• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

E. Peluang dan Tantangan Pewartaan di Era Digital bagi Gereja

2. Tantangan

Gereja melihat era digital bukan hanya dari segi peluang dalam hal cara baru berkomunikasi, melainkan juga tantangan bagi perilaku dan cara pandang yang mempengaruhi hidup beriman. Dalam PKKI X disadari bahwa corak era digital membawa implikasi akan segi kedalaman, komitmen, keterlibaatan, dan kesetiaan orang dalam menanggapi sesuatu, baik informasi ataupun pesan. Bahkan tidak hanya itu, melainkan juga tantangan akan aspek kemanusiaan dan keheningan budi.

Komunikasi dalam era digital yang cenderung terjadi tanpa perjumpaan fisik langsung kadang membuat ketulusan dan perhatian manusiawi sungguh terabaikan.

Keberlimpahan dan kecepatan akses yang luar biasa kadang membuat perhatian terhadap aspek kemendalaman juga berkurang (Komkat KWI, 2015:41-42).

Harus tetap disadari dan diwaspadai bahwa alat-alat komunikasi itu bisa disalahgunakan, bukan untuk mewartakan melainkan untuk melawan kehendak Allah. Sangat diharapkan demi berhasilnya pewartaan melalui alat-alat komunikasi, para komunikator Katolik harus mampu menggunakan alat-alat modern itu. Mereka

harus memiliki pengetahuan dan pengertian yang memadai, lantas juga yang tak kalah penting yakni mereka menguasai seni berkomunikasi dengan segala tuntutannya. (Agus Duka, 2019:25-28).

F. Penelitan yang Relevan

1. Hiruk Pikuk Jaringan Sosial Terhubung

Buku yang berjudul Hiruk Pikuk Jaringan Sosial Terhubung ini merupakan Refleksi Filsafat Teknologi atas Jaringan Sosial Terhubung oleh Melkyor Pando, seorang frater Jesuit lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STF) Jakarta (sekarang beliau sudah ditahbiskan). Beliau terinspirasi oleh pemikiran Sherry Turkle sebagai dasar kajian dalam buku ini. Begitu pula pemikiran Don Ihde yang digunakan untuk menganalisis relasi manusia dengan jaringan sosial terhubung sebagaimana yang dipaparkan Turkle.

Internet dan pelbagai gejala di dalamnya yang berkembang dengan sangat cepat dan canggih adalah sebuah efek samping. Tidak ada kesengajaan untuk menjadikannya seperti sekarang. Jaringan sosial terhubung mempunyai dua wajah yang ambigu. Turkle mengatakan kita membentuk teknologi namun pada gilirannya teknologi membentuk kita. Jaringan sosial terhubung telah beralih menjadi alter-ego tempat seseorang menumpahkan segala perasaan dan pikirannya. Kehadirannya membawa perubahan dalam banyak aspek kehidupan manusia, antara lain komunikasi, ekonomi, politik, dan lain-lain. Perubahan tersebut juga terjadi dalam cara memandang diri dan relasi (Melkyor Pando, 2014:11-33).

Situs jaringan sosial terhubung menarik perhatian seseorang karena berdaya interaktif. Seseorang tidak pasif menonton peristiwa yang tersaji tetapi ikut ambil bagian di dalamnya. Budaya selalu terhubung menyingkapkan suatu kemampuan memberi perhatian melampaui batas ruang dan waktu. Habitus ini disebut dengan istilah multitasking. Keterhubungan menjadi hal yang tidak dapat dinegosiasikan.

Orang merasa aman dengan menggenggam ponsel. Budaya terhubung mendorong kecepatan penyebaran informasi (Melkyor Pando, 2014:53-63).

Keasyikan dengan dunia digital membuat orang bahkan bertingkah aneh ketika dia salah atau lupa meletakkan telepon genggamnya dan menjadi takut tidak terhubung. Turkle sendiri melontarkan keyakinannya bahwa hal yang paling kita inginkan sebetulnya adalah ketenangan dan keheningan. Turkle secara tegas mengatakan bahwa tidak peduli betapa pun sulitnya, sekaranglah saatnya untuk melihat kembali keutamaan “keheningan”, “pertimbangan”, dan hidup sepenuhnya pada “saat ini”. Turkle mengutip Anthony Storr yang mengatakan bahwa amatlah penting seseorang dapat merasakan kedamaian ketika dia sedang sendirian, berteman dengan diri sendiri dan menemukan kala untuk kembali ke diri sendiri (Melkyor Pando, 2014:85-89).

Jaringan sosial terhubung seperti miniatur dunia kehidupan yang penuh dengan tegangan. Ada tarikan antara nilai baik dan buruk, bermakna dan tidak bermakna. Dinilai baik jika seseorang mampu menangkap pesan dalam usaha menemukan makna kehidupan melalui jaringan sosial terhubung. Sebaliknya, menjadi kemandhegan bila seseorang berhenti pada euphoria pemuasan diri oleh

apa yang disediakan/diberikan jaringan sosial terhubung (Melkyor Pando, 2014:147).

Menghadapi gejala ini Turkle mencoba mengingatkan bahwa apa yang diperlukan adalah upaya membangun kedewasaan dan kehati-hatian dalam menghadapi ambiguitas teknologi. Jaringan itu sendiri tidak baik dan tidak buruk, tidak kotor sehingga harus dihindari dan tidak juga bersih sehingga layak dipeluk seerat mungkin. Jaringan sosial terhubung membawa gejala yang layak untuk dicermati bersama, sehingga selalu terbuka ruang untuk kritik serta penelitian berikutnya (Melkyor Pando, 2014:154-156).

2. Manfaat Penggunaan Media Sosial Whatsapp dalam Pewartaan Iman bagi Umat di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo

Skripsi yang berjudul ManfaatPenggunaan Media Sosial Whatsapp dalam Pewartaan Iman bagi Umat di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Andreas Aji Brata, mahasiswa Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma tahun 2014 yang diselesaikan pada Juli 2019. Penulisan ini didampingi oleh Yoseph Kristianto selaku dosen pembimbing utama dan dukungan dari seluruh dosen Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma beserta teman-teman angkatan 2014 serta semua yang terlibat.

Kehidupan manusia yang sulit dipisahkan dari media sosial melatarbelakangi pembuatan skripsi ini. Media terus berkembang seiring berjalannya waktu. Whatsapp menjadi salah satu media yang akan digunakan oleh

penulis untuk melihat seberapa penting digunakan sebagai sarana pewartaan iman di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo Paroki Santo Yoseph Medari. Melihat banyaknya pengguna Whatsapp di masyarakat, penulis memanfaatkan aplikasi tersebut untuk penelitian manfaat penggunaan Whatsapp dalam rangka pewartaan dan penindaklanjutan harapan umat berkaitan dengan penggunaan media sosial Whatsapp dalam rangka pewartaan iman di lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode fenomenologi untuk melihat seberapa besar manfaat media sosial Whatsapp dalam pewartaan iman bagi umat di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo Paroki Santo Yoseph Medari.

Penulis menggunakan studi dokumen, pengamatan lapangan, dan wawancara untuk mendapatkan data-data yang diinginkan.

Dari penelitan yang sudah dilaksanakan, grup Whatsapp lingkungan digunakan sebagai media komunikasi dan koordinasi antar umat Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo dalam beberapa kegiatan. Selain itu, umat di lingkungan tersebut memanfaatkan dan menggunakan Whatsapp sebagai pewartaan iman dengan baik, dilihat dari jawaban yang dipaparkan responden meskipun masih ada umat yang mengirimkan konten-konten yang sebenarnya tidak sesuai dengan kegunaan dan tujuan grup Whatsapp. Penulis berharap dengan penelitan ini Whatsapp dapat dijadikan sebagai sarana baru dalam mewartakan kabar gembira dan Injil di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo Paroki Santo Yoseph Medari.

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab dua telah diuraikan kajian teori mengenai pewartaan iman, media sosial, pewartaan iman melalui Whatsapp, karakteristik era digital, peluang dan tantangan pewartaan di era digital serta penelitan yang relevan. Dalam bab tiga penulis membahas rencana penelitian tentang manfaat Whatsapp di Lingkungan St.

Yohanes Maria Vianney Paroki Wates dengan menguraikan gambaran umum lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney, jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data, responden, dan kerangka tentatif.

A. Gambaran Umum Lingkungan St. Yohanes Maria Vianney

Lingkungan Yohanes Maria Vianney merupakan salah satu lingkungan di Paroki Santa Maria Bunda Penasihat Baik Wates. Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney masuk dalam Wilayah Wates I dari lima wilayah yang ada di Paroki Wates. Di Lingkungan Santo Yohanes Vianney terdapat 47 Kepala Keluarga dengan anggota sebanyak 137 jiwa. Umat yang termasuk suku Jawa sebanyak 120 orang, Tionghoa sebanyak 2 orang, Batak 1 orang dan Nusa Tenggara sebanyak 1 orang. Jumlah orang dewasa dari umur 30-60 tahun sejumlah 57 orang, selebihnya orang muda dan anak-anak. Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney merupakan lingkungan yang paling dekat bahkan masuk dalam lingkungan gereja Paroki Wates, namun tidak semua umat aktif mengikuti kegiatan lingkungan maupun

gereja. Data ini merupakan data tahun 2019 yang diperoleh dari Endro Wibowo, salah satu pengurus di lingkungan St. Yohanes Maria Vianney pada 17 April 2020 via Whatsapp.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian kualitatif. Penelitan kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka (Gunawan, 2017:82). Penelitan kualitatif bermaksud menggali makna perilaku yang berada di balik tindakan manusia (Gunawan, 2017:86). Dalam penelitian ini konteks khusus yang diteliti adalah manfaat penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman dalam era digital di Lingkungan St. Yohanes Maria Vianney Paroki Wates. Penulis memperoleh data dengan menyebarkan bahan renungan berupa pesan teks yang dibagikan oleh penulis kepada 23 umat di Lingkungan Santo Yohanes Vianney lewat Whatsapp, lalu mewawancarai 10 umat. Setelah itu penulis mengadakan pertemuan katekese dengan responden yang berjumlah 23 untuk sharing tentang pengalaman mengikuti renungan lewat Whatsapp dan proses pertemuan dicatat oleh pengamat. Langkah berikutnya penulis menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden untuk memperkuat data. Langkah terakhir penulis menganalisis data-data dari pertemuan katekese, wawancara dan kuesioner.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain menjawab kerinduan umat untuk menerima Sabda Tuhan dalam masa wabah virus Corona, mengetahui pemahaman umat di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney tentang tentang pewartaan, membangun umat agar semakin terbuka satu dengan yang lain dan terbuka dengan perkembangan zaman, serta menggerakan semangat umat di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney agar imannya semakin tumbuh dan berkembang seturut dengan kehendak Tuhan.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah umat di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates, sedangkan objek penelitannya adalah manfaat penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman dalam era digital di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 7-9 Juni 2020 dengan mulai menyebarkan renungan singkat yang dilengkapi dengan gambar/sketsa melalui grup Whatsapp lingkungan. Kemudian tanggal 10-12 Juni 2020 penulis mengadakan wawancara dengan 10 responden melalui Whatsapp atau dengan cara mendatangi masing-masing rumah. Langkah selanjutnya pada tanggal 13 Juni 2020 penulis membuat pertemuan katekese online dengan seluruh responden. Langkah terakhir penulis

menyebarkan kuesioner pada tanggal 14 Juni 2020 kepada seluruh responden di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney untuk memperkuat data.

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dan alat pengumpulan data berupa fokus, jenis instrumen, kisi-kisi instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik dan alat sebagai berikut:

1. Fokus

Fokus dari penelitian ini adalah bagaimana Whatsapp dapat digunakan sebagai media pewartaan iman di era digital.

2. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah renungan harian singkat, wawancara terstruktur, pertemuan katekese/sharing dengan pengamatan, dan kuesioner. Renungan dibagikan sebelum wawancara dalam bentuk teks dilengkapi gambar/sketsa yang diambil dari eKatolik kemudian disebarkan melalui grup Whatsapp lingkungan atau pesan pribadi beberapa umat. Wawancara terstruktur bertujuan agar dapat memperoleh data pasti dengan panduan pertanyaan yang telah disiapkan. Pertemuan lingkungan bertujuan untuk memperoleh data lebih lengkap sekaligus memperkaya refleksi umat lingkungan. Sedangkan kuesioner bertujuan agar memperkuat data yang telah diperoleh penulis. Data dari penyebaran kuesioner disajikan dalam bentuk deskripsi.

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui manfaat penggunaan Whatsapp yang dapat digunakan sebagai media pewartaan iman dalam era digital, penulis membuat kisi-kisi wawancara, rencana pertemuan lingkungan dan panduan pengamatan, serta kisi-kisi kuesioner dengan menentukan beberapa aspek sebagai berikut:

Tabel 1.1: Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Fokus

Penelitian Aspek Pertanyaan Jumlah

Penggunaan membaca renungan dari eKatolik yang dibagikan selama tiga hari melalui Whatsapp?

1

Pemahaman a. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan pewartaan?

b. Poin apa yang Anda tangkap dari renungan tanggal 7 Juni?

c. Poin apa yang Anda tangkap dari renungan tanggal 8 Juni?

d. Poin apa yang Anda tangkap dari renungan tanggal 9 Juni?

4

Harapan Apa harapan Anda setelah membaca renungan, khususnya demi perkembangan pewartaan dalam era digital?

1

Fokus

Penelitian Aspek Pertanyaan Jumlah

Niat Niat apa saja yang muncul setelah merenungkan kembali renungan yang dibagikan melalui Whatsapp?

1

Tabel 1.2: Pertanyaan untuk Pengamat Pertemuan Fokus

Penelitian Aspek Pertanyaan Jumlah

Penggunaan

Perasaan Apakah umat merasa gembira setelah menerima dan memaknai setiap renungan harian yang telah dibagikan melalui Whatsapp?

1

Pemahaman Apakah umat dapat memahami pokok-pokok setiap renungan yang dibagikan melalui Whatsapp?

1

Harapan Apakah umat mempunyai harapan yang tinggi untuk perkembangan pewartaan dalam era digital?

Fokus Aspek Pertanyaan Nomor

Penggunaan Whatsapp sebagai media

Perasaan Perasaan tentang renungan yang dibagikan sebagai media pewartaan melalui Whatsapp.

1, 2

Fokus Aspek Pertanyaan Nomor pewartaan

iman di era digital

Sikap Sikap terhadap renungan sebagai media pewartaan yang disebarkan melalui Whatsapp.

3, 4, 5

Pemahaman Pemahaman umat atas renungan yang dibagikan melalui Whatsapp.

6, 7, 8

Harapan Harapan umat agar pewartaan melalui Whatsapp semakin

1. Bagaimana perasaan Anda setelah menerima, membaca dan memaknai setiap renungan yang telah dibagikan melalui Whatsapp?

2. Bagaimana sikap Anda ketika menerima renungan selama tiga hari berturut-turut melalui Whatsapp?

3. Apa yang Anda ketahui tentang pewartaan? Bagaimana pelaksanaan pewartaan di era digital pada umumnya?

4. Apa saja isi pokok yang Anda tangkap lewat renungan singkat yang dibagikan melalui Whatsapp?

5. Apa harapan yang muncul setelah menerima pesan berupa renungan yang dibagikan lewat Whatsapp selama tiga hari?

No. Pertanyaan

6. Apa yang menjadi niat Anda setelah menerima, membaca, dan memaknai renungan yang telah dibagikan melalui Whatsapp terutama untuk perkembangan pewartaan di era digital?

Tabel 2.2: Rencana Pertemuan dan Panduan Pengamatan Rencana Pertemuan Aspek Panduan Pengamatan Pertemuan katekese online

Harapan Umat mempunyai harapan untuk perkembangan pewartaan

Tabel 2.3: Pertanyaan Kuesioner

Keterangan:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Saya menyukai renungan dilengkapi dengan gambar/sketsa yang dibagikan melalui Whatsapp

2. Saya gembira menerima renungan yang dibagikan melalui Whatsapp selama tiga hari

3. Saya menyimak dengan baik setiap renungan yang dibagikan melalui Whatsapp

4. Saya menghayati renungan yang dibagikan melalui Whatsapp

5. Saya terdorong ikut ambil bagian dalam pewartaan Sabda Tuhan setelah menghayati renungan setiap harinya 6. Saya mengetahui isi pokok dalam setiap

renungan yang dibagikan melalui Whatsapp

No. Pertanyaan SS S KS TS STS 7. Renungan yang dibagikan melalui

Whatsapp membantu saya mendalami Sabda Tuhan dengan baik

8. Renungan yang dibagikan melalui Whatsapp dapat menyampaikan makna Sabda Tuhan dengan baik

9. Saya berharap agar Sabda Tuhan terus menggema dalam kehidupan beriman Kristiani khusunya di lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney

10. Saya berharap agar banyak orang menggunakan Whatsapp sebagai media pewartaan iman khususnya di era digital 11. Saya akan mulai rutin mendalami Sabda

Tuhan lewat renungan harian

12. Saya akan membagikan renungan kepada orang-orang di sekitar saya sesering mungkin

5. Teknik dan Alat

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari wawancara terstruktur, pertemuan lingkungan dan pengamatan, kuesioner, dan dokumentasi.

a. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono, 2014: 233). Wawancara digunakan untuk mendapatkan data dari

umat lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney, sementara panduan pertanyaan sudah disiapkan peneliti. Wawancara terstruktur dilaksanakan setelah penyebaran renungan singkat dalam grup Whatsapp selama tiga hari [Lampiran 5: (9)].

b. Pertemuan lingkungan dan pengamatan dilakukan untuk memperoleh data lebih lengkap dan memperkaya refleksi umat di lingkungan. Pertemuan dilaksanakan online dengan metode sharing antar umat atas apa yang didapat setelah menerima, membaca, dan memaknai Sabda Tuhan lewat renungan harian selama tiga hari berturut-turut [Lampiran 7: (19-20)].

c. Kuesioner membantu peneliti untuk memperkuat data setelah dilakukan wawancara dan sharing agar mempermudah penulis melakukan pengecekan.

Hasil kuesioner disajikan dalam bentuk deskripsi [Lampiran 10: (32-34)].

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab (Gunawan, 2017: 209).

Selain itu, penulis menggunakan triangulasi data untuk memeriksa keabsahan data. Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan dan konsistensi data (Gunawan, 2017: 218).

H. Responden

Responden penelitian ini adalah umat di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney paroki Wates. Pengambilan sampel untuk umat dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015:54).

Jumlah umat aktif dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan berjumlah kurang lebih 20 orang. Dari populasi tersebut, peneliti mengambil sebanyak 23 umat berusia 22-60 tahun sebagai responden dengan pertimbangan umat tersebut sering menggunakan Whatsapp dan mampu mengoperasikannya dengan baik.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab IV penulis memaparkan hasil dari penelitian yang sudah dilaksanakan di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates. Penulis juga melakukan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dipaparkan.

A. Program Renungan yang Disebarkan lewat Whatsapp

Penulis memilih renungan sebagai bahan untuk mengetahui manfaat penggunaan Whatsapp di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates.

Renungan diambil dari aplikasi eKatolik kemudian disebarkan selama tiga hari pada 7-9 Juni 2020 melalui grup Whatsapp yang sudah terbentuk. Penulis juga melengkapi renungan dengan gambar/sketsa yang diambil dari akun Instragram

@bayuedvra untuk mendukung renungan yang dibagikan [Lampiran 4: (6-8)]

Bahan renungan tanggal 7 Juni 2020 dengan tema “Begitu Besarnya Kasih Allah” diambil dari Injil Yohanes 3:16. Renungan hari pertama berisi tentang kesadaran akan kasih Allah yang besar untuk hidup kita karena Allah menciptakan manusia dengan sangat berharga [Lampiran 3: (3)]. Kemudian, bahan renungan tanggal 8 Juni dengan tema “Berbahagialah” diambil dari Injil Matius 5:4 dengan isi pokok tentang semangat mengandalkan Tuhan dalam segala perkara dengan kata

“bahagia” sebagai kuncinya [Lampiran 3: (4)]. Sedangkan bahan renungan tanggal 9 Juni 2020 diambil dari Injil Matius 5:15 dengan tema “Mau Susah dan Repot”.

Bacaan hari ketiga berisi segala sesuatu yang seringkali membutuhkan

pengorbanan. Pengorbanan yang sungguh-sungguh dilandasi dengan terang yang selalu berkobar seperti pelita yang diletakkan di atas kaki dian [Lampiran 3: (5)].

B. Hasil dan Analisis Wawancara

Wawancara mengenai manfaat penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates dilaksanakan pada 10-12 Juni 2020 dengan mendatangi rumah umat dan chatting melalui Whatsapp. Hasilnya sebagai berikut:

1. Perasaan yang Muncul ketika Membaca Renungan dari eKatolik yang Dibagikan Selama Tiga Hari melalui Whatsapp.

Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data perasaan umat setelah membaca renungan yang dibagikan melalui Whatsapp selama tiga hari pada 7-9 Juni 2020. Penulis mewawancarai 10 narasumber. R1 merasa bersemangat dengan mengatakan: “Saya sangat bersemangat, sudah sangat jarang grup lingkungan digunakan untuk sharing mengenai pewartaan Sabda”. Jawabannya berbeda dengan R2 yang merasa teringat akan nilai-nilai iman dan ajaran moral Katolik. R2 mengatakan: “…seperti mengingatkan kembali pada nilai-nilai iman dan ajaran moral Katolik dan mengingatkan hakikat diri serta relasi dengan Tuhan”.

Sementara itu, R3 merasa senang ketika menerima, membaca dan menghayati renungan yang dibagikan: “…karena di lingkungan kita ada iman yang tumbuh dan berkembang, sehingga bisa menambah wawasan bagi umat untuk saling mengisi”.

Berbeda dengan responden lainnya, R4 mengungkapkan bahwa renungan yang dibagikan semakin meneguhkan karena saling berbagi pengalaman satu sama lain.

Ia merasa bahwa pengalaman iman akan semakin terasa bobotnya ketika memuat pengalaman pribadi. R5 merasa senang dan gembira setelah menerima lalu membaca renungan yang dibagikan sama seperti R3. R5 merasa ada kerinduan untuk sharing dengan umat yang lain selama masa pandemi. Demikian pula R6 merasa senang dan bersyukur karena dari renungan-renungan yang dibagikan bisa menjadi salah satu penyadaran untuk kehidupan beriman beliau. R7 juga merasa senang dan lebih tenang ketika menerima, membaca dan merenungkan renungan-renungan yang dibagikan selama tiga hari melalui Whatsapp. R8 menjelaskan perasaannya secara lengkap dengan mengatakan: “Saya merasa excited, karena kita membaca renungan yang adalah Allah sendiri. Dengan membaca firman Tuhan akan membangun hidup saya serta membuat hidup saya lebih bersemangat, tentram, dan damai”. R8 juga merasa bahwa Allah sedang berbicara kepada kita melalui firman-Nya. Sama seperti R3, R5, R6, R7, dan R8, R9 merasa senang karena ada renungan yang bisa menyempurnakan renungan pribadinya. R10 merasa bahwa pertama-tama menerima dan membaca renungan hanyalah kewajiban untuk menolong peneliti, namun setelah mengikuti selama tiga hari, R10 menikmati prosesnya dengan baik, mulai dari menerima, membaca renungan, sharing serta membaca sharing dari umat lain, sehingga saling melengkapi. R10 mengungkapkan bahwa ia merasa terbantu dengan renungan yang dibagikan dan meneduhkan setiap hari.

Berdasarkan rata-rata jawaban dari R1-R10 ketika melakukan wawancara tentang manfaat penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney, dapat disimpulkan bahwa umat merasa

senang ketika menerima dan membaca renungan dari eKatolik yang dibagikan melalui grup Whatsapp, bahkan banyak umat yang ikut membagikan pengalaman serta renungan pribadi mereka sehingga saling melengkapi.

2. Pemahaman Umat tentang Pewartaan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan, R1-R10 memberi tanggapan yang berbeda-beda mengenai pemahaman tentang pewartaan. R1

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan, R1-R10 memberi tanggapan yang berbeda-beda mengenai pemahaman tentang pewartaan. R1

Dokumen terkait