• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan Awal Kemerdekaan

Dalam dokumen Rangkuman Materi Sejarah Indonesia (Halaman 78-83)

SEMOGA SUKSES PAT NYA REKKK!!!!!

A. Tantangan Awal Kemerdekaan

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan karena Belanda dan sekutunya masih berusaha untuk Kembali merebut wilayah Indonesia.

1. Kondisi Awal Indonesia

Kondisi politik di awal kemerdekaan masih belum stabil karena pihak belanda yang berada dibelakang tentara sekutu kembali mecoba merebut kembali wilayah indonesia sehingga bangsa indonesia harus aktif mencari dukungan negara luar dalam membantu mengakui kedaulatan dan pemerintahan indonesia

Sedangkan kondisi ekonomi sangat buruk karena pada masa penjajahan masih dikuasai pemerintahan jepang sehingga banyak masyarakat atau tokoh didaerah yang menyumbangkan harta bendanya untuk membantu pemerintahan indonesia dan pemerintahan budaya jepang diganti dengan sistem ekonomi indonesia pada saat itu yaitu sentralisasi

2. Kedatangan Sekutu dan Belanda

Seiring dengan kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia II atas Jepang, pasukan Sekutu datang dan mendarat di Indonesia yang sebelumnya diduduki oleh pasukan Jepang. Pasukan Sekutu ini disebut dengan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies).

Pasukan Sekutu ini awalnya bertujuan untuk melucuti pasukan Jepang di Indonesia dan mengembalikan pasukan Jepang ke negaranya. AFNEI juga bertugas menjaga perdamaian, membebaskan orang Belanda dan Eropa lainnya yang sebelumnya ditahan Jepang, serta mengadili pasukan jepang yang diduga melakukan kejahatan perang selama pendudukan Indonesia.

Namun kemudian pasukan Sekutu membebaskan dan mempersenjatai para tahanan Belanda, dan membantu Netherlands Indies Civil Administration (NICA) untuk

membentuk kembali pemerintahan Hindia Belanda dan menjadikan kembali Indonesia sebagai wilayah jajahan Belanda.

Tujuan kedatangan pasukan Sekutu di Indonesia adalah:

• Menerima penyerahan diri, melucuti dan mengembalikan pasukan Jepang di Indonesia ke negaranya

• Membebaskan tahanan perang yang ditawan oleh Pasukan Jepang • Menciptakan perdamaian di wilayah yang sebelumnya diduduki Jepang • Mengadili pasukan Jepang pelaku kejahatan perang dalam Perang Dunia II

3. Merdeka Atau Mati

a) Pertempuran Surabaya

Pertempuran arek-arek Surabaya dengan pihak Sekutu bersama NICA diawali oleh insiden bendera di Hotel Yamato, Surabaya, tanggal 19 September 1945. Salah seorang tentara Belanda menurunkan bendera merah putih lalu menggantinya dengan bendera Belanda. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Arek-arek Surabaya menurunkan bendera Belanda dan merobek warna biru agar menjadi warna bendera Indonesia.

Selain peristiwa perobekan bendera, kedatangan pasukan Sekutu ke Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby memicu kemarahan arek-arek Surabaya. Hal ini terjadi karena tentara Sekutu membebaskan tahanan di penjara di Kalisosok, menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, dan Gedung Internatio. Para pemuda pun melawan dan menimbulkan pertempuran bersenjata yang menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby.

Peristiwa ini kemudian membuat hubungan Inggris dan Indonesia merenggang, sehingga Inggris mengeluarkan ultimatum agar para pemuda menyerah paling lambat 10 November 1945 pukul 06.00. Namun, para pemuda Surabaya tetap bertempur membela tanah kelahirannya. Tokoh yang sangat berperan dalam membakar semangat pada pemuda saat itu adalah Bung Tomo. Hampir tiga minggu para pemuda mempertahankan Surabaya hingga banyak korban jatuh akibat pertempuran ini. Untuk mengenang peristiwa ini kemudian setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

b) Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa disebabkan karena adanya penindasan dan teror terhadap penduduk Magelang yang menimbulkan perlawanan dari TKR. Perlawanan ini terjadi sejak 23 November 1945 hingga 12 Desember 1945, dengan dipimpin oleh Imam Adrongi dan Letkol M. Sarbini. Pertempuran Ambarawa berhasil memukul mundur pasukan Sekutu dan NICA ke Ambarawa, lho! Letkol Isdiman, Mayor Suharto, dan Kolonel Sudirman juga ikut terlibat dalam pertempuran Ambarawa. Pasukan Sekutu dan NICA yang terdesak pada tanggal 15 Desember 1945 akhirnya meninggalkan daerah Ambarawa dan menandai berakhirnya pertempuran Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa ini setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri.

c) Bandung Lautan Api

Pada bulan Oktober 1945, pasukan Sekutu dan NICA mulai datang serta melakukan pendudukan terhadap kota Bandung. Pasukan Sekutu dan NICA segera mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Bandung untuk menyerahkan senjata milik mereka sehingga memicu kemarahan. Pertempuran bersenjata kemudian berlangsung selama kurun waktu November 1945-Maret 1946.

Puncak pertempuran terjadi ketika tanggal 23 Maret 1946, pihak Sekutu dan NICA mengeluarkan ultimatum untuk mengosongkan kota Bandung. Komandan Divisi III Siliwangi A.H. Nasution bersama pemuda mengambil inisiatif untuk mengosongkan kota Bandung dan membakar seluruh kota beserta infrastruktur penting pemerintahan ataupun militer pada tanggal 24 Maret 1946. Salah satu tokoh yang berperan dalam pertempuran ini adalah Moh. Toha yang harus gugur ketika berupaya meledakkan gudang mesiu milik NICA di Bandung Selatan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Peristiwa Bandung Lautan Api.

d) Pertempuran Medan Area

Pertempuran Medan Area terjadi karena beberapa peristiwa. Pertama adalah insiden yang dilakukan oleh salah satu penghuni hotel di Jalan Bali, Medan tanggal 13 Oktober 1945, yang menginjak lencana merah putih. Para pemuda Indonesia yang marah kemudian menyerang hotel tersebut sehingga timbul banyak korban.

Kedua adalah adanya ultimatum dari pimpinan tentara Sekutu di Sumatera Utara yaitu T.E.D. Kelly tanggal 18 Oktober kepada rakyat Indonesia untuk menyerahkan senjatanya kepada Sekutu. Hal ini memicu perlawanan antara rakyat Medan dengan sekutu. Terlebih pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan.

Peristiwa ini menimbulkan pertempuran yang lebih besar antara rakyat Medan melawan Sekutu. Sekutu bersama NICA melancarkan aksi besar-besaran sejak 10 Desember 1945, serta mengusir dan menindas rakyat Indonesia. Rakyat Medan merespon pada tanggal 10 Agustus 1946 dengan membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area untuk melanjutkan perlawanan terhadap Sekutu dan NICA. Pertempuran Medan Area berakhir tanggal 1 Desember 1946 setelah pihak NICA mengajukan gencatan senjata kepada pihak Republik.

e) Puputan Margarana

Sejak Maret 1946, Belanda berhasil menduduki beberapa daerah di Bali. Perlawanan muncul dibawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai dibantu oleh TRI-Laut Kapten Markadi. Pada masa itu, Indonesia telah menyepakati perjanjian Linggarjati dimana secara de facto wilayah Indonesia hanya terdiri dari Sumatera, Jawa dan Madura. Ngurah Rai tetap berusaha mengusir Belanda dari Bali dengan melakukan long march dan bergerilya melawan musuh.

Puncak serangan pasukan Belanda terjadi tanggal 20 November 1946. Pasukan Belanda mengepung desa Marga tempat I Gusti Ngurah Rai bersembunyi. Walaupun terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara tentara Indonesia dan Belanda, I Gusti Ngurah Rai tetap bertempur hingga titik darah penghabisan. Pada 29 November 1946, Ngurah Rai gugur dalam pertempuran melawan Belanda. Pertempuran sengit antara

Belanda dan tentara Indonesia di Bali dikenal dengan Perang Puputan (pertempuran habis-habisan)

f) Merah-Putih Manado

Merah-Putih Manado merupakan peristiwa konflik bersenjata yang terjadi antara masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara dan Pasukan Sekutu yang tiba di Manado bersama dengan Nederlandsch-Indie Civiele Administratie (NICA) yang berupaya untuk mendirikan kembali pemerintahan kolonial Belanda di Sulawesi.Pasca deklarasi kemerdekaan Indonesia dinyatakan di Batavia, rakyat Minahasa melucuti senjata pasukan Jepang dan membentuk pemerintahan sementara untuk mengisi kekosongan kekuasaan. Pada Bulan September 1945, pasukan Sekutu dan NICA tiba di kota Manado. Salah satu dekrit yang mereka keluarkan adalah larangan mengibarkan bendera Merah-Putih di seluruh wilayah Minahasa. Hal ini memicu perlawanan secara gerilya oleh rakyat Minahasa yang berakhir dengan diasingkannya Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob "Sam" Ratulangi ke Papua pada tahun 1946.

g) Perlawanan rakyat Makassar

Perlawanan rakyat Makassar ini membuat mengirimkan pasukan elit Depot Speciale Troepen (DST, pendahulu Korps Speciale Troepen/KST) di bawah kepemimpinan Kapten Raymond Westerling. Sepanjang Bulan Desember 1946, DST berhasil menumpas perlawanan rakyat Makassar melalui metode-metode seperti eksekusi mati para oknum yang dicurigai sebagai pemberontak, pengepungan desa dan relokasi paksa, serta langkah-langkah lainnya yang dijuluki ‘Metode Westerling’. Dalam operasi kontra-insurgensi (melawan para pemberontak) ini, tokoh-tokoh seperti Raymond Wolter Monginsidi gugur di tangan Belanda.

h) Pertempuran lima hari di Semarang

Hingga bulan Oktober 1945, pasukan Jepang masih tetap berada di Kota Semarang. Mereka juga masih melancarkan serangan terhadap beberapa kubu TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang bertujuan untuk membebaskan orang-orang Jepang yang masih dalam penahanan.

Sementara itu, tersiar kabar bahwa Jepang meracuni sumber air minum di wilayah Candi Semarang. Oleh sebab itu, Dr. Karyadi memeriksa sumber air yang diracuni oleh Jepang tersebut. Pada saat itu, ia menjabat kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Pusara) di Semarang. Namun naas, ia kemudian dibunuh tentara Jepang. Terbunuhnya dr. Kariadi ini menyulut kemarahan pemuda. Akibatnya, terjadi pertempuran di Simpang Lima, Tugu Muda dan sekitarnya.

Kurang lebih 2000 pasukan Jepang yang dikomandoi oleh Mayor Kido berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Pertempuran ini berlangsung selama 5 hari, 15 – 19 Oktober 1945. dan dihentikan setelah adanya gencatan senjata. namun Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi yang menjadi salah satu korban namanya kemudian diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota Semarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.

Dalam dokumen Rangkuman Materi Sejarah Indonesia (Halaman 78-83)

Dokumen terkait