedangkan rata-rata desa/kelurahan setiap Kecamatan dan Perwakilan Kecamatan sekitar 15 desa/kelurahan.

Tipelogi wilayah kecamatan, setiap kecamatan mempunyai karakteristik wilayah pantai, pegunungan/dataran tinggi, dan dataran rendah yang membawa pengaruh terhadap tipelogi desa setiap kecamatannya. Tipelogi desa tersebut beragam mulai desa nelayan, desa persawahan, desa perkebunan, desa perkebunan, desa industri dan desa lainnya. Adapun tipelogi kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon adalah bervariasi karena dipengaruhi oleh struktur dan kondisi goegrafis yaitu sebagai berikut :

(11)

TABEL IV.5

TIPELOGI WILAYAH DESA PER-KECAMATAN

DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON TAHUN 1995

Nc >. Kecamatan Desa

Jum-Nelayan l PerBawa han -Perkebun-an Industri Kecil Jasa&Per-dagangan lah 1. B e b e r — 11 5 — 2 18 2. Lemahabang - 14 - - 5 19 3. S e d o n g - 9 3 - - 12 4. Kr.sembung - 13 - - 9 22 5. Waled - 12 - - 7 19 6. Ciledug - 15 - _ 7 22 7. Losari 1 15 - - 2 18 8. Babakan 2 23 - - 2 27 9. Ast.J apura - 11 - - 12 23 10. Mundu 2 4 - - 5 11 11. Cirebon Slt — 2 - - 11 13 12. Sumber - 11 1 - 4 16 13. Palimanan - 10 - - 8 18 14 Plumbon - 12 - 1 16 29 15 Weru _ 4 - - 19 23 16 Cirebon Brt - - 1 - 15 16 17 Cirebon Utr - 3 - - 12 15 18 Klangenan — 10 - - 8 18 19 Arjn.Wng - 5 - - 10 15 20 Ciwaringin - 15 - - — 15 21 Susukan - 11 1 - — 12 22 Gegesik - 22 - _ - 22 23 Kapetakan - 17 — - 4 21 ] r u m l a h 5 249 11 1 158 424

(12)

Pada umumnya tlpelogi desa disetiap kecamatan memiliki kerakteristlk desa pesawahan terkecuali pada Kecamatan Cirebon Barat umumnya bersifat desa jasa dan perdagangan karena ciri perkotaannya. Jumlah tipelogi desa di Kabupaten Cirebon ditandai dengan : desa persawahan sebanyak 249 desa ( 58,7 % ), desa nelayan sebanyak 5 desa (1,2 % ), desa perkebunan sebanyak 11 desa ( 2,6 % ), desa industri 1 desa ( 0,2 % ) dan desa jasa & perdagangan sejumlah 158 desa <37,3 % ). Ini menunjukkan desa dengan masyarakatnya bergerak pada sektor pertanian, jasa dan perdagangan sebagai unggulan utama dalam mendukung sektor eknomi penduduk. Dari segi wilayah ternyata tipelogi desa persawahan terdapat pada wilayah pedesaan dan tipelogi desa perdagangan berada pada desa perkotaan, walaupun keduanya saling mendukung dan mempengaruhi dalam rangka mengembangkan ekonomi masyarakat. Hanya sebagian kecik desa yang bertipelogi desa pantai, perkebunan dan idustri sehingga masyarakatnya bergerak pada kegiatan nelayan, perkebunan dan industri kecil padat modal terutama pada desa-desa tertentu saja sesuai dengan potensi yang ada pada desanya.

d. Sosial Budava

Masyarakat Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon ditinjau dari segi sosial budaya memliki ciri umum yaitu masyarakat religius, patriotis dan budayawan yang disemangati oleh kegotong royongan, keterbukaan dan kerukunan umat yang cukup tinggi. Pemeluk agama pada umumnya Islam berjumlah 1.644.449 Jiwa ( 99,6 %), agama lainnya sekitar 0,4 % yaitu Protestan 2.843 Jiwa, Katholih 3.105 Jiwa, Hindu 277 Jiwa dan Budha 1.116 Jiwa. Bentuk keunggulan masyarakat religius, didukung dengan adanya pusat penyebaran agaman islam pada abad 14 dengan ditandai adanya Keraton Kasepuhan dan Kanoman, Mesjid Agung, Goa Sunyaragi, Pondok Pesantren, dan beberapan sekolah pendidikan agama islam mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Masyarakat patriotis, masyarakat Cirebon pada masa penjajahan Belanda dimana Raja dan Kesultanan Cirebon bersatu dengan Kesultanan Demak dan Banten melawan dan mengusir

(13)

Belanda sampai ke Batavia. Selain itu, masyarakat budayawan, karena berbagai kesenian tradisional berupa kesenian Genjring Akrobat, Wayang kulit Purwa/Wayang Golek Cepak/Sunda, Sandiwara, Burok, Gembyung, Tari Topeng, Tarling, Lais, Sintren, dan lainnya terus dipelihara dan dikembangkan. Bentuk karya seni batik dan kerajinan tangan lainnya dijiwai dengan nafas agam islam dikembangkan secara nasinal. Ini menunjukan nilai sosial budaya yang khas dan merupakan potensi pembangunan dalam membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan didukung oleh kreativitas dan produktivitas yang dilandasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam bidang pendidikan formal untuk mencerdaskan masyarakat telah tersedia sekolah TK sampai pada SMTA baik sekolah negeri, agama dan swasta untuk menampung anak usia sekolah, tetapi belum mempunyai Perguruan Tinggi karena telah tersedia di Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon. Dalam bidang kesehatan telah tersedia fasilitas kesehatan Rumah Sakit Umum, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin, BKIA Pembantu, dan Balai Pengobatan Gigi yang didukung paramedis yaitu Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, Manteri Kesehatan, Bidan dan Dukun Bayi serta Apotek yang memadai dan tersebar di setiap Kecamatan dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat.

Berbagai program dan kegiatan bidang pendidikan, kesehatan dan agama serta fasilitasnya mendapat dukungan positif sehingga kerukunan dan kualitas masyarakat beragama, kualitas pendidikan masyarakat serta kesehatan masyarakat meningkat terus yang didukung oleh sarana dan prasaran pendidikan, agama dan kesehatan yang memadai. Hal ini berpengaruh terhadap meningkatnya kesadaran belajar yaitu Angka Partisipasi < Net Enrollment Ratio ) usia 7-9 tahun mencapai 99 %, melanjutkan Sekolah Tingkat Pertama 73,00 % dan Tingkat Atas 92,07 % pada tahun 1992. Menurunnya angka kematian bayi sebesar 65,3 per seribu kelahiran hidup dan meningkatnya angka harapan hidup ( 64,03 tahun ) dan mutu hidup 73,85 serta terciptanya

(14)

Masalah kualitas sumber daya manusia yang belum optimal, pelayanan kesehatan yang belum maksimal dan fasilitas sosial budaya yang belum memadai merupakan masalah bidang kesejahtraan, pendidikan dan kebudayaan. Untuk memecahkan masalah tersebut, sasaran bidang kesejahteraan, pendidikan dan kebudayaan diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya, penguasaan dan pengembangan iptek, pendidikan dan pelayanan kesehatan, memeliharan nilai seni dan budaya, menumbuhkan jatidiri serta kepribadian masyarakat.

e.Perekonomian

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon rata-rata setiap tahun 7,50 % karena mengalami fluktuasi setiap Pelita. Pada Pelita III laju pertumbuhan ekonomi sebesar 9,80 %, Pelita IV menurun sebesar 5,07 % dan Pelita V sebesar 7,08 % setiap tahun. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 7,80 % setiap tahun tetapi berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon adanya kontribusi sektor pertanian cenderung menurun dan terjadinya peningkatan sektor industri. Menurunnya sektor pertanian akibat tergesernya lahan pertanian menjadi perumahan, perdagangan dan Industri. Kontribusi sektor pertanian terhadap Product Domestic Regional Bruto ( PDRB ) pada tahun 1980 sebesar 37,31 % pada tahun 1992 turun menjadi 20,36 %.

Sedangkan sektor industri pada tahun 1980 9,42 % naik menjadi 15,05 %. Dilihat dari Product Domestic Regional Bruto tahun 1992, terjadi pergeseran nilai kontribusi terbesar pada sektor perdagangan sebesar 25,22 Meskipun kontribusi sektor pertanian makin menurun, akan tetapi kesempatan kerja masih didominasi oleh sektor pertanian 30, 92 % dan 21,74 % untuk

sektor Industri.

Pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten DT II Cirebon cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada awal tahun Pelita III baik menurut harga konstan maupun harga berlaku

(15)

sebesar Rp 98.313,00 dan pada tahun keempat Pelita V menjadi Rp 353.021,00 menurut harga konstan dan Rp 708.987,00 menurut harga berlaku. Potensi dan peluang untuk mengembangkan sektor industri dan perdagangan sangan terbuka dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat, dengan tetap memperhatikan sektor pertanian melalui pengembangan

indusrtialisasi pertanian yang didukung oleh perdagangan barang dan jasa pertanian.

Salah satu masalah dalam sektor ekonomi adalah kelembagaan ekonomi dan sosial belum sepenuhnya menjadi pendorong dan penunjang pertumbuhan serta pemerataan hasil pembangunan, termasuk terbatasnya sarana dan prasarana ekonomi

sehingga masih terdapat kesenjangan dan adanya kantong kemiskinan. Untuk mendukung perekonomian daerah yang mantap melalui peningkatan aktivitas ekonomi, penggunaan sumber daya alam yang optimal dan kelestarian lingkungan maka pembangunan ekonomi diarahkan meningkatkan pendapatan masyarakat, mengatasi ketimpangan dan kesenjangan sosial serta menghilangkan kantong kemiskinan. Disamping memberikan perlindungan serta bimbingan terhadap pengusaha industri kecil dan ekonomi lemah, maka dengan adanya program Pengembangan Kawasan Terpadu ( PKT ) bagi desa-desa terisolir, desa kritis dan terbelakang merupakan program nasional untuk mengatasinya termasuk program Inpres Desa Tertinggal serta program lainnya.

Z. Kebijaksanaan Pembangunan Daerah Kabupaten DT II Cirebon a. Masalah- Masalah Pokok Kabupaten DT II Cirebon

Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kapubaten DT II tahun 1994/1995-tahun 1998/99, masalah-masalah pokok yang belum terselesaikan pada PJP I dan menjadi agenda pada PJP II adalah: 1. Pembangunan Ibukota Sumber sebagai Pusat Pemerintahan masih

belum terisi seluruhnya sebagaimana yang telah direncanakan. 2. Pendayagunaan sumber daya manusia yang berkualitas masih

belum optimal.

3. Kelembagaan ekonomi dan sosial yang ada belum sepenuhnya dapat menjadi pendorong dan penunjang pertumbuhan serta

(16)

pemerataan hasil pembangunan, sehingga masih terdapat kesenjangan dan masih adanya kantong - kantong kemiskinan. 4. Cakupan pelayanan kesehatan masih belum optimal.

5. Masih adanya sebagian sarana dan prasarana pemerintahan belum dimanfaatkan secara optimal.

6. Pertumbuhan dan penyebaran penduduk relatif lebih tinggi dan belum merata antar daerah serta pertumbuhan angkatan kerja yang belum diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai dan tingkat upah masih di bawah standar upah minimum.

7. Pembangunan jalan alternatif dalam rangka mengurangi kemacetan lalu lintas yang belum terwujud dan sejalan dengan pertumbuhan sentra-sentra produksi serta kegiatan tata niaga

lainnya.

8. Daerah pusat pertumbuhan ekonomi masih kurang diimbangi dengan penyediaan fasilitas yang memadai.

9. Tingkat disiplin, mutu dan daya guna aparatur pemerintah belum optimal serta pelaksanaan tugas pelayanan kepada masyarakat belum seperti diharapkan.

10.Masalah pertanahan yang belum terselesaikan secara tuntas. 11.Kebutuhan air bersih masih belum dapat memenuhi kebutuhan

sebagian besar masyarakat.

12.Penataan Kawasan dan Zona Industri yang belum mantap.

13.Tingkat penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dlbidang pertanian belum merata.

14.Daerah rawan bencana dan lahan keritis yang belum sepenuhnya teratasi.

15.Penataan batas wilayah administratif Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon dengan Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon belum mendapatkan kesepakatan.

16.Masih terdapatnya desa tertinggal dan penduduk di bawah garis kemiskinan.

17.Sarana dan prasarana pendidikan dasar belum memadai. b. Sasaran £J£ 11 Kabupaten Cirebon

Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Kedua Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon adalah :

(17)

1. Sasaran Umum PJP II Daerah adalah terclptanya kualitas sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang maju dan mandiri dalam suasana kehidupan yang tentram, sejahtera lahir bathin serta hubungannya yang selaras dan seimbang antara sesama manusia, manusia dengan alam sekitarnya dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Sasaran bidang pembangunan untuk mendukung sasaran umum melaiputi bidang ekonomi; bidang kesejahteraan rakyat, pendidikan, dan kebudayaan; bidang agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; bidang ilmu pengetahuan dan teknologi; bidang hukum; bidang politik, aparatur pemerintah, penerangan, komunikasi dan media masa; dan bidang ketentraman dan ketertiban masyarakat.

c. Arah EiIE XX Daerah

Sesuai dengan titik berat PJP II Kabupaten Cirebon yang diletakkan pada bidang ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang saling memperkuat, terkait dan terpadu dengan bidang lainnya, maka arah pembangunannya adalah: 1. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia diarahkan kepada peningkatan mutu dan pendayagunaannya secara optimal sesuai dengan keahlian/keterampilan, pendidikan dan pengetahuan. 2. Pembangunan yang berkelanjutan

Pembangunan yang berkelanjutan diarahkan kepada pembangunan yang mempertimbangkan aspek kelestarian sumber daya alam dan keseimbangan lingkungan hidup dengan melaksanakan pengkajian dan pemantapan terhadap Sub-sub Wilayah Pembangunan setiagai Kebijaksanaan Spasial Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. 3. Pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, mengatasi ketimpangan dan kesenjangan sosial serta menghilangkan kantong-kntong kemiskinan, disamplng memberikan perlindungan serta bimbingan terhadap pengusaha

industri kecil dan ekonomi lemah. Pembangunan Industri yang maju dan didukung oleh pertanian yang tangguh diarahkan

(18)

sebagai penggerak ekonomi yang berjalan seimbang dengan pembangunan lainnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup masyarakat.

4. Pengembangan kelembagaan sosial ekonomi

Pengembangan kelembagaan sosial ekonomi khususnya koperasi lebih ditekankan pada pengembangan mutu personil, fungsi dan peranan organisasi serta prosedur yang dinamis, sehingga tercipta tatanan ekonomi yang mantap, mandiri dan terkendali sebagai upaya peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

5. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Diperlukan suatu iklim yang menumbuhkan, mendorong kreativitas dan dinamika iptek baru yang menunjang efisiensi, produktivitas dan efektivitas penggunaan sumber daya alam.

6. Konsolidasi perwilayahan pemerintahan dan pembangunan

Pembangunan diarahkan kepada penataan wilayah pemerintahan yang disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai dayaguna dan hasilguna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

7. Penegakan dan perlindungan hukum bagi masyarakat

Peningkatan penegakan dan perlindungan hukum bagi masyarakat diarahkan untuk terciptanya masyarakat sadar hukum, agar peran sertanya di dalam pembangunan dapat dilakukan seoptimal mungkin.

d. Sasaran Bidang Ekonomi d&n Kesejahteraan Rakyat.

Untuk menumbuh kembangkan sikap dan perilaku masyarakat yang mandiri yaitu masyarakat yang mempunyai peran serta dalam pembangunan, efisiensi dan produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraannya, maka terdapat tujuh ( 7 ) bidang sasaran pembangunan. Sasaran bidang pembangunan yang erat kaitannya dengan ekonomi dan sosial masyarakat Kabupaten Cirebon untuk lima tahun adalah diperioritas pada :

1. Sasaran Bidang Ekonomi

(19)

a). Terwujud dan tertatanya Kawasan Industri di Kecamatan Kapetakan dan Zona Industri di Kecamatan Astanajapura, Babakan dan Losari. Sentra Industri di Kecamatan Weru, Plumbon, Klangenan, Paiimanan, Ciwaringin, ArJawinangun dan Karangsembung.

b). Terj adinya penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan dan penyebaran industri baik kecil maupun menengah untuk mendukung perluasan kesempatan kerja dan perluasan lapangan kerja.

c). Meningkatnya keterkaitan antara sektor industri dengan sektor pertanian dalam rangka mengembangkan agro industri dan atau agro bisnis.

d). Meningkatnya pendapatan dan taraf hidup petani serta nelayan serta memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dibidang pertanian,

e). Meningkatnya mutu hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan, gizi masyarakat, yang menunjang komoditi pertanian serta mendukung pengembangannya.

f). Meningkatnya perekonomian rakyat atau golongan ekonomi lemah dalam memberikan kesempatan berusaha dan kerja. g). Mantapnya pola perdagangan dan sistem distribusi dengan

meningkatnya peran pasar Dalam dan Luar Negeri yang diiringi tumbuhnya kesempatan berusaha.

h). Tertata dan mantapnya peran koperasi dan pengusaha kecil. i). Meningkatnya peran lembaga keuangan khususnya pedesaan. J). Terwujudnya kerjasama antar pelaku ekonomi dalam rangka

menuju perubahan struktur ekonomi yang terkendali antar ektor pertanian, industri dan perdagangan.

k). Terkendalinya fungsi pengelolaan hutan kawasan droorologis dan non budidaya sebagai fungsi hutan lindung, produksi dan fungsi tangkapan air ( Catchment Area ).

1). Terciptanya sistem pengelolaan dan pemanfaatan bahan tambang dan energi dengan tetap memperhatikan kaidah konservasi.

(20)

secara profesional dengan melibatkan akses masyarakat dan swasta, yang diatur dan dipadukan dengan kepentingan penataan ruang, peningkatan pendapatan asli daerah, pengembangan seni dan budaya daerah serta pelestarian

lingkungan hidup.

n). Meningkatnya upaya penyerasian pembangunan perkotaan dan dan pedesaan dengan memperhatikan kesenjangan infra struktur dan pengendalian mobilitas penduduk.

o). Meningkatnya kondisi dan pelayanan Pos dan Telekomunikasi yang merata , terutama penyebaran ke daerah-daerah terpencil dan berbatasan antar daerah.

P). Meningkatnya pendayagunaan sumberdaya laut dan kedirgantaraan bagi pengembangan dan kesejahteraan rakyat. q). Terciptanya manajemen transmigrasi yang mampu

mengembangkan transmigrasi swakarsa mandiri.

r). Meningkatnya sistem jaringan transformasi antar daerah dan daerah perbatasan yang memadai dan terkendali.

2) Sasaran Bidang Kesejahteraan Rakyat, Pendidikan dan Kebudayaan

a). Meningkatnya kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pendapatan terutama pada masyarakat pedesaan dalam rangka

terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang dan papan yang memadai dan seimbang dengan kemampuan daya beli masyarakat. b). Meningkatnya pelayanan umum yang makin adil dan merata

serta mampu menjangkau seluruh rakyat.

c). Berkembangnya jenis pendidikan keahlian dan kejuruan serta kualitas pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi yang semakin meningkat.

d). Meningkatnya penghayatan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan berkembangnya seni dan budaya daerah yang menunjang iklim pembangunan.

e). Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang terpencil yang ditandai dengan

semakin menurunnya angka kematian bayi, balita dan ibu melahirkan serta pelaksanaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ).

(21)

f). Meningkatnya kualitas, terkendalinya mobilitas dan pertumbuhan penduduk serta tertatanya administrasi kependudukan.

g), Terbinanya anak, remaja dan pemuda sebagai potensi pembangunan yang memiliki jiwa kepeloporan, disiplin dan mandiri.

h). Meningkatnya keterampilan , produktivitas dan perlindungan tenaga kerja , terutama tenaga kerja wanita.

i). Meningkatknya pemasyarakatan dan pembinaan olah raga dalam rangka pembentukan fisik manusia dan masyarakat untuk menumbuhkan sportivitas dan produktivitas kerja.

J). Meningkatnya kerjasama pembangunan daerah dibidang pendidikan, kebudayaan dan kesehatan antar daerah dan di daerah perbatasan.

e. Prioritas i Kfihi-iaknanaan Strategis dan Arah Pembangunan Lima Tahun Keenam Daerah.

1. Prioritas Pembangunan Lima Tahun Keenam

Prioritas Pembangunan Lima Tahun Keenam Daerah adalah mengembangkan mutu dan mendayagunakan sumberdaya manusia yang mendukung pembangunan bidang ekonomi dengan tetap memperhatikan keterkaitan pengembangan industri yang maju dan intensifikasi pertanian yang tangguh serta didukung oleh pembangunan bidang lainnya. Pembangunan bidang lainnya terus ditingkatkan secara selaras dan serasi sehingga saling memperkuat dengan pembangunan bidang ekonomi sehingga keseluruhannya pembangunan tersebut merupakan gerakan terpadu dalam mewujia&kan masyarakat maju, mandiri dan sejahtera.

2. Kebijaksanaan Strategis Lima Tahun Keenam

Pembangunan Lima Tahun keenam diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan aparatur pemerintah di daerah yang makin berkembang dan mandiri berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Kebij aksanaan pembangunan yang strategis tersebut, maka ditetapkan lima (5) kebijaksanaan yaitu:

(22)

b). Peningkatan, perluasan dan pengembangan kegiatan ekonomi serta kesempatan kerja baik antar sektor, antar wilayah maupun antar daerah.

c). Aktivitas pembangunan yang lebih seimbang antar wilayah dan daerah serta antar kelompok masyarakat.

d). Penataan dan pendayagunaan kelembagaan serta apartur pemerintahan di daerah.

e). Pemanfaatan, pelestarian dan penyeimbangan sumberdaya alam dan lingkungan.

3. Arah Kebijaksanaan Strategis Bidang Ekonomi dan Kesra

Arah kebijaksanaan strategis pada masing-masing bidang pembangunan yang dikembangkan dan didukung dengan sektor-sektornya sebagai upaya pelaksanaan dan integrasi kebijaksanaan yang mengacu pada Trilogi Pembangunan yang saling berkaitan dan menunjang. Sektor - sektor dalam suatu bidang yang dikembangkan dalam kebijaksanaan strategis tetapi erat kaitannya dengan pokok bahasan yaitu :

a). Sektor Industri

Sektor industri adalah antara lain meliputi :

1). Meningkatkan industri menengah, kecil dan industri rumah tangga dalam rangka pemerataan kesempatan berusaha serta perluasan lapangan kerja.

2). Mmembina dan mengembangkan industri kecil dan kerajinan serta industri rumah tangga di wilayah pengembangan dan desa-desa tertinggal dengan memanfaatkan teknologi tepatguna dan potensi yang ada.

3). Pengembangan sumberdaya manusia industri yang diarahkan kepada peningkatan kemampuan profesi dan wiraswasta melalui pendidikan dan pelatihan serta optimalisasi peranan pendidikan dan pelatihan.

b). Sektor Pertanian

1). Meningkatkan kemampuan para petani, peternak dan nelayan dalam penerapan dan penguasaan teknologi tepatguna melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. 2). Mengembangkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh

(23)

meningkatkan mutu dan drajat pengelolaan produksi dalam rangka menunjang pembangunan daerah.

3). Meningkatkan usaha diversifikasi, intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang makin terpadu dengan memperhatikan kehidupan dan penghidupan masyarakat serta memelihara kelestarian lingkungan hidup.

4). Memantapkan swasembada pangan dan memperbaiki gizi keluarga melalui penganekaragaman tanaman serta memenuhi

industri.

5). Mengembangkan agro industri dan agro bisnis untuk meningkatkan nilai tambah pertanian serta memenuhi kebutuhan pertanian.

6). Mengembangkan pemanfaatan lahan kering dengan pengelola-an ypengelola-ang lebih intensif dpengelola-an didukung oleh penguasapengelola-an ilmu pengetahuan dan teknologi.

7). Mengembangkan dan memanfaatkan produksi perkebunan untuk memenuhi keperluan daerah, dengan peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi mutu tanaman serta lahan kering melalui sistem pengelolaan agro bisnis dan agro industri perkebunan dengan pola Perkebunan Inti Rakyat, Swadaya dan Unit Pelayanan dan Pengembangan.

8). Mengembangkan peternakan melalui peningkatan iklim usaha yang diarahkan pada peningkatan peranan koperasi dan melibatkan usaha swasta.

9). Meningkatkan upaya diversifikasi produksi perikanan dalam rangka memanjukan kehidupan sosial ekonomi dan

sosial budaya masyarakat desa pantai.

10). Peningkatan, pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya air , sarana dan prasarana pertanian lainnya,

c). Sektor Tenaga Ker.la

1). Meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia yang diarahkan pada pembentukan tenaga produktif, profesional yang mandiri dan beretos kerja tinggi.

2). Menciptakan dan memperluas lapangan kerja dlsegala bidang untuk mengurangi pengangguran.

(24)

pengembangan Jaminan sosial tenaga kerja serta perbaikan persyaratan kerja, peranan SPSI dan Koperasi Kerja.

4). Meningkatkan dan mengembangkan tenaga kerja wanita sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya baik pada sektor formal maupun informal.

5). Meningkatkan kualitas pembinaan dan perlindungan tenaga kerja dan pencari kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan i lmu pengetahuan serta teknologi.

6). Perbaikan Ketentuan Upah Minimum, peningkatan kualitas pengiriman tenaga kerja serta memanfaatkan tenaga kerja yang efekktif dan efisien.

d). Sektor Perdagangan

1). Meningkatkan sistem perdagangan yang makin efisien dan efektif yang mampu memanfaatkan dan memperluas pasar

serta mengarah pada kesepakan harga yang wajar.

2). Mengembangkan sistem informasi pasar dan promosi yang maikin efektif dan efisien dalam rangka upaya mengantisipasi paersaingan tidak sehat.

3). Meningkatkan dan mengembangkan komoditi ekspor non migas.

4). Meningkatkan sarana dan prasarana perdagangan, kemudahan memperoleh kredit serta sumber pembiayaan lainnya

terutama bagi pengusaha kecil dan ekonomi lemah.

5). Meningkatkan kemitrausahaan antara usaha skala besar, menengah dan kecil dalam kerjasama yang saling mendukung dan menguntungkan.

6). Meningkatkan sistem tranportasi dan informasi pada kawasan perdagangan di pusat ibukota.

e). Sektor Koperasi

1). Meningkatkan peran dan fungsi koperasi dan pengusaha kecil melalui peningkatan kapasitas managemen yang profesional dengan dukungan upaya penyuluhan, pendidikan dan pelatihan.

2). Menciptakan iklim usaha yang mendukung kemudahan memperoleh modal usaha.

(25)

3). Mendorong kesempatan berusaha sebesar-besarnya bagi koperasi dan pengusaha kecil diberbagai sektor kegiatan ekonomi.

4). Menumbuh kembangkan koperasi dan pengusaha kecil yang mempunyai kemampuan sebagai badan usaha dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi anggotanya.

5). Meningkatkan kerjasama antar koperasi dengan pengusaha kecil maupun badan usaha milik pemerintah dan swasta yang saling mendukung dan menguntungkan.

f). Sektor Pembangunan Daerah, Eess dan

1). Meningkatkan pembangunan daerah dan mengembangkan keserasian laju pertumbuhan antar daerah, antar kota, antar sektor serta antar kota dan desa.

2). Mempercepat pembangunan dearah tertinggal, kritis dan perbatasan dalam rangka kemandirian daerah dan kemampuan daerah yang merata.

3). Meningkatkan perkembangan desa swakarya menjadi desa swasembada melalui peningkatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia.

4). Mengembangkan hubungan antara masyarakat perkotaan dan perdesaan dalam rangka pemerataan pembangunan.

5). Menertiban dan menata, penggunaan dan penguasaan tanah untuk menghindari penyalahgunaan peruntukan lahan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

6). Menata dan memperbaiki batas-batas wilayah dan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan daerah.

g). Sektor Kesejahteraan Sosial

1). Meningkatkan pelayanan sosial melalui keterpaduan bimbingan, pembinaan, pemberian bantuan dan rehabilitasi sosial dengan mengutamakan pada kegiatan - kegiatan yang mempengaruhi tingkat kualitas pendapatan kelompok masyarakat miskin.

2). Meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga sosial secara profesional khususnya panti-panti milik pemerintah dan non pemerintah.

(26)

3). Meningkatkan kesadaran, kepedulian, kesetiakawanan dan rasa tanggung Jawab masyarakat dalam pelayanan bagi kesejahteraan sosial.

4). Mendorong jiwa kepeloporan , keperintisan dan kepahlawanan dalam rangka memantapkan dan meningkatkan semangat pembangunan.

h). Sektor pendidikan

1). Meningkatkan mutu dan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar serta perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan kejuruan.

2). Meningkatkan pendidikan luar sekolah dalam pembekalan keterampilan guna memenuhi kebutuhan pasar kerja.

3). Meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan menengah terutama di daerah terpencil guna mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan.

4). Membina dan mengembangkan Pendidikan Tinggi agar mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengkajian dibidang disiplin ilmu pengetahuan serta memberikan pengabdian kepada masyarakat terutama dalam pemasyarakatan teknologi tepatguna.

5). Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di daerah dan penguasaan bahasa asing tanpa mengabaikan bahasa daerah.

6). Mengembangkan karier, kualitas dan kesejahteraan guru serta tenaga kependidikan lainnya.

7). Menempatkan tenaga pendidik secara adil dan merata keseluruh daerah sesuai dengan kebutuhan.

8). Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan proporsional.

9). Meningkatkan dan mengembangkan pembinaan, kurikulum dan materi pendidikan secara dinamis.

10). Meningkatkan dan mengembangkan lembaga pendidikan swasta. 11). Meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat

terhadap pentingnya arti pendidikan. i). Sektor Kebudayaan

(27)

dan pengamalan nilai budaya daerah serta menyerap budaya luar yang positip untuk memperkaya budaya daerah.

2). Menciptakan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat sikap kerja keras, disiplin menghargai prestasi, kreatif,

saling menghormati dan menghargai.

3). Meningkatkan proses pembauran yang dijiwai sikap mawas diri, tahu diri, tenggang rasa, tanggung jawab, dan kesetiakawanan sosial.

4). Membina, memelihara, melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan kesenian daerah untuk mendukung daya cipta para seniman, meningkatkan apresiasi dan kreativitas seni budaya masyarakat dalam rangka memperkaya budaya daerah.

5). Meningkatkan pembinaan, penggalian dan pemeliharaan nilai tradisi dan peninggalan sejarah serta melestarikan bangunan atau benda yang mengandung nilai sejarah dengan memperhatikan lingkungan hidup.

j). Sektor Kesehatan

1). Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup sehat yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas fisik sumber daya manusia, kualitas kehidupan, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

2). Meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan memperluas jangkauan pelayanan yang didukung dengan pengadaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai terutama pelayanan pada penduduk yang berpenghasilan rendah di pedesaan.

3). Meningkatkan usaha perbaikan kesehatan masyarakat melalui pecegahan dan pemberantasan penyakit menular , penyakit lingkungan pemukiman, perbaikan gizi dan penyediaan air bersih.

4). Meningkatkan pembinaan terhadap pengobatan tradisional yang secara medis dapat dipertanggung Jawabkan serta pelatihan bagi dukun-dukun bayi.

5). Meningkatkan fungsi dan peranan pelayanan rumah sakit daerah.

(28)

k). Sektor Keluarga Sejahtera

1). Memantapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ).

2). Meningkatkan gerakan Keluarga Berencana ( KB } yang mengarah pada terwujudnya kesejahteraan keluarga dan mengurangi ketergantungan pada program pemerintah.

3). Meningkatkan pembudayaan gerakan KB melalui penyelenggaraan penerangan dan motivasi, pemasyarakatan Bina Keluarga Balita ( BKB ) terutama di daerah-daerah yang laju pertumbuhan penduduknya tinggi.

4). Meningkatkan peran serta pemuka agama, pemuka masyarakat, organisasi dan lembaga masyarakat khususnya

generasi muda dalam memasyarakatkan keluarga kecil. 1). Sektor Kependudukan

1). Meningkatkan kualitas penduduk sebagai pelaku utama dan sasaran pembangunan.

2). Meningkatkan pengendalian mobilitas penduduk yang lebih serasi dan seimbang sesuai dengan kemampuan daya dukung alam dan rencana tata ruang melalui peningkatan pembangunan di pedesaan.

3). Meningkatkan penerangan, pendidikan dan penyuluhan mengenal kependudukan dan keluarga berencana dengan melibatkan kader pembangunan desa.

4). Mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui upaya penurunan angka kelahiran, kematian balita serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak melalui pemasyarakatan pondok bersalin desa dan pembentukan kelompok bina keluarga balita.

5). Menyempurnakan mutu sistem administrasi dan statistik kependudukan.

m). Sektor Politik Dalam Negeri

1). Menata kehidupan politik yang diarahkan pada pertumbuhan dan pengembangan politik, tegaknya hukum dan pendidikan politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2). Meningkatkan pemasyarakatan dan pembudayaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila melalui pendidikan

(29)

formal, penataran serta pendidikan luar sekolah.

3). Meningkatkan mutu penyelenggaraan Pemilu tahun 1997 dan suksesnya Sidang Umum MPR 1988.

4). Meningkatkan kemampuan, kualitas dan kemandirian organisasi kekuatan sosial politik dan organisasi kemasyarakatan dalam rangka memantapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

5). Meningkatkan hubungan kerjasama secara konsultatif antara inpra struktur dan supra struktur politik sebagai pengembangan demokrasi Pancasila.

6). Mengembangkan otonomi daerah tingkat II yang makin nyata, dinamis, serasi dan bertanggung Jawab.

7). Meningkatkan intensitas pengawasan dan pengendalian pembangunan yang disesuaikan dengan pelaksanaan asas pemerintahan serta mengarah kepada efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada.

8). Mengembangkan budaya politik yang menjunjung tinggi semangat kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan yang bertanggung jawab.

9). Meningkatkan kesempatan dan kemampuan masyarakat untuk mengutarakan dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya melalui wadah penyalur aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

10). Mengembangkan peran, fungsi kualitas dan kemandirian organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan agar benar-benar berpegang pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

11). Meningkatkan keterkaitan pelaku kekuatan sosial politik dalam badan perwakilan daerah dengan masyarakat yang diwakilinya agar sistem perwakilan berdasarkan demokrasi Pancasila dapat berkembang secara mantap dan dinamis. ). Rftktor Aparatur Pfttnfirint.nh

1). Meningkatkan sistem manajemen pemerintahan yang makin handal, profesional, efisien dan efektif serta tanggap terhadap aspirasi rakyat.

(30)

2). Meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan pendayagunaan aparatur pemerintah baik kelembagaan, ketatalaksanaan maupun kepegawaian, terutama kuaiitas kepemimpinan aparaturnya.

3). Memantapkan keterpaduan dan konsistensi pengawasan baik pengawasan keuangan dan pembangunan, melekat dan

fungsional termasuk pengawasan oleh masyarakat.

4). Meningkatkan mutu dan profesionalisme aparatur pemerintah melalui pendidikan dan latihan.

5). Meningkatkan disiplin aparatur agar terciptanya aparatur pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawa dalam upaya meningkatkan pelayan pada masyarakat.

6). Meningkatkan koordinasi dan kerjasama aparatur pemerintah agar lebih meningkatkan keserasian, kelancaran dan efisiensi.

3. Kebijaksanaan dan Program IDT di Kabupaten OT II Cirebon a. Tu.luan Program IHI

Program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ) merupakan program dalam rangka perluasan dan peningkatan berbagai program dan upaya penanggulangan kemiskinan yang langsung ditujukan untuk menangani masalah kemiskinan di desa. Dasar hukum program IDT dengan INPRES Nomor 5 Tahun 1993, tanggal 27 Desember 1994 Tentang Penanggulangan Kemiskinan dan Petunjuk Teknis Menteri Dalam Negeri Nomor 414.1/774/PMD/1994 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Desa Tertinggal ( IDT ) Tahun

1994/1995.

Program IDT ini untuk menumbuhkan dan memperkuat penduduk miskin meningkatkan taraf hidupnya dengan membuka kesempatan berusaha. Program IDT diarahkan pada upaya pengembangan kegiatan sosial ekonomi untuk mewujudkan kemandirian penduduk miskin di desa/kelurahan tertinggal dengan menerapkan prinsip gotong royong, keswadayaan, dan partisipasi. Ditinjau dari segi kebijakan pemerintah, program IDT merupakan program terpadu untuk meningkatkan potensi dan dinamika ekonomi masyarakat

(31)

Dalam hal Ini tujuan secara umum program IDT adalah memenatapkan segi kelembagaan sosial ekonomi penduduk miskin sebagai wadah penyaluran aspirasi rakyat dalam meningkatkan taraf hidupnya melalui usaha produktif yang berkelanjutan. Program IDT yang didasarkan pada Inpres Nomor 5 Tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan adealah bertujuan :

1. Memadukan gerak langkah semua instansi dan lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha untuk mendukung pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

2. Membuka peluang bagi penduduk miskin di desa tertinggal untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya dengan cara menciptakan dan memperluas lapangan kerj a produkt if melalui peningkatan berbagai kegiatan pembangunan di desa-desa tertinggal.

3. Mengembangkan, meningkatkan dan menantapkan kehidupan ekonomi penduduk miskin melalui penyediaan dana bantuan khusus.

4. Meningkatkan kesadaran, kemauan, tanggung jawab, rasa kebersamaan, harga diri dan percaya diri masyarakat.

Untuk mencapai tujuan Program IDT tersebut, maka dalam pelaksanaannya memerlukan pendekatan sistem, terutama pendekatan administrasi maupun pendekatan pemberdayaan untuk penguatan sosial ekonomi masyarakat miskin suatu pendekatan penanggulangan dan pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, pendekatan administrasi dengan pengorganisasian, manajemen, pembinaan, koordinasi dan keterpaduan kebijaksanaan, program maupun unsur yang terkait. Sedangkan Pendekatan pemberdayaan dalam rangka menumbuhkan kualitas sumber daya manusia penduduk miskin dari segi penguatan persepsi, kemampuan dan kreativitasnya untuk menumbuhkan kemandirian dengan pendekatan keswadayaan, kegotong royongan, partisipasi dan kepercayaan pada diri sendiri. Kedua pendekatan tersebut, dipedomani melalui Panduan Inpres Desa Tertinggal yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan Departemen Dalam Negeri.

(32)

b. Kelembagaan Pelaksana Program IET

Tanggung Jawab Program IDT di tingkat Kabupaten/ Kotamadya menjadi tanggung Jawab Bupati/ Wakilotamadya Daerah Tingkat II. Tanggung Jawab Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cirebon dalam pelaksanaan program IDT, dengan memperhatikan Inpres Nomor 5 Tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan dan Intruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat II Jawa Barat Nomor 13 Tahun 1994 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan di Propinsi Jawa Barat. Sebagal tindak lanjutnya, maka Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cirebon mengeluarkan Intruksi Nomor 5 Tahun 1994 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon dalam rangka persiapan dan perencanaan program IDT dari segi kelembagaan pemerintah. Intruksi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cirebon tersebut ditujukan pada Ketua BAPPEDA, Asisten Administrasi Sekwilda, Kepala Instansi/Dinas/Badan Usaha/Lembaga, Para Pembantu Bupati, Camat Kepala wilayah yang memiliki Desa/Kelurahan tertinggal sesuai dengan tugasnya masing-masing untuk melaksanakan program peningkatan penanggulangan kemiskinan sesuai dengan petunjuk dalam Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1993.

Untuk mengintensifkan kelembagaan program IDT yang terorganisir dalam rangka upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pengentasan kemiskinan masyarakat di desa maupun peran serta semua pihak secara aktif baik dari

pemerintah maupun masyarakat, maka perlu adanya penanganan yang terpadu dalam bentuk Kelompok Kerja Operasional tingkat Kabupaten dan Kecamatan serta Kelompok Kerja tingkat desa maupun pendamping untuk membantu Bupati Kepala Daerah Tingkat

II Cirebon selaku penangung jawab program IDT di daerahnya.

Dibentuknya Kelompok Kerja Operasional ( POKJANAL ) melalui Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Nomor 147.121.12/SK.85-Bangdes/1994 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional ( POKJANAL ) Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan Tim Pembina LKMD Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. Pada dasarnya Kelompok Kerja Operasional tingkat

(33)

Kabupaten dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pembinaan sesuai dengan pedoman yang berlaku dalam rangka penanggulangan kemiskinan pada desa tertinggal. Sedangkan Kelompok Kerja Operasional tingkat Kecamatan dibentuk oleh Camat dan Kelompok Kerja tingkat Desa dibentuk oleh Kepala Desa. Adapun satuan kelembagaan Kelompok Kerja Operasional tingkat Kabupaten dan Kecamatan, Kelompok Kerja di tingkat Desa dan pendamping dalam rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan di desa-desa tertinggal Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon adalah sebagai berikut :

GAMBAR IV. 1.

SATUAN KELEMBAGAAN BIROKRASI PELAKSANA PROGRAM IDT KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

(34)

1. Tugas dan tanggung Jawab Bupati Kepala Daerah

a. Memadukan program sektoral dan regional dengan memberikan prioritas pada kegiatan pembangunan yang menunjang program IDT.

b. Melaksanakan pembinaan yang menyeluruh dan terpadu untuk keberhasilan program.

c. Merangkum laporan tahunan dari Camat menjadi laporan triwulan dan disampaikan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat.

d. Pemantauan dan pengendalian dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program di lapangan.

e. Mengadakan evaluasi pelaksanaan program IDT berdasarkan laporan bulanan dari Camat mengenai perkembangan penduduk miskin, penyerapan dana, perkembangan usaha anggota kelompok, pendapatan perumah tangga penerima program, jenis usaha dan hambatan serta permasalahan yang timbul. f. Dalam teknis pelaksanaannya, Bupati dibantu oleh Kepala

Kantor Pembangunan Masyarakat Desa.

2. Tugas dan Tanggung Jawab POKJANAL Kabupaten dan Kecamatan Kelompcife: Kerja Operasional Peningkatan Penanggulangan kemiskinan Tim Pembina LKMD tingkat Kabupaten dalam membantu Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cirebon selaku penanggwng jawab terdiri dari unsur Dewan Pembina dan Pengurus Harian. Sedangkan Kelompok Kerja Operasional dipimpin oleh Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa dan anggotanya instansi/dinas tingkat Kecamatan dalam rangka membantu Camat melaksanakan tugasnya.

Tugas dan tanggung jawab Kelopok Kerja Operasional adalah sebagai berikut :

a. Mengkomunikasikan program-program IDT mulai dari penyiapan masyarakat V tersehat sampai pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan program pengentasan kemiskinan.

b. Menciptakan jaringan kerjasama yang dinamis dan terpadu antar petugas instansi dalam pelaksanaan IDT.

(35)

c. Memfasilitasi kebutuhan pembinaan IDT dan kelancaran kelompok masyarakat sasaran dalam pelaksanaan kegiatan secara swadaya dan partisipasi.

d. Mengkoordlnasikan perencanaan dan pelaksanaan program sektor dengan kebutuhan pembangunan desa tertinggal yang mendukung keberhasilan kegiatan usaha Pokmas.

e. Menginventarisasi calon pendamping kelompok masyarakat sasaran pada setiap desa tertinggal dan menetapkan statusnya sebagai pendamping oleh masing-masing Camat.

f. Mengkoordinir penyusunan kriteria penduduk miskin untuk dibina melalui program IDT bersama ketua LKMD dan instansi

sektor.

g. Memonitor pelaksanaan seleksi dan penentuan kelompok masyarakat sasaran ( Pokmas ) dimasing-masing desa tertinggal.

h. Memantau dan membina Kelembagaan di tingkat desa/ kelurahan dan atau kecamatan.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Camat

Camat sebagai Kepala Wilayah Kecamatan mempunyai tugas dan tanggung «jawab :

a. Dibantu oleh Kasi FMD, Camat bertugas menyerasikan program-program IDT di desa- desa tertinggal dalam wilayah kerjanya, memantau dan menyusun laporan hasil pelaksanaannya.

b. Menginformasikan rencana program IDT di desa-desa tertinggal yang berada di wilayah kerjanya serta program-program sektoral dan regional yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program IDT kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II.

c. Membuat/menyusun laporan bulanan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II tentang informasi mengenai : nama desa, jenis usaha, jumlah kelompok, Jumlah KK yang menerima dana, alokasi dana, perkembangan penggunaan dana ( penerimaan dan pengeluaran ), serta masalah dan alternatif pemecahannya.

(36)

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Camat dapat meminta bantuan pendamping dan petugas lapangan dari berbagai dinas/instansi atau lembaga kemasyarakatan di kecamatan.

4. Tugas Dan Tanggung Jawab Kaei PMD Kecamatan

Kasi PMD Kecamatan berkewajiban membantu Camat dan bertanggung jawab untuk :

a. Melaksanaan pembinaan dan mengelola dana IDT di wilayahnya .. pemantauan ke kelompok-kelompok masyarakat. c. Membuat laporan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan

program IDT dalam wilayahnya dan mengirimkan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II.

Dalam rangka membina dan memanfaatkan dana program IDT, Kasi PMD Kecamatan bertugas antara lain :

a. Mengadakan pengenalan wilayah antara lain mengenai potensi wilayah, keadaan sosial ekonomi penduduk miskin serta keadaan prasarana dan sarana kerja.

b. Membina dan mengembangkan usaha dan kegiatan ekonomi masyarakat melalui forum musyawarah serta membina keserasian rencana kerja melalui forum koordinasi.

c. Mengadakan inventarisasi kegiatan-kegiatan yang akan dibiayai dengan program sektoral dan regional.

Untuk membina dan mengembangkan kelompok-kelompok masyarakat, Kasi PMS bertugas antara lain sebagai berikut :

a. Mengadakan inventarisasi kelompok-kelompok masyarakat dan membuat perencanaan pembinaan kelompok masyarakat tersebut.

b. Mengembangkan kelompok-kelompok masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin.

c. Mengadakan inventarisasi kebutuhan tenaga pendamping bagi setiap kelompok.

d. Bersama aparat desa, mengembangkan kualitas sumber daya manusia penduduk miskin di desa tertinggal.

e. Membina hubungan kerjasama antara kelompok di dalam satu desa dan antar desa serta dengan tokoh-tokoh masyarakat.

(37)

Dalam rangka mempersiapkan laporan bulanan, Kasi PMD bertugas sebagai berikut :

a. Mengembangkan sistem catatan harian dalam wadah kelompok yang mencakup : nama kelompok, jenis usaha kelompok, jumlah KK/anggota keluarga dalam kelompok serta rincian penerimaan dan pengeluaran kelompok.

b. Membina Kepala Desa melakukan pendataan, pencatatan penduduk miskin, penyerapan dana dan perkembangan usaha kelompok.

c. Bersama Kepala Desa dan Pendamping mengadakan pemantauan secara langsung dilapangan, terutama untuk mengetahui hambatan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok. 5. Tugas dan Tanggung Jawab Pendamping

Dalam melaksanakan program IPDT, Pendamping bertugas untuk :

a. Membina penduduk miskin dalam kelompok sehingga menjadi suatu kebersamaan yang berorientasi pada upaya perbaikan kehidupan.

b. Bertugas sebagai pemandu ( fasilitator ), penghubung ( komunikator ), dan penggerak ( dinamisator ) dalam pembentukan Kelompok Masyarakat Sasaran ( Pokmas ) IDT dan Pembimbing pengembangan kegiatan usaha kelompok.

Ruang lingkup tugas Pendamping adalah sebagai berikut :

a. Melalui prakarsa Kepala Desa, Pendamping memandu pembentukan Pokmas IDT melalui musyawarah RW / RT / Lingkungan/Dusun/Desa.

b. Membina Pokman IDT agar berfungsi sebagai wahana proses belajar, proses alih teknologi, pengambilan keputusan, mobilisasi sumber daya para anggota dan komunikasi antar anggota dengan petugas.

c. Bersama aparat Kecamatan dan Desa menyusun rencana peningkatan kualitas SDM anggota dan pengurus Pokmas IDT. d. Pengembangan informasi pasar, hasil dari masukan serta

ketersediaan teknologi.

(38)

lembaga-lembaga penelitian serta lembaga swadaya masyarakat.

f. Memantau permasalahan dan hambatan dalam pengembangan usaha para anggota Pokmas IDT.

g. Mengidentifikasi kebutuhan teknologi dan menginformasikan ke lembaga-lembaga penelitan atau lembaga lainnya.

Kegiatan utama Pendamping Kelompok Sasaran Masyarakat ( Pokmas ) IDT meliputi :

a. Memahami buku panduan IDT dan arahan Camat, prosedur pencairan dana, aspirasi dan usaha Pokmas yang dibina, merumuskan kebutuhan Pokmas, indentifikasi jenis sumber daya yang ada dan peluang peluang berusaha.

b. Menyusun jadwal kerja terlebih dahulu menyepakati dengan Kasi PMD, mengkonsultasikan dengan Kepala Desa serta LKMD. c. Membantu pendataan penduduk miskin.

d. Membantu pembentukan kelompok sasaran masyarakat (Pokmas) IDT.

e. Membimbing pilihan jenis dan mengembangkan mutu usaha. f. Memimbing perencanaan kegiatan usaha Pokmas IDT.

g. Mengusahakan bantuan teknis berupa : pengorganisasian, permodalan, pengembangan sumber daya manusia, jaringan kerja atas kegiatan sektoral ( pertanian, perikanan, perindustrian, perdagangan dsb

)-h. Membantu pencairan dana, membina kegiatan usaha dan pengguliran dana.

i. Membimbing penyusunan catatan Pokmas IDT dan membantu pelaporan kegiatan Pokmas Desa.

c. Persiapan dan Perencanaan Program IDT 1. Sosialisasi Program IDT

Pada tahap persiapan untuk pelaksanaan program IDT di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon diawalai atau dimulai dengan mengadakan sosialisasi atau internalisasi program. Manifestasi sosialisasi program berbentuk kegiatan Pelatihan bagi fasilitator tingkat Kabupaten, Kecamatan dan melakukan

(39)

Penyuluhan di tingkat Desa terhadap lembaga-lembaga desa, tokoh masyarakat, kelompok sasaran dan sebegalnya. Dalam rangka pemantapan kegiatan sosialisasi program dilakukan dengan diadakan rapat koordinasi, pertemuan berkala, dan ekspose rencana kegiatan dari unsur Dinas/Instansi/Lembaga baik tingkat Kabupaten maupun Kecamatan.

Pelatihan bagi fasilitator tingkat Kabupaten dilakukan dalam bentuk Pelatihan Pengelola IDT di tingkat Propinsi dan Pelatih Pembangunan Desa Terpadu. Pelatihan bagi fasilitator IDT tingkat Kecamatan dilakukan oleh Pelatih tingkat Kabupaten. Peserta pelatihan tingkat Kabupaten Cirebon untuk tiap Kecamatan 4 orang terdiri dari : Kasi PMD, Kesos dan 2 orang Kepala Dinas/Instansi Kecamatan yang telah melaksanakan Pelatihan UDKP/PT.KPD.LKMD. Penyelenggaraan latihan bagi fasilitator kecamatan pada tingkat Kabupaten dilakukan oleh Kantor PMD dibantu Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Sosial dan Bagian Kesra Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon selama satu Minggu. Metode pelatihan aplikatif program yang dibantu dengan

peragaan dan diskusi.

2. Pendataan KE Miskin dan Pembentukaan Pokmas

Mengadakkan pendataan keluarga miskin melalui LKMD dan Kepala Desa yang dibantu oleh pendamping, KPD dan tokoh masyarakat. Hasil pendataan tersebut dilaporkan olek Kepala Desa ditingkat Desa ke Kabupaten melalui Kecamatan masing-masing. rekapitulasi Jumlah penduduk miskin di seluruh desa

tertinggal pada Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon berjumlah 162.453 jiwa ( 34,17 % ) dari Jumlah penduduk seluruh desa tertinggal. Jumlah KK miskin di desa tertinggal 33.493 KK ( 31,00 % ) dan rencana jumlah Pokmas seluruhnya 1.445 Pokmas. Prioritas Pokmas tahun anggaran 1994/95 di desa tertinggal Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon berdasarkan rencana 730 Pokmas atau 50,73 % dari jumlah Pokmas, terdiri dari 19.344 KK atau 57,75 % jumlah KK miskin, dengan Jumlah 34.674 jiwa atau sekitar 21,34 % dari Jumlah penduduk miskin desa tertinggal.

(40)

3. Pembentukan Pendamping Program IDT

Untuk kelancaran pelaksanaan program IDT, terutama dari segi administrasi dan pemberdayaan dibentuk atau ditetapkan Pendamping dari unsur Dinas /Instansi Sektoral Kecamatan dan Tokoh Masyarakat sejumlah 208 orang melalui Surat Keputusan Camat dilokasi Kecamatan masing-masing ( 22 Kecamatan ) Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. Selain itu, terdapat pendamping droping atau yang ditugaskan di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon yang disebar pada desa IDT dari Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen untuk ditempatkan ditingkat Desa yaitu : a). 3 orang Sarjana Pendamping Purna Waktu ( SP2W ), b). 10 orang Sarjana Penggerak Pembangunan Pendesaan ( SP3) , c). 5 orang Tenaga Kerja Muda Mandiri Profesional Sarjana ( TKPMPS) dan d). 8 orang Petugas Sosial Kemasyarakatan ( PSK ) sehingga keseluruhannya berjumlah 28 orang.

4. Struktur Desa Tertinggal di Kabupaten DT II Cirebon a. Jumlah Desa Tertinggal dan Penduduk Miskin

Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon memiliki 424 Desa yang terdiri dari 132 Desa Miskin ( 29,01 % ) dan 301 Desa Non Miskin ( 70,99 % ). Dari sejumlah 123 Desa miskin tersebut terbagi pada desa miskinyang bersifat Pedesaan 50 Desa (40, 7 % ) dan Perkotaan 73 Desa ( 59,3 % ).

TABEL IV.6

JUMLAH DESA MISKIN PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

No. JENIS DESA DESA MISKIN TIDAK MISKINM JUMLAH

1. Perkotaan 73 66 139

2. Pedesaan 50 235 285

T o t a l 123 301 424

(41)

Sebaran desa miskin terdapat pada 22 Kecamatan dari seluruh 23 kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. Sebaran desa tertinggal yang bersifat pedesaan dan perkotaan, pada umumnya tersebar di wilayah kecamatan sebelah Timur, Tengah dan Barat Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon yaitu :

TABEL. IV. 7.

DESA TERTINGGAL PERKOTAAN DAN PEDESAAN KAB. CIREBON TAHUN 1995 No. Kecamatan Jumlah Desa/Kel.Miskin Desa Miskin No. Kecamatan Jumlah

Desa Kelurahan Pedesaan Perkotaan

1. Beber 18 1 — 1 — 2. Cirebon Selatan 13 5 - 2 3 3. Cirebon Barat 16 7 - - 7 4. Cirebon Utara 15 - - - -5. Sumber 16 4 - - 4 6. Lemah Abang 19 2 — - 2 7. Sedong 12 1 - - 1 8. Astanaj apura 23 5 - - 5 9. Clledug 22 10 - 1 9 10. Arjawinangun 15 6 - - 6 11. Susukan 12 2 - 2 -12. Mundu 11 7 - 4 3 13. Weru 23 11 - 2 9 14. Klangenan 18 7 - - 7 15. Palimanan 18 9 - 2 7 16. Losari 18 4 - 3 1 17. Karangsembung 22 4 - 2 2 18. Babakan 27 4 - 3 1 19. Gegesik 13 3 - 3 -20. Kapetakan 21 4 - 2 2 21. Waled 19 12 - 11 1 22. Plumbon 29 10 - 2 8 23. Ciwaringin 15 5 — 4 1 T o t a 1 424 123 - 50 73

(42)

Gejala terjadinya desa tertinggal perkotaan dan pedesaan karena faktor geografis, demografi, pedalaman, pantai, kritis dan terisolir termasuk desa tersebut penduduknya berpendidikan rendah akibat sebagian besar penduduknya miskin. Sedangkan Kecamatan yang memiliki banyak desa tertinggal, karena disebabkan oleh jauh pada pusat kota kecamatan, wilayah pertanian lahan kering dan nelayan seperti Kecamatan Cirebon Barat, Waled, Mundu, Ciledug, Palimanan dan Weru. Jumlah penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan pada desa tertinggal yang berada pada 123 desa di 22 Kecamatan sebanyak 162.453 jiwa ( 34,17 % ) dengan jumlah 33.493 Kepala Keluarga dari seluruh penduduk desa tertinggal di Kabupaten Cirebon. Penduduk miskin di desa tertinggal sekitar 9,8 % dari jumlah penduduk Kabupaten Cirebon sebanyak 1.651.790 jiwa. Sedangkan penduduk miskin di Jawa Barat 4,8 Juta atau 13,9 % dari keseluruhan jumlah penduduknya. Penduduk miskin di Kabupaten Cirebon lebih rendah dari Propinsi Jawa Barat termasuk di Indonesia sekitar 15,2 %. Berarti Kabupaten Cirebon memiliki penduduk miskin yang sedikit dari Kabupaten Lebak, Pandeglang dan Serang serta lainnya di Jawa Barat baik dilihat dari persentase penduduk dan jumlah desanya. Dilihat dari jumlah absolut desanya relatif tinggi karena penduduk miskin pada desa tertinggal di Kabupaten Cirebon termasuk banyak.

h.Kelompok Masyarakat Miskin 1 FofrglftfS X

Dana bantuan dalam rangka program IDT untuk penduduk miskin, setiap desa sebesar Rr. 20.000.000,- dan diberikan pada Kelompok Sasaran Masyarakat ( KSM ) yang disebut Kelompok Masyarakat C Pokmas ). Pokmas yang mendapatkan dana IDT setiap desa maksimal 20 kelompok yang terdiri dari satuan Kepala Keluarga ( KK ). Setiap kelompok masyarakat miskin terdiri maksimal 30 Kepala Keluarga. Pembentukan kelompok masyarakat miskin didasarkan pada keluarga miskin dengan menggunakan kriteria setempat dan dibahas dalam musyawarah desa melalui wadah LKMD. Pembentukkannya diprakarsai oleh Kepala Desa dengan dibantu LKMD, PKK, KPD dan para pemuka serta tokoh masyarakat

(43)

setempat. Pendataan keluarga miskin dilaksanakan oleh Kepala Desa/ Lurah dibantu oleh unsur tersebut tadi mulai dari Tingkat RT/ RW, Dusun/Lingkungan sampai tingkat Desa dengan memperhatikan rujukan sebagai berikut:

a. Kebutuhan keluarga miskin untuk meningkatkan kesejahteraan;

b. Menghindari pembentukan yang dipaksakan;

c. Kegiatan sosial ekonomi yang bersifat produktif, pemupukan modal dan tabungan sehingga memberikan manfaat ekonomis;

d. Kelompok yang dapat dibina dan kembangkan oleh aparat desa.

Mekanisme penyusunan rencana kegiatan Pokmas dilakukan pada setiap desa tertinggal yang jumlahnya 123 desa di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. Teknis penyusunannya melalui musyawarah kelompok yang dibantu oleh para Pendamping, KPD, Kader Teknis, Tokoh Masyarakat, PKK Desa selaku fasilitator, komunikator dan dinamisator. Jenis usaha Kelompok Masyarakat ditentukan oleh anggota kelompok yang dipimpin oleh ketua kelompok berdasarkan keahlian yang dikuasai serta memanfaatkan dan menggunakan bahan baku yang mudah didapat pada

lokasi desa tertinggal. Jenis usaha yang dipilih setiap kelompok bervariasi dan dikelompokkan pada dua macam usaha yaitu : a) Usaha bersama kelompok masyarakat sasaran, dan b) usaha keluarga yang tergabung dalam kelompok.

GAMBAR.IV.2.

(44)

Jenis kegiatan usaha yang telah dipilih anggota Pokmas atas dasar kesepakatan kelompok dituangkan dalam Daftar Usulan Kegiatan ( DUK ) yaitu DUK-1. DUK-1 merupakan perencanaan dan urutan kegiatan, termasuk penyusunan anggaran, penjadwalan, dan penanggung jawabnya. DUK-1 setelah dimusyawarahkan dalam forum musyawarah LKMD, direkapitulasi oleh Kepala Desa yang dituangkan dalam DUK-2 sebagai bahan pembahasan di tingkat Kecamatan melalui Diskusi UDKP. Kemudian setiap kegiatan usaha kelompok dituangkan dalam Daptar Isian Kegiatan Kelompok ( DIKK

) yang disyahkan oleh Camat. Setiap kelompok membuat DUK-1, DUK-2 dan Daftar Isian Kegiatan Kelompok ( DIKK ) di desanya.

Gambar

TABEL IV.2
TABEL IV.4. WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN CIREBON TAHUN 1995  NO. KEWEDANAAN  KECAMATAN PERWACAM KELURAHAN DESA  JML
TABEL IV.5
GAMBAR IV. 1.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

schachtii female population densities were similar in suppressive and conducive soil in the ®rst nematode generation, but remained low in the suppressive soil compared to

Jumlah jam kerja yang tersedia untuk pembuatan meja dan kursi adalah 240 jam?. per minggu sedang jumlah jam kerja untuk pengecatan adalah 100 jam per

Po$a Konstruksi 1 Unit Layanan Pengadaan (ULP) IGbupaten Barito Tmur mengundang calon. penyedia jasa berikut untuk menghadiri pembuktian kualifikasi untuk

Tabel 3.3 Lembar Observasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran Menulis Eksposisi dengan Model Berpikir Induktif yang Berorientasi pada Kecerdasan Interpersonal ……… 47. Tabel 3.4

Kondisi optimum penentuan nitrit dengan metode ekstraksi-spektrofotometri sebagai kompleks 4-(4- nitrobenzenazo)-1-aminonaftalen dengan n-amil alkohol adalah : (1) Panjang

Nilai uang sebagai manfaat ekonomi dari usaha yang diperkirakan akan diterima di masa yang akan datang tidak sama dengan nilai uang yang. diterima sekarang, karena adanya faktor

21 STAIN WATAMPONE HUKUM TATANEGARA ISLAM S1 √ 22 STAIN ZAWIYAH CUT KALA LANGSA TADRIS MATEMATIKA S1 √ TADRIS BAHASA INGGRIS S1 √. 23 UIN JAKARTA PAUD