• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU Tugas Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU Tugas Akhir"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU

Tugas Akhir Semester I

MATA KULIAH: PENGANTAR FILSAFAT

Dosen :

Prof. Dr. Dr. dr Theodorus Immanuel Setiawan

Oleh :

Afaf Alhawariyah

NIM : 1715135938

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

(2)

Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan nikmatNya sehingga kita masih dapat terus untuk menuntut ilmu hingga sekarang, dan analisis buku Filsafat Ilmu ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Analisis buku Filsafat Ilmu ini adalah tugas akhir semester yang diberikan oleh Dr. Dr. dr. Theodorus Immanuel Setiawan selaku Dosen Pengantar Filsafat Bimbingan Konseling. Banyak manfaat yang saya rasakan dalam mengerjakan tugas ini salah satunya adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam membaca buku dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai filsafat itu sendiri. Terimakasih kepada Beliau yang telah memberikan tugas ini. Terimakasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian resume buku ini terutama kepada teman-teman BK yang telah bekerja sama meminjamkan bukunya untuk bahan pembanding resume ini.

Saya menyadari analisis buku ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun saya harapkan untuk perbaikan di waktu berikutnya.

Jakarta, 25 Desember 2012

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar ………

Daftar Isi ………

Identitas Buku ………..

Pendahuluan...

PEMBAHASAN

BAB I Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat ……… B. Pengertian Filsafat Ilmu ……… C. Tujuan Filsafat Ilmu ………

BAB II Sejarah Perkembangan Ilmu

A. Landasan Ilmu pada Zaman Yunani ………. B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam ……… C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern………….. D. Kemajuan Ilmu Zaman Kontemporer ………..

BAB III Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran

A. Definisi dan Jenis Pengetahuan ……… B. Hakikat dan Sumber Pengetahuan ……… C. Ukuran Kebenaran ……… D. Klasifikasi dan Hierarki Ilmu ………

BAB IV Dasar- Dasar Ilmu

A. Ontologi ………... B. Epistemologi ……….. C. Aksiologi ……….

(4)

A. Bahasa ………. B. Matematika ……….. C. Statistik ……….. D. Logika ………

BAB VI Tantangan dan Masa Depan Ilmu

A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Keuangan ……… B. Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia …………..

Riwayat Hidup...

Penutup ………..

Daftar Pustaka ………

(5)

Buku Filsafat Ilmu adalah buku yang berisi kajian tentang pengetahuan yang disusun secara sistematis dan sistemik dalam membangun ilmu pengetahuan. Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M. A. adalah pengarang dari buku yang memiliki enam bab ini, enam Bab tersebut terdiri atas:

1. BAB I RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU 2. BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

3. BAB III PENGETAHUANBDAN UKURAN KEBENARAN 4. BAB IV DASAR-DASAR ILMU

5. BAB V SARANA ILMIAH

6. BAB VI TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU

RIWAYAT HIDUP

(6)

Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, ia juga mengajar di beberapa perguruan tinggi: Universitas Islam Empat Lima (UNISMA). Al-Akidah dan perguruan tinggi thawalib jakarta.

Riwayat pendidikan mantan aktvis mahasiswa ini dimulai dari Sekolah Dasar (tamat 1972); melanjutkan Thawalib Padang Panjang (1975); kemudian melanjutkan ke Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur. Sebelum kuliah, dia menjadi tenaga da’I di Sumber Agung, Kinali Sumatra Barat selama dua tahun (1980-1982). Dia lalu melanjutkan ke Fakultas Usuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), hingga meraih Sarjana Muda (tahun1985), Sarjana Lengkap (1987), Magister Agama (1993), dan terakhir meraih gelar Doktor tahun 1998, sedangkan pangkat Guru Besar diraihnya pada tahun 2005.

Sekarang ia dipercaya menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sebelumnya ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Usuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah jakarta untuk periode 2002-2006. Sebelum menjadi Dekan, ia menjabat sebagai Asisten Direktur Pascasarjana UIN syarif hidayatullah jakarta (2000-2002). Kegiatan informal lain yang diembannya adalah Ketua I Ikatan Alumni UIN Jakarta dan pernah menjadi Sekretaris Umum Yayasan Syahid UIN Jakarta.

Karya-karya yang sudah diterbitkan adalah: metode tauhid: upaya menjelaskan alam metafisika (editor) jakarta, pustaka beta, 1989; “epistemologi aliran mu’tazilah dan asy’ariyah”, dalam ilmu kalam, Jakarta, Antara, 1995; filsafat ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004; “Tarekat dan Tasawuf, ed. Bandung, Pustaka Husna, 2004; “tarekat Qadariyah” dalam tarekat-tarekaat Mu’tabarah, jakarta: Prenada, 2004; Pergulatan Pemikiran dalam Filsafat Islam: Perbandingan antara al-Gazali dan Ibn Rusyd; Jakarta: Pustaka Husna, 2005; “Meneladani Pengorbanan Nabi Ibrahim dalam Rangka Mewujudkan Masyarakat Madani”, dalam Masyarakat Madani, Bina Cipta Insani, 2000.

(7)

Judul Buku

FILSAFAT ILMU

Pengarang

Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M.A

Edisi Revisi

Tebal 266 halaman

Penerbit

Raja Grafindo Persada

JAKARTA

Tahun Penerbitan

2012

PEMBAHASAN

BAB I

(8)

A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat

Pada dasarnya ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatuu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang mencangkup ada yang tampak dan tidak tampak. Yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan yang tidak tampak adalah alam metafisika. Objek material filsafat dibagi atas 3 bagian, yaitu yang ada di dalam alam empiris, yang ada di dalam alam pikiran, dan yang ada di dalam alam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.

Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing, sehingga ilmulah secara praktis membelah gunung dan merambah hutan. Setelah itu, filsafat kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh. (Jujun S. Suriasumantri dalam Filsafat Ilmu).

(9)

Tugas filsafat diantaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagai kepentingan. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami.

B. Pengertian Filsafat Ilmu

1. Filsafat

Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, dalam bahasa Yunani adalah philosophia, yang terdiri dari 2 kata, yaitu : philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara entimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosif yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.

Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah :

1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.

2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.

3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan. 4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan

yang diajukan oleh barbagai bidang pengetahuan.

(10)

Immanuel Kant mengatakan bahwa filsafat itu ilmu dasar segala pengetahuan yang mencangkup di dalam empat persoalan, yaitu :

1. Apakah yang dapat kita ketahui? 2. Apakah yang boleh kita kerjakan? 3. Sampai dimanakah pengharapan kita? 4. Apakah yang dinamakan manusia?

2. Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘alima, ya’lamu, ;ilman, yang berarti mengerti, memahami, benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science, dari bahasa latin disebut scientia (pengetahuan), scire (mengetahui). Jadi pengertian ilmu yang ad pada kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.

Adapun cirri ilmu menurut terminology yaitu :

1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diykur dan dibuktikan.

2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan berkaitan secara objek.

3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalam dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.

(11)

5. Cirri hakiki lainnya dari ilmu adalah metodologi, sabab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide-ide yang terpisah.

6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya. Teori skolatik mengenai ilmu membuat pembeda antara objek material dan objek formal.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya :

1. Mohammad hatta mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hokum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunan-bangunannya dari dalam.

2. Ashley Montagu, Guru Basar Anthropologi di Gutgers University menyimpulakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

3. Afanasyef, seorang penikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran.

Dari keterangan para ahli tentang ilmu diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai cirri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif.

C. Tujuan Filsafat Ilmu

1. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

(12)

3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.

4. Mendorong para calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.

5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan

BAB II

Sejarah Perkembangan Ilmu

A. Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani

(13)

fenomena alam tersebut tidak dianggap lagi sebagai aktifitas dewa, tetapi aktifitas alam yang terjadi secara kausalitas.

Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang pada akhirnya kita nikati dalam bentuk teknologi. Karena itu periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.

Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani, Sophia diberi arti kebijaksanaan, Sophia juga berarti kecakapan. Kata philosofis mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (540-500 SM). Sementara orang yamg menyatakan bahwa kata tersebut mula-mula dipakai oleh Phytagoras (580-500 SM). Namun pendapat yang lebih tepat adalah pendapat yang menyatakan bahwa Heraklitoslah yang pertama menggunakan istilah tersebut. Menurutnya, philosopos harus mempunyai pengetahuan luas sebagai pengejawatan dari pada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada masa kaum sofis dan Socrates yang member arti philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoretis. Philosipia adalah hasil dari perbuatan yang disebut Philosophein itu, sedangkan philosophos adalah orang yang melakukan philosophein.

Orang Yunani pada awalnya sngat percaya dengan dongeng dan takhayul, tetapi lama kelamaan terutama setelah mereka mampu membedakan yang riil dengan yang ilusi mereka mampu keluar dari lingkungan mitologi dan mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.

Karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui tentang ala mini. Lalu timbul pertanyaan dalam pikirannya daromana datangnya ala mini, bagaimana kejadiannya, bagaimana kemajuannya dan kemana tujuannya. Pertanyaan inilah yang selalu menjadi pertanyaan filosof Yunani.

(14)

yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan “apa sebenarnya asal usul alam semesta ini?” pertanyaan ini sangat mendasar terlepasa apapun jawabannya.

Setelah Thales munculah Anaximandros (610-540 SM), ia mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbattas, dan meliputi segalanya. Dia tidak setuju bahwa unsure utama alam adalah salah satu unsure-unsur yang ada seperti tanah,dll. Berbeda lagi, Heraklitos (540-480 SM) melihat alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, dia berkesimpulan tidak ada satupun yang benar-benar ada.

Selain itu masih banyak lagi filsuf Yunani yang terkenal, seperti Parmenides (515-440 SM), ia menegaskan bahwa yang ada itu pastilah ada, merupakan suatu kebenaran. Berikutnya adalah Phytagoras (580-500 SM), ia menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada satupun yang terlepas dari bilangan, semuanya dapat diukur.

Pada masa-masa itulah filsafat mengalami kemajuan karena banyaknya orang-orang yang berfilsuf dan mengemukakan banyak teori yang berdasar, tepatnya pada ujung zaman Helenisme, yaitu pada ujung sebelum masehi menjelang Neo Platonisme, filsafat benar-benar mengalami kemunduran.

B. Perkembangan Ilmu Zaman Islam

Dalam perjalanan ilmu dan jiga filsafat di dunia Islam pada dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi, dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan seringkali ekstren, antara pandangan filsafat Yunani, seperti filsafat Aritoteles dan Plato, dengan pandangan keagamaan dalam islam yang seringkali menimbulkan benturan-benturan.

(15)

sebelum lahirnya agama Islam atau penaklukan Timur Dekat oleh bangsa Arab pada tahun 641 M. jauh sebelum umat Islam dapat menaklukan daerah-daerah di Timur Dekat, pada saat itu Suriah merupakan tempat bertemunya dua kekuasaan dunia, Romawi dan Persia. Atas dasar itu disebut-sebut memainkan peran pebting dalam menyebarkan kebudayaan Yunani ke Timur dan Barat. Di kalangan umat Kristen Suriah, terutama kaum Nestorian, ilmu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan melalui sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah tersebut menyebaeluaskan pengetahuan injil, namun pengetahuan ilmiah seperti kedokteran, banyak diminati oleh para pelajar. Sayangnya pihak gereja memandang ilmu kedokteran itu sebagai ilmu sekuler dan dengan demikian posisinya lebih rendah dibandingakan dengan ilmu pengobatan spiritual yang merupakan hak istimewa para pendeta.

Pada masa kejayaan umat Islam, khususnya pada masa pemerintahan dinasti Umayyah dan dinasti Abassiyah, ilmu berkembang sangat maju dan pesat. Kemajuan ini membawa islam pada masa keemasannya, dimana pada saat yang sama wilayah-wilayah yang jauh dari kekuasaan islam masih berada pada masa kegelapan peradaban (dark age).

(16)

tokoh diatas kita juga mengenal Al Kindi, seorang ilmuan yang lebih sering disebut saintis ketimbang filosofis, yang berminat besar dalam bidang matematika dan fisika.

Sederetan nama diatas hanyalah sebagian kecil saja dari para saintis dan juga filosof muslim yang memberi sumbangan tak ternilai harganya bagi kemajuan ilmu. Selain mereka juga masih banyak terdapat tokoh-tokoh lainnya.

C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern

1. Masa Renaisans

Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supermasi gereja Khatolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesanian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan kira-kira pada tahun 1440 masehi dan ditemukannya benua baru oleh Columbus memberikan dorongan yang lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu.

Pada zaman ini manusia Barat mulai berfikir secara baru, dan berada di pusat jagat raya, dan bumi mamiliki dua macam gerak, teori ini disebut Heliosentris, dimana matahari adalah pusat jagat raya, buakan bumi yang sebagaimana dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat Gereja (teori Geosentris).

(17)

(Pengetahuan adalah Kekuasaan), ada 3 contoh yang membuktikan pernyataan ini :

1. Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern 2. Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan 3. Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu

Keppler juga mengembangkan Astrologi untuk memperoleh uang guna memelihara perkembangan astronomi. Keppler menemukan 3 hukum astronomi, yaitu :

1. Orbit dari semua planet berbentuk elips

2. Dalam waktu yang sama garis perhitungan antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.

3. Bila jarak antara kedua planet A dan B ke matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P+ : Q+ = X+ : Y+

Ketiga hukum Keppler ini ditemukan setelah dilakukan perhitungan selama 10 tahun tanpa logaritma, karena pada waktu itu memang belum dikenal logaritma. Ketiga hokum ini masih dipergunakan sampai sekarang, meskipun terjadi perbaikan disana-sini.

Setelah Keppler munculah Galileo (1546-1642) dengan penemuan lintas peluru, penemuan hokum pergerakan, dan penemuan tata bulan planet Jupiter. Lalu ditemukannya logaritma oleh Napier (1550-1617). Pada masa Desarque (1593-1662) ditemukan projective geometri. Di samping itu juga terdapat teori aljabar oleh Fermat. Dan Fermat bersama Pascal menyusun dasar-dasar perhitungan statistic.

2. Masa Modern

Setelah Galileo, Fermat, Pascal, dan Keppler berhasil mengembangkan penemuan mereka dalam ilmu, maka pengetahuan yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan 2 sarjana, yang dalamilmu modern memegang peran sangat penting. Mereka adalah Isac Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646-1716). Di tangan dua orang sarjana inilah sejarah ilmu modern dimulai.

(18)

Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi perkembangan ilmu yang sangat menarik.

Joseph Black (1782-1799) dikenal sebagai pelopor pemeriksaan kualitatif, ia menemukan gas CO2. Ia melakukan pemanasan terhadap kapur. Sarjana lain yaitu Joseph Prestley (1733-1804) menemukan Sembilan macam hawa No dan oksigen yang antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Oksigen ini dapat menyegarkan hawa yang tidak dapat lagi menunjang pembakaran. Antonine Laurent Lavoiser (1743-1794) jadilah sarjana yang meletakan dasar ilmu ilmiah sebagaimana yang kita kenal sekarang.

Disamping perkembangan ilmu kimia, zaman yang sama ditemukan bermacam-macam mesin tanpa ada dasar ilmunya, melainkan atas dasar percobaan, misalnya mesin uap yang kemudian menjadi kereta api, percobaan-percobaan listrik dan lain-lainnya. Semua penemuan itu melandasi Revolusi Industri (terutama di Inggris), tetapi kemudian meluas k eke seluruh benua Eropa.

Percobaan selanjutnya dilakukan oleh J.L. Proust (1754-1826) mengenai atom. Demikian pula dengan John Dalton (1766-1844) yang mendapatkan ilham untuk menentukan kesatuan untuk mencari keterangan tentang perbandingan yang selalu tetap. Sejak Dalton, teori tentang atom terus dapat dipergunakan dalam lapangan ilmu kimia, juga oleh Fredrich Wohler (1800-1828) untuk menentukan sintesis urea pada tahun 1828. Pada sekitar tahun 1985, Henry Becquerel (1852-1908) bersama Curie dan J.J. Thompson menemukan radium, logam yang dapat berubah menjadi logam lain, sedangkan Thompson menemukan electron. Dengan penemuan ini, mulailah ilmu baru dalam kerangka fisika-kimia, yaitu fisika nuklir, yang pada zaman sekarang dapat mengubah macam-macam atom.

(19)

emengenal ilmu tentang informasi, logika matematika, mekanika kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiology, psikologi, dll.

D. Kemajuan Ilmu Zaman Kotemporer

Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perobahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan dan ilmu.

Kemajuan ilmu dan tekhnologi dari masa ke masa dalah ibarat mata rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsure penting bagi penemuan-penemuan lainnya pada masa berikutnya. Demikianlah semuanya saling terkait. Oleh karena itu melihat perkembangan ilmu zaman kotemporer, tidak lain adalah megamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi inilah yang kemudian mengalami percepatan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di luar dugaan manusia itu sendiri.

Yang dimaksud zaman kotemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani sampai saat ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman kotemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang dimulai sekitar abad ke-15, sementara zaman kotemporer adalah memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat ini.

Beberapa contoh perkembangan ilmu kotemporer :

1. Santri, priyayi, dan abangan : tiga lingkungan yang berbeda yaitu pedesaan, pasar dan kantor pemerintahan, yang dibarengi dengan latar belakang sejarah kebudayaan yang berbeda (yang berkaitan dengan masuknya agama serta peradaban Hindu dan Islam di Jawa) telah mewujudkan adanya Abangan (yang menekankan pentingnya animistic), Santri (yang menekankan aspek-aspek Islam), dan Priyayi (yang menekankan aspek-aspek Hindu).

2. Teknologi rekayasa genetic (cloning) 3. Teknologi informasi

(20)

BAB III

Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran

A. Definisi dan Jenis Pengetahuan

Secara entimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam ensiklopedia filsafat dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan secara terminology menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahua merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

1. Jenis Pengetahuan

a. Pengetahuan biasa : pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya merah karena itu memang merah, orang menyebutnya panasena itu memang panas, dsb. b. Pengetahuan ilmu ; ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam

pengertian yang sempit diartikan untuk menunjukan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.

c. Pengetahuan filsafat : pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kotemplatif dan spekulatif.

d. Pengetahuan agama : pengetahuan yang hanya diperoleh dari tuhan lewat para utusanNya. Pengetahuan agama bersifat mutlah dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

2. Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu

Pengetahuan merupakan hasil tau manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

(21)

dirinya pada dan mengubah lingkungannya sertanmengubah sifat-sifatnya sendiri. (Paul Freedman dalam The Liang Gie).

A. Hakikat dan Sumber Pengetahuan

1. Hakikat Pengetahuan

Pengetahuan pada dassrnya adalah keadaan mental. Megetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta yang da di luat akal. Persoalannya adalah apakah gambaran itu sesuai dengan fakta atau tidak?, apakah gambaran itu benar atau tidak?, atau apakah gambaran itu dekat pada kebenaran atau malah jauh dengan kebenaran?.

Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu : a. Realisme : pandangan realistis terhadap alam

b. Idealisme : untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.

2. Sumber Pengetahuan

Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuannitu di dapat. Dari situ timbul pertanyaan bagaimana caranya kita memperoleh pengetahuan atau dari mana sumber pengetahuan kita?, pengetahuan yang ada pada kiat diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pegetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain :

a. Empirisme : menusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.

b. Rasionalisme : manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menagkap objek.

c. Intuisi : hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.

d. Wahyu : Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara para Nabi.

(22)

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan suatu pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Karena itu kegiatan berpikir adalah usaha untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu atau criteria kebenaran. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama criteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda.

Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak sampai di situ saja. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya epistimonolgi. Telaah epistimologi terhadap kebenaran membawa seseorang kepada sesuatu kesimpulan bahwa perlu debedakan adanya 3 jenis kebenaran, yaitu kebenaran epistimonologis, kebenaran ontologism, dan kebenaran sistematis. Kebenaran epistimonologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Kebenaran dalam arti ontologism adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan. Kebenaran dalam arti sistematis adalah kebenaran yana ada dan melekat dalam tutur kata dan bahasa.

C. Klasifikasi dan Hierarki Ilmu

Secara umum ada 3 basis yang sangat mendasar dalam menyusun secara hierarki ilmu-ilmu metodologis, ontologism, dan etis. Hampis ke tiga criteria ini dipakai dan diterima oleh para ilmuan Islam yang sudah membuat klasifikasi ilmu-ilmu.

Al Farabi membuat klasifikasi ilmu secara filosofis ke dalam wilayah, seperti ilmu-ilmu matematis, ilmu alam, metafisika, ilmu politik, dan terakhir yurisprudensi dan teologi dialektis. Sedangkan Al Ghazali secara filosofis membagi ilmu ke dalam ilmu syariiyyah dan ilmu aqliyyah. Dr. Muhammad Al Bahi membagi ilmu dari sumbernya yang terbagi menjadi 2 : olmu yang bersumber dari tuhan dan ilmuu yang bersumber dari manusia.

(23)

Barat dengan membawa nilai-nilai sekularnya pun menembus pada sendi-sendi,struktur-struktur, ilmu-ilmu islam, seperti di tingkat teoritis berupa gejala rasionalis buta yang tidak mengindahkan nuansa-nuansa religious, dan akhirnya menghambat ke tingkat praksisi berupa westternisasi. Oleh karena itu format ideal struktur imu-ilmu keislaman seharusnya di susun ulang secara konfeherensif, dengan merumuskan pengakuan secara sadar, atau menuju kepada kesadaran ilahiyah terhadap sumber ilmu yang bersifat esa. Yang diwahyukan dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi-nya.

BAB IV

Dasar-Dasar Ilmu

A. Ontologi

(24)

berpendapat bahwa airllah yang menjadi ultimate substance yang mengeluarkan semua benda, jadi semua benda hanya satu saja yaitu air.

Neong Muhadjir dalam bukunya filsafat ilmu mengatakan bahwa ontology membahas tentang yang ada, yang tidak terkait oleh suatu perwujudan tertentu. Ontology membahas tentang yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontology berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau dalam rumusan Lorens Bagus menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontology membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Ontology adalah ilmu tentang yang ada.

2. Ontology ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.

Di dalam pemahaman ontology dapat dikemukakan pandangan-pandangan pokok tentang pemikiran, yaitu :

1. Monoisme : Paha mini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan ini adalah satu saja.

a. Materialisme : aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal yaitu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut juga naturalism.

b. Idealisme : aliran ini dinamakan juga spiritualisme. Idealism berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh.

2. Dualisme :Bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Kedua hakikat ini masing-masing berdiri sendiri. Tokohnya adalah Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern.

(25)

macam bentuk itu semuanya nyata. Tokohnya adalah William James (1842-1910).

4. Nihilisme : Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak megakui validitas alternative yang positif. Istilah nihilism diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev (1862).

5. Agnostisisme : Paha mini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat rohani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.

B. Epistimologi

Epistimologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah :

1. Metode Induktif : suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi yang disimpulkan dalam suatu pernyataan-pernyataan yang lebih umum.

2. Metode Deduktif : suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu system pernyataan yang runtut. 3. Metode Positivisme : Metode ini berpangkal dari apa yang telah

diketahui, yang factual, yang positif.

4. Metode Kotemplatif : Adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilaknpun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.

5. Metode Dialektis : Metode Tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Plato menyebutnya sebagai diskusi logika.

C. Aksiologi

Beberapa definisi tentang aksiologi diantaranya :

(26)

2. Arti aksiologi yang berasal dari buku Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. 3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama moral

conduct (tindakan moral), bidang ini melahirkan disiplin khusus yaiti etika. Ke dua esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga sosio political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.

BAB V

Sarana Ilmiah

A. Bahasa

Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.

Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia. Tanpa bahasa tiada komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi dan apakah manusia layak disebut sebagai makhluk sosial?. Sebagai sarana komunikasi maka hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain tanpa mempunyai kemampuan bahasa seseorang tidak mampu berpikir secara sistematis dan teratur.

(27)

1. Simbol-simbol : sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain

2. Simbol-simbol vocal : bunyi-bunyi yang urutan bunyi-bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubuh dengan system pernafasan.

3. Simbol-simbol vocal abtiter : tidak perlu adanya hubungan yang valid secara filosofi antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya.

4. Suatu system yang berstruktur dari symbol-simbol yang abtiter.

5. Yang digunakan oleh para anggota suatu kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain.

1. Fungsi Bahasa

1. Fungsi Instrumental : Penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum dan sebagainya.

2. Fungsi regulatoris : Penggunaan bahasa untk memerintah dan perbaikan tingkah laku.

3. Fungsi Interaksional : Penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dengan orang lain.

4. Fungsi Personal : Seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pemikiran.

5. Fungsi Heuristik : Penggunaan bahasa untuk mengunagkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.

6. Fungsi Imajinatif : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita.

7. Fungsi Representasional : Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikan pada orang lain.

2. Bahasa Sebagai Sarana Ilmiah

Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai criteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal tersebut tujauan yang akan digapai akan terwujud. Disamping menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika matematika, dan statistika.

(28)

mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Dengan demikian, jika hal tersebut dikaitkan dengan berfikir ilmiah, sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah. Sarana berfikir ini juga mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Ini disebabkan sarana ini adalah alat bantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.

B. Matematika

Berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentu saja tidak lepas dari usaha para ilmuan dalam mengembangkannya, maka dalam hal ini akan dibahas tentang matematika sebagai salah satu sarana kegiatan ilmiah. Pembahasannya meliputi sarana berpikir ilmiah, matematika sebagai bahasa, matematika sebagai sarana berfikir deduktif, dan matematika untuk ilmu alam dan ilmu social.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ini merupakan suatu hal yang bersifat imperative bagi seorang ilmuan. Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.

C. Statistik

(29)

Dalam kamus ilmiah popular, kata statistic berarti table, grafik, daftar informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statiska berarti ilmu pengumpulan, analisis, klasifikasi data, angkai sebagai dasar untuk induksi. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk mebuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.

Peran statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan sangat penting. Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam kegiatan keilmuan yang dapat dirinci sebagai berikut :

1. Observasi

Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering berfikir secara de jure. Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begitu banyak jenis dan macamnya, maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Pikiran di ikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga kini belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukum-hukum tertentu.

(30)

Aturan cara berpikir yang benar :

1. Mencintai kebenaran

2. Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan 3. Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakana 4. Buatlah pembedaan dan pembagian yang semestinya 5. Cintailah devinisi yang tepat

6. Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini dan begitu 7. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan usaha dan tenaga, serta sangguplah

(31)

BAB VI

Tantangan dan Masa Depan Ilmu

A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujua untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan kekuatan baru bagi kehidupan manusia. Ibarat cerita Raja Midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas, ternyata ketika keinginannya dikabulkan, dia tidak semakin senang, tetapi semakin gelisah bahkan gila. Sebab, tidak saja rumah dan isi rumah yang menjadi emas, tetapi istri dan anak yang disentuh pun menjadi emas. Sehingga sang raja akhirnya meratapi nasib yang kesepian tanpa ada makhluk hidup yan mendampinginya.

(32)

tetangga yang wafat. Dengan sedikit basa basi kita membesuk sebentar sebelum pergi ke kantor.

Teknologi yang telah melanda kehidupan kita sekarang juga ibarat orang yang betah tinggal disamping kandang ayam, saking asiknya dia tidak sadar bahwa teknologi layar membuat dia terpinggirkan dari sebuah kebutuhan mendasar. Dai hanya berimajinasi sesuai dengan apa yang ditayangkan televise, apalagi yang menonton itu anak-anak yang belum mampu membedakan antara yang nyata dan visual. Tuntutan melarang penayangan acara smack down disalah satu stasiun televise adalah siatu contoh betapa besarnya akibat acara tersebut bagu kepribadian anak. Anak sekolah dasar dan menengah yang meniru apa yang mereka tonton dan tidak segan-segan berbuat sadis sehingga berakibat fatal bagi fisik dan bahkan ada yang meninggal.

Umat manusia sekarang amat tergantung dan dimanjakan oleh teknologi, ketergantungan yang terus-menerus menjadikan dia terlena dari eksistensi dirinya yang bebas dan kreatif. Dia kemudian tidak sadar dipenjara oleh teknologi itu sendiri, sehingga tidak kreatif dan reflektif lagi. Contoh, teknologi layar membuat manusia tergantung pada layar, bahkan kalau handphone rusak atau computer rusak, maka dia sangat repot karena semua urusan ada disana, mulai dari agenda harian sampai proposal mega proyek.

Setelah ditemukan kemajuan teknologi yang begitu hebat tanpa disadari teknologi itupun pemenjarakan manusia. Artinya penjara manusia tidak berkurang dengan kemajuan teknologi, tetapi semakin bertambah. Pada konteks inilah manusia perlu disadarkan dari penjara yang bernama teknologi. Dia harus sadar bahwa teknologi bukan tujuan, tetapi sekedar sarana untuk memudahkan urusan, oleh karena itu dalan beberapa kesempatan kita perlu membebaskan anak-anak dalam pengaruh layar agar mereka tidak tergantung dan terpenjara oleh layar.

(33)

kepada penguasa yang memiliki otoritas dalam mengambil kebijakan. Etika global perlu dirumuskan bersama karena krisis akibat teknologi tidak hanya berdampak untuk Negara tertentu, tetapi mencangkup semua Negara. Pemanasan global akibat asap buangan dari pabrik dan kendaraan mengakibatkan es di kutub utara mencair sehingga akibatnya daratan semakin menyempit. Tempat tinggal manusia semakin menyempit, padahal jumlah penduduk semakin meningkat. Pada konteks ini, akan muncul berbagai persoalan dan krisi kemanusiaan itu sendiri.

B. Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia

Agama dan ilmu dalam beeberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru, tidak terlalu terikat dengan etika, progresif, bersifat inklusif, dan objektif. Kendati agama dan ilmu berbeda, keduanya memiliki persamaannya, yakni bertujuan memberri ketenangan dan kemudahan bagi manusia.

(34)

Karakteristik agama dan ilmu tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang berseberangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Contohnya ilmu dan teknologi mampu mengantarkan manusia hidup dalam tataran yang global, yang juga sering disebut dengan era informasi, tetapi kehidupan yang global itu pula yang menyengsarakan sebagian besar penduduk di kulit bumi ini. Akibat dari kemajuan teknologi informasi, masyarakat miskin di daerah tertentu semakin transparan, sebaliknya orang super kaya juga terlihat dengan kasat mata. Tidak hanya persoalan miskin dan kaya yang kasat mata, tetapi persoalan politik sampai hiburan dan bahkan aktifitas nyamuk di hutan belantara sungai Amazon di Amerika Latin pun dapat ditonton.

Teknologi ternyata disadari atau tidak menciptakan sesuatu yang tidak di prediksi sebelumnya. Ilmu dan teknologi mengalami degradasi nilai dan akhirnya dapat memenjara ilmu dan teknologi itu dalam satu kerangkeng tertentu. Contohnya, televisi adalah bentuk dari kerangkeng teknologi informasi karena ketika informasi masuk dalam kotak yang bernama televisi, maka pada waktu itu teknologi informasi menjadi budak bagi kepentingan kotak tersebut.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, A., (2012). Filsafat Ilmu. Jakarta: RajaGrafindo persada.

Bertens, K., (1999). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Dagun. S.M., (1990). Filsafat eksistensialisme. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadiwijono, H., (1980). Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Memahami pengertian ilmu negara, ruang lingkup,objek formal dan material Ilmu Negara, dan hubungannya dengan disiplin ilmu lain yang sama-sama berobjekkan negara...

Memahami pengertian ilmu negara, ruang lingkup,objek formal dan material Ilmu Negara, dan hubungannya dengan disiplin ilmu lain yang sama-sama berobjekkan negara...

Dalam memperoleh pengetahuan yang iimiah tentulah terdapat obyek yang akan dikaji maupun diamati. Objek dalam ilmu merupakan bagian yang dikaji oleh

Untuk itulah kita perlu mengetahui apa yang menjadi objek material dan objek formal suatu ilmu pengetahuan..

Jadi dapat diartikan secara epistemologi ada dua tahap cara mendapatkan pengetahuan, yaitu secara teoritis, dengan mempergunakan semua pengetahuan ilmiah (ilmu)

 Dalam filsafat ilmu yang hendak dilacak pada dasarnya ada dua, yaitu : (1) kebenaran dan (2) fakta. Kebenaran menjadi cita-cita tertinggi yang dikejar oleh filsafat ilmu.

Objek formal filsafat tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi juga membedakan watak filsafat dengan pengetahuan, karena filsafat berusaha mengerti dan mencari sesuatu kebenaran

Dengan kata lain filsafat bersifat menyeluruh dimana segala bentuk apakah itu benda ataupun suatu kejadian harus bisa kita lihat dari segala sisi dan segala aspeknya... Filsafat ilmu