FILSAFAT DAN ILMU
PENGETAHUAN
Elisati Hulu 33212002
Pendahuluan
•
Filsafat, ratunya ilmu-ilmu, yang muncul tidak
terlepas dari konteks kultural masyarakat dimana
ia berkembang.
•
Kritis, adalah kata kunci yang dipegang semua
filosof sepanjang zaman.
•
Bertrand Russel mendefinisikan filsafat sebagai
“daerah tak bertuan” antara teologi dan ilmu
pengetahuan, yang berisi spekulasi terhadap
semesta, namun juga memiliki sifat
rasionalitas dari otoritas.
Empat Pendekatan Filsafat
•
Menurut penulis, mempelajari filsafat
memerlukan pendekatan, dan penulis
membagi pendekatan tersebut yaitu:
•
pendekatan definisi,
•
pendekatan sistematika,
•
pendekatan tokoh atau aliran dan
Pendekatan definisi
• Ilmu Pengetahuan: mengkaji sebatas gejala-gejala yang
tampak dan berusaha menjelaskannya secara kausalistik
• Teologi: mengkaji semesta supra-inderawi, semesta
ketuhanan namun dalam batas-batas keimanan
• Filsafat: upaya mencari atau memperoleh jawaban atas
berbagai pertanyaan lewat penalaran sistematis yang kritis (tidak hanya pengkajian asumsi, dogmatis, tetapi terus bertanya untuk mencapai hakikatnya), radikal (mengkaji sampai ke akar-akarnya), refleksif
(mengendapkan, mengolah dan menghasilkan
Pendekatan sistematis-1
•
Terdiri dari Wilayah pengetahuan, wilayah ada
dan wilayah nilai
•
Wilayah pengetahuan, terdiri dari 4 disiplin filsafat
• Epistemologi: mengkaji hakikat pengetahuan dari
sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan dan keabsahan pengetahuan
• Filsafat ilmu pengetahuan, mengkaji ilmu
pengethauan dari segi ciri-ciri dan cara-cara memperolehnya
• Logika, mengkaji azas-azas berpikir secara lurus dan
tertib
• Metodologi, mengkaji metode-metode yang digunakan
Pendekatan sistematis-2
•
Wilayah ada, terdiri dari 2 disiplin filsafat
• Ontologi, berusan dengan ‘yang ada sebagai yang ada’
yang sebenar-benarnya ada’ (vs bentuk partikular ada: fisika, biologi, atau psikologi). Menurut Christian Wolff: semesta empiris
• Metafisika, mengkaji semesta dibalik gejala-gejala
empiris
•
Wilayah nilai, terdiri dari 2 disiplin filsafat
• Etika, yang merefleksikan nilai-nilai moral
Pendekatan melalui tokoh dan aliran
•
Rene Descartes, Spinoza dan Leibniz – aliran
rasionalisme, filsafat yang berpandangan semua
pengetahuan bersumber dari akal.
•
David Hume, John Locke, dan Berkeley –
aliran empirisme, filsafat yang menekankan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan.
•
Immanuel Kant – pelopor aliran kritisisme,
aliran yang pada dasarnya kritik terhadap
rasionalisme dan empirisme. Bahan2 yang masih
kacau (dari pengalaman empiris) lalu mengatur
dan menertibkannya dalam kategori2.
Pendekatan melalui tokoh dan aliran-2
• Hegel, Fichte, Schelling – mengusung aliran
idealisme, berpendirian bahwa pengetahuan adalah
proses2 mental atau psikologis yang sifatnya subjektif. Materi merupakan materialisasi dari pikiran manusia
• Nietzche, Bergson, dan Schopenhouer – mengusung
aliran vitalisme, yang memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara fisika
(mekanistis-deterministis). Manusia memiliki kehendak kreatif yang mampu mengubah dirinya sekaligus semesta secara dinamis.
Pendekatan melalui tokoh dan aliran-3
• Edmund Husserl, Martin Heidegger, dan Merleau
Ponty – mengusung aliran fenomenologi, aliran yang
mengkaji penampakan atau fenomena yang mana antara fenomena dan kesadaran selalu berhubungan secara
Pendekatan sejarah
• Secara konvensional dibagi menjadi 3 periode: Yunani kuno, Skolastik dan Modern.
• Kemudian oleh Susan Langer dikembangkan menjadi enam tahapan • Yunani Kuno • Filosof manusia • Abad pertengahan • Filsafat Modern • Positivisme • Alam Simbolis
• Diluar tahapan tersebut, ada tahapan mutakhir yaitu postomodernisme
Yunani Kuno
• Pada periode ini, terjadi pergeseran pemikiran dari mitos ke logos, pemikiran irasional ke penjelasan logis
berdasarkan rasio.
• Para filosof mncari penjelasan rasional atas prinsip dasar yang melandasi gejala-gejalan alam, yang selama ini
terselubungi kabut mistis.
• Thales (585 SM), misalnya mengatakan air adalah arkhe (asas pertama) dari alam semesta.
• Filosof pada periode ini antara lain Anaximander (610-547 SM) dan Anaximenes (546 SM).
Filosof-filosof Manusia
• Pada era ini, para filosof memfokuskan diri pada
permasalahan manusia, bukan lagi pada alam semesta.
• Para filosof seperti Socrates (470-399 SM), Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) banyak
mengemukakan tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik.
• Pada masa ini untuk pertama kali muncul disiplin Filsafat yang disebut etika.
• Phytagoras (580-500 SM) mengatakan bahwa filsafat
tidak semata-mata kontemplasi terhadap alam, melainkan jalan keselamatan hidup, jiwa dibebaskan dari
keterbelakangan badani menuju keselamatan (bersatunya dengan jiwa alam semesta).
Abad Pertengahan (300
– 1300 SM)
•
Pemikiran bercirikan teosentris, berpusat pada
kebenaran wahyu Tuhan.
•
Filosof seperti Thomas Aquinas, St. Bonaventura
adalah rohaniawan yang hendak merekonsiliasi
akal dan wahyu. Mereka buktikan bahwa
kebenaran wahyu tidak berbeda dengan
kebenaran yang dihasilkan oleh akal.
•
Atmosfer yang meliputi hampir semua pemikiran,
memperlakukan akal sekedar hamba dari teologi.
Abad Pertengahan (300
– 1300 SM)-2
• St. Augustinus tidak percaya akan kekuatan akal semata dalam mencapai kebenaran. Manusia tidak mampu
mencapai pengetahuan sejati tanpa iluminasi kebeharan ilahi. Wahyu menjadi sumber kebenaran utama.
• Rasionalitas kehilangan otonominya, filsafat menjadi abdi dari teologi, dimana pemikiran2 filosofis digunakan untuk mendukung kebenaran wahyu.
• Pertentangan wahyu dan akan semakin menajam dan mengeras, bahkan para ilmuwan dieksekusi karena
mewartakan kebenaran ilmiah yang tidak sesuai dengan kebenaran wahyu.
Filsafat Modern
• Hampir sepuluh abad, pemikiran filosofis dan ilmu
pengetahuan dikekang oleh kebenaran teologis yang
berdasarkan iman. Kecenderungan ini disebut “fideisme”, ketaatan buta pada iman.
• Kemudian muncul era “Renaisans”, yang berarti kelahiran
kembali. Pemikiran2 filosofi Yunani kuno, yang selama ini “disembunyikan” dan dimonopoli oleh kalangan elit
gereja, kembali dipelajari.
• Kemunculan era renaisans, tidak terlepas dari
sumbangan para filosof Islam, yang menerjemahkan pemikiran Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Dan
terjemahan inilah yang dipelajari oleh filosof barat yang akhirnya melahirkan gerakan reformasi, era renaisans.
Rene Descartes
– pelopor rasionalisme
•
Rene Descartes, filosof Perancis berjasa
merehabilitasi, mengembalikan otonomi rasio.
•
Diktumnya berbunyi: “cogito ergo sum”, “aku
berpikir maka aku ada” terkenal sampai
sekarang.
•
Rasio menjadi sumber satu-satunya ilmu
pengetahuan, sementara kesan2 inderawi adalah
ilusi yang dapat diatasi oleh rasio.
•
Rene mempelopori aliran filsafat rasionalisme,
yang berpengaruh cukup besar bagi
Filsafat Empirisme
• Filosof-filosof Inggris seperti David Hume, John Locke, dan George Berkeley, menentang keras argumen
Descartes.
• Mereka menganut filsafat empirisme, yang mengatakan bahwa pengetahuan hanya didapatkan dari pengalaman lewat pengamatan empiris, bukan semata-mata
penalaran deduksi.
• Mereka meyakini adanya keteraturan (regularity) di alam raya ini, yang bukan berasal atau ditujukan pada kodrat metafisis.
Immanuel Kant
– rasio dan empiris
• Pertentangan tersebut berlangsung sampai ImmanuelKant, filosof Jerman, menyatakan bahwa kedua aliran tersebut terlalu ekstrim, rasio dan empiris adalah sama-sama sumber pengetahuan dimana kesan-kesan empiris dikonstruksikan oleh rasio manusia melalui kategori2
menjadi pengetahuan.
• Immanuel Kant, yang terkenal dengan pernyataannya
sapere aude (berani berpikir sendiri) merupakan tokoh
Positivisme
•
Aliran empirisme mengalami puncaknya pada
aliran filsafat positivisme.
•
Filosof August Comte, mempelopori aliran ini,
juga menciptakan istilah “sosiologi”, ilmu yang
mengkaji masyarakat secara ilmiah.
•
Positivisme, yang dominan pada awal abad
20-an, menetapkan kriteria2 yang harus dipenuhi
oleh ilmu-ilmu manusia maupun alam. Kriteria
tersebut adalah eksplanatoris dan prediktif.
Pandangan positivisme
•
Untuk mencapai kriteria eksplanatoris dan prediktif,
maka ilmu2 harus memiliki pandangan positivistik
•
Objektif, teori ttg semesta harus bebas nilai
•Fenomenalisme, ilmu pengetahuan hanya
berbicara pada semesta yang diamati, metafisis
diabaikan
•
Reduksionisme, semesta direduksi menjadi
fakta-fakta keras yang dapat diamati
•
Naturalisme, alam semesta adalah objek2 yang
Klaim positivisme terhadap ilmu
pengetahuan
•
Klaim kesatuan ilmu, ilmu2 manusia dan ilmu2
alam berada pada payung yang sama, yaitu
paradigm positivisme.
•
Klaim kesatuan bahasa. Bahasa perlu untuk
memurnikan dari konsep-konsep metafisis
dengan mengajukan parameter verifisikasi.
•
Klaim kesatuan metode. Metode verifikasi
bersifat universal, berlaku baik bagi ilmu-ilmu
alam, maupun ilmu-ilmu manusia.
Alam Simbolis
• Positivisme memberikan beberapa dampak, antara lain
• Mereduksi kekayaraan pengalaman manusia menjadi fakta-fakta empiris
• Prinsip bebas nilai, membuat ilmuwan menjadi robot-robot tak berperasaan
• Keringnya semesta dari kekayaan batin yang tak terhingga (di desakralisasi)
• Menurut Ernest Cassirer, manusia adalah makhluk simbolik (animal simbolicum), yang memiliki substratum simbolik dalam benaknya, sehingga mampu memberikan jarak antara
rangsangan dan tanggapan.
• Distansiasi (refleksi) tersebut melahirkan sistem-sistem
Posmodernisme-1
• “anti” modern, terhadap ide-ide seperti kemajuan,
emansipasi, linieritas sejarah dsb. Konsep-konsep ini ditentang oleh para pemikir posmo seperti Lyotard, Foucault dan Derrida.
• Sebenarnya, postmodernisme merupakan pergeseran wacana di berbagai bidang, seperti seni, arsitektur,
sosiologi, literatur dan filsafat.
• Merupakan reaksi keras terhadap pemikiran modernisme yang terlampau mendewakan rasionalitas, jauh dari
kekayaan dunia batin manusia.
• Para posmodernisme menyerang pilar-pilar filsafat modern, yang menjunjung tinggi rasionalitas dengan mengklaim dorongan-dorongan subjektif-irasional
Posmodernisme-2
• Mereka antikebenaran tunggal demi berkembangnya kebenaran-kebenaran partikular yang plural.
• Daniel Bell, dalam bukunya The Cultural Contradiction, tahun 1976, yang mengemukakan pertama kali tentang posmodernisme. Menurut Bell,
• Kapitalisme lanjut telah bergeser dari sebuah sistem kultural dan ekonomi yang berlandaskan disiplin2 yang perlu bagi produksi, ke sistem yang berlandaskan pada kenikmatan2 konsumsi
• Etika kapitalisme yang menekankan pada kerja keras,
individualitas, dan prestasi untuk produksi, ke konsumerisme, kolusi dsb.
Jean Baudrillard
• produksi dan reproduksi tidak lagi berkaitan dengan
benda-benda, tetapi makna. Contohnya: iklan rokok yang tidak lagi menonjolkan bendanya, tetapi memuat makna yang dicapai seperti kemapanan hidup dan maskulinitas
• dunia didominasi “simulakrum”, konsep yang mewakili
tiadanya lagi batas antara yang nyata dan yang semu.
• Contoh: Dysneyland, yang membuat segala sesuatu bersifat futuristik, mimpi-mimpi. Irasionalitas perilaku
konsumtif, orang-orang rela antri berjam-jam, membayar puluhan dolar hanya untuk memuaskan nafsu, insting, dorongan dan impuls. Kolektivitas bersifat semu.
Kemudian terpecah menjadi individu-individu yang menjemukan, dengan rutinitas itu-itu saja. Ini adalah sebuah simulakrum.
Jean Francois Lyotard
• Penjelasan posmodernisme yang lengkap dikemukakan oleh Jean Francois Lyotard, di bukunya The Postmodern
Condition (1984).
• Modernisme, menurutnya, muncul dengan menggeser
narasi-narasi spiritual ttg takdir manusia ke narasi yang lebih sekular, tapi masih senafas dengan narasi spiritual.
• Posmodernisme tidak percaya pada narasi-narasi
raksasa yang sifatnya universal dan esensialis. Kesatuan sejarah digeser dengan kemajemukan sejarah lokal yang tidak bisa diletakkan di bawah satu payung narasi
Efek Posmodernisme
• Menurut Frederic Jameson dan Michel Foucault
menyatakan kekuasaan telah menyebar pada institusi mikro seperti sekolah, institusi agama, penjara, partai politik, dsb.
• Masing-masing memiliki mekanisme kuasanya sendiri-sendiri. Misalnya di sekolah, otoritas pendidikan selain memberikan pengetahuan, juga menggali pengetahuan tentang muridnya untuk bisa menguasai mereka.
• Selain itu, gerakan isu perjuangan kesetaraan gender, hak konsumen, hak suku terasing, lingkungan hidup semakin muncul.
• Hal ini, menurut Jameson, menunjukkan masyarakat sosialis (yang menurut Marxis) sudah tidak lagi relevan alias usang.
Epistemologi dan Filsafat Ilmu Pengetahuan
• Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan khususnya empat pokok persoalan pengetahuan yaitu keabsahan, struktur, batas dan
sumber.
• Epistemologi mengkaji seputar pengetahuan, namun
dalam arti seluas-luasnya termasuk pengetahuan sehari-hari.
• Secara epistemologi, keabsahan pengetahuan dibagi menjadi 3 teori kebenaran
• Korespondensi
• Koherensi
Epistemologi
– teori kebenaran
• Korespondensi: mensyaratkan adanya keselarasan antara ide dengan semesta luar, kebenarannya bersifat empirs-induktif
• Menghasilkan ilmu-ilmu empiris seperti fisika, kimia, biologi, sosiologi
• Koherensi: mensyaratkan adanya keselarasan antara peryataan logis, kebenarannya bersifat formal-deduktif
• Menghasilkan ilmu-ilmu abstrak seperti matematika dan logika
• Pragmatis, mensyaratkan adanya kriteria instrumental atau kebermanfaatan, kebenarannya bersifat fungsional
Filsafat Ilmu Pengetahuan
• Sedangkan filsafat ilmu pengetahuan, berurusan dengan pengetahuan ilmiah atau sains.
• Filsafat ilmu pengetahuan melandaskan dirinya pada teori korespondensi (keselarasan antara ide dengan semesta luar), dimana kebenaran ilmu pengetahuan adalah
kebenaran ilmiah-empiris, yang diperoleh melalui metode yang cukup ketat.
Logika
• Logika memusatkan kajiannya pada problema formal dan spesifik keteraturan penalaran,
• Logika berurusan dengan pengetahuan formal apriori
yaitu pengetahuan yang kebenarannya tidak berdasarkan pengalaman tetapi berdasarkan definisi
• Contoh:
• Bujangan adalah pria yang belum menikah
• Segitiga adalah bidang datagyang memiliki tiga sisi
• (catatan: pengetahuan aposteriori: pengetahuan yang hadir setelah pengalaman, setelah didukung oleh data-data empiris)
Logika dengan Filsafat Ilmu Pengetahuan
• Hubungan keduanya terletak pada konteks penemuan dan pembuktian kebenaran ilmu pengetahuan; logika digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan
membuktikan kebenarannya.
• Logika yang digunakan adalah induksi dan deduksi
• Logika induksi: penalaran dari fakta-fakta konkret menuju kesimpulan umum
• Logika deduksi: penalaran dari kesimpulan umum menuju hal-hal yang lebih spesifik
Metodologi dengan Filsafat Ilmu
Pengetahuan
• Metodologi adalah ilmu filsafat yang mengkaji langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
• Perbandingan
• Filsafat Ilmu Pengetahuan: berurusan dengan cara
kerja dan ciri ilmu pengetahuan
• Logika: berurusan dengan tertib nalar untuk
mendapatkan dan membenarkan pengetahuan
• Metodologi: berurusan dengan langkah-langkah untuk
Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan
Filsafat Ilmu Pengetahuan Filsafat Ilmu
Pengetahuan Menggunakan
penalaran yang kritis, refleksif dan integral
Menerangkan gejala-gejala secara ilmiah
Mencoba melakukan pendekatan kritis dan mendasar tentang pemerolehan ilmu pengetahuan, langkah-langkahnya untuk mencapai kebenaran ilmiah
Tidak berhenti pada penampakan, tetapi secara kritis mencapai hakikatnya Tujuannya mencoba menjelaskan gejala-gejala secara relasional Mencoba mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan cara2
-lanjutan
Filsafat Ilmu Pengetahuan Filsafat Ilmu Pengetahuan
Untuk mencapai
hakikatnya,
menggunakan metode kritis, metode intuitif, metode geometris, metode fenomenologis, dsb, dimana semuanya bersifat kritis, refleksif dan integral.
Menggunakan metode, yaitu langkah-langkah dalam satu urutan metodologis yang ketat untuk mendapatkan penjelasan yang seobjektif mungkin tentang semesta.
Membongkar asumsi-asumsi yang tadinya diterima begitu saja dalam ilmu pengetahuan.
Objek kajian: semesta dalam arti seluas-luasnya. Contoh: melihat manusia secara integral dengan alam semesta yang meliputinya, tidak terkotak-kotak.
Objek kajian bergantung pada displin ilmu yang ada. Disiplin ilmu biologi, sosiologi dan antropologi menjadikan manusia jadi objek kajiannya, tetapi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Memandang semesta cenderung terkotak-kotak, dan tidak bersifat kritis.
Objek kajian: ilmu pengetahuan
Pengetahuan Ilmiah dan Pengetahuan
Nonilmiah
Pengetahuan Ilmiah Pengetahuan
NonIlmiah atau eksistensial
Tujuan deskripsi (menjelaskan gejala-gejala) eksplanasi (hubungan kausal)
prediksi (lewat data-data objektif untuk memprediksi gejala-gejala yang muncul)
bertahan hidup dalam kehidupan sehari-hari (pragmatis)
Cara
pemerolehan
metodis (melalui jalan tertentu, dan hasilnya harus dapat dipertanggungj awabkan-verifikasi dan falsifikasi) sistematis (mengikuti urut-urutan
yang ketat)
objektif (bebas nilai)
warisan budaya tradisi
metode tidak menjadi masalah
pernyataan ambigu, kabur dan tidak objektif
Ilmu Pengetahuan sebagai Proses
• Ilmu pengetahuan tidak dapat diterima begitu saja, tetapimelalui proses yang cukup ketat
• Proses (piramida ilmu pengetahuan) dibagi dalam tahapan:
• Pengetahuan bertitik tolak dari pengalaman sehari-hari yang cukup luas dan cenderung variatif
• Pengalaman sehari-hari tersebut harus mengalami pemurnian.
• Pertama pemurnian dari pengalaman perseptual (persepsi), untuk secara terkendali mendapatkan titik fokus melalui
observasi.
• Kedua, pemurnian dari bahasa sehari-hari, menjadi konsep-konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Ilmu Pengetahuan sebagai proses - 2
•
Ketiga, mencari keteraturan dalam gejala-gejala
dengan membentuk proposisi kondisional p
q
untuk mendeskripsikan relasi kausalistik antara
gejala-gejala melalui metode induksi.
• Sejauh proposisi kondisional belum terbukti secara empiris --- suatu
hipotesis yaitu proposisi yang berisikan hubungan antara
gejala-gejala yang bersifat sementara menunggu untuk dibuktikan
•
Keempat, memperoleh hukum yang menunjukkan
keteraturan gejala-gejala, yaitu memperoleh
pembenaran ilmiah suatu proposisi melalui verifikasi
yang ketat
•
Kelima, pembentukan teori, yaitu seperangkat
eksplanasi yang menggambarkan “bulat-lonjongnya
dunia”.
Realis dan Anti realis
•
Dua sikap di kalangan filosof ilmu pengetahuan
tentang teori: Realis dan Anti realis
•
Sikap realis: meyakini bahwa teori merupakan
cermin sempurna dunia
•