• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan dan Masa Depan Ilmu

Dalam dokumen ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU Tugas Akhir (Halaman 5-35)

RIWAYAT HIDUP

Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M. A. dilahirarkan pada tanggal 19 Desember 1960, di Padang Panjang, Sumatra Barat. Tugas utamanya adalah dosen tetapdi

Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, ia juga mengajar di beberapa perguruan tinggi: Universitas Islam Empat Lima (UNISMA). Al-Akidah dan perguruan tinggi thawalib jakarta.

Riwayat pendidikan mantan aktvis mahasiswa ini dimulai dari Sekolah Dasar (tamat 1972); melanjutkan Thawalib Padang Panjang (1975); kemudian melanjutkan ke Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur. Sebelum kuliah, dia menjadi tenaga da’I di Sumber Agung, Kinali Sumatra Barat selama dua tahun (1980-1982). Dia lalu melanjutkan ke Fakultas Usuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), hingga meraih Sarjana Muda (tahun1985), Sarjana Lengkap (1987), Magister Agama (1993), dan terakhir meraih gelar Doktor tahun 1998, sedangkan pangkat Guru Besar diraihnya pada tahun 2005.

Sekarang ia dipercaya menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sebelumnya ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah jakarta untuk periode 2002-2006. Sebelum menjadi Dekan, ia menjabat sebagai Asisten Direktur Pascasarjana UIN syarif hidayatullah jakarta (2000-2002). Kegiatan informal lain yang diembannya adalah Ketua I Ikatan Alumni UIN Jakarta dan pernah menjadi Sekretaris Umum Yayasan Syahid UIN Jakarta.

Karya-karya yang sudah diterbitkan adalah: metode tauhid: upaya menjelaskan alam metafisika (editor) jakarta, pustaka beta, 1989; “epistemologi aliran mu’tazilah dan asy’ariyah”, dalam ilmu kalam, Jakarta, Antara, 1995; filsafat ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004; “Tarekat dan Tasawuf, ed. Bandung, Pustaka Husna, 2004; “tarekat Qadariyah” dalam tarekat-tarekaat Mu’tabarah, jakarta: Prenada, 2004; Pergulatan Pemikiran dalam Filsafat Islam: Perbandingan antara al-Gazali dan Ibn Rusyd; Jakarta: Pustaka Husna, 2005; “Meneladani Pengorbanan Nabi Ibrahim dalam Rangka Mewujudkan Masyarakat Madani”, dalam Masyarakat Madani, Bina Cipta Insani, 2000.

Judul Buku FILSAFAT ILMU

Pengarang

Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M.A Edisi Revisi

Tebal 266 halaman Penerbit

Raja Grafindo Persada JAKARTA Tahun Penerbitan

2012

PEMBAHASAN

BAB I

A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat

Pada dasarnya ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatuu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang mencangkup ada yang tampak dan tidak tampak. Yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan yang tidak tampak adalah alam metafisika. Objek material filsafat dibagi atas 3 bagian, yaitu yang ada di dalam alam empiris, yang ada di dalam alam pikiran, dan yang ada di dalam alam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.

Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing, sehingga ilmulah secara praktis membelah gunung dan merambah hutan. Setelah itu, filsafat kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh. (Jujun S. Suriasumantri dalam Filsafat Ilmu).

Filsafat tidak hanya dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencangkup keseluruhan, tetaoi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hokum, dan filsafat ilmu adalah perkembangan dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak pada bidang tertentu. Filsafat ilmu yang sedang dibahas ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tuntutan tersebut karena filsafat tidak dapat hanya berada pada laut lepas, tetapi diharuskan juga dapat membimbing ilmu.

Tugas filsafat diantaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagai kepentingan. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami.

B. Pengertian Filsafat Ilmu

1. Filsafat

Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, dalam bahasa Yunani adalah philosophia, yang terdiri dari 2 kata, yaitu : philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara entimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosif yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.

Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah :

1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.

2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.

3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan. 4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan

yang diajukan oleh barbagai bidang pengetahuan.

Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu melihat apa yang dikatakan dan untuk mrngatakan apa yang dilihat. Plato mengatakan bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolute lewat dialektika. Sementara Aristoteles (tokoh utama filosof klasik) mengatakan bahwa filsafat menyelidiki sebab dan asas segala terdalam dari wujud. Karena itu ia menamakan filsafat dengan “teologi”.

Immanuel Kant mengatakan bahwa filsafat itu ilmu dasar segala pengetahuan yang mencangkup di dalam empat persoalan, yaitu :

1. Apakah yang dapat kita ketahui? 2. Apakah yang boleh kita kerjakan? 3. Sampai dimanakah pengharapan kita? 4. Apakah yang dinamakan manusia?

2. Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘alima, ya’lamu, ;ilman, yang berarti mengerti, memahami, benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science, dari bahasa latin disebut scientia (pengetahuan), scire (mengetahui). Jadi pengertian ilmu yang ad pada kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.

Adapun cirri ilmu menurut terminology yaitu :

1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diykur dan dibuktikan.

2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan berkaitan secara objek.

3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalam dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.

4. Di pihak lain yang sering berkaitan dengan konsep ilmu adalah ide bahwa metode-metoode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencarian ilmu.

5. Cirri hakiki lainnya dari ilmu adalah metodologi, sabab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide-ide yang terpisah.

6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya. Teori skolatik mengenai ilmu membuat pembeda antara objek material dan objek formal.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya :

1. Mohammad hatta mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hokum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunan-bangunannya dari dalam.

2. Ashley Montagu, Guru Basar Anthropologi di Gutgers University menyimpulakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

3. Afanasyef, seorang penikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Dari keterangan para ahli tentang ilmu diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai cirri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif.

C. Tujuan Filsafat Ilmu

1. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan keamajuan ilmu di berbagai bidang sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kotemporer secara historis.

3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.

4. Mendorong para calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.

5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan

BAB II

Sejarah Perkembangan Ilmu

A. Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola piker manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola piker mitosentris adalah pola piker masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenoomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun ketika filsafat diperkenalkan,

fenomena alam tersebut tidak dianggap lagi sebagai aktifitas dewa, tetapi aktifitas alam yang terjadi secara kausalitas.

Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang pada akhirnya kita nikati dalam bentuk teknologi. Karena itu periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.

Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani, Sophia diberi arti kebijaksanaan, Sophia juga berarti kecakapan. Kata philosofis mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (540-500 SM). Sementara orang yamg menyatakan bahwa kata tersebut mula-mula dipakai oleh Phytagoras (580-500 SM). Namun pendapat yang lebih tepat adalah pendapat yang menyatakan bahwa Heraklitoslah yang pertama menggunakan istilah tersebut. Menurutnya, philosopos harus mempunyai pengetahuan luas sebagai pengejawatan dari pada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada masa kaum sofis dan Socrates yang member arti philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoretis. Philosipia adalah hasil dari perbuatan yang disebut Philosophein itu, sedangkan philosophos adalah orang yang melakukan philosophein.

Orang Yunani pada awalnya sngat percaya dengan dongeng dan takhayul, tetapi lama kelamaan terutama setelah mereka mampu membedakan yang riil dengan yang ilusi mereka mampu keluar dari lingkungan mitologi dan mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.

Karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui tentang ala mini. Lalu timbul pertanyaan dalam pikirannya daromana datangnya ala mini, bagaimana kejadiannya, bagaimana kemajuannya dan kemana tujuannya. Pertanyaan inilah yang selalu menjadi pertanyaan filosof Yunani.

Filosof alam yang pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales (624-546 SM). Ia digelari bapak filsafat karena dialah orang

yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan “apa sebenarnya asal usul alam semesta ini?” pertanyaan ini sangat mendasar terlepasa apapun jawabannya.

Setelah Thales munculah Anaximandros (610-540 SM), ia mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbattas, dan meliputi segalanya. Dia tidak setuju bahwa unsure utama alam adalah salah satu unsure-unsur yang ada seperti tanah,dll. Berbeda lagi, Heraklitos (540-480 SM) melihat alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, dia berkesimpulan tidak ada satupun yang benar-benar ada.

Selain itu masih banyak lagi filsuf Yunani yang terkenal, seperti Parmenides (515-440 SM), ia menegaskan bahwa yang ada itu pastilah ada, merupakan suatu kebenaran. Berikutnya adalah Phytagoras (580-500 SM), ia menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada satupun yang terlepas dari bilangan, semuanya dapat diukur.

Pada masa-masa itulah filsafat mengalami kemajuan karena banyaknya orang-orang yang berfilsuf dan mengemukakan banyak teori yang berdasar, tepatnya pada ujung zaman Helenisme, yaitu pada ujung sebelum masehi menjelang Neo Platonisme, filsafat benar-benar mengalami kemunduran.

B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam

Dalam perjalanan ilmu dan jiga filsafat di dunia Islam pada dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi, dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan seringkali ekstren, antara pandangan filsafat Yunani, seperti filsafat Aritoteles dan Plato, dengan pandangan keagamaan dalam islam yang seringkali menimbulkan benturan-benturan.

Selanjutnya ketika berbicara tentang proses penyampaian ilmu dan filsafat Yunani ke dunia Islam, kita harus melihat sisi lain yang juga menunjang keberhasilan Islam dalam menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sisi lain itu adalah aktivitas penerjemahan dan penafsiran buku-buku Yunani di negeri-negeri Arab dimulai jauh dari

sebelum lahirnya agama Islam atau penaklukan Timur Dekat oleh bangsa Arab pada tahun 641 M. jauh sebelum umat Islam dapat menaklukan daerah-daerah di Timur Dekat, pada saat itu Suriah merupakan tempat bertemunya dua kekuasaan dunia, Romawi dan Persia. Atas dasar itu disebut-sebut memainkan peran pebting dalam menyebarkan kebudayaan Yunani ke Timur dan Barat. Di kalangan umat Kristen Suriah, terutama kaum Nestorian, ilmu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan melalui sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah tersebut menyebaeluaskan pengetahuan injil, namun pengetahuan ilmiah seperti kedokteran, banyak diminati oleh para pelajar. Sayangnya pihak gereja memandang ilmu kedokteran itu sebagai ilmu sekuler dan dengan demikian posisinya lebih rendah dibandingakan dengan ilmu pengobatan spiritual yang merupakan hak istimewa para pendeta.

Pada masa kejayaan umat Islam, khususnya pada masa pemerintahan dinasti Umayyah dan dinasti Abassiyah, ilmu berkembang sangat maju dan pesat. Kemajuan ini membawa islam pada masa keemasannya, dimana pada saat yang sama wilayah-wilayah yang jauh dari kekuasaan islam masih berada pada masa kegelapan peradaban (dark age).

Dalam sejarah Islam kita mengenal nama-nam seperti Mansur, al Maimun, dan Harun Al Rasyid, yang memberikan perhatian teramat besar bagi perkembangan ilmu di dunia islam. Pada masa pemerintahan al Mansur proses penerjemahan karya-karya filosof Yunani ke dalam bahasa Arab berjalan dengan pesat. Pada masa Harun Al Rasyid proses penerjemahan itu juga masih berlangsung, diterjemahkan pula karya-karya dalam bidang Astronomi seperti Sidhatta, sebuah risalah India yang diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al Fazari. Perkembangn berikutnya terjasi pada masa A l Ma’mun (813-833 M), ia telah berjasa besar dalam mengembangkan ilmu di dunia Islam dengan membangun Bait al Hikmah, yang terdiri dari sebuah perpustakaan, sebuah observatium, dan sebuah departemen penerjemahan. Orang terpenting dalam Al Hikmah adalah Hunain, dia berjasa dalam menerjemahkan buku-buku Plato, Aristoteles, Galenus, Appolonius, dan Archimedes. Selain

tokoh diatas kita juga mengenal Al Kindi, seorang ilmuan yang lebih sering disebut saintis ketimbang filosofis, yang berminat besar dalam bidang matematika dan fisika.

Sederetan nama diatas hanyalah sebagian kecil saja dari para saintis dan juga filosof muslim yang memberi sumbangan tak ternilai harganya bagi kemajuan ilmu. Selain mereka juga masih banyak terdapat tokoh-tokoh lainnya.

C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern

1. Masa Renaisans

Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supermasi gereja Khatolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesanian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan kira-kira pada tahun 1440 masehi dan ditemukannya benua baru oleh Columbus memberikan dorongan yang lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu.

Pada zaman ini manusia Barat mulai berfikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Tokohnya antara lain adalah Nicholas Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626). Copernicus adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan bahwa matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi mamiliki dua macam gerak, teori ini disebut Heliosentris, dimana matahari adalah pusat jagat raya, buakan bumi yang sebagaimana dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat Gereja (teori Geosentris).

Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutam bidang astronomi. Bacon adalah seorang pemikir yanh seolah-olah loncat dari masanya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungakapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power

(Pengetahuan adalah Kekuasaan), ada 3 contoh yang membuktikan pernyataan ini :

1. Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern 2. Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan 3. Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu

Keppler juga mengembangkan Astrologi untuk memperoleh uang guna memelihara perkembangan astronomi. Keppler menemukan 3 hukum astronomi, yaitu :

1. Orbit dari semua planet berbentuk elips

2. Dalam waktu yang sama garis perhitungan antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.

3. Bila jarak antara kedua planet A dan B ke matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P+ : Q+ = X+ : Y+

Ketiga hukum Keppler ini ditemukan setelah dilakukan perhitungan selama 10 tahun tanpa logaritma, karena pada waktu itu memang belum dikenal logaritma. Ketiga hokum ini masih dipergunakan sampai sekarang, meskipun terjadi perbaikan disana-sini. Setelah Keppler munculah Galileo (1546-1642) dengan penemuan lintas peluru, penemuan hokum pergerakan, dan penemuan tata bulan planet Jupiter. Lalu ditemukannya logaritma oleh Napier (1550-1617). Pada masa Desarque (1593-1662) ditemukan projective geometri. Di samping itu juga terdapat teori aljabar oleh Fermat. Dan Fermat bersama Pascal menyusun dasar-dasar perhitungan statistic.

2. Masa Modern

Setelah Galileo, Fermat, Pascal, dan Keppler berhasil mengembangkan penemuan mereka dalam ilmu, maka pengetahuan yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan 2 sarjana, yang dalamilmu modern memegang peran sangat penting. Mereka adalah Isac Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646-1716). Di tangan dua orang sarjana inilah sejarah ilmu modern dimulai.

Lahirnya Teori Gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika merupakan karya besar Newton. Kemudian pada masa setelah Newton, perkembangan ilmu selanjutnya adalah ilmu kimia. Jika pada masa

Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi perkembangan ilmu yang sangat menarik.

Joseph Black (1782-1799) dikenal sebagai pelopor pemeriksaan kualitatif, ia menemukan gas CO2. Ia melakukan pemanasan terhadap kapur. Sarjana lain yaitu Joseph Prestley (1733-1804) menemukan Sembilan macam hawa No dan oksigen yang antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Oksigen ini dapat menyegarkan hawa yang tidak dapat lagi menunjang pembakaran. Antonine Laurent Lavoiser (1743-1794) jadilah sarjana yang meletakan dasar ilmu ilmiah sebagaimana yang kita kenal sekarang.

Disamping perkembangan ilmu kimia, zaman yang sama ditemukan bermacam-macam mesin tanpa ada dasar ilmunya, melainkan atas dasar percobaan, misalnya mesin uap yang kemudian menjadi kereta api, percobaan-percobaan listrik dan lain-lainnya. Semua penemuan itu melandasi Revolusi Industri (terutama di Inggris), tetapi kemudian meluas k eke seluruh benua Eropa.

Percobaan selanjutnya dilakukan oleh J.L. Proust (1754-1826) mengenai atom. Demikian pula dengan John Dalton (1766-1844) yang mendapatkan ilham untuk menentukan kesatuan untuk mencari keterangan tentang perbandingan yang selalu tetap. Sejak Dalton, teori tentang atom terus dapat dipergunakan dalam lapangan ilmu kimia, juga oleh Fredrich Wohler (1800-1828) untuk menentukan sintesis urea pada tahun 1828. Pada sekitar tahun 1985, Henry Becquerel (1852-1908) bersama Curie dan J.J. Thompson menemukan radium, logam yang dapat berubah menjadi logam lain, sedangkan Thompson menemukan electron. Dengan penemuan ini, mulailah ilmu baru dalam kerangka fisika-kimia, yaitu fisika nuklir, yang pada zaman sekarang dapat mengubah macam-macam atom.

Secara singkat dapat ditarik sebuah sejarah ringkas ilmu-ilmu yang lahir pada saat itu. Perkembangan ilmu pada abad ke 18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus dan statistika. Di abad ke 19 lahir semisal pharmakologi, geofisika, gheomorphologi, palaentologi, arkeologi dan sosiologi. Sementara pada abad ke 20

emengenal ilmu tentang informasi, logika matematika, mekanika kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiology, psikologi, dll.

D. Kemajuan Ilmu Zaman Kotemporer

Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perobahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan dan ilmu.

Kemajuan ilmu dan tekhnologi dari masa ke masa dalah ibarat mata rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsure penting bagi penemuan-penemuan lainnya pada masa berikutnya. Demikianlah semuanya saling terkait. Oleh karena itu melihat perkembangan ilmu zaman kotemporer, tidak lain adalah megamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi inilah yang kemudian mengalami percepatan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di luar dugaan manusia itu sendiri.

Yang dimaksud zaman kotemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani sampai saat ini. Hal yang

Dalam dokumen ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU Tugas Akhir (Halaman 5-35)

Dokumen terkait