• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUANKU ABU BAKAR: TOKOH ULAMA DAN PEJUANG DARI PADANG PARIAMAN TAHUN Oleh. Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUANKU ABU BAKAR: TOKOH ULAMA DAN PEJUANG DARI PADANG PARIAMAN TAHUN Oleh. Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TUANKU ABU BAKAR: TOKOH ULAMA DAN PEJUANG DARI PADANG PARIAMAN TAHUN 1942-1949

Oleh

Deswita Vatmayenti1, Kaksim2, Refni Yulia3

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

This thesis explains about a thematic biography which reviews a life journey of Tuanku Abu Bakar in certain time. The efforts of Tuanku Abu Bakar from 1942 till 1949 is demanded to be explored, because he is a historian and a religion expert who plays a role as a warrior also. The method which is done for this thesis is a historic method which is done in some parts: the first is heuristic in which the researcher collects the relevant data which is gotten from interviews, documents, and review some literatures. The second part is criticize the sources in which the researcher measures the data through external and internal critic. The third part is data analysis and data interpretation by arranging and creating the criticized data in order to be reconstructed into story form. Finally is historiography in which the writer describes the data in scientific form. Based on the result of this research, the role of Tuanku Abu Bakar as a religion expert in 1942 till 1949 when the Japanese attached our country is inviting the young to join with heiho, giving them supports, fighting the sikerei program, and taking the soldiers to to do Shalat together. The role of Tuanku abu Bakar as a religion expert in 1945 till 1949 is when holding the fight for freedom, he takes the young to do the effort to fight for the freedom, and gives support to war. Keeping the freedom is Jihad, he gives the solution for the problem, becomes the leader for praying, and gives the religious education, comprehension, and knowledge for others. The role of Tuanku Abu Bakar as a warior from 1942 till 1945 is in Japanese period like in Kuranji Hilir, Tuanku Abu Bakar as a leader for heiho community, soldiers for keeping the guns and Japanese flight area in Sintuak and keep the Japanese pos in Indarung from the attachment of Sekutu soldiers. The role of Tuanku Abu Bakar as a warior from 1945 till 1949 in freedom fight period like being the member of BKR, TKR, TRI dan TNI.

Keywords : Biography, A Religion Expert and Warrior

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

(2)

PENDAHULUAN

Biografi merupakan salah satu corak penulisan sejarah untuk menangkap sistem interaksi antara konteks universal dari kehidupan sejarah yang luas. Seperti mengungkapkan aktivitas individu secara luas dan lengkap dalam konteks historis baik tentang tingkah laku, pemikiran dan perjuangan seseorang tidak saja diketahui tentang riwayat hidupnya tetapi juga akan tergambar situasi dan kondisi masyarakat di sekitar.4

Padang Pariaman merupakan daerah yang berada di pinggir pantai dan berbatasan langsung dengan Padang, sehingga wilayah ini lama berhadapan dengan penjajahan. Selama proses perjuangan berlangsung muncul tokoh-tokoh pejuang daerah Padang Pariaman seperti Tuanku Abu Bakar. Tuanku Abu Bakar merupakan seorang ulama yang diangkat menjadi Tuanku pada bulan Januari 1943, ketika masa pendudukan Jepang.5

Pada masa pendudukan Jepang, tanggal 22 April 1943 diumumkan pembentukan heiho oleh angkatan darat markas besar umum Kekaisaran Jepang. Heiho adalah pasukan tentara pembantu Jepang yang terdiri dari orang-orang pribumi.6 Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Tuanku Abu Bakar. Selain mempunyai kegiatan di Surau ia juga melibatkan diri untuk berlatih sebagai prajurit militer atas keinginannya sendiri tanpa paksaan, karena Tuanku Abu Bakar ingin mendapatkan pendidikan militer yang akan berguna bagi dirinya sendiri untuk membela bangsa dan agamanya dari penjajahan. Bergabungnya Tuanku Abu Bakar dengan prajurit

heiho memperoleh piagam penghargaan karena

pernah dinas di dalam bala tentara Jepang selama tahun 1943 hingga 1945.7

Demikian pula ketika Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu heiho di bubarkan para anggotanya masuk ke BKR (Badan Keamanan Rakyat). Tuanku Abu Bakar pada masa ini ikut menjadi prajurit militer untuk berjuang angkat senjata melawan tentara sekutu demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Berkat perjuangannya dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia Tuanku Abu Bakar memperoleh piagam penghargaan yaitu pengesahan dan penganugerahan gelar kehormatan veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.8

4

Taufik Abdullah, Manusia Dalam Kemelut Sejarah, (Jakarta: LP3ES, 1997), hlm. 5

5Armaidi Tanjung, dkk, Sejarah Perjuangan Rakyat

Padang Pariaman Dalam Perang Kemerdekaan 1945-1950.

(Pemda Kab. Padang Pariaman, 2008) hlm. 79 6

Petrik Matanasi, Sejarah Tentara (Munculnya bibit-bibit

militer di Indonesia masa Hindia Belanda sampai awal kemerdekaan Indonesia).(Yogyakarta: Narasi, 2011), hlm. 74

7Arsip Pribadi Abu Bakar, Piagam Penghargaan Pernah

Dinas Dalam Bala Tentara Jepang Pada Tahun 1943-1945( Shizuo

Miyamoto:Tokyo, 1993)

8Arsip Pribadi Tuanku Abu Bakar. Pengakuan,

Pengesahan, Dan Penganugerahan Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesi. (Menteri Pertahanan:Jakarta. 2006)

Berdasarkan realita di atas, penulis sangat tertarik untuk menelusuri Perjuangan seorang Ulama sebagai tentara pembantu Jepang (Heiho) hingga pada akhirnya Tuanku Abu Bakar menjadi TNI untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Maka permasalahan ini layak untuk diangkat menjadi sebuah karya ilmiah dengan judul: Tuanku Abu

Bakar: Tokoh Ulama dan Pejuang dari Padang Pariaman Tahun 1942-1949.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini melihat secara khusus kehidupan seorang ulama yaitu Tuanku Abu Bakar sebagai sosok

prajurit yang memperjuangkan hingga

mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Batasan tempatnya adalah meliputi daerah Kabupaten Padang Pariaman dan sekitar Padang yang menjadi basis perjuangan Tuanku Abu Bakar. Batasan waktu pada penelitian ini yaitu mengikuti perjalanan hidup Tuanku Abu Bakar dalam kurun waktu tertentu, yang menjadi sorotan utama pada tahun 1942 hingga 1949. Penelitian ini dimulai pada tahun 1942 karena mulainya pendudukan Jepang di Sumatera Barat khususnya Padang Pariaman. Tahun 1949 penelitian ini berakhir karena berakhirnya Agresi militer Belanda II, Belanda menyerahkan daerah Padang Pariaman dan daerah sekitarnya kepada Republik Indonesia.

Agar tulisan ini terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan maka penulis merumuskan masalah dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : a. Bagaimana peran Tuanku Abu Bakar sebagai

tokoh ulama dari Padang Pariaman pada tahun 1942-1949?

b. Bagaimana peran Tuanku Abu Bakar sebagai tokoh pejuang dari Padang Pariaman pada tahun 1942-1949?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Sejarah. Tahap pertama Heuristik (Pengumpulan data) sumber yang digunakan adalah kombinasi sumber tulisan dan lisan, berupa sumber primer maupun sekunder.

Kedua kritik sumber, merupakan tahapan untuk melakukan pengolahan data atau analisis data sejarah yang dapat di kelompokan dalam dua bagian yakni, kritik ekstern dan interen. Ketiga interpretasi data yaitu usaha untuk menghubungkan data, yang memang perlu untuk dijadikan sumber penting dalam penelitian. Keempat historiografi yaitu penulisan sejarah.9

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Kehidupan Tuanku Abu Bakar Tuanku Abu Bakar lahir di Korong Koto Pauh Nagari Kuranji Hilir Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman pada tanggal 31 Desember 1927. Tuanku Abu Bakar berasal dari keluarga yang religius. Ayah Tuanku Abu Bakar bernama Tuanku Saleh. Tuanku Saleh merupakan

9Mestika Zed, Metodologi Sejarah, (Padang: FIS, Universitas Negeri Padang (UNP), 1999), hlm. 37

(3)

seorang ulama yang berasal dari Nagari Pilubang yang bersuku Sikumbang. Ibunda Tuanku Abu Bakar bernama Nurian seorang perempuan yang bersuku Chaniago yang berasal dari Kuranji Hilir Kabupaten Padang Pariaman. Pernikahan Tuanku Saleh dan Nurian dikaruniai 4 orang anak dengan 3 anak perempuan yaitu Cahyarani, Razani, Manidar dan satu putra yang sulung yaitu Tuanku Abu Bakar.

Masa kecil Tuanku Abu Bakar tidak berbeda dengan anak-anak lainnya karena ia juga ikut bermain dengan anak yang seusia dengannya. Sejak berumur 9 tahun Tuanku Abu Bakar mulai menimba ilmu di pendidikan Surau. Setiap hari Tuanku Abu Bakar bergaul dengan para Ulama. Sejak kecil tidak hanya kepandaiannya dalam keagaamaan yang ditunjukan, tetapi pemikirannya yang sangat benci kepada penjajah terutama orang kafir sudah terlihat. Setiap serdadu Belanda yang lewat di depan Surau sering dilempari oleh Tuanku Abu Bakar dengan batu-batu kerikil sambil bersembunyi-sembunyi dan menembaki tentara Belanda yang melewati Surau dengan ketapel. Itulah kenakalan yang diperlihatkannya sewaktu kecil, dengan alasan dia sangat membenci penjajahan dan orang-orang kafir.

Takdir Allah SWT berkata lain masa remaja Tuanku Abu Bakar dimanfaatkan untuk menjadi seorang Ulama yang mengerti akidah Islam serta menjadi seorang Prajurit Heiho (Pasukan tentara pembantu Jepang yang terdiri dari orang-orang pribumi) hingga berlanjut menjadi pejuang Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tuanku Abu Bakar menikah pada usia 24 tahun yang menikahi Nurzali putri dari pasangan Tuanku Magek dan Kanuri. Tuanku Magek adalah mamak dari Tuanku Abu Bakar. Tuanku Abu Bakar memiliki Empat Orang anak dari pernikahannya dengan Nurzali yaitu Anuar, Parida, Nasar, dan Muliadi.

2. Tuanku Abu Bakar Sebagai Tokoh Ulama Dari Padang Pariaman (1942-1949)

Masa awal pendudukan Jepang di Padang Pariaman Tuanku Abu Bakar masih menjalankan pendidikan di Surau. Pendidikan yang dijalani Tuanku Abu Bakar untuk menjadi seorang Ulama yaitu di Surau Anjuang (Nurul Iman) Batang Sariak Kabupaten Padang Pariaman.

Tuanku Abu Bakar berguru kepada Tuanku Sati dari Surau Anjuang Batang Sariak yang merupakan murid dari Syekh Muhammad Aminullah dari Surau Mato Air Pakandangan. Syekh Muhammad Aminullah yang masih satu garis silsilah pengajian dengan Syekh Abdurrahman dari Kurai Taji Pariaman. Syekh Abdurrahman merupakan murid dari Syekh Burhanudin dari Ulakan Pariaman yang merupakan penyebar Tarikat Syatariah di Padang Pariaman. Tuanku Abu Bakar masa ini masih sebagai

Pakiah (panggilan seorang yang menjalankan

pendidikan untuk menjadi seorang Ulama) belum diangkat menjadi Tuanku (panggilan seorang Ulama).

Kegiatan Tuanku Abu Bakar selama menempuh pendidikan yaitu mendapatkan pengajaran membaca Alquran dan tafsir, cara beribadat, tauhid atau keimanan, akhlak, serta tarekat pengajaran yang diterima secara mendalam.

Tuanku Abu Bakar menamatkan pengajiannya pada bulan Januari 1943 pada umur 16 tahun. Tuanku Abu Bakar merupakan seorang ulama Syatariyah yang dikenal baik di sekitar Nagari Kuranji Hilir Kabupaten Padang Pariaman. Pengajaran yang diberikan oleh Tuanku Abu Bakar di sekitar Nagari Kuranji Hilir Padang Pariaman, terutama di Korong Lampanjang. Kitab-kitab yang dipakai Tuanku Abu Bakar ketika memberikan pengajaran memakai kitab yang sama dengan gurunya yaitu Tuanku Sati. Diantara kitab itu seperti tafsir, fiqih, tauhid, hadis, aqidah, tarekat dan tasawuf. Tuanku Abu Bakar belum mempunyai Surau sendiri sehingga pengajaran dilakukan di Surau gurunya yaitu di Batang Sariak.

Tiga Bulan setelah pengankatan Tuanku Abu Bakar menjadi seorang ulama pada tanggal 24 April 1943 Jepang mengumumkan tentang pembentukan prajurit heiho (pembantu prajurit Jepang). Kabar perekrutan pemuda untuk menjadi anggota heiho didengar oleh pemuda-pemuda setempat, dari situ pemuda juga mengabarkannya kepada Tuanku Abu Bakar untuk meminta saran. Kebiasaan masyarakat setempat yaitu bertanya kepada siapa yang dianggap sebagai orang yang pandai dan tahu, contohnya seorang ulama. Tuanku Abu Bakar menanggapinya dengan kesal, karena tidak suka jika rakyat Pribumi bekerjasama dengan orang kafir. Spontan menjawab bahwa Orang kafir itu tidak akan pernah menjadi teman bagi orang Mukmin karena mereka bersifat munafik. Itulah jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan para pemuda kepada Tuanku Abu Bakar. Guru Tuanku Abu Bakar yaitu Tuanku Sati menanggapinya dengan baik, bahkan menyuruh secara langsung Tuanku Abu Bakar untuk ikut dalam keprajuritan ini.

Pendaftaran menjadi prajurit heiho di Nagari Kuranji Hilir ada sekitar 15 orang dan Tuanku Abu Bakar satu-satunya seorang ulama. Untuk mengepalai prajurit heiho di Nagari Kuranji Hilir ditunjuk oleh prajurit lainnya sebagai ketua adalah Tuanku Abu Bakar, karena Tuanku Abu Bakar merupakan orang disegani dari prajurit lainnya karena seorang ulama. Sebagai bukti Tuanku Abu Bakar menjadi anggota

heiho, ia mendapatkan Kartu anggota berupa Kartu

Kuning Heiho Indonesia.10

Sebagian prajurit heiho ada yang memutuskan untuk berhenti dari anggota ini. Semangat selalu diberikan Tuanku Abu Bakar kepada prajurit-prajurit yang mulai berputus asa, karena kepandaian ini akan sangat berguna bagi seluruh prajurit kedepannya. Bagi Tuanku Abu Bakar masa menjadi prajurit heiho itu memang pahit, tapi harus tetap dijalani karena ini

10Arsip Pribadi Tuanku Abu Bakar, Kartu Kuning Heiho

(4)

telah menjadi pilihan bagi Tuanku Abu Bakar. Serta menjadi panutan bagi prajurit lainnya karena sebagai pemberi semangat pada teman seperjuangannya tidak mungkin ia akan berhenti begitu saja. Itulah beban yang ditanggung sebenarnya oleh Tuanku Abu Bakar. Terlebih lagi ketika melakukan Sikerei yang sangat dipaksakan oleh tentara Jepang kepada anggota heiho.

Dalam kegiatan heiho, Sikerei inilah yang sering ditentang Tuanku Abu Bakar. Pernah ia memesankan kepada anggota heiho tidak melakukan

Seikerei, sehingga tentara Jepang mengetahuinya.

Akhirnya Tuanku Abu Bakar dijatuhi hukuman oleh tentara Jepang yaitu tidak diberi makan selama 6 hari, hal ini tidak mampu dilihat oleh teman seperjuangan lainnya dan selalu menyisihkan sebagian makanan mereka untuk Tuanku Abu Bakar, begitulah setia kawan yang ditunjukan teman seperjuangan dengan Tuanku Abu Bakar.

Tuanku Abu Bakar selalu memesankan kepada teman seperjuangan, bahwa melakukan hal ini dengan sepenuh hati adalah mempersekutukan Allah SWT. Kegiatan ini sangat dipaksakan, jika tidak melakukan dapat sanksi berat dari tentara Jepang. Hingga prajurit heiho terutama Tuanku Abu Bakar melakukan kegitan Sikerei ini hanya sekedar membungkukan badan saja tanpa ada niat menyebah Kaisar, seperti yang dilakukan oleh tentara Jepang.

Kegiatan Shalat berjamaah tidak pernah dilupakan masa menjadi prajurit ini. Ketika datang waktu shalat biasanya Tuanku Abu Bakar menyempatkan diri untuk melakukan Shalat di Surau terdekat. bahkan pernah Tuanku Abu Bakar menjadi Imam ketika Shalat bagi prajurit heiho dilapangan terbuka.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 resmilah penyerahan Jepang kepada Sekutu karena kekalahan Jepang dalam perang pasifik.11 Maka seluruh angkatan perang Jepang dibubarkan termasuk prajurit

Heiho. Tuanku Abu Bakar setelah berhenti menjadi

prajurit Heiho mulai aktif kembali ke Surau untuk memberi pengajian kepada masyarakat sekitarnya.

Dalam pengajian yang diberikannya sesekali Tuanku Abu Bakar membagikan pengalamanya selama menjadi prajurit heiho, bagaimana suka dukanya dan yang tidak lupa dia serukan adalah kepandaian barunya dalam bidang militer yang didapatnya selama dia bergabung dengan prajurit

heiho. Sehingga banyak pemuda yang tertarik dalam

dunia militer karena pengalaman yang dibagikan oleh Tuanku Abu Bakar. Tidak lupa pula Tuanku Abu Bakar ketika ada Wirid di Surau sambil memberikan pengajian ia juga memberikan seruan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga serta mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada tanggal 23 Agustus 1945 adanya pengumuman pembentukan BKR (Badan Keamanan

11Audrey Kahin, Dari Pemberontakan Ke Integrasi

(Sumatera Barat Dan Politik Indonesia 1926-1998), ( Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm.152

Rakyat).12 Tuanku Abu Bakar memberikan seruan kepada seluruh pemuda yang ada di Kuranji Hilir untuk bersemangat menyambut kabar perekrutan pemuda itu. Bukti Tuanku Abu Bakar sebagai pelaku pejuang masa perang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, karena terdaftar dalam anggota Lagiun Veteran di markas ranting kecamatan Sungai Limau Nomor urutan ke-24 sebagai pelaku.13

Maka perang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ini merupakan Jihad. Jihad adalah perang suci yang dilakukan demi kepentingan agama Islam. Bagi seluruh Muslim yang melakukan Jihad dengan iklas maka akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Jika meninggal dalam keadaan sedang berjihad hukumnya adalah gugur Syahid, maka seluruh dosa akan diampuni oleh Allah SWT. Dengan bahasa yang dikeluarkan Tuanku Abu Bakar membuat seluruh prajurit yang beragama Islam bersemangat untuk mengusir penjajahan dari bangsa Indonesia dan melepaskan kesengsaraan bagi umat Islam yang ada di seluruh tanah air Indonesia.

Dalam markas Tuanku Abu Bakar tampil sebagai pelerai jika ada kesalah pahaman antar sesama prajurit. Dia selalu memberikan nasehat hanya dengan bersatu dan punya paham yang sama serta kompak itulah yang akan membawa Bangsa kita terbebas dari penjajahan. Umur yang tidak jauh berbeda dengan pemuda lainnya sehinnga Tuanku Abu Bakar dapat memahami sikap-sikap yang ditunjukan teman sepejuangannya itu. Kegiatan keagamaan seperti Shalat berjamaah selalu di Imami oleh Tuanku Abu Bakar jika berada di markas dan di lapangan. Meski suasana perang tetapi Shalat Lima waktu wajib bagi Tuanku Abu Bakar dan sebagian prajurit militer.

Tuanku Abu Bakar selalu menanamkan rasa bersyukur kepada teman seperjuangannya karena dalam kondisi perang kita masih bisa memperoleh makanan walaupun sedikit. Keiklasan untuk memperjuangkan umat Muslim akan mendapat pahala yang berlimpah dari Allah SWT.

3. Tuanku Abu Bakar Sebagai Tokoh Pejuang Dari Padang Pariaman (1942-1949)

Kebijakan Jepang dalam bidang militer terlihat pada tanggal 24 April 1943, dikeluarkan pengumuman yang isinya memberi kesempatan pada para pemuda Indonesia untuk menjadi pembantu prajurit Jepang atau Heiho14. Pendaftaran sebagai prajurit heiho

sangat sepi, dikarenakan penduduk setempat tidak berminat menjadi prajurit mereka lebih memilih kesawah dan menangkap ikan di laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tuanku Abu Bakar juga membawa misi agama dalam keikut sertaannya sebagai prajurit militer.

12Fatimah Enar, dkk, Sumatera Barat 1945-1950, (Sumatera Barat: 1976), hlm.36

13Arsip Markas Ranting LVRI Kecamatan Sungai Limau,

Nama-Nama Anggota LVRI Yang Terdaftar Di Markas Ranting Kecamatan Sungai Limau, (Sungai Limau, 2014)

14Eko Praptanto, Sejarah Indonesia Zaman Pendudukan

Jepang dan Kemerdekaan Indonesia, (Jakarta: Bima Sumber Daya

(5)

Pandangan ayahnya bahwa Jepang dan Belanda itu sama saja, bukan saudara orang Muslim melainkan kafir, ada saatnya untuk mengusir kafir di daerah ini, karena telah menyengsarakan orang Muslim. Jika berjuang demi kepentingan agama Islam untuk mengusir kaum kafir itu adalah Jihad, suatu tindakan yang sangat terpuji bagi seorang Muslim, karena mampu membebaskan kaumnya dari siksaan orang kafir. Masa itu khusus di Nagari Kuranji Hilir ada yang mendaftar sebagai prajurit Heiho sekitar kurang lebih 15 orang pemuda yang tergabung dalam Butai

Yong-Yong (Kesatuan Yong-Yong). Tuanku Abu

Bakar lah satu-satunya seorang Ulama.

Di Sumatera Barat Sebagian tentara heiho yang masih di daerah masing-masing membantu untuk berjaga-jaga di markas Jepang dan ikut dalam pekerjaan seperti membangun jalan, jembatan dan benteng-benteng Jepang. Prajurit heiho bertugas sebagai buruh kasar, berbeda dengan Romusha. Meski terkadang prajurit heiho bekerja bagaikan seorang

Romusha tetapi bukan seorang Romusha, karena

prajurit heiho diberikan seragam militer dan masing-masing mempunyai nama Jepang. Sedangkan Romusha murni sebagai pekerja paksa.

Tuanku Abu Bakar dalam keikut sertaannya menjadi prajurit heiho mendapatkan Piagam Penghargaan karena pernah dinas dalam Balatentara Jepang sejak tahun 1943 sampai 1945.15 Sebagai prajurit heiho Tuanku Abu Bakar mendapatkan nama Jepang yang diberikan oleh tentara Jepang yaitu

Masashiko yang artinya seorang ulama atau orang

alim. Tuanku Abu Bakar disegani dalam Nagari karena seorang Ulama, jadi untuk mengepalai pasukan

Heiho di Nagari Kuranji Hilir ini para anggota telah

menunjuk Tuanku Abu Bakar sebagai ketuanya. Setelah kurang lebih Satu Bulan pasukan

Heiho yang berada di Nagari ada yang dikirim ke

markas Jepang di Padang dan ada juga yang dikirim ke markas Jepang di Padang Pariaman yaitu Sintuak. Tuanku Abu Bakar bersama rombongan dikirim ke markas Jepang di Sintuak dan mematuhi perintah Jepang untuk memulai kegiatan kemiliteran di Sintuak.

Pasukan Heiho yang dikirim ke Sintuak ditugaskan untuk manjaga lapangan terbang tersebut diantaranya Tuanku Abu Bakar. Tidak hanya menjaga lapangan kapal terbang Tuanku Abu Bakar juga ikut dalam kegiatan membangun lapangan kapal terbang tersebut. Selain menjaga lapangan kapal terbang di Sintuak Tuanku Abu Bakar juga bertugas menjaga tempat penyimpanan senjata di markas Jepang yang ada di Sintuak. Kegiatan penjagaan lapangan kapal terbang dan menjaga senjata dilakukan secara bergantian oleh anggota heiho.

Sesudah tugas menjaga benteng Jepang yang ada di Sintuak, Tuanku Abu Bakar dikirim ke daerah Padang untuk berlatih militer lebih lanjut. Pelatihan

15 Arsip Pribadi Abu Bakar, Piagam Penghargaan Pernah

Dinas Dalam Bala Tentara Jepang Pada Tahun 1943-1945( Shizuo

Miyamoto:Tokyo, 1993)

diberikan langsung oleh pelatih yang sangat keras dan disiplin yaitu Wanatabe seorang komandan tentara Jepang. Pada masa menjadi prajurit heiho Tuanku Abu Bakar pernah menjaga markas besar Jepang di daerah Indarung Padang dari serangan tentara Sekutu pada tahun 1945. Penjagaan dilakukan Siang dan Malam secara bergantian dengan prajurit lainnya. kegiatan yang dilakukan di markas ini hanya sebentar karena Jepang terlanjur kalah oleh pasukan Sekutu dalam Perang Pasifik. Maka tanggal 14 Agustus 1945 resmilah penyerahan Jepang kepada Sekutu.16 Setelah penyerahan itu terlihat seluruh tentara Jepang di Sumatera Barat tidak bersemangat lagi, dan seluruh angkatan bersenjata dibubarkan tidak boleh lagi beraktifitas seperti biasanya termasuk Heiho.

Kalahnya Jepang dalam perang pasifik, bangsa Indonesia memploklamirkan kemerdekaannya. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.17 Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sangat cepat diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia khususnya Padang Pariaman yang segera menerima berita tersebut pada tanggal 20 Agustus 1945.18 Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu tanggal 23 Agustus 1945 keputusan pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat) diwujudkan pemerintah. Dalam bentuk seruan Presiden agar Peta, Heiho, Prajurit pelaut serta pemuda lain yang penuh semangat masuk dan bekerja dalam Badan Keamanan Rakyat.

Tuanku Abu Bakar melaporkan diri ke Nagari Kuranji Hilir dan mendaftar menjadi anggota BKR di Pariaman di bawah pengaturan Mahjuddin Tonek. Tuanku Abu Bakar bergabung dalam Batalyon Nan Tongga, dibawah Danton Serma Djamaludin. Mengajak kaum pemuda untuk lebih bersemangat karena bangsa kita telah Merdeka dan kewajiban seluruh rakyat Indonesia untuk mempertahankannya. Tuanku Abu Bakar mendapat tugas penjagaan di Kampung Baru Pariaman. Pada tanggal 5 Oktober 1945 Presiden Republik Indonesia yaitu Soekarno, mengeluarkan perintah pembentukan Tentara Republik yakni Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Setelah disepakati TKR merupakan nama dari Badan Keamanan Rakyat (BKR) Sumatera Barat yang telah diganti. Masa ini anggota TKR sudah mulai memperlengkapi diri dengan senjata karena mustahil jika kesatuan militer tanpa ada persenjataan.

Tuanku Abu Bakar beserta teman seperjuangan lainnya mencari akal bagaimana cara merampas senjata-senjata tersebut. Terlihat masih ada tentara Jepang yang berjaga-jaga di markas. Sehingga

16Audrey Kahin, Dari Pemberontakan Ke Integrasi

(Sumatera Barat Dan Politik Indonesia 1926-1998), ( Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm.152

17 Eko Praptanto, Sejarah Indonesia Zaman Pendudukan

Jepang dan Kemerdekaan Indonesia, (Jakarta: PT. Bina Sumber

Daya MIPA, 2010), hlm.69

18Armaidi Tanjung, dkk, Sejarah Perjuangan Rakyat

Padang Pariaman dalam Perang Kemerdekaan (1945-1949),

(6)

diputuskan untuk mengambil senjata pada malam hari secara diam-diam masuk ke dalam bilik-bilik penyimpanan senjata. Cara ini dilakukan ketika markas terlihat sudah aman satu persatu disuruh untuk masuk ke dalam markas termasuk Tuanku Abu Bakar dan sebagian anggota TKR lainnya berjaga-jaga di luar markas. Akhirnya Tuanku Abu Bakar dan anggota TKR lainnya dapat memperoleh senjata walaupun dengan jumlah yang sedikit.

Pada tanggal 25 Januari 1946 TKR dirubah pula namanya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).19 Pada Bulan April 1946 di Sumatera Barat barulah terlaksana penyempurnaan TRI ini. Tuanku Abu Bakar masuk dalam anggota pasukan Batalyon Merapi Kompi II (Nan Tongga) dibawah pimpinan Letnan Satu Sanyum Nuri. Tidak lama kemudia, bertepatan tanggal 21 Juli 1947 terjadinya Agresi Militer Belanda I di Padang Pariaman. Pada masa ini Tuanku Abu Bakar menjadi Tentara penjaga garis Demarkasi di daerah Tabing karena daerah ini berbatasan langsung dengan kota Padang. Tuanku Abu Bakar menjaga garis Dermakasi daerah Tabing Sebagai Polisi Keamanan (PK) sesuai dengan perintah Komandan.

Daerah pertahanan yang baru dibentuk tersebut, khususnya diperbukitan Tapakih para Pejuang Republik termasuk Tuanku Abu Bakar melakukan perjuangan gerylia terhadap Belanda. Berjalan disetiap semak-semak Tuanku Abu Bakar bersama Tentara Republik lainnya menghadang tentara Belanda yang berpatroli dari Lubuk Alung ke Tapakih. Pada bulan Oktober 1947 Tentara Republik Indonesia (TRI) berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).20 Persenjataan TNI lebih dilengkapi lagi seperti Ranjau ,Granat, Bom tarik dan Bambu runcing adalah senjata yang digunakan oleh pejuang-pejuang di Padang Pariaman. Terjadinya Agresi Militer Belanda II ditandai dengan tembakan-tembakan Belanda di Padang Pariaman menggunakan pesawat capung yang berputar-putar di daerah Padang Pariaman pada tanggal 19 Desember 1948 pukul 05.30 WIB. Tuanku Abu Bakar berada di Markas Tapakis Lubuk Alung sebagai Polisi Keamanan (PK).

Pasukan Belanda berhasil menguasai Padang Pariaman hingga Pauh Kamba, sehingga Tuanku Abu Bakar bersama prajurit lainnya melakukan pemunduran hingga ke Tandikek. Ketika berada di Tandikek Tuanku Abu Bakar diikutsertakan bergerak ke daerah Sungai Limau memakai mobil dengan anggota prajurit Kompi Barayun dibawah Sub Komando A. Anggota bergerak kearah Sungai Limau untuk melawan pasukan Belanda. Tuanku Abu Bakar diikut sertakan bergerak kearah Sungai Limau untuk menghadang patroli Belanda di Sungai Limau, karena

19Audrey Kahin, Dari Pemberontakan Ke Integrasi

(Sumatera Barat Dan Politik Indonesia 1926-1998), ( Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 160

20Arsip Pribadi Abu Bakar, Keterangan Persaksian

Riwayat Peristiwa Perjuangan Abu Bakar, (Pariaman).

Tuanku Abu Bakar merupakan putra asli Sungai Limau.

Ketika Tentara tidak mampu mencegah Belanda untuk memasuki Sungai Limau, pasukan mencoba untuk mundur. Tuanku Abu Bakar terpisah dari rombongan. Tuanku Abu Bakar mencoba untuk berlari kearah Kampuang Paneh melewati semak-semak. Dalam pelarian Tuanku Abu Bakar tertusuk kayu runcing (pancang) tepat ditelapak kaki sebelah kiri. Tuanku Abu Bakar mencoba untuk menahan sakit, hingga diperjalanan bertemu Ungku Kadi (kakek), mamak (Paman) dari ayahandanya. Tuanku Abu Bakar dibawa Ungku Kadi kerumah penduduk untuk segera mengeluarkan pancang (kayu runcing) dan mengobati lukanya.

Pada tanggal 7 Desember 1949 berakhirnya Agresi militer Belanda II, Belanda menyerahkan daerah Padang Pariaman dan daerah sekitarnya kepada Republik Indonesia.21 Tuanku Abu Bakar meninggalkan dunia ketentaraan terakhir dengan pangkat Kopral.

Menjadi seorang Ulama merupakan

perjuangan, itu yang dikatakan oleh Tuanku Abu Bakar. Seorang Ulama juga sedang berjuang untuk memberikan pengetahuan agama meningkatkan keimanan masyarakat kepada Allah SWT. Walaupun kondisi kaki Tuanku Abu Bakar tidak seperti normal lagi, Tuanku Abu Bakar tidak menyesali kejadian itu, tetapi sangat bangga karena berani mencoba untuk mempertahankan bangsanya dari penjajahan.

KESIMPULAN

1. Peran Tuanku Abu Bakar sebagai tokoh ulama pada tahun 1942 hingga 1949:

a. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 hingga 1945 peran Tuanku Abu Bakar sebagai ulama seperti, mengajak pemuda Kuranji Hilir untuk bergabung dengan prajurit heiho, memberi semangat kepada teman seperjuangan sesama prajurit heiho yang telah berputus asa, Menentang melakukan sikerei, dan membawa prajurit untuk melakukan Shalat berjamaah meski sedang melakukan kegiatan.

b. Pada masa perang kemerdekaan tahun 1945 hingga 1949 peran Tuanku Abu Bakar sebagai ulama seperti, mengajak pemuda untuk ikut dalam

memperjuangkan kemerdekaan Republik

Indonesia agar orang kafir tidak menyengsarakan orang Muslim lagi, Menyerukan perang mempertahankan kemerdekaan adalah Jihad, pelerai jika ada kesalahpahaman antar sesama prajurit, sebagai Imam ketika Shalat berjamaah bagi para prajurit, dan memberikan pengajian, pemahaman serta pengetahuan agama kepada teman seperjuangan yang membutuhkan.

2. Peran Tuanku Abu Bakar sebagai tokoh pejuang pada tahun 1942 hingga 1949:

21Armaidi Tanjung, dkk, Sejarah Perjuangan Rakyat

Padang Pariaman dalam Perang Kemerdekaan (1945-1949),

(7)

a. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 hingga 1949 peran Tuanku Abu Bakar sebagai pejuang seperti, di Kuranji Hilir Tuanku Abu Bakar sebagai ketua pasukan heiho, sebagai prajurit penjaga markas penyimpanan senjata serta penjaga lapangan kapal terbang Jepang di daerah Sintuak dan menjaga markas tentara Jepang di Indarung Padang dari serangan pasukan Sekutu.

b. Pada masa perang kemerdekaan tahun 1945 hingga 1949 peran Tuanku Abu Bakar sebagai pejuang seperti, menjadi anggota BKR, Sebagai anggota TKR, Selanjutnya sebagai anggota TRI hingga sebagai anggota TNI.

DAFTAR PUSTAKA A. Arsip

Arsip Pribadi Tuanku Abu Bakar. Keterangan

Persaksian Riwayat Peristiwa Perjuangan Abu Bakar. (Pariaman).

Arsip Pribadi Tuanku Abu Bakar. Kartu Kuning

Heiho Indonesia. (Jakarta. 1993)

Arsip Pribadi Tuanku Abu Bakar. Piagam Penghargaan Pernah Dinas Dalam Bala Tentara Jepang Pada Tahun 1943-1945.

(Shizuo Miyamoto:Tokyo.1993)

Arsip Markas Ranting LVRI Kecamatan Sungai Limau, Nama-Nama Anggota LVRI Yang

Terdaftar Di Markas Ranting Kecamatan

Sungai Limau, (Sungai Limau, 2014

)

B. Buku

Armaidi Tanjung. dkk. 2008. Sejarah Perjuangan

Rakyat Padang Pariaman Dalam Perang Kemerdekaan 1945-1950. Pemda Kab. Padang

Pariaman

Audrey Kahin. 2005. Dari Pemberontakan Ke Integrasi (Sumatera Barat Dan Politik Indonesia 1926-1998). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Eko Praptanto. 2010. Sejarah Indonesia Zaman

Pendudukan Jepang dan Kemerdekaan

Indonesia. Jakarta: PT. Bima Sumber Daya

MIPA.

Eko Praptanto. 2010. Sejarah Indonesia Zaman

Kemerdekaan dan Diplomasi Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta: PT. Bina Sumber Daya

MIPA

Fatimah Enar, dkk. 1976. Sumatera Barat 1945-1950. Sumatera Barat.

Mestika Zed. 1999. Metodologi Sejarah. Padang: FIS Universitas Negri Padang (UNP)

Petrik Matanasi. 2011. Sejarah Tentara (Munculnya

bibit-bibit militer di Indonesia masa Hindia Belanda sampai awal kemerdekaan Indonesia).

Yogyakarta: Narasi

Taufik Abdullah. 1978. Manusia Dalam Kemelut

Referensi

Dokumen terkait

Sequence diagram dari use case Menulis HL7 Message bertipe ORU dapat digambarkan seperti pada lampiran 23.. 3.5.15 Sequence Diagram

Simpulan dari penelitian ini adalah Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat dalam soal UAS Bahasa Indonesia bentuk pilihan ganda menunjukkan bahwa soal

Buku Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4 ini merupakan upaya penulis untuk mendorong para teman-teman sejawat untuk bersama- sama belajar

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data disimpulkan bahwa media pembelajaran menggunakan macromedia flash profesional 8 materi sistem gerak pada manusiaada pengaruh

Penelitian berjudul Pemanfaatan gas buang terproduksi untuk menaikkan temperatur di Rantau bais Gathering station menggunakan variasi tekanan dan temperatur dari uap panas yang

Bagaimana keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan diterapkannya model Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi masalah sosial

Model Sistem Penelusuran Dwelling Time Terminal Petikemas Makassar PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) dirancang dalam dua tampilan antar muka yaitu tampilan untuk

The pleasant garden of great Italy, and by my father’s love and leave am armed with his good will and thy good company.. Here let us breathe and haply institute a course