Rangkuman Materi Sejarah Indonesia
A. Asal Mula Penjajahan Jepang di Indonesia
Jepang menyerang Pangkalan Laut Amerika Serikat pada 7 Desember 1941 di pelabuhan Pearl Harbour. Penyerangan ini bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan sekutu (Amerika Serikat, Inggris dan Belanda) yang diperkirakan akan menjadi ganjalan bagi ekspansi Jepang di Asia. Serangan tersebut mampu menenggelamkan dan merusak 21 kapal Armada AS dan menewaskan 2.403 tentara AS, sementara 1.178 orang mengalami luka-luka. Serangan ini menjadi titik awal terjadinya perang di kawasan Asia Pasifik dan menjadi salah satu sebab khusus terjadinya Perang Dunia II. Lalu, pada tanggal 8 Desember 1941, Kongres AS dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pun mengumumkan pernyataan perang terhadap Jepang.
Pada tanggal 11 Januari 1942, tentara Jepang Right Wing Unit dan pasukan Angkatan Laut Kure yang berjumlah 20.000 mendarat di pantai timur wilayah Tarakan, Kalimantan Timur. Terjadilah pertempuran dengan Belanda yang sebelumnya memang sudah menduduki wilayah ini. Dalam pertempuran ini, Belanda berusaha bertahan dengan 1.300 serdadu Batalion VII Koninklijk Nederansch Indisch Leger (KNIL) dengan beberapa kapal perang ringan, pesawat tempur, dan bomber.
Akhirnya, pasukan KNIL menyerah pada tanggal 12 Januari 1942. Lebih dari setengah pasukan Belanda gugur dalam pertempuran ini. Dengan demikian, Tarakan merupakan wilayah pertama yang jatuh ke tangan Jepang. Kemudian, Jepang pun mulai menguasai wilayah Balikpapan, Samarinda, Pontianak, Banjarmasin dan Palembang.
Setelah daerah luar Jawa dikuasai, Jepang kemudian memusatkan penyerangannya di Pulau Jawa karena Pulau Jawa merupakan pusat dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pada bulan Februari-Maret 1942, Jepang melakukan serangan laut besar-besaran ke Pulau Jawa. Lalu, tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus yaitu di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah). Pertempuran Laut Jawa pun terjadi antara armada laut Jepang dan armada gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Akhirnya, tanggal 5 Maret 1942 Batavia pun jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke kota-kota lain di Jawa sehingga dengan mudah kota-kota tersebut jatuh ke tangan Jepang.
Pada tanggal 8 Maret 1942, dilakukan perundingan antara pihak Belanda, Letnan Jenderal Ter Poorten, dan pihak Jepang, Jenderal Hitoshi Imamura beserta Gubernur Jenderal A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Hasilnya, tercapai Kapitulasi Kalijati yang menandai berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia yang digantikan oleh pihak Jepang.
B. Organisasi Militer Jepang yang didirikan di Indonesia
Organisasi Militer Jepang yang pertama adalah Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
Heiho adalah pasukan bentukan tentara Jepang yang berkedudukan di Indonesia atas instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang. Pasukan Heiho terdiri dari bangsa Indonesia dan dibentuk pada 2 September 1942. Kemudian pada 22
April 1943, tentara Jepang mulai melakukan perekrutan. Rata-rata anggota Heiho adalah para pemuda usia 18-25 tahun. Mereka direkrut sebagai pembantu prajurit Jepang.
Tugas Heiho
1. Membangun kubu dan parit pertahanan 2. Menjaga tahanan
3. Melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar lainnya untuk membantu militer jepang
Organisasi militer yang kedua adalah Pembela Tanah Air (Peta)
PETA atau Tentara Sukarela Pembela Tanah Air, merupakan kesatuan militer yang dibuat Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. PETA dibentuk tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pembentukan PETA diawali oleh surat Raden Gatot Mangkupraja kepada Gunseiken (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943.
Selain organisasi militer, Jepang juga mendirikan organisasi-organisasi semi militer di Indonesia, antara lain:
1. Seinendan (Barisan Pemuda)
Organisasi seinendan ini berdiri tanggal 9 Maret 1943. Anggotanya para pemuda berumur 14-22 tahun. Tujuannya mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah air Indonesia.
2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan dibentuk tanggal 29 April 1943. Anggotanya berumur 23-25 tahun. Tujuannya untuk membantu tugas-tugas kepolisian.
3. Fujinkai (Himpunan Wanita)
Organisasi ini dibentuk bulan Agustus 1943. Anggotanya para wanita berumur 15 tahun ke atas.
4. Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa)
Jawa Hokokai dibentuk tahun 1944. Tujuannya untuk mengarahkan rakyat agar berbakti sepenuhnya kepada Jepang demi tercapainya kemenangan dalam Perang Asia Timur Raya. Anggotanya minimal berumur 14 tahun. Tugasnya adalah mengumpulkan pajak, upeti, dan hasil pertanian.
Organisasi ini dibentuk tanggal 14 September 1944 dan diresmikan tanggal 25 September 1944. Tujuannya untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat. Tokoh yang menjadi anggota Syuisintai adalah Bung Karno, Otto Iskandardinata, dan R.P. Suroso.
C. Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang
Banyak masyarakat yang menderita saat wilayahnya dikuasai oleh Jepang. Hal ini dikarenakan, mereka dipaksa untuk membuat parit, membuat jalan, membuat lapangan terbang, dan masih banyak lagi, mereka dipaksa oleh Jepang menjadi Romusha. Kalian tahu nggak apa itu romusha? Romusha artinya buruh atau pekerja, adalah sebutan bagi orang-orang yang dipekerjakan secara paksa oleh Jepang pada saat Jepang menduduki Indonesia.
Tapi apakah masyarakat kita diam saja? Tentu saja tidak. Bangsa kita kemudian mencoba untuk membuat berbagai siasat untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang. Masyarakat kita pada waktu itu tidak terima terus menerus dijadikan romusha, sedangkan hasilnya yang menikmati adalah Jepang. Nah, mulailah bangsa kita dengan strateginya melalui organisasi-organisasi yang dibentuk oleh Jepang, dan juga melalui gerakan-gerakan bawah tanah. Bentuk perlawanan rakyat Indonesia yang berbeda dilakukan oleh bangsa kita, akan tetapi tujuan dan cita-cita perjuangan mereka tetaplah sama, mencapai kemerkedaan Indonesia.
Perjuangan melalui organisasi merupakan jalan damai yang ditempuh untuk menghindari korban jiwa dari rakyat. Perjuangan melalui gerakan bawah tanah adalah perlawanan
menggunakan senjata. Beberapa tokoh memiliki semboyan “Cinta kedamaian tetapi lebih
cinta kemerdekaan”. Mereka menganggap perlawanan bersenjata akan lebih cepat
mewujudkan kemerdekaan.
Beberapa wilayah yang dikuasai oleh Jepang dan mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia diantaranya:
1) Perlawanan di Aceh
Aceh menjadi salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat Aceh diperlakukan dengan sewenang-wenang dan mengalami penderitaan yang cukup lama karena banyak rakyat Aceh yang dikerahkan untuk Romusha. Akibat hal itu, pada 10 November 1942 terjadi penyerangan terhadap Jepang di Cot Plieng, penyerangan tersebut dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil yang merupakan seorang guru mengaji di Cot Plieng. Sebanyak dua kali Jepang berusaha menaklukan wilayah Cot Plieng, dua-duanya pun berhasil digagalkan oleh rakyat Aceh dengan serangannya, dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah Lhokseumawe. Kemudian pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, dan Tengku Abdul Jalil harus gugur di tempat saat sedang beribadah. Kebencian rakyat pun semakin bertambah.
2) Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Singaparna, Tasikmalaya, menjadi salah satu wilayah yang berhasil di duduki oleh Jepang. Pada masa itu, rakyat Singaparna dipaksa untuk mengikuti upacara Seikerei. Upacara
Seikerei merupakan upacara penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk kearah matahari terbit. Dengan cara seperti ini, masyarakat Singaparna merasa sangat dipermalukan dan dilecehkan. Selain itu, mereka juga merasa menderita karena diperlakukan secara sewenang-wenang dan kasar oleh Jepang. Akibatnya, pada bulan Februari 1944, rakyat Singaparna melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pasukan perlawanan dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Akan tetapi Jepang berhasil menangkap Kiai Zainal Mustofa pada tanggal 25 Februari 1944, dan pada tanggal 25 Oktober 1944, Kiai Zainal harus menghentikan perjuangannya setelah beliau dihukum mati.
3) Perlawanan di Indramayu
Indramayu mendapatkan perlakuan yang sama oleh Jepang, masyarakat Indramayu dipaksa menjadi romusha, bekerja di bawah tekanan dan diperlakukan secara sewenang-wenang. Oleh karena itu, masyarakat Indramayu juga melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan pada bulan April 1944. Selanjutnya beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
4) Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)
Perlawanan juga terjadi di Blitar. Pada tanggal 14 Februari 1945 terjadi pemberontakan yang dilakukan para tentara PETA (Pembela Tanah Air) di bawah pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Selain di keempat wilayah tersebut, perlawanan juga terjadi di beberapa wilayah lain di Indonesia. Sekarang kalian tahu 'kan bagaimana bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terhadap Jepang? Meskipun rentang waktu pendudukannya jauh lebih sebentar dari Belanda, perlakuan Jepang sungguh tidak manusiawi dan menimbulkan trauma mendalam bagi masyarakat Indonesia.
D. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
Bermula sejak jatuhnya Tarakan kepada Jepang, untuk waktu tepatnya itu pada tanggal 11 Januari 1942 sampai 15 Agustus 1945. Pada saat itu Jepang berhasil mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia, bahkan juga para penduduknya. Dampak pendudukan Jepang di Indonesia juga berdampak pada aspek lainnya.
a. Kehidupan Ekonomi Zaman Jepang
Perlu kalian ketahui, sejak lama bala tentara Jepang memang sudah mengincar Indonesia. Ada dua faktor yang membuat Jepang tertarik dengan Indonesia, yaitu karena melimpahnya sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
Nah, kalian tahu nggak sih kalau dulu itu, perekonomian Indonesia bercorak ekonomi perang, tepatnya pada masa pendudukan Jepang. Ciri-ciri ekonomi bercorak perang itu ketika adanya pengaturan, pembatasan, dan penguasaan faktor-faktor produksi oleh pemerintah militer.
Seluruh kegiatan ekonomi dan pembangunan kemudian diambil alih oleh pemerintah pendudukan Jepang. Dengan mengeluarkan Undang-undang No. 22 Tahun 1942, pemerintah pendudukan Jepang menyatakan bahwa pemerintah militer (Gunseikan) langsung mengawasi perkebunan, sedangkan perkebunan-perkebunan yang tidak ada kaitannya dengan perang, ditutup. Namun sebaliknya, untuk perkebunan gula, jarak, karet, teh, dan kina terus diberdayakan untuk perang. Hal itu dikarenakan komoditas ini sangat mendukung Jepang dalam menyiapkan akomodasinya dalam berperang.
Kemudian pada bidang perbankan, Jepang mendirikan bank-bank setelah melikuidasi bank-bank peninggalan Belanda. Adapun bank-bank yang didirikan yaitu Mitsui Ginko, Taiwan Ginko, Yokohama Ginko, dan Kana Ginko.Nah, Jepang sendiri pernah mengalami defisit lho, semua itu akibat pembangunan bidang militer. Demi “Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”, perekonomian penduduk harus dikorbankan hingga lumpuh.
Cara yang dilakukan termasuk kejam lho. Bayangin aja ya, pada saat itu penduduk dipaksa menyerahkan tenaganya serta hasil bumi mereka. Akibat hal itu, penduduk mulai kekurangan gizi, kesengsaraan mulai merajalela di berbagai daerah, kesehatan jauh menurun, dan mayoritas penduduk mengalami penderitaan.
b. Kehidupan Sosial Zaman Jepang
Jepang yang pada waktu itu sedang terlibat dalam perang dunia ke-2, kemudian mererapkan beberapa kebijakan dalam rangka kepentingan perangnya. Pertama, Jepang melarang seluruh kebudayaan Barat masuk ke dalam wilayah Indonesia. Kedua, Jepang menginginkan bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa resmi dalam pengantar pendidikan, tentunya untuk menggantikan bahasa Belanda. Ketiga, sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial yang merupakan warisan penjajahan Belanda, harus dihapus.
Pendidikan zaman Jepang antara lain :
1. Kokumin Gakko atau Sekolah Rakyat (lama studi enam tajn)
2. Shoto Chu Gakko atau Sekolah Menengah Pertama (lama studi tiga tahun). 3. Koto Chu Gakko atau Sekolah Menengah Tinggi (lama studi tiga tahun).
4. Pendidikan kejuruan bersifat vokasional seperti pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
5. Pendidikan tinggi.
Sistem pendidikan sewaktu penjajahan Jepang berbeda lho dengan yang sekarang kita rasakan. Dahulu itu pendidikannya bercirikan militerisme, kalian tahu seperti apakah itu? Jadi, setiap pagi seluruh siswa diwajibkan untuk menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (Kimigayo), kemudian juga mengibarkan bendera kebangsaan Jepang (Hinomaru) dan harus menghormat Kaisar Jepang (Seikirei).
Selain harus melakukan rutinitas upacara seperti itu, siswa-siswi zaman penjajahan Jepang juga harus melakukan Dai Toa, yaitu sumpah setia pada cita-cita Asia Raya dan wajib melakukan senam Jepang (Taiso). Kemudian mereka harus latihan fisik kemiliteran. Itu dampak-dampak yang dialami bangsa Indonesia saat masa pendudukan Jepang. Selain itu, para pemuda dan orang tua pada waktu itu diwajibkan menjadi romusha untuk mengerjakan proyek Jepang atau medan perang. Ribuan romusha dikerahkan dari Pulau Jawa ke luar Jawa, bahkan ke luar wilayah Indonesia. Ribuan romusha dari berbagai daerah di Indonesia dikirim ke berbagai medan perang. Akibatnya banyak dari rakyat Indonesia yang gugur.
Peranan Para Tokoh dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia 1. Dari Hirosima, Nagasaki, hingga Rengasdengklok
Amerika melakukan penjatuhan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Bom atom tersebut memiliki nama Little Boy (Hiroshima) dan Fat Man
(Nagasaki) da diangkut oleh pesawat B-29. Pengeboman tersebut memiliki dampak yang luar biasa mengingat dua kota tersebut adalah kota yang penting baik dalam perindustrian maupun militer Jepang. Pengeboman brutal tersebut memakan korban langsung setidaknya 70.000 orang baik militer maupun sipil sekaligus meratakan kedua kota tersebut dengan singkat dan juga menyebabkan 300.000 orang tewas dalam kurun waktu 6 bulan berikutnya. Pengeboman tersebut menjadi faktor penting penyerahan Jepang kepada Sekutu.
Akibat pengeboman itu juga, Panglima Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara, Jenderal Hisaichi Terauchi menyetujui dibentuknya Dokuritsu Junbi Iinkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI dibentuk setelah BPUPKI dibubarkan dan diketuai oleh Ir. Soekarno dengan wakilnya Mohammad Hatta. PPKI beranggotakan 21 orang dan semuanya adalah orang Indonesia. Selanjutnya, pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta serta Dr. Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat, Vietnam untuk menemui Jenderal Terauchi. Tanggal 14 Agustus 1945, ketiganya kembali dari Dalat.
Pada tanggal yang sama, Sutan Sjahrir berhasil mendapatkan kabar penyerahan Jepang kepada Sekutu. Kabar tersebut akhirnya disebarluaskan dan menyebabkan perpecahan antara golongan tua dan golongan muda mengenai masalah waktu proklamasi. Golongan muda berpendapat bahwa Jepang sudah kalah, sedangkan golongan tua berpendirian untuk menyerahkan keputusan pada PPKI. Para pemuda kemudian mengadakan perundingan di Gedung Bakteriologi di Pegangsaan Timur pada tanggal 15 Agustus 1945 dan menghasilkan keputusan pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan dari segala ikatan dan hubungan dengan janji Kemerdekaan dari Jepang. Malam harinya, keputusan tersebut disampaikan pada Ir. Soekarno, tetapi ditolak karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI. Kemudian, pukul 24.00 para pemuda berkumpul di Jl Cikini 71 dan akhirnya memutuskan membawa Dwi Tunggal ke luar Jakarta.
Keesokan harinya, pukul 03.00 dini hari, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dibawa para pemuda ke Rengasdengklok. Penculikan tersebut bertujuan untuk mengamankan kedua tokoh tersebut dari pengaruh Jepang dan supaya keduanya bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Paginya, mereka sampai di Rengasdengklok dan kemudian ditempatkan di rumah Kie Song, orang Tiongkok yang bersimpati terhadap kemerdekaan Indonesia. Meskipun kelihatannya Peristiwa Rengasdengklok gagal membuat Soekarno menyatakan kemerdekaan lepas dari tangan Jepang, salah seorang pemuda melihat bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan setelah kembali ke Jakarta.
Di Jakarta, Ahmad Soebarjo mencari-cari kedua tokoh tersebut karena pada waktu itu seharusnya diadakan pertemuan PPKI. Kemudian, ia melakukan kesepakatan dengan Wikana dan selanjutnya, ia diantarkan ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Sesampainya ia di Rengasdengklok, ia memberikan jaminan diadakannya Proklamasi paling lambat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 12 siang dan mempertaruhkan nyawanya. Akhirnya, para pemuda memperbolehkan Dwi Tunggal untuk kembali ke Jakarta.
2. Dari Rengasdengklok hingga Proklamasi
Setelah rombongan dilepas oleh golongan muda, mereka menuju ke rumah Nishimura di Jakarta untuk menyampaikan rencana rapat PPKI. Akan tetapi, Nishimura menolak karena alasan Jepang dilarang mengubah status quo. Selanjutnya, mereka bergerak ke rumah Laksamana Tadashi Maeda. Rumah Maeda dipilih karena dianggap aman dari ulah Kempetai dan Rikugun yang hendak menggagalkan usaha kemerdekaan Indonesia. Di rumah Maeda, hadir para pemimpin pergerakan, para pemimpin pemuda, anggota PPKI, dan anggota Chuo Sangi In.
Selanjutnya, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta diantarkan Laksamana Maeda menuju rumah Mayor Gunseikan Jenderal Hoichi Yamamoto, tetapi ditolak karena tengah malam. Selanjutnya, mereka menuju ke rumah Nishimura. Mereka mengatakan kepada Nishimura bahwa Jenderal Terauchi telah menyerahkan kemerdekaan Indonesia kepada PPKI. Akan tetapi, Nishimura mengatakan bahwa Jepang dilarang mengubah status quo. Akhirnya, Dwi Tunggal hanya dapat berharap Jepang tidak menghalangi usaha Indonesia untuk merdeka.
Akhirnya, mereka kembali ke rumah Laksamana Maeda. Selanjutnya, Maeda meminta diri untuk istirahat dan mempersilahkan mereka berunding sampai puas. Pada saat itulah dirumuskan Teks Proklamasi. Soekarno yang pertama menuliskan kata “Proklamasi”. Selanjutnya Ahmad Soebarjo memberikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia”. Dan Moh. Hatta melanjutkan “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempoh sesingkat-singkatnya”. Soekarno kemudian menutup dengan tulisan “Jakarta, 17-08-05” Pertemuan tersebut memakan waktu 4 jam dan ditutup oleh permintaan persetujuan dan tanda tangan dari Soekarno kepada semua yang hadir. Akan tetapi, Para pemuda menolak karena kebanyakan dari mereka merupakan kolaborator Jepang. Akhirnya, Sukarni mengusulkan bahwa Teks Proklamasi ditandatangani oleh Dwi Tunggal sebagai perwakilan bangsa Indonesia. Usulan Sukarni diterima dan selanjutnya diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Mereka kemudian menyepakati Proklamasi diadakan di rumah Ir. Soekarno.
Pagi harinya sebelum mereka pulang, Moh. Hatta meminta BM Diah untuk memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya. Para pemuda kemudian mengerahkan segala alat komunikasi ke seluruh penjuru guna menyambut Proklamasi. Akan tetapi, barisan pemuda malah mendatangi Lapangan Ikada (Monas) sehingga pihak Jepang mengerahkan pasukan bersenjata lengkap untuk berjaga-jaga.
Di rumah Ir. Soekarno sendiri sudah banyak yang datang. Rencana acara tersebut adalah pembacaan Teks Proklamasi, pengibaran Sang Saka Merah Putih, dan sambutan dari Walikota Jakarta Suwiryo dan Muwardi dari pihak keamanan. Hari Jum’at, 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Ir. Soekarno keluar bersama Moh. Hatta dan Ibu Fatmawati ke serambi depan. Kemudian, Dwi Tunggal maju beberapa langkah. Soekarno maju mendekati mikrofon dan membacakan Teks Proklamasi. Lalu, Sang Saka dikibarkan oleh S. Suhud dan Latief Hendraningrat dan spontan hadirin menyanyikan Indonesia Raya. Selanjutnya, Suwiryo memberikan sambutan dan dilanjutkan oleh Muwardi.
3. Teladan Para Tokoh dalam Memperjuangkan Kemerdekaan 1) Ir. Soekarno
Soekarno atau Bung Karno, lahir di Surabaya tanggal 6 Juni 1901. Ia sudah aktif dalam organisasi pergerakan nasional sejak menjadi mahasiswa. Tahun 1927, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Ia sering kali keluar masuk penjara karena perjuangannya hingga kedatangan Jepang. Pada masa Jepang, ia mengemban amanah sebagai ketua Putera (Pusat Tenaga Rakjat), Chuo Sangi In, PPKI, dan Panitia Sembilan di BPUPKI.
Ia kemudian menjadi tokoh utama dalam Proklamasi bersama Moh. Hatta. Ia terus didesak para pemuda hingga harus dibawa ke Rengasdengklok. Setelahnya, Ia menjadi presiden pertama Indonesia. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Proklamasi tahun 1986 dan Pahlawan Nasional tahun 2012.
2) Mohammad Hatta
Nama kecilnya Mohammad Chattar, tetapi sejak masih muda ia dipanggil Hatta. Ia lahir di Bukittingi tanggal 12 Agustus 1902. Ia aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sejak menjadi mahasiswa di luar negeri. Di Belanda, ia adalah ketua Perhimpunan Indonesia. Sekembalinya ke tanah air, ia aktif dalam PNI bersama Bung Karno. Setelah PNI bubar tahun 1930, ia mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI baru). Ia juga sering kali keluar masuk penjara hingga kedatangan Jepang.
Menjelang Proklamasi, ia menjadi tokoh utama setelah Soekarno. Ia bersama Soekarno dan Dr. Radjiman diundang ke Dalat menemui Jenderal Terauchi. Ia juga ikut dibawa ke Rengasdengklok dan ikut pertemuan di rumah Maeda. Selanjutnya, ia mendampingi Soekarno dalam proklamasi. Ia menjadi wakil presiden pertama Indonesia. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Proklamasi tahun 1986 dan Pahlawan Nasional tahun 2012.
3) Ahmad Soebarjo
Ahmad Soebarjo lahir di Karawang Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1896. la tutup usia pada bulan Desember 1978. Pada masa pergerakan nasional ia aktif di PI dan PNI. Kemudian pada masa pendudukan Jepang sebagai Kaigun, bekerja pada Kantor Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang pimpinan Laksamana Maeda. la juga sebagai anggota BPUPKI dan PPKI.
Tokoh Ahmad Subarjo boleh dikatakan sebagai tokoh yang mengakhiri peristiwa Rengasdengklok. Sebab dengan jaminan nyawa Ahmad Subarjo, akhirnya Ir. Sukarno, Moh. Hatta dan rombongan diperbolehkan kembali ke Jakarta.
4) Sukarni Kartodiwirjo
Sukarni Kartodiwiryo adalah salah seorang pimpinan gerakan pemuda di masa proklamasi. Tokoh ini dilahirkan di Blitar pada tanggal 14 Juli 1916 dan meninggal pada tanggal 4 Mei 1971. Sejak muda, ia sudah aktif dalam pergerakan politik. Semasa pendudukan Jepang, ia bekerja pada kantor berita Domei. Kemudian aktif di dalam gerakan pemuda. Bahkan ia menjadi pemimpin gerakan pemuda yang berpusat di Asrama Pemuda Angkatan Baru di Menteng Raya 31 Jakarta.
Sukarni merupakan pelopor penculikan Sukarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Ia juga tokoh yang mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh Sukarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. la juga memimpin pertemuan untuk membahas strategi penyebarluasan teks proklamasi dan berita tentang proklamasi.
5) Sayuti Melik
Tokoh yang lahir pada tanggal 25 November 1908 di Yogyakarta ini, berperan dalam pencatatan hasil diskusi susunan teks proklamasi. Ia yang mengetik teks proklamasi yang dibacakan Sukarno-Hatta. Sejak muda, Sayuti Melik sudah aktif dalam gerakan politik dan jurnalistik.
Nama tokoh ini semakin mencuat pada sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. la telah menyaksikan penyusunan teks proklamasi di ruang makan rumah Maeda. Bahkan akhirnya ia dipercaya untuk mengetik teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Sukarno.
6) Burhanuddin Mohammad Diah (BM Diah)
BM. Diah lahir di Kotaraja pada tanggal 7- April 1917. la berbakat di bidang jurnalistik. Sejak tahun 1937 sudah menjadi redaktur berbagai surat kabar. Pada awal pendudukan Jepang, ia bekerja pada radio militer. Pada tahun 1942-1945, ia bekerja sebagai wartawan pada harian Asia Raya.
Pada sekitar peristiwa proklamasi, BM. Diah sudah menjadi wartawan yang terkenal. Pada malam sewaktu akan diadakan perumusan teks proklamasi, BM. Diah banyak melakukan kontak dengan pemuda, yaitu untuk datang ke rumah Maeda. la salah seorang pemuda yang ikut menyaksikan perumusan teks proklamasi. Ia juga sangat berperan dalam upaya penyebarluasan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
7) Latief Hendraningrat
Latif Hendraningrat adalah salah seorang komandan Peta. Pada saat pelaksanaan proklamasi, ia merupakan salah satu tokoh yang cukup sibuk. la menjemput beberapa tokoh penting untuk hadir di Pegangsaan Timur No. 56.
Pada saat pelaksanaan proklamasi, setelah menyiapkan barisan, ia mempersilakan Sukarno membacakan teks proklamasi. Kemudian, Latief Hendraningrat dengan dibantu S. Suhud mengibarkan Sang Saka Merah Putih, danyang membantu membawakan bendera Merah Putih adalah SK. Trimurti.
8) S. Suhud
S. Suhud adalah pemuda yang ditugasi mencari tiang bendera dan mengusahakan bendera Merah Putih yang akan dikibarkan. S. Suhud bersama Latif Hendraningrat adalah pengibar bendera Merah Putih di halaman rumah Sukarno pada saat Proklamasi 17 Agustus 1945.
9) Suwiryo
Suwiryo adalah walikota Jakarta Raya waktu itu dan secara tidak langsung menjadi ketua penyelenggara upacara Proklamasi Kemerdekaan. Oleh karena itu, ia sangat sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam upacara tersebut.
10)Muwardi
Tokoh muda Muwardi, bertugas dalam bidang pengamanan jalannya upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia telah menugaskan anggota Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan di sekitar kediaman Bung Karno. Setelah upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia juga membagi tugas kepada para anggota Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan Bung Karno dan Moh. Hatta.
11)Franz Sumarto Mendur
Tokoh Frans Sumarto Mendur adalah tokoh wartawan yang ikut membantu pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia dan kakaknya telah mengabadikan berbagai peristiwa penting di sekitar proklamasi.
12)Syahrudin
Syahruddin adalah seorang wartawan Domei. la dengan berani memasuki halaman gedung siaran Domei. Oleh karena gedung siaran dijaga oleh Jepang, maka terpaksa melalui belakang, yaitu dengan memanjat tembok belakang gedung dari JI. Tanah Abang. Naskah proklamasi kemudian berhasil diserahkan kepada kepala bagian siaran, Waidan B. Palenewen.
13)F. Wuz dan Yusuf Ronodipuro
Tokoh F. Wuz dan Yusuf Ronodipuro berperan penting dalam penyebarluasan berita proklamasi. Kedua tokoh ini merupakan penyiar-penyiar yang cukup berani dan tidak jarang mendapat ancaman dari pihak Kempetai.
BISMILLAH SEK REK
SAURUNGE SINAU
Dari Rengasdengklok ke
Pegangsaan Timur
Kekalahan
Jepang
点此输入文本内容
,字
体、
字
号都可以自定义设
置。
花
晨
月
夕
Ke
ka
la
h
a
n
Je
pa
n
g
6 Agustus 1945
Bom atom pertama diledakkan di kota Hiroshima
7 Agustus 1945
Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai
atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
diketuai oleh Ir. Sukarno dengan wakil Drs. Moh. Hatta.
9 Agustus 1945
Bom atom diledakkan di kota Nagasaki
Jenderal Terauchi memanggil Sukarno, Moh. Hatta, dan Rajiman
Wedyodiningrat untuk pergi ke Dalat, Saigon. Kemudian Terauchi
menegaskan bahwa Jepang akan menyerahkan kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia.
14 Agustus 1945
Sukarno, Moh. Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat pulang
kembali ke Jakarta
Perbedaan
Pendapat
点此输入文本内容
,
字体
、
字
号都可以自定义设
置
。
花
晨
月
夕
Pe
rb
ed
a
a
n
Pe
n
d
a
pa
t
14 Agustus 1945
Sutan Syahrir
sebagai golongan muda
segera menemui Moh. Hatta dan
mendesak agar Sukarno dan Moh.
Hatta segera memerdekakan
Indonesia. Tetapi, Sukarno dan Moh.
Hatta belum bersedia.
15 Agustus 1945
(22.00 WIB)
Para pemuda yang dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis
datang di rumah Sukarno. Wikana dan Darwis memaksa
Sukarno untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia
paling lambat tanggal 16 Agustus 1945. Namun, Soekarno
menolak
Sutan Syahrir
Pe
rb
ed
a
a
n
Pe
n
d
a
pa
t
Ahmad Subarjo memberikan jaminan. Apabila besok (17 Agustus)
paling lambat pukul 12.00, belum ada Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, taruhannya nyawa Ahmad Subarjo. Ir. Sukarno, dan
Drs. Moh. Hatta. Rombongannya pun kembali ke Jakarta
16 Agustus 1945
Jakarta berada dalam keadaan tegang karena hari itu
seharusnya diadakan pertemuan PPKI, tetapi Sukarno dan Moh.
Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari
kedua tokoh tersebut. Akhirnya setelah terjadi kesepakatan
dengan Wikana, Ahmad Subarjo ditunjukkan dan diantarkan ke
Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto.
Yusuf Kunto
Perumusan Teks
Proklamasi
点此输入文本内容,字体、字号都可以自定义设置。花晨月夕
Perumusan Teks Proklamasi
Rombongan Sukarno segera kembali ke rumah
Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1. Di rumah
Maeda, hadir para anggota PPKI, para pemimpin
pemuda, para pemimpin pergerakan, dan beberapa
anggota Chuo Sangi In. Laksamana Maeda simpatik
terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia.
Perumusan Teks Proklamasi
Sukarno dan Moh. Hatta diantarkan Laksamana Maeda
menemui Gunseikan Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto,
akan tetapi Gunseikan menolak menerima
Sukarno-Hatta pada tengah malam. Dengan ditemani oleh
Maeda, Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi
serta Miyoshi, mereka pergi menemui Somubuco Mayor
Jenderal Otoshi Nishimura, dengan maksud untuk
menjajaki sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Perumusan Teks Proklamasi
Berdasarkan keadaan status quo Jepang, Nishimura melarang
Sukarno-Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangka pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan. Sampailah Sukarno-Hatta pada kesimpulan
bahwa tidak ada gunanya lagi untuk membicarakan soal kemerdekaan
Indonesia dengan pihak Jepang.
Sukarno dan Hatta kembali ke rumah Maeda untuk merumuskan naskah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Nishimura bersama Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah menyaksikan Sukarno, Hatta, dan Ahmad Subarjo membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sukarni mengusulkan agar teks
proklamasi cukup ditandatangani dua
orang tokoh, yakni Sukarno dan Moh.
Hatta, atas nama bangsa Indonesia,
kemudian diserahkan kepada Sayuti
Melik untuk diketik.
Perumusan Teks Proklamasi
Perumusan Teks Proklamasi
Ikada, tetapi Sukarno tidak setuju, karena tempat itu adalah tempat
Sukarni mengusulkan agar naskah tersebut dibacakan di Lapangan
umum yang dapat memancing bentrokan antara rakyat dengan
militer Jepang. Beliau sendiri mengusulkan agar Proklamasi dilakukan
di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No.56.
Pembacaan
Proklamasi
点此输入文本内容,字体、字号都可以自定义设置。花晨月夕
Pembacaan Proklamasi
Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan di rumah
Sukarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 pada pukul 10 pagi. Hatta
berpesan kepada B.M. Diah untuk memperbanyak teks Proklamasi dan
menyiarkannya ke seluruh dunia.
Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan Proklamasi, dr. Muwardi meminta Latief
Hendraningrat beserta beberapa anak buahnya untuk berjaga-jaga di sekitar rumah
Sukarno. Walikota Jakarta, Suwiryo memerintahkan kepada Wilopo untuk mempersiapkan
mikrofon, Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk menyiapkan tiang bendera.
Pembacaan Proklamasi
Sukarno dan Moh. Hatta keluar ke serambi depan, diikuti oleh Ibu Fatmawati. Sukarno dan Moh. Hatta membacakan teks proklamasi dan dilanjutkan pengibaran bendera
Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan S. Suhud. Bersamaan dengan
naiknya bendera Merah Putih, para hadirin secara spontan menyanyikan lagu Indonesia
Raya tanpa ada yang memimpin.
Kebahagiaan
Rakyat
点此输入文本内容,字体、字号都可以自定义设置。花晨月夕
Kebahagiaan Rakyat
22 Agustus 1945
3 September 1945
Jepang akhirnya secara resmi mengumumkan penyerahannya
kepada Sekutu
Para pemuda mengambil alih kereta api termasuk bengkel di
Manggarai.
5 September 1945
Gedung Radio Jakarta dapat dikuasai.
11 September 1945
Seluruh Jawatan Radio berhasil dikuasai oleh Republik.
Tanggal 11 September dijadikan hari lahir Radio Republik
Indonesia (RRI).
Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VIII telah mengirim kawat
ucapan selamat kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta atas
berdirinya Negara Republik Indonesia dan atas terpilihnya dua tokoh tersebut
sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
19 Agustus 1945
Kebahagiaan
Sri Sultan Hamengkubuwana
IX dan Sri Paku Alam VII
mengeluarkan amanat
antara lain sebagai berikut.
Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan
dan merupakan daerah istimewa dari Negara
Indonesia.
Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan
dan merupakan daerah istimewa dari Negara
Indonesia.
Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang
kekuasaan atas Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat.
Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat
dengan Pemerintah Pusat Negara RI bersifat langsung.
Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa bertanggung
jawab kepada Presiden.
5 Se
pte
mb
er
19
45
1
2
3
4
Ke
bahagiaan
Rakyat
Seorang bernama Ploegman dibantu kawan-kawannya mengibarkan bendera Merah
Putih Biru di atas Hotel Yamato. Hal ini telah mendorong kemarahan para pemuda yang
kemudian menyerbu Hotel Yamato dan menurunkan bendera Merah Putih Biru, kemudian
merobek bagian warna birunya sehingga menjadi bendera Merah Putih.
19 September 1945
Keb
aha
giaan
Rak
yat
PEMILIHAN PRESIDEN &
WAPRES
PENGESAHAN UUD 1945
S I D A N G P P K I I
18 Agustus 1945
Pejambon
a g e n d a :
Soekarno dan
Hatta dipilih
secara aklamasi.
Moh. Hatta mengusulkan untuk
mengganti kata-kata di sila 1.
Pembentukan Departemen &
Pemerintah Daerah
Proses
Pembentukan
1 Pada acara pertama
Sidang PPKI II
membahas hasil kerja
panitia kecil dan
menentukan
pejabatnya.
PANITIA KECIL
Sutardjo
Kartohadikusumo
Otto Iskandar
Dinata
Ahmad
Soebardjo
Dibentuk oleh Ir.Soekarno dan bertugas merumuskan bentuk
departemen bagi pemerintahan RI, tetapi bukan
Hasil Sidang
26
Soetardjo
Kartohadikusumo
Jawa Barat
R. Pandji
Soeroso
Jawa Tengah
RM Soerjo
Jawa Timur
Ir. Muhammad
Noor
Kalimantan
I Gusti
Ketut Pudja
Bali
Gubernur
Hasil Sidang
27
Dr. Sam Ratulangi
Sulawesi
Mr J Latuharhary
Maluku
Mr Teuku
Mohamad Hasan
Sumatera
Sri Sunan Paku
Buwana XII
DI Surakarta
Sultan
Hamengkubuwono
IX
DI Yogyakarta
Gubernur
Hasil Sidang
28
12 Departemen & 4 Kementerian
Wiranata
Kusumah
Menteri Dalam
Negeri
Achmad
Soebardjo
Menteri Luar Negeri
Prof. Soepomo
Menteri Kehakiman
Mr. AA Maramis
Menteri
Keuangan
Ir. Surachman
Tjokrodisuryo
Menteri
Kemakmuran
RM Soewardi
Soeryaningrat
Menteri Pengajaran
Hasil Sidang
29
12 Departemen & 4 Kementerian
Amir
Syarifudin
Menteri
Penerangan
Iwa Kusuma
Sumantri
Menteri
Sosial
Supriyadi
Menteri Pertahanan
Boentaran
Martoatmodjo
Menteri
Kesehatan
Abikusno
Tjokrosuyoso
Menteri
Perhubungan
Abikusno
Tjokrosujoso
Menteri
Pekerjaan Umum
Hasil Sidang
30
12 Departemen & 4 Kementerian
Moehammad
Amir
Menteri Negara
Otto
Iskandar Dinata
RM Sartono
Wachid Hasjim
membahas anggota KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat).
01
19 Agustus 1945
Jl. Gambir Selatan No.10
02
PPKI kembali mengadakan
sidang
diputuskan mengenai
pembentukan Komite Nasional
dengan pusatnya di Jakarta.
22 Agustus 1945
PEMBENTUKAN
BADAN-BADAN NEGARA
03
Pelantikan anggota
29 Agustus 1945
Gedung Kesenian Pasar Baru.
04
16 Oktober 1945
Gedung Balai Muslimin Indonesia
05
KNIP diberi hak legislative
selama DPR dan MPR
belum terbentuk
PEMBENTUKAN
BADAN-BADAN NEGARA
06
KNIP diharapkan berperan
sebagai MPR dan DPR,
meskipun sementara
P e m b e n t u k a n k a b i n e t
2 September 1945
Menteri Dalam Negeri
R.A.A. Wiranata Kusumah
Menteri Luar Negeri
Mr. Achmad Soebardjo
Menteri Keuangan
Mr. A.A. Maramis
Menteri Kehakiman
Prof. Mr. Dr. Soepomo
Menteri Kemakmuran
Ir. Surachman Tjokroadisurjo
Menteri Keamanan Rakyat Soepriyadi
Menteri Kesehatan
Dr. Boentaran Martoatmojo
Menteri Pengajaran
Ki Hajar Dewantoro
Menteri Penerangan
Mr. Amir Syarifudin
Menteri Sosial
Mr. Iwa Koesoema Soemantri
Menteri Pekerjaan Umum
R. Abi Kusno Tjokrosujoso
Menteri Perhubungan
R. Abi Kusno Tjokrosujoso
Menteri Negara
Wachid Hasjim
Dr. M. Amir
Mr. RM. Sartono
PEMBEN-TUKAN
PARTAI
POLITIK
Sidang PPKI III
Maklumat
Pemerintah
2 2 A G U S T U S 1 9 4 5
3 N O V E M B E R 1 9 4 5
01
02
03
Pembentuk
an KNIP &
KNID.
Pembentuk
an PNI.
Pembentuk
an BKR.
01
Pembentuk
an partai
politik.
dikeluarkan oleh Moh.
Hatta sebagai persiapan
DAFTAR
PARTAI
POLITIK
a
b
c
d
e
f
j
i
h
g
MASYUMI [7/11/45]
dr. Sukiman
W.
PKI [7/11/45]
Mr. Moh
Yusuf
PBI [8/11/45]
Nyono
PRJ [8/11/45]
Sutan
Dewanis
PARKINDO [10/11/45]
Dr
Prabowinot
o
PSI [10/11/45]
Amir
Syarifuddin
PRS [10/11/45]
Sutan
Syahrir
PKRI [8/12/45]
I. J. Kasimo
PRMI [17/12/45]
JB Assa
PNI [29/01/46]
Gabungan PRI, GRI,
SRI
dibentuk melalui perjuangan bangsa Indonesia untuk
mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dari
ancaman Beland
pada awalnya merupakan organisasi yang bernama Badan
Keamanan Rakyat (BKR). Kemudian pada tanggal 5
Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan
selanjutnya diubah kembali menjadi Tentara Republik Indonesia
(TRI).
Pembentukan BKR merupakan perubahan dari hasil sidang
PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 yang telah memutuskan
untuk membentuk Tentara Kebangsaan.
01
02
03
BKR
Badan Keamanan
Rakyat
18 Agustus 1945
Jepang membubarkan PETA
dan Heiho
23 Agustus 1945
Diumumkan oleh
Ir. Soekarno
29 Agustus 1945
Disahkan oleh KNIP
BKR Pusat(Jakarta) dipimpin oleh
Moefreni Moekmin dibantu oleh
Priyatna, Soeroto Koento, Daan
Yahya, Daan Mogot, Sujono dan
Latief Hendraningrat
Terbagi menjadi 3
Bekas anggota PETA,
Heiho
dan
para pemuda lainnya
BKR Darat
bekas
Kaigun Heiho
,
karyawan
Jawa Unko Kaisha
dan
para siswa dan guru dari Sekolah
Pelayaran Tinggi
Umumnya bekas anggota
penerbangan Belanda dan
Jepang
BKR Laut
KOMITE VAN AKSI
bertugas dalam
pelucutan senjata
terhadap serdadu
Jepang dan merebut
kantor-kantor yang
masih diduduki
Jepang.
Sukarni dan
Adam Malik
2 September
1945
No
Tempat
Nama Badan Perjuangan
Pemimpin
1
Aceh
Angkatan Pemuda Indonesia
Syamaun Gaharu
Pemuda Republik Indonesia
A. Hasyim
2
Sumatra Utara
Pemuda Republik Andalas
-4
Sumatra Barat
Pemuda Andalas
Pemuda RI Andalas Barat
5
Lampung
Angkatan Pemuda Indonesia
Pangeran Emir M Noor
6
Bengkulu
Pemuda Republik Indonesia
Nawawi Manaf
7
Kalimantan Barat
Pemuda Penyongsong RI
Musani Rani, Jayadi Saman
8
Kalimantan
Selatan
Persatuan Rakyat Indonesia
Rusbandi
9
Bali
Angkatan Muda Indonesia
PRI
10
Sulawesi Selatan
Pusat Pemuda Nasional
Indonesia
Manai Spohian
Angkatan Muda RI
Pemuda Merah Putih
Penunjang RI
TKR
Tentara
Keamanan Rakyat
5 Oktober 1945
maklumat pembentukan tentara
kebangsaan yang diberi nama
Tentara
Keamanan Rakyat.
6 Oktober 1945
mengangkat Suprijadi
menjadi Menteri Keamanan Rakyat
dan Oerip menjadi Kepala Staf Umum
TKR dengan pangkat Letnan Jenderal.
9 Oktober 1945
Komite Nasional Indonesia
Pusat mengeluarkan seruan
mobilisasi TKR yang isinya
menyerukan kepada seluruh pemuda
rakyat Indonesia untuk mendaftarkan
diri sebagai anggota TKR.
Pembentukan TKR Laut
BKR Laut juga ikut mengubah dirinya
menjadi TKR Laut. Markas TKR Laut juga
dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta
Pembentukan TKR
Jawatan Penerbangan
Pada tanggal 12 Desember 1945
Markas Tertinggi TKR mengeluarkan
pengumuman yang menyatakan
dibentuknya bagian penerbangan sebagai
bagian dari Markas Besar Umum.
Perubahan Nama
5 Januari 1946
Tentara Keamanan Rakyat
diubah menjadi Tentara
Keselamatan Rakyat.
Perubahan itu diikuti dengan
pergantian nama Menteri
Keamanan menjadi Menteri
Pertahanan.
7 januari 1946
terjadi perubahan nama
kembali menjadi Tentara
Rakyat Indonesia (TRI).
15 Mei 1947
penetapan tentang
penyatuan TRI dengan
badan dan laskar perjuangan
menjadi satu organisasi
tentara.
3 Juni 1947
Resmi berdirinya Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Presiden juga
menetapkan susunan tertinggi TNI.
Jenderal Soerdiman diangkat
sebagai Kepala Pucuk Pimpinan TNI
Presiden Pertama Indonesia
Bapak Proklamator
Pahlawan Nasional
Saat yang tepat
untuk proklamasi
Hiroshima & Nagasaki
dibom oleh
Sekutu
Soekarno diculik ke
Rengasdengklok
16/08/45
Soekarno membaca
teks Proklamasi
17/08/45
Jalan Pegangsaan
Timur no. 56
Blitar
06 Jun ‘01
Jakarta
21 Jun ‘70
with
Bung
Hatta
Laksamana
Tadashi
Maeda
03
01
02
04
22/6/45
BPUPKI bentuk Panitia Sembilan _
mengolah konsep dasar negara
9/8/45
Bung Hatta, Bung Karno, Radjiman
Ketua dan Wakil PPKI melanjutkan
tugas BPUPKI
16/7/45
Diculik bersama Bung Karno ke sebuah
rumah milik salah seorang pimpinan
PETA, Djiaw Kie, di sebuah kota kecil
Rengasdengklok (dekat Karawang,
Jawa Barat)
17/8/45 – 10.00 a.m
Memproklamasikan kemerdekaan
dengan Bung Karno di Jalan
Pegangsaan Timur 56 Jakarta
Pahlawan Proklamator
& Nasional
Bukittinggi
12 August ‘02
Jakarta
14 March ‘80
Gol. Tua
menunggu konfirmasi kalau
Jepang sudah benar-benar
kalah atau belum
Penengah
“Saya menjamin pada tanggal 17/8/’45 akan
terjadi Proklamasi Kemerdekaan RI. Kalau
saudar-saudara ragu, maka nyawa sayalah
taruhannya.”
Karawang
23 Maret 1896
Jakarta
15 Desember 1978
Pahlawan
Nasional
SUKARNI
PERAN SUKARNI DALAM
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
STRATEGI
PENYEBARA
N
Memimpin pertemuan
untuk membahas strategi
penyebaran teks
proklamasi dan berita
proklamasi kemerdekaan
Indonesia
RENGASDENGKLOK
Pelopor pengamanan
Soekarno-Hatta ke
RengasdengkloK agar
terhindar dari pengaruh
Jepang
TANDA TANGAN
Mengusulkan agar
Soekarno-Hatta yang
menandatangani teks
proklamasi atas nama
Bangsa Indonesia
SAYUTI MELIK
PERAN SAYUTI MELIK DALAM
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
MENGETIK NASKAH
Diminta oleh Soekarno
untuk mengetik naskah
proklamasi kemerdekaan
Indonesia
NOTULIS
RAPAT
HADIR SAAT
PERUMUSAN
Merupakan salah satu
golongan muda yang hadir di
Kediaman Laksamana Muda
Maeda saat perumusan
naskah proklamasi
Menjadi notulis dalam
rapat perumusan naskah
proklamasi
BURHANUDDIN
MOHAMMAD
BURHANUDDIN
MOHAMMAD
DIAH
03
01
02
Lahir
Banda Aceh, 7 April 1917
Meninggal
Jakarta, 10 Juni 1996
Pekerjaan
BURHANUDDIN MOHAMMAD
DIAH
SAKSI
Penulisan nsakah
proklamasi di kediaman
laksamana maeda
01
02
03
04
MENGAMBIL
ALIH
Percetakan Jepang
yang bernama
“Djawa Shimbun”
PENYEBAR DAN
PENYIAR
Bahwa telah dibacakannnya
teks proklamasi ke seluruh
penjuru tanah air
MENJADI
DIPLOMAT
Chekoslovakia, Inggris dan
Thailand 3x berturut-turut
LATHIEF
HENDRANINGRAT
(Jakarta, 15 Februari 1911 - Jakarta, 13 Maret
1983)
LATHIEF
HENDRANINGRAT
MENGIBARKA
N BENDERA
Bersama dengan Suhud
Sastro Kusumo dan
Surastri Karma Trimurti
MENGAMANKAN
LOKASI
Mengamankan lokasi
pembacaan teks
proklamasi
01
02
Suhud Sastro Kusumo
Lahir : 10 April 1925
Peran Suhud Dalam Kemerdekaan
●Mempersiapkan tiang bendera untuk pengibaran bendera Pusaka
●Pengibar bendera merah putih sebagai pendamping Latief
Raden Suwiryo
Lahir : 17 Februari 1903,
Jakarta
Meninggal : 27 Agustus 1967
Organisasi : Jong Java, PNI,
Partindo, Jawa Hokokai,
PUTERA.
Peran Suwiryo Dalam Kemerdekaan
●Ketua penyelenggara proklamasi kemerdekaan
●Pemberi kata sambutan saat detik-detik proklamasi
●Terlibat langsung dalam pengambilan keputusan di
Muwardi
Lahir : 30 Januari 1907, Pati
Meninggal : 1948
Peran Muwardi Dalam Kemerdekaan
●Pembaca teks pembukaan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI
●Ketua Barisan Pelopor, memerintah Barisan Pelopor untuk menjaga lapangan Ikada yang akan digunakan sebagai tempat pembacaan teks proklamasi
Lahir : 16 April 1913
Meninggal : 24 April 1971
Franz Sumarto
Mendur
●Ia dan Abangnya, Alexius Impurung Mendur adalah
fotografer saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
●Saat Proklamasi hanya tersisa tiga frame, yang satu
adalah foto Soekarno saat membacakan Proklamasi,
yang kedua adalah foto pengibaran Sang Saka Merah
Putih, dan yang ketiga adalah foto suasana para pemuda
yang menyaksikan pengibaran
Peran Franz Sumarto
Mendur
●Syahrudin adalah seorang wartawan Domei
●Ia yang bertugas mengantarkan teks Proklamasi setelah
dibacakan oleh Soekarno ke kantor berita Domei
tempatnya bekerja dan
Hoso Kyoku.
Peran Syahrudin dalam
Kemerdekaan
●Keduanya adalah penyiar radio. F Wuz penyiar radio
Domei
, sedangkan Yusuf Ronodipuro penyiar radio
Hoso
Kyoku.
●Melalui Syahrudin, keduanya mendapat teks proklamasi
dan membacanya lewat radio masing-masing
Peran F Wuz dan Yusuf
Ronodipuro
Mangatzzzz
U can do it
Zenith lulus lolos 2021
Mantappp
Minal aidzin ges
Stay healty, stay at home, stay with me :*
Ojo begadang terus yo
Kesehatanmu lo
SEMOGA SUKSES PAT
NYA REKKK!!!!!
A.Tantangan Awal Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan karena Belanda dan sekutunya masih berusaha untuk Kembali merebut wilayah Indonesia.
1. Kondisi Awal Indonesia
Kondisi politik di awal kemerdekaan masih belum stabil karena pihak belanda yang berada dibelakang tentara sekutu kembali mecoba merebut kembali wilayah indonesia sehingga bangsa indonesia harus aktif mencari dukungan negara luar dalam membantu mengakui kedaulatan dan pemerintahan indonesia
Sedangkan kondisi ekonomi sangat buruk karena pada masa penjajahan masih dikuasai pemerintahan jepang sehingga banyak masyarakat atau tokoh didaerah yang menyumbangkan harta bendanya untuk membantu pemerintahan indonesia dan pemerintahan budaya jepang diganti dengan sistem ekonomi indonesia pada saat itu yaitu sentralisasi
2. Kedatangan Sekutu dan Belanda
Seiring dengan kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia II atas Jepang, pasukan Sekutu datang dan mendarat di Indonesia yang sebelumnya diduduki oleh pasukan Jepang. Pasukan Sekutu ini disebut dengan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies).
Pasukan Sekutu ini awalnya bertujuan untuk melucuti pasukan Jepang di Indonesia dan mengembalikan pasukan Jepang ke negaranya. AFNEI juga bertugas menjaga perdamaian, membebaskan orang Belanda dan Eropa lainnya yang sebelumnya ditahan Jepang, serta mengadili pasukan jepang yang diduga melakukan kejahatan perang selama pendudukan Indonesia.
Namun kemudian pasukan Sekutu membebaskan dan mempersenjatai para tahanan Belanda, dan membantu Netherlands Indies Civil Administration (NICA) untuk
membentuk kembali pemerintahan Hindia Belanda dan menjadikan kembali Indonesia sebagai wilayah jajahan Belanda.
Tujuan kedatangan pasukan Sekutu di Indonesia adalah:
• Menerima penyerahan diri, melucuti dan mengembalikan pasukan Jepang di Indonesia ke negaranya
• Membebaskan tahanan perang yang ditawan oleh Pasukan Jepang • Menciptakan perdamaian di wilayah yang sebelumnya diduduki Jepang • Mengadili pasukan Jepang pelaku kejahatan perang dalam Perang Dunia II
3. Merdeka Atau Mati
a) Pertempuran Surabaya
Pertempuran arek-arek Surabaya dengan pihak Sekutu bersama NICA diawali oleh insiden bendera di Hotel Yamato, Surabaya, tanggal 19 September 1945. Salah seorang tentara Belanda menurunkan bendera merah putih lalu menggantinya dengan bendera Belanda. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Arek-arek Surabaya menurunkan bendera Belanda dan merobek warna biru agar menjadi warna bendera Indonesia.
Selain peristiwa perobekan bendera, kedatangan pasukan Sekutu ke Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby memicu kemarahan arek-arek Surabaya. Hal ini terjadi karena tentara Sekutu membebaskan tahanan di penjara di Kalisosok, menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, dan Gedung Internatio. Para pemuda pun melawan dan menimbulkan pertempuran bersenjata yang menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby.
Peristiwa ini kemudian membuat hubungan Inggris dan Indonesia merenggang, sehingga Inggris mengeluarkan ultimatum agar para pemuda menyerah paling lambat 10 November 1945 pukul 06.00. Namun, para pemuda Surabaya tetap bertempur membela tanah kelahirannya. Tokoh yang sangat berperan dalam membakar semangat pada pemuda saat itu adalah Bung Tomo. Hampir tiga minggu para pemuda mempertahankan Surabaya hingga banyak korban jatuh akibat pertempuran ini. Untuk mengenang peristiwa ini kemudian setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
b) Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa disebabkan karena adanya penindasan dan teror terhadap penduduk Magelang yang menimbulkan perlawanan dari TKR. Perlawanan ini terjadi sejak 23 November 1945 hingga 12 Desember 1945, dengan dipimpin oleh Imam Adrongi dan Letkol M. Sarbini. Pertempuran Ambarawa berhasil memukul mundur pasukan Sekutu dan NICA ke Ambarawa, lho! Letkol Isdiman, Mayor Suharto, dan Kolonel Sudirman juga ikut terlibat dalam pertempuran Ambarawa. Pasukan Sekutu dan NICA yang terdesak pada tanggal 15 Desember 1945 akhirnya meninggalkan daerah Ambarawa dan menandai berakhirnya pertempuran Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa ini setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri.
c) Bandung Lautan Api
Pada bulan Oktober 1945, pasukan Sekutu dan NICA mulai datang serta melakukan pendudukan terhadap kota Bandung. Pasukan Sekutu dan NICA segera mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Bandung untuk menyerahkan senjata milik mereka sehingga memicu kemarahan. Pertempuran bersenjata kemudian berlangsung selama kurun waktu November 1945-Maret 1946.
Puncak pertempuran terjadi ketika tanggal 23 Maret 1946, pihak Sekutu dan NICA mengeluarkan ultimatum untuk mengosongkan kota Bandung. Komandan Divisi III Siliwangi A.H. Nasution bersama pemuda mengambil inisiatif untuk mengosongkan kota Bandung dan membakar seluruh kota beserta infrastruktur penting pemerintahan ataupun militer pada tanggal 24 Maret 1946. Salah satu tokoh yang berperan dalam pertempuran ini adalah Moh. Toha yang harus gugur ketika berupaya meledakkan gudang mesiu milik NICA di Bandung Selatan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Peristiwa Bandung Lautan Api.
d) Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area terjadi karena beberapa peristiwa. Pertama adalah insiden yang dilakukan oleh salah satu penghuni hotel di Jalan Bali, Medan tanggal 13 Oktober 1945, yang menginjak lencana merah putih. Para pemuda Indonesia yang marah kemudian menyerang hotel tersebut sehingga timbul banyak korban.
Kedua adalah adanya ultimatum dari pimpinan tentara Sekutu di Sumatera Utara yaitu T.E.D. Kelly tanggal 18 Oktober kepada rakyat Indonesia untuk menyerahkan senjatanya kepada Sekutu. Hal ini memicu perlawanan antara rakyat Medan dengan sekutu. Terlebih pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan.
Peristiwa ini menimbulkan pertempuran yang lebih besar antara rakyat Medan melawan Sekutu. Sekutu bersama NICA melancarkan aksi besar-besaran sejak 10 Desember 1945, serta mengusir dan menindas rakyat Indonesia. Rakyat Medan merespon pada tanggal 10 Agustus 1946 dengan membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area untuk melanjutkan perlawanan terhadap Sekutu dan NICA. Pertempuran Medan Area berakhir tanggal 1 Desember 1946 setelah pihak NICA mengajukan gencatan senjata kepada pihak Republik.
e) Puputan Margarana
Sejak Maret 1946, Belanda berhasil menduduki beberapa daerah di Bali. Perlawanan muncul dibawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai dibantu oleh TRI-Laut Kapten Markadi. Pada masa itu, Indonesia telah menyepakati perjanjian Linggarjati dimana secara de facto wilayah Indonesia hanya terdiri dari Sumatera, Jawa dan Madura. Ngurah Rai tetap berusaha mengusir Belanda dari Bali dengan melakukan long march dan bergerilya melawan musuh.
Puncak serangan pasukan Belanda terjadi tanggal 20 November 1946. Pasukan Belanda mengepung desa Marga tempat I Gusti Ngurah Rai bersembunyi. Walaupun terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara tentara Indonesia dan Belanda, I Gusti Ngurah Rai tetap bertempur hingga titik darah penghabisan. Pada 29 November 1946, Ngurah Rai gugur dalam pertempuran melawan Belanda. Pertempuran sengit antara
Belanda dan tentara Indonesia di Bali dikenal dengan Perang Puputan (pertempuran habis-habisan)
f) Merah-Putih Manado
Merah-Putih Manado merupakan peristiwa konflik bersenjata yang terjadi antara masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara dan Pasukan Sekutu yang tiba di Manado bersama dengan Nederlandsch-Indie Civiele Administratie (NICA) yang berupaya untuk mendirikan kembali pemerintahan kolonial Belanda di Sulawesi.Pasca deklarasi kemerdekaan Indonesia dinyatakan di Batavia, rakyat Minahasa melucuti senjata pasukan Jepang dan membentuk pemerintahan sementara untuk mengisi kekosongan kekuasaan. Pada Bulan September 1945, pasukan Sekutu dan NICA tiba di kota Manado. Salah satu dekrit yang mereka keluarkan adalah larangan mengibarkan bendera Merah-Putih di seluruh wilayah Minahasa. Hal ini memicu perlawanan secara gerilya oleh rakyat Minahasa yang berakhir dengan diasingkannya Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob "Sam" Ratulangi ke Papua pada tahun 1946.
g) Perlawanan rakyat Makassar
Perlawanan rakyat Makassar ini membuat mengirimkan pasukan elit Depot Speciale Troepen (DST, pendahulu Korps Speciale Troepen/KST) di bawah kepemimpinan Kapten Raymond Westerling. Sepanjang Bulan Desember 1946, DST berhasil menumpas perlawanan rakyat Makassar melalui metode-metode seperti eksekusi mati para oknum yang dicurigai sebagai pemberontak, pengepungan desa dan relokasi paksa, serta langkah-langkah lainnya yang dijuluki ‘Metode Westerling’. Dalam operasi kontra-insurgensi (melawan para pemberontak) ini, tokoh-tokoh seperti Raymond Wolter Monginsidi gugur di tangan Belanda.
h) Pertempuran lima hari di Semarang
Hingga bulan Oktober 1945, pasukan Jepang masih tetap berada di Kota Semarang. Mereka juga masih melancarkan serangan terhadap beberapa kubu TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang bertujuan untuk membebaskan orang-orang Jepang yang masih dalam penahanan.
Sementara itu, tersiar kabar bahwa Jepang meracuni sumber air minum di wilayah Candi Semarang. Oleh sebab itu, Dr. Karyadi memeriksa sumber air yang diracuni oleh Jepang tersebut. Pada saat itu, ia menjabat kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Pusara) di Semarang. Namun naas, ia kemudian dibunuh tentara Jepang. Terbunuhnya dr. Kariadi ini menyulut kemarahan pemuda. Akibatnya, terjadi pertempuran di Simpang Lima, Tugu Muda dan sekitarnya.
Kurang lebih 2000 pasukan Jepang yang dikomandoi oleh Mayor Kido berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Pertempuran ini berlangsung selama 5 hari, 15 – 19 Oktober 1945. dan dihentikan setelah adanya gencatan senjata. namun Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi yang menjadi salah satu korban namanya kemudian diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota Semarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
B.Perang dan Diplomasi
1. Perjanjian Linggarjati
Perjanjian ini dilaksanakan di Desa Linggarjati, perbatasan antara Cirebon dan Kuningan, pada tanggal 10 November 1946. Indonesia diwakili Sutan Syahrir, A.K. Gani, Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad Roem. Pihak Belanda diwakuli Schermerhorn, dan penengah dari pihak Inggris diwakili Lord Killearn. Hasil dari perjanjian ini antara lain:
- Belanda mengakui secara de facto wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura. - RI dan Belanda membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
- RI dan Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda, Ratu Belanda sebagai ketuanya.
2. Agresi Militer Belanda 1
Direncanakan oleh Van Mook, dia merencanakan negara-negara boneka dan ingin mengembalikan kekuasaan Belanda atas Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pihak Belanda melanggar perundingan linggarjati yang telah disepakati sebelumnya, bahkan mereka menyobek kertas perjanjian tersebut. Kemudian pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan aksi militer pertama dengan target utama kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatra.
Agresi Militer Belanda 1 ternyata menimbulkan reaksi yang hebat dari dunia internasional. Pada tanggal 30 Juli 1947, pemerintah India dan Australia mengajukan permintaan resmi agar masalah Indonesia segera dimasukkan dalam daftar acara Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB memerintahkan penghentian dari kedua belah pihak yang mulai berlaku tanggal 4 Agustus 1947.
3. Perundingan Renville
Pernah kebayang nggak ngadain perundingan di atas sebuah kapal perang? Nah, ini pernah dilakukan pada 8 Desember 1947 – 17 Januari 1948. Yaps, ada sebuah perundingan di atas kapal perang angkatan laut Amerika Serikat bernama USS Renville, maka dari itu perjanjian ini disebut dengan Perjanjian Renville. Saat itu Indonesia diwakili oleh Amir Sjarifuddin dan Belanda diwakili oleh Abdulkadir Widjojoatmodjo. Dihadiri pula Komisi Tiga Negara yang diwakili oleh Richard Kirby, Paul van Zeeland, Frank Graham. Ada pun hasil dari perundingan ini ialah:
- Penghentian tembak menembak
- Daerah-daerah di belakang Garis van Mook harus dikosongkan dari tentara Indonesia. - Belanda bebas membentuk negara federal di daerah-daerah yang diduduki melalui jajak pendapat terlebih dahulu.
Anggota KTN adalah Australia yang dipilih Indonesia, Belgia yang dipilih Belanda dan Amerika Serikat yang dipilih Australia dan Belgia sebagai penengah. Dalam perjanjian ini Indonesia diwakili Amir Syarifuddin dan Belanda diwakili R.Abdulkadir Wijoyoatmojo dan sepertinya si R.Abdul Kadir M. ini orang Indonesia yang memihak Belanda kawan.
4. Agresi Militer Belanda 2
dimulai ketika pihak Belanda yang tetap bersikukuh menguasai Indonesia mencari dalih untuk dapat melanggar perjanjian yang telah disepakati. Bahkan pihak Belanda menuduh jika pihak Indonesia tidak menjalankan isi perundinganRenville. Oleh karena itu pihak TNI dan pemerintah Indonesia sudah memperhitungkan bahwa sewaktu-waktu Belanda akan melakukan aksi militernva untuk menghancurkan republik dengan kekuatan senjata. Untuk menghadapi kekuatan Belanda itu, didirikan Markas Besar Komando Djawa (NIBKD) vang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris Nasution dan Markas Resar Ko.mando Sumatra (MBKS) yang dipimpin oleh Kolonel Hidayat.
Persiapan untuk menyelenggarakan pemerintahan rniliter juga dilakukan. Dalam pemerintahan militer, kecamatan merupakan basis utama pertahanan dengan kekuatan utama tenaga rakyat yang ada di desa-desa. Pasukan TNI dan pejabat-pejabat pemerintah mempunyai tugas-tugas sebagai koordinator perlawanan di desa-desa. Tempat untuk mengungsikan kepala negara dan tokoh-tokoh pemerintah telah disiapkan. Pada hakikatnya Republik Indonesia telah siap menghadapi Agresi Militer Belanda 2. Seperti yang telah diduga Belanda benar-benar melakukan serangannya.
5. Perundingan Roem-Royen
Hebatnya perjuangan rakyat dan tekanan Internasional memaksa Belanda menerima perintah PBB agar menghentikan agresinya dan kembali ke meja perundingan. Untuk mengawasi jalannya perundingan, PBB membentuk UNCI (United Nations Comission for Indonesia)
Perundingan ini berjalan berlarut-larut hingga akhirnya ditandatangani pada 7 Mei 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Moh. Roem dan Belanda dipimpin dr. Van Royen sebagai penengah adalah UNCI.
6. Konferensi Meja Bundar (KMB)
KMB merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen . KMB bertempat di Deen Hag,Belanda pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949.Delegasi Indonesia dipimpin Moh.Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) atau Badan Musyawarah negara-negara Federal dipimpin Sultan Hamid II, delegasi Belanda dipimpin Mr. Van Maarseveen,sedangkan UNCI dipimpin oleh Chritchley
Kali ini ada sebuah perundingan yang dilakukan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus 1949 – 2 November 1949. Nama perundingan tersebut ialah Konferensi Meja Bunda. Iya, namanya meja bundar karena meja untuk konferensi memang membentuk sebuah bundaran. Pada saat itu Belanda diwakili Mr. Van Maarseveen, perwakilan Indonesia diwakili oleh Moh. Hatta, dan delegasi UNCI ialah Chritchley. Ada pun hasil dari Konferensi Meja Bundar ialah:
- Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS). - Masalah Irian Barat diselesaikan setahun kemudian.
- RIS harus membayar utang-utang Belanda sampai pengakuan kedaulatan. - RIS mengembalikan hak milik Belanda seperti perusahaan-perusahaan Belanda.