KELOMPOK I : FILSAFAT ILMU PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat Ilmu
Menurut etimologi kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu
“philosophia”, yakni kata philo bearti cinta, suka, sayang, mau atau rasa ingin tahu yang mendalam maka timbullah rasa cinta serta suka dan kata Sophia bearti kebijaksanaan, kebenaran, kewibawaan.1 Jadi, philosophia adalah adanya rasa ingin tahu yang mendalam maka timbullah cinta yang penuh keyakinan terhadap hakikat suatu kebenaran yang mutlak. Sedangkan menurut terminologi filsafat adalah wacana pemikiran seseorang yamng mempunyai rasa ingin tahu yang mendalam tentang hakikat sesuatu kebenaran sehingga mendorong untuk terus berfikir dan mencari tahu tentang kebenaran yang mutlak tersebut. Orang yang berfilsafat dinamakan filosof, yang akan selalu memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam tanpa henti-hentinya.
Sedangkan ilmu, adanya ilmu karena adanya pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan itu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia dan lansung diterima dan disimpan apabila diyakini kebenarannya. Jadi ilmu adalah kumpulan dari pengetahuan yang sudah dimiliki oleh manusia disatukan menjadi satu kesatuan dan itu didapatkan berdasarkan pemikiran yang diteliti dengan adanya pendekatan ilmiah karena itu harus bisa dibuktikan secara empirik. Pembahasan tentang ilmu berbicara tentang sesuatu yang dapat dicerna dan ditangkap oleh indera.
Yaitu fakta-fakta yang dapat didekati dan dibuktikan dengan metode ilmiah yang dapat diterima di kalangan umum.
Jadi, filsafat ilmu adalah hasil pemikiran manusia yang mencari hakikat dari sesuatu hal untuk mencapai kebenaran yang tak terbantahkan lagi karena adanya penelitian yang empirik dan logis.
Seseorang yang berfikir secara filsafat disebut filosof. Filosof selalu mencari tau sesuatu yang menurutnya masih patut untuk diteliti. Seorang filosof juga tidak
1 Ahmad Syadali,Mudzakir, Filsafat Umum, (Jakarta : CV.Pustaka Setia,1997), hal.11
pernah berhenti dan hanya menerima begitu saja dengan apa yang sudah terjadi.
Namun mereka tetap mencari sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya tanpa ada batasannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan dapat diterima oleh masyarakat luas tentang apa yang sudah diteliti serta mampu menarik kesimpulan dari yang sudah diteliti.
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, dan saling melengkapi, perbedaan diantara keduanya bukan membuat pertentangan diantara keduanya namun saling mbelengkapi baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Filsafat juga sangat mempunyai peran penting dalam merubah pola pikir serta kepercayaan masyarakat.
Filsafat dikatakan juga sebagai ilmu karena filsafat juga memerlukan ilmu dalam menjawab pertanyaan yang ilmiah seperti: “ bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan apakah”.2 Filsafat tidak dapat berdiri sendiri juga karena masih memerlukan ilmu dalam penelitiannya mencari hakikat kebenaran yang mutlak, yang tak akan pernah terbantahkan lagi serta dapat diterima dengan baik dalam masyarakat luas.
Tentang pertanyaan bagaimana disini menanyakan tentang sifat-sifat yang dapat ditangkap, dilihat, dirasa, diraba oleh indera manusia. Dari pertanyaan tersebut jawaban yang diperoleh oleh seorang filosof adalah bersifat penggambaran, yang sangat membantu dalam tahap berikutnya.
Kemudian pertanyaan mengapa ini menanyakan tentang sebab, asal muasal dari objek yang diteliti sehingga akan semakin membuat filosof ingin tau dengan sedalamnya akibat dari sebab tersebut. Dari pertanyaan yang berbentuk seperti ini, seorang filosof akan menemukan jawaban yang berbentuk sebab dan akibat dari objek yang diteliti.
2 Rizal Mustasyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2007), hal.40
Setelah pertanyaan diatas sudah didapat maka pertanyaan kemana juga masih diperlukan Karena pertanyaan ini akan menanyakan tentang masa lampau, masa sekarang, masa akan datang. Dalam mendapatkan jawaban tentang pertanyaan ini mempunyai banyak variasi dalam memperolehnya diantaranya seperti timbul dari hal- hal yang sering dilakukan bahkan berulang-ulang atau disebut juga kebiasaan yang apabila terus berlanjut dilakukan maka pengetahuan yang diperoleh akan menjadi tolak ukur serta dapat dijadikan sebagai pedoman. Setelah dijadikan pedoman maka akan timbul adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat, ini juga dapat dikatakan sebagai pengetahuan karena sudah sering dilakukan dan sudah menjadi kebiasaan.
Karena kebiasaan tersebut sudah dijadikan sebagai pedoman maka akan timbul hukum yang akan diambil sebagai pegangan dalam mencari dan menemukan hakikat tersebut.
Setelah pertanyaan tersebut terjawab semua maka akan timbul pertanyaan apakah yang akan semakin mencapai puncak atau tujuan dari penelitian yang dilakukan karena pertanyaan ini bekenaan lansung dengan hakikat atau inti mutlak dari suatu hal yang ingin diteliti maka jawaban dari pertanyaan ini memang sangat diperlukan agar penelitian yang dilakukan sempurna.
Maka dapat disimpulkan bahwa filsafat bergerak dari yang tidak tau kepada rasa ingin tau, kemudian meneliti sehingga tau baru kemudian mencari hakikat dari suatu hal yang telah dicari tau tersebut yang jawabannya akan dapat diiterima oleh umum dan dapat dijadikan pegangan.
Setelah memperoleh pengertian dari filsafat ilmu itu sendiri maka filsafat ilmu tersebut mempunyai tujuan serta manfaat dalam mempelajarinya. Tujuan yang sudah pasti dan tentu adalah mencari hakikat kebenaran dengan sedalam dalamnya, namun disamping itu juga akan semakin memotivasi seseorang dalam berfikir secara kritis sehingga tidak sembarangan dapat menerima asumsi-asumsi yang sudah beredar namun meragukannya dengan berusaha mencari kebenarannya dengan melakukan penelitian. Filsafat ilmu juga merupakan usaha untuk mengoreksi, menguji, mengkritik asumsi dari ilmu tersebut.kemudian filsafat ilmu juga mendalami unsur-
unsur pokok dari ilmu tersebut secara menyeluruh sehingga dapat memahami secara lansung sumber, hakikat dan gambaran dari filsafat ilmu tersebut.
Filsafat ilmu juga mendatangkan manfaat tersendiri bagi filosof tersebut karena akan semakin melatih mereka dalam berfikir yang serius dalam memahami sesuatu hal yang ingin diketahui dan mendalami serta lansung mengalaminya. Filsafat ilmu juga sangat membantu dalam memperoleh hal-hal yang masih patut diperbincangkan dan dipecahkan masalahnya yang masih belum menemukan titik kepuasan sehingga sangat mendorong filosof dalam mencari hakikat dari masalah tersebut.
2. Hubungan Filsafat dengan Ilmu
“Filsafat dan ilmu memiliki hubungan saling melengkapi satu sama lainnya.
Perbedaan antara kedua kegiatan manusia itu, bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling mengisi, melengkapi karena pada hakikatnya perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan yang berbeda”3. Filsafat dan ilmu adalah dua wacana pemikiran manusia yang telah mengalami perkembangan pesat dari zaman dahulu hingga zaman sekarang. Dengan munculnya filsafat telah merubah pola pikir umat manusia. Kedua wacana ini mampu berkembang karena adanya keinginan manusia untuk terus berpikir dalam hal mencapai suatu kebenaran tentang segala sesuatu yang dipikirkan itu. Tujuan utama dari filsafat dan ilmu adalah untuk mencapai kebenaran tentang sesuatu yang tak terbantahkan lagi.
Sesungguhnya antara filsafat dan ilmu tidak dapat berjalan dengan baik apabila keduanya tidak saling bahu-membahu dalam memecahkan atau bahkan menemukan suatu kebenaran baru. Keduanya itu memang memiliki hubungan yang saling melengkapi, dimana kekurangan ilmu yang sifatnya sangat terbatas dan hanya membahas hal-hal yang dapat di indera saja dapat disempurnakan oleh filsafat yang telah maju beberapa langkah dari ilmu, dengan sifat khasnya dimana filsafat berusaha membahas dan berbicara sesuatu yang melebihi fakta yang ada dengan menggunakan
3 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1988), hal 74.
akal dan logika. Filsafat mampu berkelana membahas sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh panca indera tapi segala sesuatu yang masih dapat dijangkau oleh akal atau bisa dikatakan senjata daripada filsafat adalah logika.
Namun dibalik hubungan kerjasama yang ada antara filsafat dan ilmu tidak bisa dipungkiri bahwa memang ada perbedaan di antara keduanya. Namun perbedaan itu tidak sama sekali menunjukkan pertentangan, muncul perbedaan itu disebabkan adanya cara pendekatan yang berbeda. Satu yang harus diingat bahwa alat pergerakan dari filsafat dan ilmu adalah akal, dalam hal mencapai tujuan utama menuju dan mendapatkan kebenaran.
Sekarang orang-orang ketika disebutkan istilah filsafat dan ilmu langsung terbesit bahwa istilah itu memang tidak sama bukan hanya sebatas namanya saja yang berbeda. Namun sebenarnya ada fakta lain tentang keduanya, dimana dulu filsafat dan ilmu susah dibedakan. Pengertiannya saling tumpang tindih, keduanya sukar dipisahkan dan bahkan tidak memiliki sekat atau pembatas antara filsafat dan ilmu tersebut. Pada zaman dahulu kebenaran sesuatu itu belum dapat dikelompokkan apakah itu filsafat atau imu hal itu disebabkan pada masa itu pembuktian empirik kurang mendapat perhatian dan metode ilmiah tampaknya juga belum berkembang.
“Pada hakikatnya filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain . Keduanya tumbuh dari sikap refleksi, ingin tahu dan juga karena dilandasi terhadap rasa cinta atau kecintaan mendalam pada suatu kebenaran”4. Oleh karena itu mari kita simak beberapa persamaan yang tampak terlihat antara ilmu dan filsafat sebagai berikut :
a. Persamaan Filsafat dan Ilmu
“Baik ilmu maupun filsafat keduanya adalah pengetahuan manusia”. Hal itu karena filsafat itu dapat dipahami sebagai setiap usaha dan upaya yang dilakukan manusia dengan menggunakan akal untuk sampai kepada suatu pengetahuan. Adapun ilmu itu sendiri memang merupakan kumpulan daripada pengetahuan yang telah disusun serta telah melalui tahap pendekatan ilmiah yang bisa dicerna oleh panca indera manusia
4 Fuad Farid Ismail dkk, Cepat Menguasai Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta : IRCiSoD, 2003 )
“Baik ilmu dan filsafat sama-sama bertujuan untuk mencari kebenaran”.
Inilah yang menjadi dasar adanya keterkaitan yang sangat erat antara filsafat dan ilmu karena sama-sama memiliki visi yang berusaha untuk mencari dan mencapai kebenaran yang tak terbantahkan lagi untuk memberi kepuasan kepada manusia
“Baik ilmu maupun filsafat keduanya berpangkal pada akal manusia atau pikiran untuk mencapai kebenaran”. Persamaan inilah yang menjadi poin penting bahwa seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya senjata utama dari filsafat dan ilmu adalah akal. Manusia dikenal sebagai makhluk berpikir, kemampuan berpikir inilah yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan.
“Keduanya mempunyai metode dan system”5. Filsafat dan ilmu mengikuti beberapa tahap dalam mencapai kebenaran dan juga kedua wacana ini tidak dilakukan secara sembarangan tapi menggunakan suatu metode atau cara yang berbeda untuk mencapai kebenaran tersebut
Persamaan-persamaan antara filsafat dan ilmu sekaligus menjadi bukti bahwa memang ada hubungan atau keterkaitan di antara keduanya, sehingga memungkinkan untuk bekerja sama dalam menuntaskan serta memecahkan masalah-masalh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
“Semua ilmu sudah dibicarakan dalam filsafat . Dimana cakupan filsafat sangat luas dengan membahas segala sesuatu yang ada. Pada zaman dahulu filsafat memuat berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Di dalam filsafat banyak sebenarnya membicarakan tentang ilmu pengetahuan seperti hukum, seni dan lain sebagainya”6. Adapun ilmu pengetahuan itu sendiri tumbuh di antara filsafat. Bahkan beberapa ilmu memang lahir dari filsafat. Namun seiring berjalannya waktu dengan perkembangan zaman yang semakin maju serta adanya para pemikir yang terus
5 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1988), hal 77-78.
6 Ahmad Syadali,Mudzakir, Filsafat Umum, (Jakarta : CV.Pustaka Setia,1997),32.
mencurahkan usaha yang intensif mulailah muncul sekat antara filsafat dan ilmu tersebut.
Kemudian mulai muncul rasa kurang puas terhadap jawaban-jawaban yang diberikan filsuf, dimana jawaban daripada filsafat sebenarnya mendalam namun bisa dikatakan mengambang karena kadang-kadang tidak bisa dicerna oleh indera.
Ditambah dengan makin berkembangnya penalaran serta metode ilmiah, maka terciptalah satu persatu disiplin ilmi kushus yang memecahkan satu masalah saja.
Maka dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuanlah yang memisahkan diri dari filsafat. Keterpisahan itu sendiri dimulai sejak zaman Yunani di mana ilmu-ilmu alamiah lah merupakan salah satu ilmu yang pertama kali melepaskan diri dari filsafat dan berdiri sendiri dengan pembahasan yang rinci tanpa campur-campur dengan ilmu lain di antaranya adalah Matematika, Kimia, Biologi, Fisika dan lain sebagainya. “Kemudian baru pada abad ke-20 muncul ilmu-ilmu sosial seperti psikologi serta sosiologi. Anggota ilmu-ilmu sosial ini termasuk yang terakhir melepaskan diri dari filsafat”7.
Dengan munculnya gerakan pemisahan ilmu dari filsafat itulah dapat dilihat bahwa ternyata di samping persamaan ternyata juga ada banyak perbedaan mencolok antara filsafat dan ilmu itu sendiri. Maka marilah simak beberapa perbedaan antara keduanya.
b. Perbedaan Filsafat dan Ilmu
“Filsafat tidak terbatas, sedangkan ilmu terbatas sehingga ilmu menarik bagian filsafat agar bisa dimengerti oleh manusia”.Dengan adanya perbedaan inilah sebenarnya menunjukkan bahwa adanya kekhasan masing-masing antara filsafat dan ilmu. Filsafat adalah suatu proses berpikir yang berusaha mengkaji segala sesuatu secara menyeluruh tidak mengkaji sesuatu itu
7 Fuad Farid Ismail dkk, Cepat Menguasai Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta : IRCiSoD, 2003 ).
Hal 36
berdasarkan salah satu sudut pandangnya, sedangkan ilmu sifatnya khusus dimana mengkaji sesuatu didasarkan pada salah satu aspeknya saja.
“Filsafat sebagai induk ilmu sedangkan ilmu sebagai anak filsafa”t. Dikatakan sebagai induk daripada ilmu karena seperti penjelasan di atas filsafat memuat ilmu-ilmu pengetahuan di dalamnya sebelum memisahkan diri dari filsafat ditambah lagi terkadang ilmu memiliki keterbatasan dan kesulitan dalam menetukan batas-batas dari lingkungan pembahasannya sendiri. Misalnya sulit menentukan batas antara ilmu hayat dengan ilmu alam dan lain sebagainya.
“Ilmu Menggunakan metode eksperimen atau observasi sedangkan filsafat menggunakan logika/ rasionalisasi”8. Objek kajiannya ilmu pengethuan adalah objek empirik atau sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera manusia itu sendiri. Pembuktian kebenaran ilmu itu bisa dilakukan dengan pendekatan ilmiah dengan melakukan penelitian sehingga kebenarannya akan terbukti.
“Misalnya seorang ilmuan ingin meneliti tentang “ gejala-gejala hidup” maka ilmuwan tersebut dapat memulai penelitiannya dengan mencari objeknya yaitu berupa makhluk hidup”9. Kemudian mengumpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi hidup seperti peredaran darah, pencernaan dan sebagainya.
Maka gejala-gejala hidup tersebut dapat dibuktikan. Adapun filsafat berbicara sesuatu yang melampaui fakta dengan menggunakan logika berpikirnya.
Misalnya seorang filsuf untuk mengetahui “gejala-gejala hidup” dimulai dengan mengajukan pertanyaan misalnya kenapa manusia itu hidup ? dan seterusnya hingga ditemukan jawaban yang dapat memuaskan filsuf dan tidak terbantahkan lagi kebenarannya. Inilah sifat filsuf yang haus akan kepuasaan hingga ke akar-akarnya.
Filsafat bersifat subjektif sedangkan ilmu pengetahuan bersifat objektif.
Filsafat kebenarannya itu sangat tergantung kepada pola pikir dan metode
8 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1988), hal 75-76.
9 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1988), hal 84.
yang digunakan oleh filsuf tersebut. Latar belakang pribadi filsuf juga sangat berpengaruh terhadap kebenaran filsafat. Misalnya seorang filsuf islam tidak akan memperkarakan tentang zat Allah karena memang sudah dijelaskan dalam kitab suci bahwa sebagai hamba tidak wajib mengenal zat Allah tapi kenalilah sifatnya sedangkan filsuf non-muslim bisa memperkarakan tentang bentuk (zat) Tuhannya tersendiri.
“Jika filsafat misalnya mengkaji tentang manusia maka kajian tentang manusia dilakukan secara menyeluruh/utuh sampai ke akar-akarnya sedangkan ilmu pengetahuan mengkaji manusia dari sisi atau aspek tertentu saja misalnya mengkaji manusia terbatas pada aspek psikis, biologis, anatomis, ataupun aspek sosiologinya saja karena ilmu bersifat sangat spesialis”10.
Itulah beberapa perbedaan antara filsafat dan ilmu dan hal ini juga menunjukkan adanya hubungan antara filsafat dan ilmu dimana disinilah peran saling melengkapi sangat dibutuhkan untuk menyepurnakan satu sama lainnya.
“Dengan munculnya ilmu yang lebih spesifik bukan berarti melenyapkan eksistensi dan fungsi filsafat itu sendiri. Karena filsafat tetap masih eksis dan mempunyai fungsinya sendiri yang tak dapat digantikan”11.Filsafat bisa dikatakan sebagai ilmu istimewa karena mampu menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahauan biasa. Filsafat adalah hasil daripada daya dan upaya berpikir manusia yang berusaha memahami dan sekaligus mendalami sesuatu secara radikal yaitu sampai ke akar-akarnya.
Keunggulan filsafat ini sangat membantu karena semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul dalam dirinya. Jadi ketika manusia tidak puas dengan jawaban ilmu maka filsafatlah yang akan memberikan penjelasan yan lebih mendalam. Kemudian bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan
10 Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu:Klasik Hingga Kontemporer,(Jakarta : Rajawali Pers, 2014)
11 Ahmad Syadali,Mudzakir, Filsafat Umum, (Jakarta : CV.Pustaka Setia,1997),32.
tidak bisa lepas dan bahkan sangat membutuhkan filsafat. Dimana ada ilmu-ilmu khusus seperti ilmu pendidikan mempunyai falsafah pendidikan, ilmu hukum mempunyai falsafah hukum dan lain sebagainya. Ini juga menunjukkan hubungan antara filsafat dan ilmu yang saling membantu satu sama lainnya.
Baik ilmu pengetahuan maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat dapat sangat membantu kehidupan manusia. “Filsafat dengan menggunakan logikanya, secara lebih mendalam sanggup menembus apa-apa yang ada dibalik fakta , sehingga dapat memberikan kepuasaan kepada manusia . Sebab dengan demikian manusia disamping telah dapat mengetahui apa yang nampak atau tersurat juga dapat pula memahami apa yang tersirat dengan daya pikirnya”12. Tapi bukan berarti pula bahwa ilmu pengetahuan tidak memilki peranan dalam kehidupan manusia karena dengan munculnya ilmu pengetahuan manusia dapat mempelajari suatu ilmu secara lebih spesifik karena pembahasan dalam ilmu telah terkushuskan dalam pokok pembahasan tertentu. Contohnya seperti Sosiologi, Psikologi dan sebagainya yang telah memliki cabangnya tersendiri., sehingga akan lebih mudah dipahami.
Dari penjelasan tentang hubungan antara filsafat dan ilmu di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
ilmu dan filsafat saling berhubungan satu sama lain yang memiliki peran utama untuk mencari dan mencapai kebenaran yang tak terbantahkan lagi.
Ketika Ilmu memiliki tugas untuk menggambarkan tentang suatu masalah maka filsafat bertugas untuk menafsirkan aktivitas ilmu sekaligus filsafat berperan untuk menjawab atas pertanyaan lanjutan yang mungkin muncul.
Perbedaan pendekatan bukanlah serta merta menyimpulkan akan adanya pertentangan (kontradiksi), melainkan hanya perbedaan saja. Hal ini merupakan bukti adanya kekayaaan wacana kebenaran yang dimiliki oleh manusia
12 Ahmad Syadali,Mudzakir, Filsafat Umum, (Jakarta : CV.Pustaka Setia,1997),33.
Bila orang kurang puas dengan jawaban ilmu, maka filsafat akan memberi jawaban yang lebih mendalam(mendasar). Jadi, kebenaran filsafat melebihi kebenaran ilmu. Tapi kebenaranya keduanya bukanlah kebenaran mutlak, namun bisa dikatakan bahwa kebenaran filsafat 75 % sedangkan ilmu 50%.
Filsafat berusaha untuk membahas segala sesuatu secara menyeluruh dan mendalam adapun ilmu membahasnya dengan fokus pada satu bidang permasalahan saja maka dari itu ilmu pengetahuan disebut sebagai ilmu-ilmu khusus.
3. Objek material dan objek formal Filsafat Ilmu a. Objek material Filsafat Ilmu
Pada dasarnya ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, Bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya.
Misal: seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran, Objek kajian sains haruslah objek-objek yang empiris (objek yang berada pada ruang lingkup pengalaman indra manusia ) sebab bukti-bukti yang harus ia temukan adalah bukti- bukti yang empiris dan rasional. Untuk membuktikan kita melakukan rumusan hipotesis. objek material dari sosiologi adalah manusia.13 Contoh lainnya, lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Maka, berpikir merupakan obyek material logika.. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal.
Objek material adalah suatu benda yang dijadikan sebagai objek yang akan diselidiki dan didapati apa guna objek tersebut, bagaimana fungsinya dan bisa digunakan sampai dimana benda tersebut. Bukan hanya benda yang diselidiki, bisa berupa hal- hal yang terkait, ide-ide dari suatu dan konsep-konsepnya. Contohnya tubuh manusia menjadi objek kajian dari ilmu kedokteran yaitu dilakukannya pembedahan atau operasi pada tubuh manusia.
13 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2004), hal. 1
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Objek material itu juga adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak.
Objek material menurut para filosof:
Mohammad noor syam berpendapat, “ segala sesuatu yang ada, dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, psikis maupun non materiil abstrak, psikis. Termasuk pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, dan nilai-nilai. Dengan demikian objek filsafat tidak terbatas.”
Poedjawijatna berpendapat,” objek material filsafat ialah yang ada dan mungkin ada.”
Louis O. Kattsoff berpendapat,” lapangan kerja filsafat sangat luas, meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia.”
H.A Dardiri berpendapat, “ objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan.”
Segala sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu :
Ada yang bersifat umum,
Ada yang bersifat khusus.
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ada pada umumnya disebut ontologi.
Adapun ada yang bersifat khusus dibagi dua yaitu, ada yang mutlak, dan ada yang tidak mutlak. Ilmu yang menyelidiki tentang ada yang bersifat mutlak disebut theodicea. Ada yang tidak mutlak dibagi lagi menjadi dua, yaitu alam dan manusia.
Ilmu yang menyelidiki alam disebut kosmologi dan ilmu yang menyelidiki manusia disebut antropologi. Objek material dari filsafat sangat luas mencakup segala sesuatu yang ada.
Ada disini maksudnya tampak dengan kasat mata dan logis. Namun ada disini juga termasuk yang tak tampak kasat mata namun kita ketahui, ada dalam pikiran dan
logis. Ada yang mutlak itu seperti Tuhan, maksud mutlak disini tidak bisa diganti kedudukannya dan tak mati. Ada yang tidak mutlak itu seperti alam dan manusia, alam dan manusia bisa mati dan bisa rusak.
Yang tidak tampak itu adalah alam gaib, jelasnya tidak kasat mata, tapi ada juga orang yang bisa melihatnya, tapi itu lebih ke khayalan atau ilustrasi karena keseringan membayangkan hal-hal seperti itu dan kebanyakan menonton film horror, karena setahu kita orang yang sudah mati tak bangkit lagi dan arwahnya sudah pasti kembali kepada sang pencipta. Tapi itu hanya setan atau iblis yang menyerupai wajah dan kebiasaan manusia itu.
Objek material filsafat ilmu lebih kedalam bagian empiris. Disamping itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada secara sistematis, rasional, dan logis.
Kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin berkembang dan bercabang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah yang menyebabkan proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan.14
Will Durent mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi masing- masing, sehingga ilmulah secara praktis membelah gunung dan menjelajah atau merambah hutan. Setelah itu, filsafat kembali kelaut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh.15
Ilmu sebagai objek kajian filsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal (sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan), menyeluruh, dan rasional.
14 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2004), hal. 2 15 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), hal. 24
Istilah obyek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter).
Pokok persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu:
Pokok persoalan ini dapat dimaksudkan sebagai bidang khusus dari
penyelidikan faktual. Misalnya: penyelidikan tentang atom termasuk dalam bidang fisika dan kimia; penyelidikan tentang chlorophyl termasuk penelitian bidang botani atau bio-kimia dan sebagainya. Penyelidikan khusus terhadap suatu bidang itu.
Penyelidikan tentang fisika atau biokimia. Dikhususkan kepada atomnya, terhadap bidang biologi tentang klorofil pada tumbuhan.
Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan.
Misalnya: anatomi dan fisiologi keduanya berkaitan dengan struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya sedangkan fisiologi mempelajari fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat dikatakan memiliki pokok persoalan yang sama karena tentang struktur manusia, namun juga dikatakan berbeda karena menurut tujuannya. Perbedaaan ini dapat diketahui apabila dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang diajukan dan aspek-aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang statis(tetap), sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis(berubah). yang saling berhubungan antara satu dan yang lain. seperti anatomi dan fisiologi. kalau anatomi bagian luar tubuhnya sdangkan fisiologi bagian dalam tubuh.
b. Objek formal Filsafat
Objek formal filsafat adalah suatu sudut pandang yang menyelidiki segala sesuatu yang ada dengan sedalam-dalamnya tentang objek material filsafat sehingga dapat mencapai hakikat objek materialnya. Objek formal ini memandang ataupun mengkaji ataupun meneliti objek materialnya dari aspek-aspek atau dari sudut pandang tertentu.
Satu objek material dapat ditinjau ataupun dikaji dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu-ilmu yang berbeda-beda.
Sebagai contohnya kita ambil objek materialnya adalah “manusia”. Manusia itu sendiri dapat ditinjau ataupun dipandang dari berbagai sudut pandangan atau aspek, tidak hanya berpaku pada satu aspek. Contohnya manusia yang ditinjau dari hubungan sosialnya yang dibahas dalam sosiologi, manusia yag ditinjau dari kejiwaannya yag dibahas dalam psikologi, dan sebagainya.
Oleh karena itu, jelas terlihat bahwa objek formal filsafat ini dapat mengkaji objek materialnya dari berbagai aspek ataupun berbagai sudut pandangan sehinnga melahirkan ilmu-ilmu yang lain dengan tujuan untuk mendapatkan kebenaran dari apa yang dikaji. Pada objek formal filsafat ini, ia mengkaji objek materialnya sampai ke hakikat atau esensi dari yang dihadapinya.
Objek formal filsafat tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi juga membedakan watak filsafat dengan pengetahuan, karena filsafat berusaha mengerti dan mencari sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya tanpa terbatas baik itu yang nyata maupun yang abstrak.
Objek formal filsafat ini tidak hanya mengkaji apa yang terlihat oleh indrawi saja melainkan juga mengkaji sesuatu yang abstrak. Contoh objek formal filsafat yang mengkaji tentang segala sesuatu yang abstrak adalah seperti bagaimana nasib dan takdir manusia, jodoh dan rejeki, batas usia dan sebagainya, semua itu termasuk dalam kajian objek formal filsafat. Contoh lainnya adalah misalkan objek materialnya itu “benda”. Benda itu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang seperti ilmu alam objek formalnya perubahan dan bangun benda, ilmu kimia objek formalnya susunan benda, ilmu gaya objek formalnya kekuatan dan gerak benda. Jadi jelas terlihat dari ketiga ilmu tersebut mempunyai objek formal yang berbeda-beda dengan objek materialnya yang sama.
Dengan kata lain objek formal filsafat adalah pencarian ataupun pengkajian terhadap segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan cara merenung atau memandang pada permasalahan yang tidak dapat dijangkau oleh pendekatan empiris.
Persoalan-persoalan umum (implikasi dari obyek material dan obyek formal) yang ditemukan dalam bidang ilmu khusus itu antara lain sebagai berikut:
Sejauh mana batas-batas atau ruang lingkup yang menjadi wewenang masing-masing ilmu khusus itu, dari mana ilmu khusus itu dimulai dan sampai mana harus berhenti dan tujuan serta manfaat ilmu tersebut.
Dimanakah sesungguhnya tempat-tempat ilmu khusus dalam realitas yang melingkupinya dan letaknya.
Metode-metode yang dipakai ilmu tersebut berlakunya sampai dimana batasannya.
Apakah persoalan kausalitas (hubungan sebab-akibat yang berlaku dalam ilmu ke- alam-an juga berlaku juga bagi ilmu-ilmu sosial maupun humaniora).
Perbedaan objek material dan objek formal filsafat ilmu:
Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu di indrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.
Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Objek material mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya. Sedangkan Obyek formal filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti kodrat segala sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of everything). Obyek formal inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan, karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu : Hakikat Tuhan, Hakikat Alam, Hakikat manusia.
Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika.
Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.