• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran pelayanan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rembang yang telah dideskripsikan pada sub bab sebelumnya merupakan bagian dari analisis internal dengan melakukan identifikasi kekuatandan kelemahan. Disisi lain, kegiatan pembangunan merupakan kegiatan yang bersifat multi dimensi dan lintas sektoral, sehingga analisis internal perlu dilengkapi dengan analisis eksternal, yaitu identifikasi tantangan dan peluang.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, terdapat beberapa tantangan dan peluang pengembangan dalam upaya peningkatan kinerja layanan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rembang. Tantangan yang utama adalah adanya trend pembangunan yang tidak ramah lingkungan, yang diindikasikan dengan adanya alih fungsi lahan dan reklamasi ilegal serta belum tertanganinya kawasan permukiman kumuh. Selama 5 tahun kedepan, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rembang harus dapat mengintegrasikan penanganan trend tersebut kedalam program dan kegiatan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

Selain trend pembangunan yang tidak ramah lingkungan, terdapat tantangan lan dari segi ketidak jelasan atau tumpang tindih kewenangan tugas pokok dan fungsi antar instansi, sehingga terdapat permasalahan riil dilapangan yang tidak ditangani oleh instansi manapun dan sebaliknya, terdapat overlap kewenangan dibeberapa instansi. Sebagai contoh, jalan lingkungan, drainase perkotaan, RTH, air minum dan persampahan masih memerlukan penegasan batas-batas kewenangan antar instansi. Disisilain, penanganan RTLH masih terjadi overlap kewenangan antara Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Bappeda. Dalam kontek sini, diperlukan kejelasan kewenangan dan perbaikan tata organisasi pada level Kabupaten. Disamping kewenangan dan tupoksi, tantangan eksternal lain berupa upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam program dan kegiatan pembangunan. Program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rembang umumnya berkaitan dengan kebutuhan infrastruktur dasar masyarakat, seperti aksesibilitas jalan

RENCANA STRATEGIS

lingkungan, perumahan, drainase perkotaan, maupun PSU permukiman, sehingga keterlibatan masyarakat diharapkan dapat makin meningkatkan rasa kepemilikan terhadapprogram dan kegiatan tersebut.

Menyikapi tantangan internal dan eksternal tersebut, terdapat peluang pengembangan layanan dibidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, terutama dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informas sebagai bagian dari e-government Terlebih, didukung dengan keberadaan berbagai institusi pendidikan dan penelitian diKabupaten Rembang sehingga peluang pemanfaatan inovasi terknologi untuk mendukung layanan bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman menjadi semakin besar. Di sisilain, Kabupaten Rembang masih merupakan daerah yang menarik sebagai tempat investasi, terutama investasi swasta di bidang properti.Hal ini member peluang pada pelaksanaan pengerjaan program dan kegiatan bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan menggunakan skema KPBU (kerjasama pemerintah dan badan usaha) sehingga alokasi dana pembangunan dari pemerintah dapat lebih fleksibel.

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampak nyayang signifikan dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, jika tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang .Identifikasi isu strategis akan meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, mempermudah operasionalisasi program dan kegiatan, serta dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan etika birokratis.

Berdasarkan hasil telaah kebijakan, dokumen terkait (RPJP Kabupaten,RPJM Kabupaten,dan RTRW Kabupaten Rembang), evaluasi terhadap kinerja Rencana Strategis pada periode sebelumnya, serta hasil dari rangkaian FGD (Focus GroupDiscussion) baik internal DinasPerumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rembang maupun denganPerangkat Daerah terkait, maka terdapat beberapa permasalahan dan isu strategis yang perlu diperhatikan dalam perumusan program dan kegiatan. Perumusan isu strategis tidak terbatas pada keluaran (output) dari program dan kegiatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rembang. Identifikasi isu strategis berangkat dari analisis dampak (outcome) dari program dan kegiatan sehingga konteks pembahasan menjadi lebih luas dan integrasi atau kerjasama dengan Dinas maupun instansi pemerintahan yang lain menjadi lebih terpetakan. Hal ini diperlukan, mengingat pentingnya integrasi dan kerja sama antara Perangkat Daerah dalam konsep pembangunan wilayah untuk mewuhudkan visi Kabupaten Rembang 2016-2021

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi dilakukan dengan pemetaan permasalahan di setiap bidang kerja yang ada di Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rembang. Berikut identifikas permasalahan di setiap bidang kerja:

Identifikasi isu strategis dibidang Cipta Karya berangkat dari pemahaman mengenai konsep penciptaan lingkungan yang sehat dan aman (health and safety environment) serta sustainable development goals (SDGs). Kedua konsep tersebut merupakan faktor penting untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten Rembang .Dalam konteks tersebut, tupoksi bidang Kawasan Permukiman yang terfokus pada pembangunan dan pengelolaan prasarana dasar kawasan permukiman, dan drainase perkotaan memegang peranan penting dalam pencapaian konsep healthand safety environment serta SDGs. Konsep health and safety environment merupakan penjabaran dari konsep Livable City, yaitu mewujudkan kondisi lingkungan kota yang sehat dan aman melalui prinsip penyediaan infrastruktur perkotaan sebagai berikut

1. Tersedianya berbagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan (hunian yang layak, air bersih, listrik).

2. Tersedianya berbagai fasilitas umum dan fasilitas social (transportasi publik, taman kota, fasilitas ibadah/kesehatan/ibadah).

3. Tersedianya ruang dan tempat public untuk bersosialisasi dan berinteraksi.

4. Keamanan, bebas dari rasa takut.

5. Mendukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya. 6. Sanitasi lingkungan dan keindahan lingkungan fisik.

Konsep health and safety environment secara eksplisit tersirat dalam SDGs yang telah menggantikan program MDGs atau Millennium Development Goals. Proposal SDGs yang telah diusulkan mengandung 17 tujuan dengan 169 target yang melingkupi hal-hal terkait isu pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Isu-isu ini berupa penghapusan kemiskinan dan kelaparan , peningkatan kesehatan dan pendidikan, pemberdayaan kota yang berkelanjutan, perangmelawan perubahan klim, dan perlindungan laut dan kemaritiman. Secara lebih spesifik, tujuan(goal) yang berkaitan langsung dengan pemenuhan air bersih,sanitasi,serta infrastruktur untuk mendukung health and safety environment adalah sebagai berikut:

1. Goal No. 3:Good Health and Well Being

Dalam tujuan ini dijabarkan salah satu carauntuk menciptakan kesehatan masyarakat yakni dengan memperbaiki dan menyediakan fasilitas air bersihdan sanitasi yang baik dan terjangkau secara finansial oleh masyarakat.

2 .Goal No. 6:Clean Water and Sanitation

Merupakan tujuan yang focus pada penyediaan air bersih dan sanitasi bagi masyarakat, guna mengatasi masalah kekeringan ,dan kekurangan pangan karena minimnya infrastruktur di bidang air bersih dansanitasi

3. Goal No. 9:Industry, Inovation,and Infrastructure

Merupakan tujuan yang memiliki bahasan tentang urgensi pembangunan infrastruktur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan perekonomian dan kualitas kesehatan tempat tinggal.

Pada konteks nasional, SDGs diterjemahkan menjadi program 100-0-100 yang diusung oleh Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, yaitu 100% akses terhadapair bersih, 0% permukiman kumuh, dan100% akses terhadap jaringan sanitasi. Walaupun ketiga aspek tersebut bukan semata-mata merupakan kewenangan dari bidang Kawasan Permukiman, namun pembangunan dan pemeliharaan prasarana dasar permukiman,bangunan gedung,dan drainase kawasan perlu diarahkan pada perwujudan konsep health and safety environment danSDGs serta berkontribusi terhadap pencapaian program100-0-100 tersebut.

Jaringan air bersih dan sanitasi dulunya merupakan bagian kewenangan dari bidang Cipta Karya sebelum terjadinya reorganisasi baik pada level Kementerian maupun pada level daerah. Saat ini, kewenangan terhadap air bersih diKabupaten Rembang berada pada Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman serta PDAM sementara air baku berada dibawah kewenangan Dinas PUTR mulai tahun2017,cakupan air bersih perpipaandi Kabupaten Rembang hanya mencapai 80,34%,Angka cakupan tersebut disebabkan pemenuhan akses air bersih belum mampu dilayandi oleh PDAM. Pada pemenuhan

air bersih non perpipaan, kualitas air bersih perlu diperhatikan. Akses dan kualitas air bersih diprioritaskan pada kawasan dengan tingkat kepadatan tinggi dan permukiman padat ( terutama pada rumah tangga yang tidak mampu). Disisilain, jaringan sanitasi diKabupaten Rembang berada dibawah kewenangan LH ( Lingkungan Hidup ), termasuk untuk pengadaan ruang terbuka hijau (RTH). Perpindahan kewenangan tersebut merupakan satu isu tersendiri yang memerlukan penanganan khusus pada level kelembagaan, terutama terkait dengan kejelasan kewenangan dan bentuk kerjasama antar institusi.

Di sisilain, meskipun masih terjadi overlap tupoksi antar instansi pengelolaan sanitasi dasar dan drainase perkotan perlu menginduk pada konsep health and safety environment. Berdasarkan observasi lapangan, saluran drainase kerap tercampur dengan buangan limbah rumah tangga sehingga diperlukan penanganan yang lebih baik untuk mencegah masuknya limbah rumah tangga kedalam saluran drainase. Capaian kinerja ditahun 2015 menyatakan bahwa caupan sanitasi dasar baru mencapai 77,42%. Prioritas peninfkatan masih belum dapat dipetakan secara akurat karena analisis potensi genangan/banjir belum pernah dilakukan,termasuk master plan jaringan drainase yang belum disusun. b. Bidang Bangunan Gedung dan Perumahan

Identifikasi isu-isu strategis dibidang Perumahan berangkat dari pemahaman mengenai konsep housing forall dan pentingnya integrasi pembangunandi bidang perumahan terhadap tataruang. Konsep housingforall berfokus pada penyediaan rumah layak huni yang terjangkau (afford ablehousing), yang telah dilengkapi dengan prasarana & sarana dasar (PSD) pendukung yang lengkap.

Pada konteksnasional, Kementerian PU dan Perumahan Rakyat menargetkan 0% permukiman kumuh yang didukung dengan program pembangunan rusun bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Capaian kinerja terkait dengan penanganan permukiman kumuh diKabupaten Rembang hingga tahun2015 tergolong cukup baik, yaitu dengan telah tertanganinya 1.720 unit rumah dari14 lokasi permukiman kumuh. Selainitu,dari 59.630 rumah tidak layak huni (RTLH), hingga

tahun 2015 telah tertangani 8.452 unit. Dengan laju kinerja tersebut, diharapkan dalam 5 tahun kedepan, jumlah RTLH diKabupaten Rembang makin berkurang dan mampu memenuhi target nasional 0% permukiman kumuh. Sejalan dengan kebijakan pusat dalam mengatasi permasalahan ketersediaan rumah (backlog) khususnya bagi MBR, Pemeritah Kabupaten Rembang mulai mengkaji rencana pengembangan hunian vertikal melalui pembangunan rusun meskipun masih terkendala oleh penyediaan lahan.

Gambar 3.1

Peta Sebaran Lokasi Permukiman Kumuh

Sumber:SK Bupati Rembang No. 050/0960 Tahun 2014 entang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh

Kabupaten Rembang

Di sisi lain, pengelolaan sarana prasarana umum (PSU) di lingkungan perumahan perlu juga mendapat perhatian karena terdapat beberapa perumahan diKabupaten Rembang yang belum menyerahkan atau bahkan tidak dilengkapi dengan PSU sehingga penghuni perumahan tidak dapat memiliki akses terhadap PSU (contoh: pengambilan sampah, drainase, limbah). Dengan kondisi tersebut, diperlukan pengaturan tentan

pengelolaan PSU, setidaknya pada level peraturan Bupati sebagai payung hukum yang juga berfungsi sebagai bentuk pengendalian pemanfaatan ruang.

Pada lingkup yang lebih luas, pembangunan perumahan (baik formal maupun swadaya) harus terintegrasi dengan tata ruang.Terlebih dengan posisi Kabupaten Rembang sebagai area resapan air dan area pertanian, maka dibutuhkan kontrol terhadap pembangunan perumahan agar tercipta kondisi tata ruang wilayah yang seimbang. Salah satu instrument yang bisa digunakan yaitu regulasi IMB.

Setelah melakukan identifikasi terhadap permasalahan dari tiap-tiap bidang tersebut, maka permasalahan utama Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman berdasarkan tugas dan fungsi dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Belum optimalnya sosialisasi pemeliharaan jaringan drainase 2. Indikator untuk mengukur kualitas drainase kurang representatif 3. Belum optimalnya kerja sama dengan PDAM untuk penambahan

jaringan air bersih (sambungan RT)

4. Belum adanya kajian kebutuhan rusununtuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni bag iMBR

5. Belum optimalnya perencanaan pengembangan perumahan dan pemukiman.

Dokumen terkait