• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Bina Marga dan

BAB II. Gambaran Pelayanan Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK)

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Bina Marga dan

Pengembangan Pelayanan OPD

Mengemukakan hasil tinjauan dan analisis terhadap Renstra K/L, hasil telaahan terhadap RTRW, dan hasil analisis terhadap KLHS yang berimplikasi sebagai tantangan dan peluang bagi pengembangan pelayanan OPD pada lima tahun mendatang. Bagian ini

mengemukakan macam pelayanan, perkiraan cakupan kebutuhan pelayanan, dan arahan lokasi pengembangan pelayanan yang dibutuhkan

BAB III

PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH

3.1 Identifikasi Permasalahan Mengemukakan

permasalahan-permasalahan pelayanan OPD beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3.2 Telaahan Visi, Misi, dan

Program Kepala daerah

Memaparkan apa saja faktor-faktor penghambat dan

pendorong pelayanan OPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi salah satu bahan perumusan isu strategis pelayanan OPD

3.3 Telaahan Renstra K/L,

Renstra

faktor-faktor penghambat ataupun faktor-faktor pendorong dari pelayanan OPD yang

mempengaruhi permasalahan pelayanan OPD ditinjau dari sasaran jangka menengah Renstra K/L ataupun Renstra OPD

SISTEMATIKA PENYAJIAN DOKUMEN

SUBSTANSI DOKUMEN RENSTRA

3.4 Telaahan RTRW dan KLHS faktor-faktor penghambat dan

pendorong dari pelayanan OPD yang mempengaruhi

permasalahan pelayanan OPD ditinjau dari implikasi RTRW dan KLHS

3.5 Isu-isu Strategis

berdasarkan Tupoksi OPD

Pada bagian ini direview kembali permasalahan pelayanan OPD ditinjau pada sub bab 3.1 s.d. sub bab 3.4 ; selanjutnya dikemukakan rumusan hasil penentuan isu-isu strategis tersebut. Dengan demikian, pada bagian ini diperoleh informasi tentang apa saja isu strategis yang paling dominan

BAB IV TUJUAN dan SASARAN

Tujuan dan Sasaran

Jangka Menengah

dikemukakan rumusan pernyataan tujuan, sasaran dan indikator sasaran jangka menengah OPD yang selaras dengan Tujuan dan sasaran RPJMD

BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

dikemukakan rumusan pernyataan strategi dan kebijakan OPD yang mengarah pada pencapaian tujuan dan sasaran dalam lima tahun mendatang BAB VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, SERTA PENDANAAN INDIKATIF

Memuat Program yang sesuai dengan RPJMD ; berikut dengan kegiatan-kegiatan yang disertai indikator kinerja, target capaian, indikasi lokasi dan pendanaan (Tabel 6.1 yang bersumber dari Tabel C-27 Permendagri 86/2017) BAB VII KINERJA

PENYELENGGARAAN URUSAN

PEMERINTAHAN

Memuat indikator kinerja Perangkat Daerah yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai Perangkat Daerah dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD. Indikator kinerja Perangkat

Daerah yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD ini

ditampilkan dalam Tabel 7.1 yang bersumber dari Tabel T-C.28.

2

GAMBARAN

PELAYANAN

DINAS BINA MARGA

DAN BINA KONSTRUKSI

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS BINA MARGA DAN

BINA KONSTRUKSI (BMBK)

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Lampung, berubah dari nomenklatur sebelumnya yakni Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) menjadi Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung. Sementara kedudukan, tugas dan fungsi organisasi mengacu pada Peraturan Gubernur Lampung Nomor 56 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung.

Tugas Pokok

Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian kewenangan Provinsi di bidang kebinamargaan dan pembinaan jasa konstruksi yang menjadi kewenangannya, serta tugas dekonsentrasi dan pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Gubernur dan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Fungsi Organisasi

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijaksanaan, pengaturan, perencanaan dan penetapan standar pedoman; b. Penyediaan dukungan/bantuan untuk kerja sama antar Kabupaten/Kota;

c. Peningkatan prasarana/sarana wilayah yang terdiri atas jembatan dan jalan beserta

simpul-simpul serta jalan bebas hambatan;

d. Perizinan pembangunan jalan bebas hambatan lintas Kabupaten/Kota; e. Pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi;

f. Pengelolaan katatausahaan; dan

Susunan Organisasi

Susunan Organisasi Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi, terdiri dari: a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, membawahi : 1) Sub Bagian Umum 2) Sub Bagian Kepegawaian 3) Sub Bagian Keuangan dan Aset

c. Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan, membawahi :

1) Seksi Pembangunan Jalan 2) Seksi Pembangunan Jembatan

3) Seksi Tata Teknik Pembangunan Jalan dan Jembatan d. Bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, membawahi :

1) Seksi Pemeliharaan Jalan 2) Seksi Pemeliharaan Jembatan

3) Seksi Tata Teknik Pemeliharaan Jalan dan Jembatan e. Bidang Bina Konstruksi, membawahi :

1) Seksi Pengaturan Jasa Kontruksi 2) Seksi Pemberdayaan Jasa Kontruksi 3) Seksi Pengawasan, Data dan Informasi

f. Bidang Bina Program, membawahi :

1) Seksi Program dan Anggaran 2) Seksi Pemantauan dan Evaluasi

3) Seksi Pengembangan Jaringan dan Data g. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

h. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.

UPTD PENGELOLAAN JALAN DAN JEMBATAN PELAYANAN WILAYAH I

UPTD PENGELOLAAN JALAN DAN JEMBATAN PELAYANAN WILAYAH II

UPTD LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI PENGUJIAN DAN

ANALISA CAMPURAN SEKSI PENGUJIAN

MATERIAL/BAHAN SUB BAGIAN TATA USAHA

SEKSI JALAN SEKSI JEMBATAN UPTD PENGELOLAAN

JALAN DAN JEMBATAN PELAYANAN WILAYAH III

UPTD PENGELOLAAN JALAN DAN JEMBATAN PELAYANAN WILAYAH IV

UPTD PENGELOLAAN JALAN DAN JEMBATAN PELAYANAN WILAYAH V

UPTD PENGELOLAAN JALAN DAN JEMBATAN PELAYANAN WILAYAH VI

SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI JALAN

SUB BAGIAN TATA USAHA

SEKSI JEMBATAN SEKSI JEMBATAN SEKSI JEMBATAN

SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI JALAN SEKSI JEMBATAN SUB BAGIAN TATA USAHA

SEKSI JALAN

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN KEUANGAN DAN ASET

SEKSI JEMBATAN

SEKSI PEMELIHARAAN JALAN SEKSI PEMELIHARAAN

JEMBATAN SEKSI TATA TEKNIK PEMELIHARAAN JALAN

DAN JEMBATAN SEKSI PROGRAM DAN

ANGGARAN SEKSI PEMANTAUAN DAN

EVALUASI SEKSI PENGEMBANGAN

JARINGAN DAN DATA

SEKSI JALAN

SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI JALAN SEKSI PEMBANGUNAN JALAN SEKSI PENGATURAN KONSTRUKSI SEKSI PEMBERDAYAAN JASA KONSTRUKSI SEKSI PENGAWASAN, DATA DAN INFORMASI SEKSI PEMBANGUNAN

JEMBATAN SEKSI TATA TEKNIK PEMBANGUNAN JALAN

DAN JEMBATAN

SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN

BIDANG PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN

BIDANG BINA KONSTRUKSI KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

BIDANG BINA PROGRAM BIDANG PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN

2.2. Sumber Daya Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK)

Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung merupakan Dinas Teknis yang melaksanakan tugas pemerintah dibidang kebinamargaan. Adapun jumlah Pegawai Negeri Sipil di Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung pada tahun 2020 bulan januari adalah sebanyak 349 orang (sumber : sub bagian kepegawaian Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung per januari 2020) yang terdiri dari tenaga teknis dan non teknis. Adapun rincian kepegawaian berdasarkan pangkat dan golongan sebagai berikut :

2.2.1. Susunan Kepegawaian :

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pangkat dan Golongan

Dari data diatas terlihat bahwa sebagian besar pegawai Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung memiliki pangkat golongan IV (9,16%) diikuti pangkat golongan III (53,01%) dan yang paling sedikit pangkat golongan I (0%) dan II (37,82%), Kemampuan sumber daya manusia juga haruslah diimbangi dengan tingkat pendidikan agar menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tabel dibawah menunjukkan data pegawai Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 2.2 Rincian Pegawai Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai

SD 6 SMP 10 SMA 148 D3 9 S1 112 S2 67 Jumlah Total 349

Sumber : Subbag Kepegawaian Dinas BMBK Provinsi Lampung, per januari 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terbesar pegawai Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung yakni sebesar 42,4% adalah SMA, oleh sebab itu diperlukan pelatihan

I/a I/b I/c I/d II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d

1 DINAS BINA MARGA DAN BINA KONSTRUKSI 0 0 0 0 10 11 77 34 63 48 42 32 26 5 0 1 PROVINSI LAMPUNG

(Sumber : Subbag Kepegawaian)

NO UNIT KERJA PANGKAT GOLONGAN KETERANGAN

32 349

teknis bidang konstruksi guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung.

2.2.2. Aset Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung a. Aset Peralatan Utama

Tabel 2.3 Aset Utama Dinas BMBK Provinsi Lampung

Sumber : Subbag Keuangan dan Aset Dinas BMBK Provinsi Lampung, per januari 2020

N A M A B ID A N G B A R A N G J UM LA H B A R A N G ( S e k re t a ria t ) J UM LA H B A R A N G ( UP T D I) J UM LA H B A R A N G ( UP T D II) J UM LA H B A R A N G ( UP T D III) J UM LA H B A R A N G ( UP T D IV ) J UM LA H B A R A N G ( UP T D V ) J UM LA H B A R A N G ( UP T D V I) 2 3 4 5 6 7 8 9 T a na h 2 12 6 17 10 3 2 Tanah 2 12 6 17 10 3 2 P e ra la t a n da n M e s in 2 .18 1 6 9 2 1 2 2 12 9 7 0 2 2 A lat-alat B esar 29 11 5 6 20 6 6 A lat-alat A ngkutan 62 8 1 1 22 1 1

A lat B engkel dan A lat Ukur 61 0 0 0 0 0 0

A lat P ertanian 6 0 0 0 8 0 0

A lat Kanto r dan Rumah Tangga 1.943 50 15 15 76 63 15

A lat Studio dan A lat Ko munikasi 75 0 0 0 0 0 0

A lat-alat Kedo kteran 0 0 0 0 0 0 0

A lat Labo rato rium 5 0 0 0 3 0 0

A lat-alat P erenjataan/Keamanan 0 0 0 0 0 0 0

G e dung da n B a nguna n 2 9 7 4 2 5 5 3

B angunan Gedung 29 7 4 2 5 5 3

M o numen 0 0 0 0 0 0 0

J a la n, Iriga s i da n J a ringa n 3 6 2 5 2 119 14 7 12 7 118 6 4

Jalan dan Jembatan 21 165 93 103 99 113 64

B angunan A ir/Irigasi 1 86 26 44 26 2 0

Instalasi 6 1 0 0 2 3 0

Jaringan 8 0 0 0 0 0 0

A s e t T e t a p La inya 1.18 4 0 0 0 0 0 0

B uku dan P erpustakaan 1.184 0 0 0 0 0 0

B arang B erco rak Kebudayaan 0 0 0 0 0 0 0

Hewan dan Ternak serta Tanaman 0 0 0 0 0 0 0

A set Reno vasi 0 0 0 0 0 0 0

Ko ns t ruk s i D a la m P e nge rja a n 2 8 4 11 14 5 2 2

Ko nstruksi Dalam P engerjaan 28 4 11 14 5 2 2

3 .4 6 0 3 4 4 16 1 2 0 2 2 7 6 19 8 9 3 KO D E B ID A N G B A R A N G 2 1 1 7 8 5 6 3 4 12 11 9 10 17 15 16 13 14 21 J UM LA H 20 18 19

2.3 Kinerja Pelayanan Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) 2.3.1 Sub Bidang Kebinamargaan

DIAGRAM FUNGSI DAN STATUS JARINGAN JALAN

( UU-38 / 2004 + PP-34/2006, tentang Jalan dan PP-26/2008 tentang RTRWN)

Kewenangan Jalan Pemerintah Provinsi terdiri dari

1. Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota

2. Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten atau kota 3. Jalan Strategis Provinsi

4. Jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pengelompokkan Berdasarkan Fungsi

1. Jalan Arteri – jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama untuk perjalanan jarak jauh, dengan kecepatan sekitar >60km/jam. Lebar badan jalannya mencapai >8m. Kapasitas jenis jalan ini cenderung lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. Jalan arteri tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal.

2. Jalan Kolektor – jalan yang digunakan untuk melayani kendaraan dengan jarak perjalanan sedang dan berkecepatan >40km/jam. Lebar badan jalannya >7m, dengan kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata. Sama seperti jalan arteri, jalan kolektor juga tak boleh terganggu oleh kegiatan lokal.

3. Jalan Lokal – jalan umum yang digunakan untuk melayani kendaraan dengan perjalanan jarak dekat dan berkecepatan >40km/jam. Lebar jalan mencapai >5m.

4. Jalan Lingkungan – jalan umum yang digunakan untuk melayani kendaraan dengan perjalanan jarak dekat dan berkecepatan rendah.

Pengelompokan Berdasarkan Muatan Sumbu (Kelas)

1. Jalan Kelas I – jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor, termasuk yang memiliki muatan dengan lebar tidak melebihi 2500mm, ukuran panjang tidak melebihi 1800mm, dan beratnya lebih dari 10 ton.

2. Jalan Kelas II – jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor, termasuk yang memiliki muatan dengan lebar tidak melebihi 2500mm, ukuran panjang tidak melebihi 1800mm, dan berat maksimal tidak lebih dari 10 ton. Jalan kelas ini sesuai untuk angkutan peti kemas.

3. Jalan Kelas III A – jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor, termasuk yang memiliki muatan dengan lebar tidak melebihi 2500mm, ukuran panjang tidak melebihi 1800mm, dan berat maksimalnya 8 ton.

4. Jalan Kelas III B - jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor, termasuk yang memiliki muatan dengan lebar tidak melebihi 2500mm, ukuran panjang tidak melebihi 1200mm, dan berat maksimalnya 8 ton.

5. Jalan Kelas III C – jalan lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor, termasuk yang memiliki muatan dengan lebar tidak melebihi 2100mm, ukuran panjang tidak melebihi 900mm, dan berat maksimalnya 8 ton.

Pengelolaan jaringan jalan dan jembatan pada Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung berpedoman kepada asas desentralisasi (pengelolaan jalan dan jembatan provinsi) dan asas dekonsentrasi (pengelolaan jalan dan jembatan nasional). Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/234.a/III.09/HK/2016 tentang Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi memiliki

kewajiban dalam hal penyelenggaraan dan penanganan ruas jalan provinsi sebesar 1,693.273 Km (99 Ruas Jalan), dengan jumlah jembatan sebanyak 658 buah, tersebar di hampir semua Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

Gambar 2.2 : Kondisi Jalan Provinsi Tahun 2018

Adapun kondisi ruas jalan provinsi pada akhir tahun 2018 yang berada dalam kondisi Baik (kerusakan permukaan < 6%) adalah sepanjang 1.140,178 Km (sekitar 67,34%). Kondisi Sedang (kerusakan permukaan 6 – 11 %) sepanjang 167,481 Km (sekitar 9,89%). Sisanya ruas jalan provinsi masih berada dalam kondisi Rusak Ringan (11-<15%) dan Rusak Berat (15>%) masing-masing berkisar 5,06% dan 17,71% (gambar 2.2). Adapun untuk jembatan, pada akhir tahun 2018 sebanyak 658 buah jembatan (90%) berada dalam kondisi Baik (B). Sisanya sebanyak 58 buah jembatan (10%) berada dalam kondisi Rusak Ringan (RR).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi jalan adalah perkerasan jalan. Ditinjau dari jenis lapis penutup permukaan (perkerasan) jalan, terdapat 198,67 Km jalan Provinsi yang memiliki jenis permukaan lapen, agregat, telford dan tanah. Hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat kemantapan jalan Provinsi. Selain itu degradasi (penurunan) kualitas permukaan perkerasan jalan yang lebih cepat dari biasanya dapat disebabkan oleh:

1. Ruas-ruas dengan volume lalu lintas yang tinggi, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban. baik 67.34% sedang 9.89% rusak ringan 5.06% rusak berat 17.71%

2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik dan naiknya air akibat kapilaritas.

3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik.

4. Iklim, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.

5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya yang memang kurang bagus. 6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik. seperti di wilayah Suoh,

Kabupaten Lampung Barat dan Putih Doh di Kabupaten Tanggamus.

Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan penyebab yang saling berkaitan. Sebagai contoh, retak pinggir, pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak baiknya sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak pinggir, memungkinkan air meresap masuk ke lapis dibawahnya yang melemahkan ikatan antara aspal dengan agregat, hal ini dapat menimbulkan lubanglubang disamping dan melemahkan daya dukung lapisan di bawahnya.

Gambar 2.3 : Grafik Perbandingan Jenis Perkerasan Ruas Jalan Provinsi Tahun 2018

Rigid Hotmix Lapen Aggregat Telford Tanah

Series1 167.698 1326.898 84.067 22.578 90.082 1.95 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Panjang Km

Grafik Perbandingan Jenis Perkerasan

Ruas Jalan Provinsi

Selain panjang jalan, hal yang berperan dalam mempengaruhi umur jalan adalah lebar jalan. Dari 99 ruas jalan provinsi masih banyak terdapat ruas yang memiliki lebar jalan dibawah standar kriteria jalan provinsi (< 6 meter). Oleh sebab itu RENSTRA dalam 5 Tahun mendatang perlu dilakukan pelebaran Ruas-ruas dengan volume lalu lintas yang tinggi.

Perkembangan penanganan jalan dan jembatan di Provinsi Lampung pada 4 (empat) tahun terakhir ini sebenarnya sudah menunjukkan kinerja yang cukup baik. Setiap tahun terjadi peningkatan kondisi mantap jalan, dimana pada periode tahun 2014 kondisi mantap jalan yang masih berkisar 65,05%, sudah meningkat menjadi 77,23% pada tahun 2018, atau naik sebesar 12,18%. Hal ini berbanding lurus dengan kondisi jalan yang masih Rusak Berat (RB) dan Rusak Ringan (RR) yang mengalami penurunan, dari sebesar 34,9 % pada 2014 menjadi 22,7 % pada 2018.

Tabel 2.4 : Kondisi Ruas Jalan Provinsi Tahun 2014-2018

Km % Km % Km % Km % 1 2014 1.702,81 808,20 47,46 299,45 17,59 219,81 12,91 375,36 22,04 2 2015 1.702,81 956,79 56,19 184,35 10,83 138,85 8,15 422,82 24,83 3 2016 1.693,273 1.018,877 60,17 166,755 9,85 108,010 6,38 399,632 23,60 4 2017 1693,273 1091,340 64,45 213,152 12,59 71,024 4,19 317,757 18,77 5 2018 1.693,273 1.140,178 67,336 167,481 9,891 85,756 5,065 299,858 17,709 RUSAK BERAT No TAHUN PANJANG RUAS PROVINSI ( Km ) KONDISI

MANTAP TIDAK MANTAP

BAIK SEDANG RUSAK

RINGAN TAHUN MANTAP ( % ) TIDAK MANTAP ( % ) 2014 65,05 34,95 2015 67,02 32,98 2016 70,02 29,98 2017 77,04 22,96 2018 77,23 22,77

Gambar 2.4 : Grafik Kondisi Jalan Provinsi Lampung Tahun 2014-2018

Pada Tabel 2.5 dan Gambar 2.4, terlihat kenaikan persentase kondisi jalan mantap Provinsi Lampung dari tahun 2014 hingga tahun 2018. Persentase kenaikan kondisi jalan mantap terbesar terjadi pada tahun 2016 ke tahun 2017, yaitu sebesar 7,02%. Sedangkan persentase kenaikan terkecil terjadi pada tahun 2017 ke tahun 2018. Survey Kondisi jalan terakhir, yaitu tahun 2018 akhir, menunjukkan Kondisi jalan mantap Provinsi Lampung sebesar 77,23%. Dan kondisi jalan tidak mantap Provinsi Lampung sebesar 22,77%.

Dari hasil survey ruas jalan Provinsi Lampung pada desember 2018 sebesar 77,227% kondisi mantap (kondisi baik + sedang). Dari hasil tersebut menunjukkan target RENSTRA 2018 sebesar 80% kondisi mantap ruas jalan Provinsi tidak tercapai. Hal ini dikarenakan :

1. Pembangunan jalan pada beberapa ruas lebih menekankan pada peningkatan kapasitas (pelebaran jalan) khususnya pada kegiatan-kegiatan pembangunan jalan yang dibiayai oleh pinjaman PT. Sarana Multi Infrastruktur.

2. Tidak terlaksananya kegiatan-kegiatan yang dibiayai APBD Perubahan, sehingga Panjang penanganan pada tahun 2018 hanya sebesar 132,321 km atau 7,8%

3. Penurunan kondisi jalan (Degradasi) secara signifikan yang diakibatkan melonjaknya volume kendaraan dan tonase muatan implikasi beroperasinya jalan tol sumatera.

4. Terjadinya bencana alam dibeberapa titik ruas Provinsi yang menyebabkan rusaknya infrastruktur jalan 65.05 67.02 70.02 77.04 77.23 34.95 32.98 29.98 22.96 22.77 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 2014 2015 2016 2017 2018 MANTAP ( % ) TIDAK MANTAP ( % )

Tabel 2.5 : Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung

Gambar 2.5 : Grafik Rasio Capaian Kinerja Tahun 2014-2018

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 2014 2015 2016 2017 2018 TARGET RENSTRA REALISASI CAPAIAN

Peningkatan kondisi mantap jalan provinsi yang menunjukkan tren cukup bagus setiap tahunnya sudah sesuai dengan angka rasio capaian kinerja pelayanan Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) pada periode sebelumnya. Pada tabel 2.6 dan gambar 2.5 di atas, terlihat bahwa pada periode RPJMD 2014-2018 target kenaikan kondisi kemantapan jalan provinsi adalah sekitar 5% per tahun. Melihat realisasi capaian yang ada pada periode 2014-2018 dengan target yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan cukup baik. Hal ini terlihat pada hampir terpenuhinya target kondisi jalan mantap di ruas Jalan Provinsi Lampung setiap tahunnya. Bahkan pada Tahun 2015 dan 2017, rasio capaian berada pada persentase di atas 100%. Rasio capaian mengalami penurunan sekitar 6% pada akhir tahun 2018 dengan angka capaian sebesar 96,5%. Hal ini disebabkan panjang penanganan pada tahun 2018 hanya sebesar 132,321 km atau 7,8% dan kondisi mantap pada desember 2018 sebesar 77,227% (kondisi baik + sedang).

2.3.2 Sub Bidang Jasa Konstruksi

Bidang Jasa Konstruksi saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan dimulai dari rendahnya mutu Jasa Konstruksi, rendahnya daya saing Kontraktor, rendahnya Tenaga Kerja Bersertifikat, semakin tingginya angka Kecelakaan Kerja, hingga terbatasnya informasi konstruksi. Berbagai permasalahan yang sering terjadi tersebut perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan pembinaan konstruksi yang telah dilakukan selama ini, untuk itu perlu menyusun arah pembinaan konstruksi kedepannya. Salah satu tugas dan wewenang Pemerintah Provinsi dalam pembinaan jasa konstruksi yaitu melaksanakan kompetensi tenaga ahli konstruksi yang berkopeten. Sampai bulan Agustus tahun 2019, Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) telah melatih dan mensertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi di Provinsi Lampung sebanyak 85 Sertifikat Keahlian (SKA) Tenaga Ahli Konstruksi.

Sedangkan wewenang kompetensi tenaga kerja trampil (SKT) konstruksi merupakan kewenangan dari Kabupaten/Kota, namun Pemerintah Provinsi juga berperan aktif dalam rangka mendukung Program Nasional Percepatan Sertifikasi Kompetensi sesuai dengan program arahan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi dalam sertifikasi Tenaga Terampil Konstruksi sejak tahun 2015 sampai dengan bulan Agustus 2019 bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) telah melakukan pelatihan dengan menggunakan Mobile Training Unit (MTU)

dan sertifikasi Tenaga Trampil sebanyak 1432 sertifikat Keterampilan (SKT) Tenaga Trampil Konstruksi.

Berbagai kejadian kecelakaan konstruksi yang sering terjadi di pekerjaan konstruksi, menjadi peringatan bagi semua pelaku pembangunan infrastruktur untuk bekerja sesuai dengan kaidah keamanan dan keselamatan konstruksi (K3). Untuk itulah Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi melalui bidang Bina Konstruksi berperan aktif dalam meningkatkan pemahaman seluruh pelaku konstruksi tentang keamanan dan keselamatan konstruksi melalui pelatihan dan sertifikasi petugas K3 di Provinsi Lampung. Hingga saat ini tercatat sebanyak 606 petugas K3 yang telah di latih dan di sertifikasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Tabel 2.6 : Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Lampung Sub Bidang Jasa Konstruksi

No JUMLAH SKA JUMLAH SKT JUMLAH

PETUGAS K3

1 85 SERTIFIKAT 1432 SERTIFIKAT 606 SERTIFIKAT

Sumber :Data Bidang Jasa Konstruksi, Agustus 2019

2.3.3 Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2018 tentang teknis standar pelayanan minimal Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Adapun jenis Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat dilihat pada lampiran I dan II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2018 antara lain :

1. Pemenuhan kebutuhan air minum curah lintas Kabupaten/Kota (Provinsi) dan pemenuhan kebutuhan air minum sehari-hari (Kabupaten/Kota)

2. Jenis pelayanan dasar penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni bagi korban bencana

Dapat dilihat dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2018 tentang teknis standar pelayanan minimal Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, bahwa untuk sub Bidang kebinamargaan, jasa konstruksi, dan penataan ruang tidak terdapat Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dikeluarkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, setelah mengalami revisi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014. Oleh sebab itu Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi tidak menjalankan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan peraturan yang ada.

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Dalam menyusun strategi digunakan metoda Analisa SWOT, yang merupakan suatu metoda penyusunan strategi organisasi. SWOT itu sendiri merupakan singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana yang secara sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor

Dokumen terkait