• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANFAAT PENGGUNAAN WHATSAPP SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN IMAN DALAM ERA DIGITAL DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES MARIA VIANNEY PAROKI WATES YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANFAAT PENGGUNAAN WHATSAPP SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN IMAN DALAM ERA DIGITAL DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES MARIA VIANNEY PAROKI WATES YOGYAKARTA"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT PENGGUNAAN WHATSAPP SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN IMAN DALAM ERA DIGITAL DI LINGKUNGAN

SANTO YOHANES MARIA VIANNEY PAROKI WATES YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Bernadeta Runi Asih NIM: 161124053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Tuhan yang Maha Esa.

Ibu Theresia Ngainah.

Keluarga Besar Pendikkat.

Umat Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates.

Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung.

(3)

v MOTTO

Setiap pertemuan bukanlah sebuah kebetulan. Selalu ada makna di setiap cerita.

Yang harus kita lakukan ialah bersyukur.

Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur.

Bersyukur atas berkat yang kita terima setiap hari, bersyukur atas kehadiran orang-orang di sekitar kita, dan bersyukur atas seluruh pengalaman yang pernah

terjadi, sehingga mampu mendewasakan kita.

(Bernadeta Runi Asih, 2020)

(4)

viii ABSTRAK

Judul skripsi “MANFAAT PENGGUNAAN WHATSAPP SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN DALAM ERA DIGITAL DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES MARIA VIANNEY PAROKI WATES YOGYAKARTA” dipilih karena adanya keterbatasan untuk bertemu secara langsung dalam masa wabah virus Corona. Penggunaan Whatsapp dirasa efektif sebagai media pewartaan.

Bertitik tolak pada kenyataan ini, penulisan skripsi dimaksudkan untuk mengetahui manfaat penggunaan Whatsapp yang dapat digunakan sebagai media pewartaan iman dalam era digital di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates.

Oleh karena itu, penulis menyebarkan renungan selama tiga hari pada 7-9 Juni 2020 melalui grup sebagai bahan penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara 10 orang pada 10-12 Juni 2020 untuk mendapatkan data. Setelah itu, dilaksanakan pertemuan katekese online pada 13 Juni 2020 dengan metode sharing antar umat.

Langkah terakhir adalah menyebarkan kuesioner untuk memperkuat data pada 14 Juni 2020. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Whatsapp terbukti dapat dimanfaatkan sebagai media pewartaan oleh umat di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates. Hal tersebut dibuktikan dengan kecocokan antara wawancara, pengisian kuesioner, dan pertemuan katekese online. Penyebaran renungan membuat umat semakin hidup dan bersemangat. Penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman mempengaruhi kehidupan beriman umat, dibuktikan dengan perasaan umat yang merasa gembira saat menerima dan menghayati renungan yang dibagikan. Selain itu, umat mempunyai harapan dan niat demi berkembangnya pewartaan iman dalam era digital. Penulis merekomendasikan kegiatan pertemuan katekese dilaksanakan secara luring namun bahan renungan yang akan digunakan saat pertemuan disebarkan terlebih dahulu melalui grup Whatsapp.

Kata-kata Kunci: Whatsapp, Media Sosial, Pewartaan Iman, Era Digital

(5)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis entitles “THE BENEFIT OF USING WHATSAPP AS A MEDIA OF FAITH PROCLAMATION IN DIGITAL ERA AMONG THE SAINT JOHN MARIA VIANNEY, WATES PARISH YOGYAKARTA”. This title was chosen because during the pandemic of Coronavirus the members of the community have limitations to meet directly. The use of Whatsapp is considered as effective media for faith proclamation. Based on this reality, the thesis writing is intended to find out the benefits of using Whatsapp which can be used as media for proclaiming the faith in the digital era among the members of St. John Maria Vianney community, Parish of Wates. Therefore, the author distributed three spiritual reflections during three days, i.e. on June 7-9, 2020 via Whatsapp. Then, the author proceeded with interviews of 10 members on June 10-12, 2020 to get the data. After that, the author organized an online catechetical meeting on June 13, 2020, with a method of sharing among the members. The final step was distributing questionnaires to validate the data on June 14, 2020. The results of this study indicated that Whatsapp was proven to be used as media for faith proclamation by the members of St. John Maria Vianney community, Parish of Wates. This was proven by the match between the result of interviews, filled out questionnaires, and online catechesis meetings. The distribution of spiritual reflection made people more lively and enthusiastic. The use of Whatsapp as a media for proclaiming the faith influenced the faithful life, as evidenced by the feelings of the people who happy when they were receiving and living the spiritual reflection. The people had hopes and intentions for the development of the proclamation of faith in the digital era. The author recommended that catechesis meeting activities should be carried out offline, but the material for the spiritual reflection should be distributed in advance through the Whatsapp group.

Key Words: Whatsapp, Social Media, Proclamation of the Faith, Digital Era

(6)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. KAJIAN TEORI ... 8

A. Pewartaan Iman ... 8

1. Pengertian Pewartaan ... 8

2. Isi Pewartaan ... 9

B. Media Sosial ... 10

1. Pengertian Media ... 10

2. Pengertian Media Sosial ... 11

3. Peran Media ... 12

(7)

xiii

C. Pewartaan Iman melalui Whatsapp ... 12

1. Whatsapp ... 13

2. Pewartaan menggunakan Whatsapp ... 13

3. Bentuk-bentuk Pewartaan melalui Whatsapp ... 14

D. Karakteristik Era Digital ... 16

1. Informasi yang Berlimpah... 16

2. Relasi Langsung namun Bercorak Sepintas dan Dangkal ... 16

3. Corak Pengetahuan yang Didapat ... 17

4. Bahasa Baru untuk Berkomunikasi ... 17

5. Manusia yang Cenderung Tidak Manusiawi ... 17

E. Peluang dan Tantangan Pewartaan di Era Digital bagi Gereja ... 18

1. Peluang ... 18

2. Tantangan ... 19

F. Penelitian yang Relevan ... 20

1. Hiruk Pikuk Jaringan Sosial Terhubung ... 20

2. Manfaat Penggunaan Media Sosial Whatsapp ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN... 24

A. Gambaran Umum Lingkungan St. Yohanes Maria Vianney ... 24

B. Jenis Penelitian ... 25

C. Tujuan Penelitian ... 26

D. Subjek dan Objek Penelitan ... 26

E. Waktu dan Tempat Penelitan ... 26

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 27

1. Fokus ... 27

2. Jenis Instrumen ... 27

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 28

4. Pengembangan Instrumen ... 30

5. Teknik dan Alat ... 33

a. Wawancara ... 33

b. Pertemuan Lingkungan Online ... 34

(8)

xiv

c. Kuesioner ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 34

H. Responden ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Program Renungan yang disebarkan lewat Whatsapp ... 36

B. Hasil dan Analisis Wawancara... 37

C. Hasil dan Analisis Pertemuan Online beserta Pengamatan ... 49

1. Hasil Pertemuan Katekese Online ... 49

2. Hasil Pengamatan Suster Helena ... 53

D. Validasi Data ... 55

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

F. Usulan Program ... 71

BAB V. PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitan ... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... (2)

Lampiran 3: Bahan Renungan Harian dari eKatolik ... (3)

Lampiran 4: Gambar/Sketsa untuk Renungan ... (6)

Lampiran 5: Pertanyaan Wawancara ... (9)

Lampiran 6: Hasil Wawancara ... (10)

Lampiran 7: Satuan Pertemuan Katekese Online... (19)

Lampiran 8: Hasil Pengamatan Suster Helena ... (21)

Lampiran 9: Hasil Pertemuan Katekese Online ... (23)

Lampiran 10: Kuesioner Penelitian ... (32)

Lampiran 11: Contoh Kuesioner Bukti Penelitian ... (35)

Lampiran 12: Daftar Nama Responden ... (38)

(9)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara ... 28

Tabel 1.2: Pertanyaan untuk Pengamat Pertemuan ... 29

Tabel 1.3: Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner... 29

Tabel 2.1: Instrumen Pertanyaan... 30

Tabel 2.2: Rencana Pertemuan dan Panduan Pengamatan... 31

Tabel 2.3: Pertanyaan Kuesioner ... 32

Tabel 3.1: Hasil Kuesioner ... 55

(10)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Penulisan singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hlm. 8.

B. Singkatan Dokumen Gereja

CA : Church in Asia/Ecclesia in Asia, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II Pasca Sinodal kepada Para Uskup, Imam, Diakon, Pria maupun Wanita dalam hidup bakti serta Segenap Umat Awam tentang Gereja di Asia, 6 November 1999.

EG : Evangelii Gaudium, Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang Sukacita Injil, 24 November 2013.

EN : Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975.

IM : Inter Mirifica, Dekrit tentang Upaya-Upaya Komunikasi Sosial, Dokumen Konsili Vatikan II, April 1992.

C. Singkatan-Singkatan Lain Art : artikel

Daring : dalam jaringan

(11)

xvii

hlm : halaman

Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

LPBAJ : Lembaga Pembentukan Berlanjut Arnold Janssen

No : Nomor

R : Responden

St : Santo

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi pada era digital ini semakin canggih, khususnya teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi terus menerus diperbaharui mengikuti perkembangan zaman. Iswarahadi & Cecilia Sianipar dalam buku Menjadi Katekis Handal di Zaman Sekarang (2018:202) mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi media komunikasi telah menciptakan bahasa baru, gaya hidup baru, cara berpikir yang baru, cara berdoa yang baru, dan secara keseluruhan itulah yang disebut sebagai budaya baru, areopagus baru. Petrus Noegroho Agoeng dalam Agus Duka (2019:15) mengungkapkan bahwa media akan hidup dan berkembang kalau ia hadir. Kehadiran media di publik menjadi salah satu prasyarat penting bagi keberlangsungan media itu sendiri.

Teknologi komunikasi yang sangat dikenal oleh masyarakat luas ialah telepon genggam atau biasa disebut dengan gawai. Gawai sangat membumi baik di kalangan anak-anak, dewasa maupun orang tua. Hampir semua orang menggunakan gawai baik pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, pegawai negeri, pengusaha, buruh, bahkan pengangguran. Informasi dapat menyebar dengan cepat merupakan salah satu dampak positif dari penggunaan gawai. Selain itu, gawai dapat mempermudah pekerjaan orang. Gawai dapat berdampak negatif apabila orang tidak bisa menggunakan gawai secara bijak. Menurut pengalaman penulis, penggunaan gawai dapat mengakibatkan perubahan pada pola hidup manusia,

(13)

sehingga sering lupa makan, lupa mengerjakan sesuatu yang lain karena cenderung fokus dengan gawai.

Melalui gawai dan media sosial lainnya, baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan Covid-19 atau biasa disebut dengan Corona. Corona merupakan virus yang penyebarannya sangat cepat. Banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk memutus penyebaran virus tersebut.

Himbauan pencegahan maupun penanganan Covid-19 di Indonesia disebarluaskan secara lisan, tulisan maupun melalui gawai. Masyarakat dihimbau tidak keluar rumah untuk membatasi interaksi dengan orang-orang di sekitarnya demi memutus rantai penyebaran Covid-19 atau disebut dengan istilah social distancing.

Pembelajaran online atau sistem daring diterapkan di seluruh universitas khususnya di Yogyakarta. Gawai sangat berperan penting dalam pembelajaran online.

Menurut pengamatan penulis, Whatsapp banyak digunakan untuk pembelajaran online melalui grup yang dibuat oleh dosen itu sendiri maupun mahasiswa. Bahan atau materi ajar disampaikan dan didiskusikan melalui Whatsapp.

Whatsapp memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di era digital ini. Selain digunakan untuk mengirim pesan, Whatsapp dapat digunakan untuk mengirim video serta audio selama ada koneksi internet. Menurut pengalaman penulis yang tergabung dalam beberapa grup Whatsapp, setiap hari selalu ada berita aktual, humor, bahkan renungan harian. Whatsapp memberikan fasilitas yang lengkap untuk mendukung kelancaran komunikasi antar pribadi maupun grup. Fasilitas yang ditawarkan Whatsapp antara lain 1) Chat, yang dapat mengirim dan menerima gambar, kontak, dokumen, video, audio; 2) Panggilan,

(14)

yang meliputi panggilan suara dan panggilan video; 3) Status, yang dapat mengirim dan melihat foto, video, maupun tulisan; dan 4) Lokasi, yang dapat mempermudah untuk mencari dan menemukan suatu tempat. Penulis lebih sering menggunakan aplikasi Whatsapp dibandingkan aplikasi lainnya untuk berkomunikasi, mencari informasi dan membagikan informasi setiap harinya. Oleh karena itu, penulis merasa bahwa Whatsapp sangat berperan penting untuk kehidupan masyarakat serta dapat digunakan sebagai media pewartaan dengan jangkauan yang luas.

Menurut Bruno dalam buku Menjadi Katekis Handal di Zaman Sekarang (2018:213-214) cara hidup kita dan masyarakat di era digital ini mengalami perubahan. Pengaruh teknologi digital telah menyentuh sendi-sendi kehidupan orang-orang zaman sekarang, sehingga hidup di era digital berbeda dengan hidup dalam era-era sebelumnya. Melalui Surat Gembala pada Hari Komunikasi Sosial se-Dunia, setiap tahun kita diingatkan oleh Paus agar menggunakan media komunikasi untuk menggairahkan pewartaan iman. Menurut Mgr. I. Suharjo dalam buku Pewartaan di Zaman Global (2012:269), kalau Injil diwartakan secara biasa, Injilnya tidak berbunyi. Oleh karena itu, kita harus cari cara yang bisa menyentuh sensibilitas masyarakat modern. Sejak 2004, Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI menekankan pentingnya media komunikasi sosial melalui surat gembala pada Hari Komunikasi Sosial se-Dunia.

Istilah “pewartaan” secara umum dipahami sebagai kegiatan komunikasi untuk menyampaikan pesan Injil, misteri keselamatan yang dilaksanakan Allah bagi semua orang dalam Yesus Kristus berkat kuasa Roh Kudus. Pewartaan merupakan suatu ajakan untuk menyerahkan diri dalam iman kepada Yesus Kristus

(15)

dan melalui pembaptisan masuk ke dalam persekutuan kaum beriman yang adalah Gereja [Lembaga Pembentukan Berlanjut Arnold Janssen (LPBAJ, 2002:15)].

Thomas Suratno dalam Agus Duka (2019:9) mengungkapkan,

Tugas pewartaan Kerajaan Allah adalah tugas yang paling hakiki sejak zaman Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan bahkan dilengkapi dengan Ajaran para Bapa Gereja sambil memanfaatkan berbagai sarana komunikasi yang tersedia.

Gereja Katolik didirikan oleh Kristus untuk membawa keselamatan kepada manusia (IM art. 3). Hal ini menunjukkan bahwa misi atau fokus utama Gereja tidak lain adalah pewartaan. Ada ungkapan bahwa “tidak ada Gereja tanpa mewartakan”.

Dalam dokumen Inter Mirifica art. 2, Gereja menyatakan:

Bunda Gereja mengetahui bahwa alat-alat komunikasi yang ditemukan itu bila digunakan dengan baik akan memberikan bantuan yang berharga bagi umat manusia karena banyak menyumbangkan penyegaran dan pengembangan roh demikian pula penyebaran serta pengukuhan kerajaan Allah.

Kemudian Gereja, melalui Paus Paulus VI dalam nasihat Apostoliknya yang diterbitkan pada tanggal 8 Desember 1975, memandang alat-alat komunikasi atau media komunikasi sosial bisa digunakan sebagai sarana untuk evangelisasi atau pewartaan Injil (Agus Duka, 2019:25-26).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa penting untuk melakukan sebuah penelitian mengenai Penggunaan Whatsapp sebagai Media Pewartaan Iman dalam Era Digital. Dalam skripsi ini, penulis memberi judul

“MANFAAT PENGGUNAAN WHATSAPP SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN IMAN DALAM ERA DIGITAL DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES MARIA VIANNEY PAROKI WATES YOGYAKARTA”.

(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah “Bagaimana Whatsapp dapat digunakan sebagai media pewartaan iman dalam era digital di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah mengetahui manfaat penggunaan Whatsapp yang dapat digunakan sebagai media pewartaan iman dalam era digital di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini antara lain:

1. Menambah wawasan bahwa Whatsapp tidak hanya digunakan untuk chatting tetapi memiliki makna yang lebih mendalam tentang pentingnya Whatsapp sebagai media pewartaan dalam era digital di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates.

2. Membangun semangat mewartakan melalui Whatsapp.

3. Mengoptimalkan pengunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman.

E. Metode Penulisan

Penulis meneliti penggunaan aplikasi Whatsapp sebagai media pewartaan iman dalam era digital di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates.

(17)

Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode deskripsi analisis yang merupakan cara penulisan dengan landasan kajian teori yang disertai dengan analisis tentang permasalahan yang sedang dibahas dalam penulisan ini. Pada penelitian ini penulis memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada, sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai. Metode ini didukung dengan menggunakan penelitian kualitatif. Data diperoleh dengan menyebarkan renungan melalui Whatsapp, dilanjutkan wawancara, kemudian pertemuan lingkungan secara online dan penyebaran kuesioner kepada 23 responden.

Penulis memperoleh data dengan cara menyebarkan renungan harian di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates. Selain itu, penulis melakukan wawancara kepada 10 responden di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney mengenai manfaat penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan.

Setelah itu, untuk memperkuat data penulis melaksanakan pertemuan lingkungan secara online. Selanjutnya, penulis menyebarkan kuesioner kepada 23 responden di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney untuk mengecek kembali hasil yang didapatkan.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini mengambil judul “Manfaat Penggunaan Whatsapp sebagai Media Pewartaan Iman dalam Era Digital di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates Yogyakarta”. Judul tersebut diuraikan menjadi lima bab.

Gambaran umum yang dibahas dalam tulisan ini diperinci sebagai berikut:

(18)

BAB I : Dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini penulis menjelaskan Pewartaan Iman, Media Sosial, Pewartaan Iman melalui Whatsapp, Karakteristik Era Digital, Peluang dan Tantangan di Era Digital bagi Gereja, dan Penelitian yang Relevan.

BAB III : Dalam bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi gambaran umum Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates, jenis penelitian, tujuan penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data, dan responden.

BAB IV : Dalam bab ini penulis menyajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates serta usulan program.

BAB V : Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis sehubungan dengan manfaat penggunaan Whatsapp dalam era digital.

(19)

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab II ini penulis menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan penggunaan Whatsapp sebagai sarana pewartaan. Dalam pokok bahasan pertama penulis menguraikan pewartaan iman yang meliputi pengertian dan isi pewartaan.

Dalam pokok bahasan kedua penulis menguraikan media sosial yang meliputi pengertian media, pengertian media sosial itu sendiri dan peran media. Kemudian pokok bahasan ketiga membahas pewartaan iman melalui Whatsapp. Pokok keempat membahas karakteristik era digital. Pokok kelima membahas peluang dan tantangan pewartaan di era digital bagi Gereja lalu ditutup dengan penelitian yang relevan.

A. Pewartaan Iman 1. Pengertian Pewartaan

Pewartaan adalah komunikasi pesan Injil, misteri keselamatan yang dilaksanakan Allah bagi semua orang dalam Yesus Kristus berkat kuasa Roh Kudus. Pewartaan merupakan suatu ajakan untuk menyerahkan diri dalam iman kepada Yesus Kristus dan melalui pembaptisan masuk ke dalam persekutuan kaum beriman yang adalah Gereja. Pewartaan ini dapat bersifat resmi dan terbuka, seperti pada hari Pentekosta (bdk. Kis 2:5-41), atau hanya berupa percakapan pribadi (bdk.

Kis 8:30-38). Pewartaan biasanya terarah pada katekese yang bertujuan untuk

(20)

memperdalam iman. Pewartaan adalah dasar, pusat dan sekaligus puncak dari evangelisasi (LPBAJ, 2002:15).

Pewartaan merupakan suatu jawaban terhadap aspirasi manusia akan keselamatan. Di mana pun Allah membuka pintu pewartaan tentang misteri Kristus, kepada semua orang perlulah diwartakan dengan penuh kepercayaan dan dengan tiada hentinya Allah yang hidup, beserta Yesus Kristus yang diutus-Nya demi keselamatan semua orang (LPBAJ, 2002:47).

2. Isi Pewartaan

EG art. 164 dalam Ilmu Kateketik dan Identitasnya (2016:19) menegaskan:

Melalui bibir-bibir para katekis, pewartaan pertama yang seharusnya disuarakan berulang-ulang ialah: Yesus Kristus mencintaimu; Ia menyerahkan hidup-Nya untuk menyelamatkanmu; dan sekarang Ia tinggal di sampingmu setiap hari untuk menerangi, menguatkan, dan membebaskanmu.

Dalam buku Dialog dan Pewartaan (2002: 38-40) dikatakan bahwa Yesus mewartakan Injil dari Allah dengan mengatakan: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk. 1:14-15).

Dokumen Church in Asia (CA art. 19) mengatakan: “Mereka pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan sabda itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mrk. 16:20). Yang mereka wartakan dapat dirangkum dalam kata-kata St. Paulus: “…. bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus” (2 Kor. 4:5).

(21)

Mewartakan Injil pertama-tama berarti memberikan kesaksian, secara sederhana dan langsung, mengenai Allah yang diwahyukan oleh Yesus Kristus, dalam Roh Kudus (EN art. 26). Suatu pewartaan yang jelas, bahwa dalam Yesus Kristus, Putera Allah yang menjadi manusia, yang wafat dan bangkit dari kematian, penebusan ditawarkan kepada segala manusia, sebagai suatu kurnia rahmat dan belas kasih Allah (EN art. 27). Mewartakan Kristus berarti menunjukkan bahwa percaya kepada-Nya dan mengikuti-Nya bukan hanya sesuatu yang tepat dan benar, melainkan juga sesuatu yang indah, yang mampu memenuhi hidup dengan semarak yang baru dan sukacita mendalam, bahkan di tengah-tengah kesulitan (Bruno Paskalis, Manfred Habur, Heryatno Wono Wulung, et al., 2016:20).

B. Media Sosial 1. Pengertian Media

Media adalah salah satu sarana pendidikan masyarakat yang paling canggih dan relevan di masyarakat (Iswarahadi, 2010:123). Petrus Noegroho Agoeng dalam Agus Duka (2019:15) mengatakan bahwa sebuah media akan hidup dan berkembang kalau ia hadir. Griffin dalam Syahputra (2019:6) mengungkapkan beberapa ahli teori media menyatakan bahwa kekuatan media dapat berkisar dari mendiskreditkan pemimpin politik, menjatuhkan pemerintahan dan bahkan memulai atau menghentikan perang.

IM art. 3 dalam Komisi Kateketik KWI (2015:49-50) menyatakan: “Pada hakikatnya Gereja berhak menggunakan dan memiliki semua jenis media sejauh diperlukannya atau berguna bagi pendidikan kristen dan bagi seluruh karyanya

(22)

demi keselamatan masusia”. Kemudian Paus Paulus VI mempunyai sikap yang lebih tegas terhadap media komunikasi. “Gereja akan merasa bersalah di hadirat Tuhan, jika tidak mempergunakan alat-alat yang luar biasa ampuh. Dalam alat-alat itu Gereja menemukan jenis mimbar modern dan berdaya guna” (EN art. 45).

2. Pengertian Media Sosial

Mengacu pada Brogan dalam Syahputra (2019:52) secara sederhana media sosial dapat dipahami sebagai perangkat baru untuk berkomunikasi dengan banyak model interaksi sesama masyarakat. Pendapat lain dapat mengacu pada Kotler dan Keller dalam Syahputra (2019:52) yang membatasi media sosial sebagai saluran yang digunakan konsumen untuk menyampaikan berbagai jenis informasi seperti teks, gambar, audio dan video yang ditujukan kepada korporasi atau sebaliknya.

Media Sosial adalah media online (daring) yang dimanfaatkan sebagai sarana pergaulan sosial secara online di internet. Para pengguna media sosial dapat saling berkomunikasi, berinteraksi, berbagi, networking dan berbagai kegiatan- kegiatan lainnya (https://www.maxmanroe.com/vid/teknologi/internet/pengertian- media-sosial.html).

Berdasarkan fungsi atau fasilitas yang ditawarkan, Syahputra (2019:52) mengungkapkan bahwa media sosial dapat dibagi pada beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Social network: media sosial yang memberikan fasilitas bangunan jaringan sosial secara virtual (facebook, myspace, Linkedln, dan lain-lain).

(23)

b. Discuss: media sosial yang memfasilitasi para users untuk bisa saling mengobrol (skype, google talk, dan lain-lain).

c. Share: media sosial yang memberi fasilitas berbagi file audio, visual dan audio visual (youtube, slideshare, feedback, dan lain-lain).

d. Social game: media sosial yang memberi fasilitas game untuk dimainkan bersama (pogo, saga, dan lain-lain).

e. Livestream: media sosial yang memberikan fasilitas berupa tayangan bersifat langsung.

f. Microblog: media sosial yang memberi fasilitas dengan pesan kapasitas lebih terbatas (twitter, instagram, plurk, dan lain-lain).

3. Peran Media

Media menjadi sarana utama untuk memperoleh informasi dan pendidikan, untuk memperoleh bimbingan dan inspirasi dalam perilaku mereka sebagai individu, keluarga, dan di dalam masyarakat secara luas. Media juga mampu meningkatkan perasaan memiliki dan memperteguh identitas kelompok, entah itu kelompok yang berdasarkan suku maupun agama. Media juga dapat menjadi sarana untuk memperteguh nilai-nilai tradisi dan spiritualitas. Selain itu, media berperan untuk memobilisasi massa dan sebagai penghibur (Iswarahadi, 2017: 80-81).

C. Pewartaan Iman melalui Whatsapp

Pewartaan iman bukan semata-mata menyebarkan kasih Tuhan melalui materi yang diberikan di sekolah, homili saat Ekaristi, dan pelaksaaan katekese di

(24)

lingkungan. Pewartaan iman dapat melalui berbagai cara, termasuk melalui media.

Whatsapp merupakan salah satu media yang cukup efektif untuk pewartaan. Selain menerima dan mengirim informasi, Whatsapp digunakan sebagai sarana membagikan renungan, audio, video, maupun gambar yang dapat meningkatkan hidup beriman seseorang.

1. Whatsapp

Whatsapp dijelaskan sebagai aplikasi chatting dimana anda bisa mengirim pesan teks, gambar, suara, lokasi, dan bahkan video ke teman-teman anda menggunakan ponsel apa pun (Enterprise, 2012:11). Whatsapp juga mempunyai kelebihan antara lain terdapat backup chat, tidak memakan terlalu banyak baterai, tersedia layanan pembatalan pengiriman pesan, dan terdapat jaminan keamanan data pribadi. Selain memiliki kelebihan, Whatsapp memiliki kekurangan antara lain tidak irit kuota, tidak dapat melakukan video call pada Whatsapp web, dan mengharuskan untuk memiliki koneksi internet yang kuat (https://jagad.id/pengertian-Whatsapp/).

2. Pewartaan Menggunakan Whatsapp

Purwono dalam buku Pewartaan di Zaman Global (2012: 439) mengungkapkan bahwa segala waktu, ruang, dan sarana dapat menjadi bagian dari katekese; bahkan dapat dikatakan bahwa setiap hari adalah katekese. Demikian pula Madya Utama dalam buku Menjadi Katekis Handal di Zaman Sekarang (2018: 217) menegaskan:

(25)

Pewartaan dengan menggunakan media audiovisual/digital mengandaikan visi katekis yang memandang sakral itu menjangkau keseharian hidup, sehingga makna hidup tidak hanya ditemukan dalam kotak-kotak ruangan tersendiri yang hanya terdapat di ruang agama, melainkan disegala tempat dan waktu bahkan dalam novel, puisi, radio, film, televisi, dunia maya, dan lain-lain.

Seperti yang dikatakan oleh Komisi Kateketik KWI [Komkat KWI] dalam buku Hidup di Era Digital (2015:39), media digital bukan hanya menjadi kebutuhan, tetapi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dalam era digital komunikasi antar pribadi dikembangkan melalui jejaring sosial. Media tidak lagi hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk berbagi informasi dan pengetahuan.

Oleh karena itu, Whatsapp merupakan salah satu media sosial yang dapat dikatakan cukup praktis untuk dijadikan sebagai sarana pewartaan iman pada era digital ini. Selain menyediakan fitur-fitur yang mendukung, hampir semua kalangan menggunakan aplikasi Whatsapp, sehingga lebih memudahkan seseorang untuk berkomunikasi dan melakukan pewartaan setiap saat. Pewartaan melalui Whatsapp dapat berupa mengirim renungan, cuplikan kitab suci menggunakan gambar maupun video, dan lain-lain.

3. Bentuk-bentuk Pewartaan melalui Whatsapp

Fitur-fitur Whatsapp yang tersedia dan lengkap dapat digunakan sebagai bentuk-bentuk untuk pewartaan melalui aplikasi Whatsapp. Bentuk-bentuk pewartaan yang memungkinkan untuk digunakan antara lain video, audio, renungan harian, gambar, dan chatting.

(26)

a. Video

Video merupakan rekaman gambar hidup atau program televisi. Video adalah alat atau media yang dapat menunjukkan benda yang nyata. Video merupakan sumber atau media yang efektif dalam menyampaikan suatu informasi (https://www.google.co.in/amp/s/teukumundasir.wordpress.com/2017/10/11/peng ertian-video-dan-audio/amp/).

b. Audio

Audio adalah segala sesuatu yang bisa didengar dengan menggunakan indra pendengaran, misalnya narasi, lagu, sound effect, dan back sound (https://www.google.co.in/amp/s/teukumundasir.wordpress.com/2017/10/11/peng ertian-video-dan-audio/amp/).

c. Renungan Harian

Renungan berasal dari kata renung yang artinya memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah proses memikirkan sesuatu dalam keadaan diam dan dalam-dalam (https://www.kompasiana.com/amp/nopalmtq/keindahan- renungan_5520804f8133114e7419f8cf).

d. Gambar

Gambar berarti tiruan barang, binatang, tumbuhan ataupun sebagainya.

Oleh karena itu media gambar ialah suatu bentuk visual dua dimensi yang menjadi pemikiran ataupun curahan yang beragam. Contoh media gambar antara lain poster, kartun, gambar komik, fotografi, grafik, bagan, dan diagram (https://www.ruangguru.co.id/media-gambar-pengertian-fungsi-manfaat-macam- dan-contoh-media-gambar/).

(27)

e. Chatting

Chatting adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang di internet untuk saling ngobrol atau bercakap-cakap melalui pesan singkat. Perkembangan yang terbaru, aktivitas chatting tidak hanya menggunakan pesan singkat, melainkan dapat langsung dengan tatap muka melalui jaringan di internet. Hal ini biasanya disebut sebagai video call (Komkat KWI, 2015:193).

D. Karakteristik Era Digital

Karakteristik era digital yang dijabarkan menurut Komkat KWI diambil dari buku Hidup di Era Digital. Pokok-pokok yang dibahas meliputi informasi yang melimpah, relasi, corak pengetahuan, bahasa, dan manusia yang cenderung tidak manusiawi. Karakteristik era digital menurut Komkat KWI adalah sebagai berikut:

1. Informasi yang Berlimpah

Orang berhadapan dengan tersedianya informasi melimpah yang muncul mengenai segala segi. Informasi bisa bersumber dari siapa saja tanpa filter. Hal itu disebabkan karena adanya dunia komunikasi digital lewat internet yang membuka gudang informasi sehingga yang tadinya tidak terjangkau oleh banyak orang, tiba- tiba sekarang orang dihadapkan pada melimpahnya informasi. Informasi berupa tulisan, gambar, animasi, video dan produk auditif (Komkat KWI, 2015:10).

2. Relasi Langsung namun Bercorak Sepintas dan Dangkal

Internet membuka kemungkinan yang amat luas untuk menjalin relasi dengan orang-orang yang barangkali belum pernah dijumpai secara fisik. Tanpa

(28)

harus bertemu muka, orang bisa berelasi secara langsung, tetapi relasi ini juga bercorak sepintas dan dangkal. Kontak ini bersifat interaktif karena bisa saling menanggapi dari tempat yang jauh. Yang jauh menjadi dekat, namun bisa juga yang dekat malah menjadi jauh. Era digital membentuk karakteristik orang muda yang patut diakui kekuatan positifnya, namun juga perlu diwaspadai dampak negatifnya (Komkat KWI, 2015:11).

3. Corak Pengetahuan yang Didapat: Cepat namun Tidak Mendalam

Penampilan atau permukaan menggantikan kedalaman, kecepatan menggantikan refleksi yang mendalam. Karena jawaban ada bermacam-macam dan itu pun diberikan secara cepat, orang tidak berkesempatan atau kurang menyediakan waktu untuk masuk lebih dalam; banyaknya informasi menjadi lebih penting daripada kedalamannya (Komkat KWI, 2015:11).

4. Bahasa Baru untuk Berkomunikasi

Bahasa yang paling menyentuh dalam era digital adalah bahasa audio-visual yang lebih menyapa emosi. Karena menggunakan bahasa gambar yang menyentuh, penyampaian unsur-unsur emosional menjadi lebih kaya (Komkat KWI, 2015:12).

5. Manusia yang Cenderung Tidak Manusiawi

Dalam pola-pola relasi dan cara berkomunikasi di era digital manusia cenderung memperlakukan dirinya dan orang lain bukan sebagai manusia

(29)

melainkan sebagai benda ataupun robot. Manusia juga kehilangan salah satu inti hidupnya, yaitu keheningan (Komkat KWI, 2015:12).

E. Peluang dan Tantangan Pewartaan di Era Digital bagi Gereja

Hidup di Era Digital tentunya sulit bagi orang yang tidak mengikuti dan terjun langsung dalam dunia digital. Era digital mempengaruhi semua kalangan dan komunitas, khususnya Gereja. Gereja tidak bisa menolak atas fenomena ini dan berusaha untuk ikut ambil bagian dalam arus era digital ini. Tentunya banyak peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Gereja dalam pemanfaatan media di era digital ini.

1. Peluang

Komkat KWI (2015:40-41) mengatakan bahwa dalam era digital inilah, ketika lanskap media berubah, ada banyak kesempatan yang semestinya dimanfaatkan sebagai sarana pewartaan, kesaksian, dan dialog, yaitu dialog dengan orang miskin, antaragama, dan antarbudaya. Gereja telah memanfaatkan media dalam era digital secara optimal. Dalam pertemuan PKKI X kesadaran itu terlihat, khususnya pemanfaatan untuk kepentingan katekese. Katekese diharapkan mengintegrasikan kemajuan teknologi digital. Oleh sebab itu disadari bahwa dalam era digital ini bentuk komunikasi dalam katekese menemukan caranya yang baru, misalnya “katekese online”. Katekese online adalah katekese yang mencoba memanfaatkan berbagai media digital online.

Gereja memandang bahwa penemuan-penemuan alat komunikasi baru harus dipandang sebagai anugerah dari Allah. Dengan demikian manusia diajak

(30)

untuk bekerjasama dengan sesamanya dalam membangun dunia. Gereja “didesak dengan sangat untuk menginjil, dan menganggap bagian dari tugasnya, untuk mewartakan berita keselamatan juga melalui alat-alat komunikasi sosial, dan untuk mengajar manusia mengenai penggunaan yang tepat.” (IM art. 3). Paus Paulus VI dalam nasihat Apostoliknya yang diterbitkan pada tanggal 8 Desember 1975 memandang alat-alat komunikasi atau media komunikasi sosial bisa digunakan sebagai sarana untuk evangelisasi atau pewartaan Injil (Agus Duka, 2019:24-26).

2. Tantangan

Gereja melihat era digital bukan hanya dari segi peluang dalam hal cara baru berkomunikasi, melainkan juga tantangan bagi perilaku dan cara pandang yang mempengaruhi hidup beriman. Dalam PKKI X disadari bahwa corak era digital membawa implikasi akan segi kedalaman, komitmen, keterlibaatan, dan kesetiaan orang dalam menanggapi sesuatu, baik informasi ataupun pesan. Bahkan tidak hanya itu, melainkan juga tantangan akan aspek kemanusiaan dan keheningan budi.

Komunikasi dalam era digital yang cenderung terjadi tanpa perjumpaan fisik langsung kadang membuat ketulusan dan perhatian manusiawi sungguh terabaikan.

Keberlimpahan dan kecepatan akses yang luar biasa kadang membuat perhatian terhadap aspek kemendalaman juga berkurang (Komkat KWI, 2015:41-42).

Harus tetap disadari dan diwaspadai bahwa alat-alat komunikasi itu bisa disalahgunakan, bukan untuk mewartakan melainkan untuk melawan kehendak Allah. Sangat diharapkan demi berhasilnya pewartaan melalui alat-alat komunikasi, para komunikator Katolik harus mampu menggunakan alat-alat modern itu. Mereka

(31)

harus memiliki pengetahuan dan pengertian yang memadai, lantas juga yang tak kalah penting yakni mereka menguasai seni berkomunikasi dengan segala tuntutannya. (Agus Duka, 2019:25-28).

F. Penelitan yang Relevan

1. Hiruk Pikuk Jaringan Sosial Terhubung

Buku yang berjudul Hiruk Pikuk Jaringan Sosial Terhubung ini merupakan Refleksi Filsafat Teknologi atas Jaringan Sosial Terhubung oleh Melkyor Pando, seorang frater Jesuit lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STF) Jakarta (sekarang beliau sudah ditahbiskan). Beliau terinspirasi oleh pemikiran Sherry Turkle sebagai dasar kajian dalam buku ini. Begitu pula pemikiran Don Ihde yang digunakan untuk menganalisis relasi manusia dengan jaringan sosial terhubung sebagaimana yang dipaparkan Turkle.

Internet dan pelbagai gejala di dalamnya yang berkembang dengan sangat cepat dan canggih adalah sebuah efek samping. Tidak ada kesengajaan untuk menjadikannya seperti sekarang. Jaringan sosial terhubung mempunyai dua wajah yang ambigu. Turkle mengatakan kita membentuk teknologi namun pada gilirannya teknologi membentuk kita. Jaringan sosial terhubung telah beralih menjadi alter- ego tempat seseorang menumpahkan segala perasaan dan pikirannya. Kehadirannya membawa perubahan dalam banyak aspek kehidupan manusia, antara lain komunikasi, ekonomi, politik, dan lain-lain. Perubahan tersebut juga terjadi dalam cara memandang diri dan relasi (Melkyor Pando, 2014:11-33).

(32)

Situs jaringan sosial terhubung menarik perhatian seseorang karena berdaya interaktif. Seseorang tidak pasif menonton peristiwa yang tersaji tetapi ikut ambil bagian di dalamnya. Budaya selalu terhubung menyingkapkan suatu kemampuan memberi perhatian melampaui batas ruang dan waktu. Habitus ini disebut dengan istilah multitasking. Keterhubungan menjadi hal yang tidak dapat dinegosiasikan.

Orang merasa aman dengan menggenggam ponsel. Budaya terhubung mendorong kecepatan penyebaran informasi (Melkyor Pando, 2014:53-63).

Keasyikan dengan dunia digital membuat orang bahkan bertingkah aneh ketika dia salah atau lupa meletakkan telepon genggamnya dan menjadi takut tidak terhubung. Turkle sendiri melontarkan keyakinannya bahwa hal yang paling kita inginkan sebetulnya adalah ketenangan dan keheningan. Turkle secara tegas mengatakan bahwa tidak peduli betapa pun sulitnya, sekaranglah saatnya untuk melihat kembali keutamaan “keheningan”, “pertimbangan”, dan hidup sepenuhnya pada “saat ini”. Turkle mengutip Anthony Storr yang mengatakan bahwa amatlah penting seseorang dapat merasakan kedamaian ketika dia sedang sendirian, berteman dengan diri sendiri dan menemukan kala untuk kembali ke diri sendiri (Melkyor Pando, 2014:85-89).

Jaringan sosial terhubung seperti miniatur dunia kehidupan yang penuh dengan tegangan. Ada tarikan antara nilai baik dan buruk, bermakna dan tidak bermakna. Dinilai baik jika seseorang mampu menangkap pesan dalam usaha menemukan makna kehidupan melalui jaringan sosial terhubung. Sebaliknya, menjadi kemandhegan bila seseorang berhenti pada euphoria pemuasan diri oleh

(33)

apa yang disediakan/diberikan jaringan sosial terhubung (Melkyor Pando, 2014:147).

Menghadapi gejala ini Turkle mencoba mengingatkan bahwa apa yang diperlukan adalah upaya membangun kedewasaan dan kehati-hatian dalam menghadapi ambiguitas teknologi. Jaringan itu sendiri tidak baik dan tidak buruk, tidak kotor sehingga harus dihindari dan tidak juga bersih sehingga layak dipeluk seerat mungkin. Jaringan sosial terhubung membawa gejala yang layak untuk dicermati bersama, sehingga selalu terbuka ruang untuk kritik serta penelitian berikutnya (Melkyor Pando, 2014:154-156).

2. Manfaat Penggunaan Media Sosial Whatsapp dalam Pewartaan Iman bagi Umat di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo

Skripsi yang berjudul ManfaatPenggunaan Media Sosial Whatsapp dalam Pewartaan Iman bagi Umat di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Andreas Aji Brata, mahasiswa Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma tahun 2014 yang diselesaikan pada Juli 2019. Penulisan ini didampingi oleh Yoseph Kristianto selaku dosen pembimbing utama dan dukungan dari seluruh dosen Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma beserta teman-teman angkatan 2014 serta semua yang terlibat.

Kehidupan manusia yang sulit dipisahkan dari media sosial melatarbelakangi pembuatan skripsi ini. Media terus berkembang seiring berjalannya waktu. Whatsapp menjadi salah satu media yang akan digunakan oleh

(34)

penulis untuk melihat seberapa penting digunakan sebagai sarana pewartaan iman di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo Paroki Santo Yoseph Medari. Melihat banyaknya pengguna Whatsapp di masyarakat, penulis memanfaatkan aplikasi tersebut untuk penelitian manfaat penggunaan Whatsapp dalam rangka pewartaan dan penindaklanjutan harapan umat berkaitan dengan penggunaan media sosial Whatsapp dalam rangka pewartaan iman di lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode fenomenologi untuk melihat seberapa besar manfaat media sosial Whatsapp dalam pewartaan iman bagi umat di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo Paroki Santo Yoseph Medari.

Penulis menggunakan studi dokumen, pengamatan lapangan, dan wawancara untuk mendapatkan data-data yang diinginkan.

Dari penelitan yang sudah dilaksanakan, grup Whatsapp lingkungan digunakan sebagai media komunikasi dan koordinasi antar umat Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo dalam beberapa kegiatan. Selain itu, umat di lingkungan tersebut memanfaatkan dan menggunakan Whatsapp sebagai pewartaan iman dengan baik, dilihat dari jawaban yang dipaparkan responden meskipun masih ada umat yang mengirimkan konten-konten yang sebenarnya tidak sesuai dengan kegunaan dan tujuan grup Whatsapp. Penulis berharap dengan penelitan ini Whatsapp dapat dijadikan sebagai sarana baru dalam mewartakan kabar gembira dan Injil di Lingkungan Santo Tarsisius Sidomulyo Paroki Santo Yoseph Medari.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab dua telah diuraikan kajian teori mengenai pewartaan iman, media sosial, pewartaan iman melalui Whatsapp, karakteristik era digital, peluang dan tantangan pewartaan di era digital serta penelitan yang relevan. Dalam bab tiga penulis membahas rencana penelitian tentang manfaat Whatsapp di Lingkungan St.

Yohanes Maria Vianney Paroki Wates dengan menguraikan gambaran umum lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney, jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data, responden, dan kerangka tentatif.

A. Gambaran Umum Lingkungan St. Yohanes Maria Vianney

Lingkungan Yohanes Maria Vianney merupakan salah satu lingkungan di Paroki Santa Maria Bunda Penasihat Baik Wates. Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney masuk dalam Wilayah Wates I dari lima wilayah yang ada di Paroki Wates. Di Lingkungan Santo Yohanes Vianney terdapat 47 Kepala Keluarga dengan anggota sebanyak 137 jiwa. Umat yang termasuk suku Jawa sebanyak 120 orang, Tionghoa sebanyak 2 orang, Batak 1 orang dan Nusa Tenggara sebanyak 1 orang. Jumlah orang dewasa dari umur 30-60 tahun sejumlah 57 orang, selebihnya orang muda dan anak-anak. Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney merupakan lingkungan yang paling dekat bahkan masuk dalam lingkungan gereja Paroki Wates, namun tidak semua umat aktif mengikuti kegiatan lingkungan maupun

(36)

gereja. Data ini merupakan data tahun 2019 yang diperoleh dari Endro Wibowo, salah satu pengurus di lingkungan St. Yohanes Maria Vianney pada 17 April 2020 via Whatsapp.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian kualitatif. Penelitan kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka (Gunawan, 2017:82). Penelitan kualitatif bermaksud menggali makna perilaku yang berada di balik tindakan manusia (Gunawan, 2017:86). Dalam penelitian ini konteks khusus yang diteliti adalah manfaat penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman dalam era digital di Lingkungan St. Yohanes Maria Vianney Paroki Wates. Penulis memperoleh data dengan menyebarkan bahan renungan berupa pesan teks yang dibagikan oleh penulis kepada 23 umat di Lingkungan Santo Yohanes Vianney lewat Whatsapp, lalu mewawancarai 10 umat. Setelah itu penulis mengadakan pertemuan katekese dengan responden yang berjumlah 23 untuk sharing tentang pengalaman mengikuti renungan lewat Whatsapp dan proses pertemuan dicatat oleh pengamat. Langkah berikutnya penulis menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden untuk memperkuat data. Langkah terakhir penulis menganalisis data-data dari pertemuan katekese, wawancara dan kuesioner.

(37)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain menjawab kerinduan umat untuk menerima Sabda Tuhan dalam masa wabah virus Corona, mengetahui pemahaman umat di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney tentang tentang pewartaan, membangun umat agar semakin terbuka satu dengan yang lain dan terbuka dengan perkembangan zaman, serta menggerakan semangat umat di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney agar imannya semakin tumbuh dan berkembang seturut dengan kehendak Tuhan.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah umat di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates, sedangkan objek penelitannya adalah manfaat penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman dalam era digital di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 7-9 Juni 2020 dengan mulai menyebarkan renungan singkat yang dilengkapi dengan gambar/sketsa melalui grup Whatsapp lingkungan. Kemudian tanggal 10-12 Juni 2020 penulis mengadakan wawancara dengan 10 responden melalui Whatsapp atau dengan cara mendatangi masing- masing rumah. Langkah selanjutnya pada tanggal 13 Juni 2020 penulis membuat pertemuan katekese online dengan seluruh responden. Langkah terakhir penulis

(38)

menyebarkan kuesioner pada tanggal 14 Juni 2020 kepada seluruh responden di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney untuk memperkuat data.

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dan alat pengumpulan data berupa fokus, jenis instrumen, kisi-kisi instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik dan alat sebagai berikut:

1. Fokus

Fokus dari penelitian ini adalah bagaimana Whatsapp dapat digunakan sebagai media pewartaan iman di era digital.

2. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah renungan harian singkat, wawancara terstruktur, pertemuan katekese/sharing dengan pengamatan, dan kuesioner. Renungan dibagikan sebelum wawancara dalam bentuk teks dilengkapi gambar/sketsa yang diambil dari eKatolik kemudian disebarkan melalui grup Whatsapp lingkungan atau pesan pribadi beberapa umat. Wawancara terstruktur bertujuan agar dapat memperoleh data pasti dengan panduan pertanyaan yang telah disiapkan. Pertemuan lingkungan bertujuan untuk memperoleh data lebih lengkap sekaligus memperkaya refleksi umat lingkungan. Sedangkan kuesioner bertujuan agar memperkuat data yang telah diperoleh penulis. Data dari penyebaran kuesioner disajikan dalam bentuk deskripsi.

(39)

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui manfaat penggunaan Whatsapp yang dapat digunakan sebagai media pewartaan iman dalam era digital, penulis membuat kisi-kisi wawancara, rencana pertemuan lingkungan dan panduan pengamatan, serta kisi- kisi kuesioner dengan menentukan beberapa aspek sebagai berikut:

Tabel 1.1: Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Fokus

Penelitian Aspek Pertanyaan Jumlah

Penggunaan Whatsapp

sebagai media pewartaan iman di era

digital

Perasaan Perasaan apa yang muncul ketika membaca renungan dari eKatolik yang dibagikan selama tiga hari melalui Whatsapp?

1

Pemahaman a. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan pewartaan?

b. Poin apa yang Anda tangkap dari renungan tanggal 7 Juni?

c. Poin apa yang Anda tangkap dari renungan tanggal 8 Juni?

d. Poin apa yang Anda tangkap dari renungan tanggal 9 Juni?

4

Harapan Apa harapan Anda setelah membaca renungan, khususnya demi perkembangan pewartaan dalam era digital?

1

(40)

Fokus

Penelitian Aspek Pertanyaan Jumlah

Niat Niat apa saja yang muncul setelah merenungkan kembali renungan yang dibagikan melalui Whatsapp?

1

Tabel 1.2: Pertanyaan untuk Pengamat Pertemuan Fokus

Penelitian Aspek Pertanyaan Jumlah

Penggunaan Whatsapp

sebagai media pewartaan iman di era

digital

Perasaan Apakah umat merasa gembira setelah menerima dan memaknai setiap renungan harian yang telah dibagikan melalui Whatsapp?

1

Pemahaman Apakah umat dapat memahami pokok-pokok setiap renungan yang dibagikan melalui Whatsapp?

1

Harapan Apakah umat mempunyai harapan yang tinggi untuk perkembangan pewartaan dalam era digital?

1

Niat Apakah umat mempunyai niat untuk

membantu mengembangkan

pewartaan melalui Whatsapp?

1

Tabel 1.3: Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner

Fokus Aspek Pertanyaan Nomor

Penggunaan Whatsapp sebagai media

Perasaan Perasaan tentang renungan yang dibagikan sebagai media pewartaan melalui Whatsapp.

1, 2

(41)

Fokus Aspek Pertanyaan Nomor pewartaan

iman di era digital

Sikap Sikap terhadap renungan sebagai media pewartaan yang disebarkan melalui Whatsapp.

3, 4, 5

Pemahaman Pemahaman umat atas renungan yang dibagikan melalui Whatsapp.

6, 7, 8

Harapan Harapan umat agar pewartaan melalui Whatsapp semakin menggema dalam kehidupan beriman Kristiani.

9, 10

Niat Niat dari umat untuk cara baru pewartaan melalui Whatsapp.

11, 12

4. Pengembangan instrumen

Tabel 2.1: Instrumen Pertanyaan

No. Pertanyaan

1. Bagaimana perasaan Anda setelah menerima, membaca dan memaknai setiap renungan yang telah dibagikan melalui Whatsapp?

2. Bagaimana sikap Anda ketika menerima renungan selama tiga hari berturut-turut melalui Whatsapp?

3. Apa yang Anda ketahui tentang pewartaan? Bagaimana pelaksanaan pewartaan di era digital pada umumnya?

4. Apa saja isi pokok yang Anda tangkap lewat renungan singkat yang dibagikan melalui Whatsapp?

5. Apa harapan yang muncul setelah menerima pesan berupa renungan yang dibagikan lewat Whatsapp selama tiga hari?

(42)

No. Pertanyaan

6. Apa yang menjadi niat Anda setelah menerima, membaca, dan memaknai renungan yang telah dibagikan melalui Whatsapp terutama untuk perkembangan pewartaan di era digital?

Tabel 2.2: Rencana Pertemuan dan Panduan Pengamatan Rencana Pertemuan Aspek Panduan Pengamatan Pertemuan katekese online

akan diadakan pada 13 Juni 2020 via Whatsapp dengan durasi kurang lebih satu jam.

Pertemuan dibuka dengan pengantar singkat dan doa pembuka kemudian ditutup dengan doa penutup singkat.

Perasaan Umat merasa gembira dan disapa ketika menerima, membaca, dan memaknai setiap renungan yang dibagikan.

Pemahaman Umat dapat memahami dan memaknai poin-poin dalam setiap renungan yang dibagikan.

Harapan Umat mempunyai harapan untuk perkembangan pewartaan khususnya di era digital.

Niat Umat memiliki niat khusus untuk ikut berpartisipasi dalam membangun pewartaan iman yang lebih utuh dan mendalam dalam era digital.

(43)

Tabel 2.3: Pertanyaan Kuesioner

Keterangan:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pertanyaan SS S KS TS STS

1. Saya menyukai renungan dilengkapi dengan gambar/sketsa yang dibagikan melalui Whatsapp

2. Saya gembira menerima renungan yang dibagikan melalui Whatsapp selama tiga hari

3. Saya menyimak dengan baik setiap renungan yang dibagikan melalui Whatsapp

4. Saya menghayati renungan yang dibagikan melalui Whatsapp

5. Saya terdorong ikut ambil bagian dalam pewartaan Sabda Tuhan setelah menghayati renungan setiap harinya 6. Saya mengetahui isi pokok dalam setiap

renungan yang dibagikan melalui Whatsapp

(44)

No. Pertanyaan SS S KS TS STS 7. Renungan yang dibagikan melalui

Whatsapp membantu saya mendalami Sabda Tuhan dengan baik

8. Renungan yang dibagikan melalui Whatsapp dapat menyampaikan makna Sabda Tuhan dengan baik

9. Saya berharap agar Sabda Tuhan terus menggema dalam kehidupan beriman Kristiani khusunya di lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney

10. Saya berharap agar banyak orang menggunakan Whatsapp sebagai media pewartaan iman khususnya di era digital 11. Saya akan mulai rutin mendalami Sabda

Tuhan lewat renungan harian

12. Saya akan membagikan renungan kepada orang-orang di sekitar saya sesering mungkin

5. Teknik dan Alat

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari wawancara terstruktur, pertemuan lingkungan dan pengamatan, kuesioner, dan dokumentasi.

a. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono, 2014: 233). Wawancara digunakan untuk mendapatkan data dari

(45)

umat lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney, sementara panduan pertanyaan sudah disiapkan peneliti. Wawancara terstruktur dilaksanakan setelah penyebaran renungan singkat dalam grup Whatsapp selama tiga hari [Lampiran 5: (9)].

b. Pertemuan lingkungan dan pengamatan dilakukan untuk memperoleh data lebih lengkap dan memperkaya refleksi umat di lingkungan. Pertemuan dilaksanakan online dengan metode sharing antar umat atas apa yang didapat setelah menerima, membaca, dan memaknai Sabda Tuhan lewat renungan harian selama tiga hari berturut-turut [Lampiran 7: (19-20)].

c. Kuesioner membantu peneliti untuk memperkuat data setelah dilakukan wawancara dan sharing agar mempermudah penulis melakukan pengecekan.

Hasil kuesioner disajikan dalam bentuk deskripsi [Lampiran 10: (32-34)].

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab (Gunawan, 2017: 209).

Selain itu, penulis menggunakan triangulasi data untuk memeriksa keabsahan data. Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan dan konsistensi data (Gunawan, 2017: 218).

(46)

H. Responden

Responden penelitian ini adalah umat di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney paroki Wates. Pengambilan sampel untuk umat dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015:54).

Jumlah umat aktif dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan berjumlah kurang lebih 20 orang. Dari populasi tersebut, peneliti mengambil sebanyak 23 umat berusia 22-60 tahun sebagai responden dengan pertimbangan umat tersebut sering menggunakan Whatsapp dan mampu mengoperasikannya dengan baik.

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab IV penulis memaparkan hasil dari penelitian yang sudah dilaksanakan di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates. Penulis juga melakukan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dipaparkan.

A. Program Renungan yang Disebarkan lewat Whatsapp

Penulis memilih renungan sebagai bahan untuk mengetahui manfaat penggunaan Whatsapp di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates.

Renungan diambil dari aplikasi eKatolik kemudian disebarkan selama tiga hari pada 7-9 Juni 2020 melalui grup Whatsapp yang sudah terbentuk. Penulis juga melengkapi renungan dengan gambar/sketsa yang diambil dari akun Instragram

@bayuedvra untuk mendukung renungan yang dibagikan [Lampiran 4: (6-8)]

Bahan renungan tanggal 7 Juni 2020 dengan tema “Begitu Besarnya Kasih Allah” diambil dari Injil Yohanes 3:16. Renungan hari pertama berisi tentang kesadaran akan kasih Allah yang besar untuk hidup kita karena Allah menciptakan manusia dengan sangat berharga [Lampiran 3: (3)]. Kemudian, bahan renungan tanggal 8 Juni dengan tema “Berbahagialah” diambil dari Injil Matius 5:4 dengan isi pokok tentang semangat mengandalkan Tuhan dalam segala perkara dengan kata

“bahagia” sebagai kuncinya [Lampiran 3: (4)]. Sedangkan bahan renungan tanggal 9 Juni 2020 diambil dari Injil Matius 5:15 dengan tema “Mau Susah dan Repot”.

Bacaan hari ketiga berisi segala sesuatu yang seringkali membutuhkan

(48)

pengorbanan. Pengorbanan yang sungguh-sungguh dilandasi dengan terang yang selalu berkobar seperti pelita yang diletakkan di atas kaki dian [Lampiran 3: (5)].

B. Hasil dan Analisis Wawancara

Wawancara mengenai manfaat penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney Paroki Wates dilaksanakan pada 10-12 Juni 2020 dengan mendatangi rumah umat dan chatting melalui Whatsapp. Hasilnya sebagai berikut:

1. Perasaan yang Muncul ketika Membaca Renungan dari eKatolik yang Dibagikan Selama Tiga Hari melalui Whatsapp.

Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data perasaan umat setelah membaca renungan yang dibagikan melalui Whatsapp selama tiga hari pada 7-9 Juni 2020. Penulis mewawancarai 10 narasumber. R1 merasa bersemangat dengan mengatakan: “Saya sangat bersemangat, sudah sangat jarang grup lingkungan digunakan untuk sharing mengenai pewartaan Sabda”. Jawabannya berbeda dengan R2 yang merasa teringat akan nilai-nilai iman dan ajaran moral Katolik. R2 mengatakan: “…seperti mengingatkan kembali pada nilai-nilai iman dan ajaran moral Katolik dan mengingatkan hakikat diri serta relasi dengan Tuhan”.

Sementara itu, R3 merasa senang ketika menerima, membaca dan menghayati renungan yang dibagikan: “…karena di lingkungan kita ada iman yang tumbuh dan berkembang, sehingga bisa menambah wawasan bagi umat untuk saling mengisi”.

Berbeda dengan responden lainnya, R4 mengungkapkan bahwa renungan yang dibagikan semakin meneguhkan karena saling berbagi pengalaman satu sama lain.

(49)

Ia merasa bahwa pengalaman iman akan semakin terasa bobotnya ketika memuat pengalaman pribadi. R5 merasa senang dan gembira setelah menerima lalu membaca renungan yang dibagikan sama seperti R3. R5 merasa ada kerinduan untuk sharing dengan umat yang lain selama masa pandemi. Demikian pula R6 merasa senang dan bersyukur karena dari renungan-renungan yang dibagikan bisa menjadi salah satu penyadaran untuk kehidupan beriman beliau. R7 juga merasa senang dan lebih tenang ketika menerima, membaca dan merenungkan renungan- renungan yang dibagikan selama tiga hari melalui Whatsapp. R8 menjelaskan perasaannya secara lengkap dengan mengatakan: “Saya merasa excited, karena kita membaca renungan yang adalah Allah sendiri. Dengan membaca firman Tuhan akan membangun hidup saya serta membuat hidup saya lebih bersemangat, tentram, dan damai”. R8 juga merasa bahwa Allah sedang berbicara kepada kita melalui firman-Nya. Sama seperti R3, R5, R6, R7, dan R8, R9 merasa senang karena ada renungan yang bisa menyempurnakan renungan pribadinya. R10 merasa bahwa pertama-tama menerima dan membaca renungan hanyalah kewajiban untuk menolong peneliti, namun setelah mengikuti selama tiga hari, R10 menikmati prosesnya dengan baik, mulai dari menerima, membaca renungan, sharing serta membaca sharing dari umat lain, sehingga saling melengkapi. R10 mengungkapkan bahwa ia merasa terbantu dengan renungan yang dibagikan dan meneduhkan setiap hari.

Berdasarkan rata-rata jawaban dari R1-R10 ketika melakukan wawancara tentang manfaat penggunaan Whatsapp sebagai media pewartaan iman di Lingkungan Santo Yohanes Maria Vianney, dapat disimpulkan bahwa umat merasa

(50)

senang ketika menerima dan membaca renungan dari eKatolik yang dibagikan melalui grup Whatsapp, bahkan banyak umat yang ikut membagikan pengalaman serta renungan pribadi mereka sehingga saling melengkapi.

2. Pemahaman Umat tentang Pewartaan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan, R1-R10 memberi tanggapan yang berbeda-beda mengenai pemahaman tentang pewartaan. R1 mengatakan: “Pewartaan artinya menyampaikan atau pemberitahuan”. Sedangkan R2 mengatakan: “Pewartaan adalah bagaimana kita sebagai Kristen, pengikut Kristus bisa menjadi garam dan terang dunia dalam lingkungan kita”. R3 menjelaskan bahwa pewartaan merupakan tindakan untuk mewartakan Sabda Tuhan, dengan menegaskan pentingnya teladan. Ia mengungkapkan bahwa mewartakan Sabda Tuhan tidak harus secara ekplisit tetapi harus dengan teladan.

Ketika berbuat baik dan peduli pada sesama, artinya sudah melakukan pewartaan.

Berbeda dengan R1-R3, R4 mengatakan: “Pewartaan menurut saya turunan dari bahasa Jawa yaitu warta, berita. Sejauh saya mendalami arti dari pewartaan adalah sebuah tindakan untuk mengabarkan”. R4 menjelaskan kembali ketika kita mempunyai dasar dan semangat yang baik, hasilnya akan baik pula. R5 menjelaskan pewartaan dengan singkat dengan mengatakan: “Pewartaan ialah menyampaikan kabar gembira dari Tuhan kepada orang lain”. Demikian pula R6 mengatakan: “Pewartaan adalah penyampaian Sabda Tuhan yang tidak lain adalah hidup Kristus sendiri yang adalah Tuhan”. Sementara R7 menjelaskan: “Pewartaan merupakan pengaplikasian firman-firman Tuhan dari kitab suci ke kehidupan kita

(51)

sehari-hari, mewujudkannya dalam perilaku kita terhadap keluarga dan sesama”.

R8 mengatakan bahwa pewartaan merupakan upaya memberitahukan kabar baik kerajaan Allah. Selain itu, pewartaan adalah sebuah sarana untuk memberitahukan firman kepada umat serta merupakan wujud partisipasi Gereja di dalam misi Allah.

Selanjutnya R9 menjelaskan: “Pewartaan iman adalah kepercayaan Tuhan atau relasi kepada Tuhan yang dibangun terus menerus atau dihidupi melalui sabda Tuhan”. Sementara itu, R10 mengatakan bahwa “Pewartaan adalah suatu cara kita untuk mengabarkan kabar gembira Tuhan, serta berusaha untuk turut menghadirkan Tuhan dalam hidup”.

Berdasarkan pemaparan dari R1-R10, dapat disimpulkan bahwa pewartaan berarti menyampaikan kabar baik atau kabar gembira tentang Tuhan.

3. Pemahaman Umat mengenai Poin Renungan 7 Juni 2020

Semua responden memahami poin renungan pada 7 Juni 2020. R1 mendapat poin tentang rasa syukur atas kasih Allah dan kesadaran kasih Allah pada manusia itu sungguh nyata melalui kehidupan sehari-hari. Sama seperti R1, R2 menangkap poin rasa syukur melalui hal-hal sederhana, sehingga bisa melihat anugerah dan kasih Allah yang begitu besar. Berbeda dengan R1 dan R2, R3 mengungkapkan bahwa kasih adalah Tuhan sendiri. R3 memberi pengertian bahwa kita sebagai murid Yesus, sebagai sumber kasih maka kita juga akan mewartakan kasih itu sendiri. Kasih itu memaafkan, mengerti orang lain, peduli, dan memperhatikan orang lain. R4 menjelaskan dengan singkat poin renungan pada 7 Juni bahwa kita seharusnya mensyukuri apa yang ada, bukan yang seharusnya ada, karena kita

Gambar

Gambar  berarti  tiruan  barang,  binatang,  tumbuhan  ataupun  sebagainya.
Tabel 1.1: Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara  Fokus
Tabel 1.3: Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner
Tabel 2.1: Instrumen Pertanyaan
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait