Target Capaian
TARGET KINERJA KEGIATAN DAN KERANGKA PENDANAAN
Memperhatikan Rencana Aksi Program Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2020-2024, Tujuan, Arah Kebijakan, Strategi dan Sasaran Strategis sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka ditetapkan target kinerja dan kerangka pendanaan kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 2020-2024.
A. Target Kinerja
Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian program yang diukur secara berkala dan dievaluasi pada akhir tahun 2024. Sasaran kinerja dihitung secara kumulatif selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2024.
Tabel. IV.1
Target Kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 2020-2024
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
2020 2021 2022 2023 2024 I Meningkatnya Pencegahan dan Pengendalian Tular
Vektor dan Zoonotik
1 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai API <
1/1.000 penduduk 466 475 484 495 500
2 Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis berhasil
menurunkan angka mikrofilaria <1% 136 190 207 220 236 3 Jumlah kabupaten/kota yang memiliki ≥20%
puskesmas rujukan Rabies Center (RC) 55 73 110 147 184 4 Persentase kabupaten/kota yang mempunyai IR
DBD ≤ 49 per 100.000 penduduk 70 75 80 85 90
5 Jumlah kabupaten/kota yang memiliki 25%
puskesmas yang melaksanakan surveilans vektor 40 80 120 160 200 6 Jumlah desa endemis schistosomiasis yang
mencapai eliminasi 11 15 19 24 28
II Meningkatnya tata kelola Manajemen
7 Nilai Kinerja Anggaran 80 83 85 88 90
8 Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran 90 93 94 96 98
9 Kinerja Implementasi WBK satker 70 72 75 77 80
10 Persentase Peningkatan kapasitas ASN 80% , sebanyak 20 JPL
80 81 82 83 84
53 1. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai API < 1/1.000 penduduk
Annual Paracites Incidence (API) adalah jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk pada satu tahun. API ini digunakan untuk menentukan trend morbiditas malaria dan menentukan endemisitas suatu daerah (masih terjadi penularan malaria). API juga merupakan salah satu syarat suatu daerah masuk dalam fase eliminasi yaitu jika API kurang dari 1 per 1000 penduduk.
a. Definisi Operasional Indikator
Jumlah Kumulatif Kabupaten/Kota dengan API < 1 per 1.000 penduduk b. Rumus perhitungan pencapaian indikator
1) Rumus perhitungan API : Jumlah kasus positif malaria
--- x 1000 penduduk Jumlah Penduduk
2) Rumus Perhitungan Indikator : Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang mencapai API < 1
c. Analisa SMART dalam penetapan target kinerja Jumlah Kabupaten/Kota dengan API< 1 per 1.000 Penduduk sebagai berikut:
No Kriteria Penjelasan
1 Spesific Dalam pertemuan WHA ke 60 di Geneva tahun 2007 tentang eliminasi malaria bagi tiap negara dan komitmen regional (Asia Pasific malaria Elimination Network/APMEN) tahun 2014 tentang eliminasi di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2030.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 293 tahun 2009 tentang eliminasi malaria ditetapkan pentahapan menuju eliminasi. Untuk mencapai eliminasi salah satunya daerah Kabupaten/Kota harus
menurunkan tingkat endemisitas malaria sampai dengan API < 1 per seribu penduduk
2 Measurable Indikator Jumlah Kabupaten/Kota dengan API < 1/1.000 penduduk dihitung dari jumlah kumulatif kab/kota yang mencapai API <
1/1.000 penduduk pada akhir tahun penghitungan
3 Achievable Beberapa kabupaten/kota telah mampu menurunkan API <
1/1.000 penduduk, sehingga dapat diperhitungkan tercapainya target tahunan Kabupaten/kota yang dapat mencapai API<1/1.000 penduduk
4 Relevance Indikator ini relevan dengan target jangka panjang program malaria yaitu eliminasi malaria nasional tahun 2030. Untuk mencapat status eliminasi dan masuk ke tahap pemeliharaan,
54 Kabupaten/Kota harus menurunkan angka kesakitan malaria hingga API<1/1.000 penduduk
5 Timebound Perhitungan setiap tahun dilakukan untuk melaksanakan monitoring dan eliminasi terhadap pencapaian target yang telah ditetapkan
2. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1%
a. Definisi Operasional Indikator
Jumlah Kab/kota endemis yang telah melaksanakan POPM filariasis selama minimal 5 tahun dan berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1%
b. Rumus perhitungan pencapaian indikator
Kumulatif jumlah Kab/kota endemis yang telah melaksanakan POPM filariasis selama minimal 5 tahun dan berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1%
c. Analisa SMART sebagai berikut:
Specific
Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia ikut serta dalam Kesepakatan Global yang ditetapkan oleh WHO untuk mengeliminasi Filariasis. Pemberian obat pencegahan massal (POPM) Filariasis adalah kegiatan utama dari program eliminasi Filariasis nasional untuk
mencapai goal eliminasi Filariasis dengan tujuan memutuskan rantai penularan filariasis.
Kombinasi DEC dan Albendazole diberikan kepada semua sasaran di Kabupaten/Kota endemis satu kali setahun selama minimal 5 tahun berturut-turut. Dampak dari pemberian obat adalah penurunan transmisi aktif Filariasis ke tingkatan aman, yaitu <1% angka
mikrofilaria pada penduduk yang tinggal di kabupaten/kota endemis Filariasis
Measurable
Indikator Jumlah kab/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1 dihitung dari akumulasi Jumlah kab/kota
endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria < 1% adalah jumlah kab/kota endemis filariasis yang telah selesai melakukan
Pemberian Obat Pengobatan Massal (POPM) Filariasis selama 5 tahun berturut-turut, kemudian 6 bulan setelahnya pada pemeriksaan darah jari berhasil menurunkan angka mikrofilaria (mf rate) menjadi < 1%.
achieveable seluruh kabupaten/kota endemis telah memulai tahapan POPM Filariasis sehingga dapat diperhitungkan target tahunan jumlah kab/kota berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1% yang dapat dicapai
Relevance
sesuai dengan hasil penelitian para ahli yang menunjukkan bahwa cakupan minum obat yang efektif yaitu minimal 65% jumlah total pendudk dapat menurunkan angka mikrofilaria pada batas aman yaitu
<1%
55 Timebound perhitungan setiap tahun dilakukan untuk melaksanakan monitoring
dan evaluasi terhadap pencapaian target yang telah ditetapkan 3. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki ≥20% puskesmas rujukan Rabies Center (RC)
a. Definisi Operasional Indikator
Capaian Kinerja pemerintah daerah kab/kota yang memiliki minimal 20% puskesmas yang berfungsi sebagai rabies center dalam kurun waktu satu tahun Rumus perhitungan pencapaian indikator.
b. Rumus perhitungan:
Kumulatif jumlah kab/kota yang memiliki minimal 20% puskesmas yang berfungsi sebagai rabies center
c. Analisa SMART
Specific
Rabies terus menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia dan sampai bulan Juli 2020, daerah tertular rabies adalah 26 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia
Measurable Kumulatif jumlah kab/kota yang memiliki minimal 20% puskesmas yang berfungsi sebagai rabies center
achieveable Jumlah beberapa kabupaten/kota yang suddah memiliki ≥20%
puskesmas yang melayani atau berfungsi sebagai Rabies Center Relevance Rabies Center diharapkan menjadi rujukan dalam pencegahan dan
pengendalian dan penangannan kasus Rabies
Timebound perhitungan setiap tahun dilakukan untuk sebagai pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian target yang telah ditetapkan
4. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai IR DBD ≤ 49 per 100.000 penduduk a. Definisi Operasional Indikator
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kab/Kota dalam menurunkan angka insidens rate ≤ 49/100.000 penduduk dalam kurun waktu satu tahun
b. Rumus / cara perhitungan pencapaian indikator Presentase Kab/Kota dengan Insidens Rate (IR)
DBD ≤ 49/100.000 penduduk x 100 %Jumlah Kab/ Kota pada kurun satu tahun yang sama.
c. Analisa SMART dalam penetapan target kinerja Persentase kabupaten/kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk sebagai berikut:
Specific
Dalam Target Global untuk pengendalian DBD adalah penurunan angka kasus sebanyak 25 % pada tahun 2020 dari baseline data tahun 2010.
Sehingga setiap provinsi selama 5 tahun diharapkan dapat mencapai IR
< 49/100.000 penduduk
56 Measurable Indikator jumlah persentase kab/kota dengan IR < 49/100.000
penduduk dihitung dari jumlah kumulatif kab/kota yang mencapai IR <
49/100.000 penduduk
achieveable beberapa kabupaten/kota telah mampu menurunkan angka IR sampai dengan < 49/100.000 penduduk sehingga dapat diperhitungkan target tahunan kab/kota yang dapat mencapai IR < 49/100.000 penduduk Relevance IR < 49/100.000 penduduk diharapkan dapat menekan terjadinya KLB
DBD
Timebound perhitungan setiap tahun dilakukan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian target yang telah ditetapkan
5. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki 25% puskesmas yang melaksanakan surveilans vektor
a. Definisi Operasional Indikator
Jumlah Kab/ Kota yang memiliki 25% Puskesmas yang melaksanakan surveilans nyamuk Aedes dan/ atau nyamuk Anopheles secara rutin setiap bulan sekali yang diinput melalui aplikasi Silantor
b. Rumus perhitungan pencapaian indikator
Kumulatif jumlah Kab/ Kota yang memiliki 25% Puskesmas yang melaksanakan surveilans nyamuk Aedes dan/ atau nyamuk Anopheles secara rutin setiap bulan sekali berdasarkan data yang ada di- aplikasi Silantor
c. Analisa SMART dalam penetapan target kinerja
Specific
Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit, merupakan tulang punggung keberhasilan eradikasi, eliminasi dan reduksi penyakit tular vektor dan zoontik, seperti Malaria, DBD, Chikungunya, Japanese encephalitis (JE), Filariasis, Schistosomiasis, Pes, leptospirosis dan lain-lain.
Kabupaten/kota yang melaksanakan pengendalian vektor terpadu pada tahun 2019 sebanyak 456 kabupaten/kota atau sebesar 88,72 % dari seluruh kabupaten/kota.
Measurable
Kumulatif jumlah Kab/ Kota yang memiliki 25% Puskesmas yang melaksanakan surveilans nyamuk Aedes dan/ atau nyamuk Anopheles secara rutin setiap bulan sekali berdasarkan data yang ada di- aplikasi Silantor
achieveable Kab/ Kota yang telah memiliki 25% Puskesmas yang melaksanakan surveilans nyamuk Aedes dan/ atau nyamuk Anopheles secara rutin setiap bulan sekali dan dilakukan input data di- aplikasi Silantor Relevance
pencapaian indicator target tersebut merujuk pada Peraturan
Pemerintah nomor 66 tahun 2014, Permenkes nomor 50 tahun 2017, Permenkes nomor 64 tahun 2015 dan Permenkes nomor 45 tahun 2014, Surveilans vektor dan binatang pembawa penayakit merupakan
57 bagian penting yang harus dikerjakan dalam rangka kewaspadaan dini terhadap peningkatan populasi vektor dan adanya potensi penularan penyakit.
Timebound
perhitungan setiap bulan, triwulan dan tahun dilakukan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian target yang telah ditetapkan.
6. Jumlah desa endemis schistosomiasis yang mencapai eliminasi a. Definisi Operasional Indikator
Jumlah desa endemis schistosomiasis yang berhasil menurunkan prevalensi pada manusia menjadi 0%
b. Rumus perhitungan pencapaian indikator
Kumulatif jumlah desa endemis schistosomiasis yang berhasil menurunkan prevalensi pada manusia menjadi 0%
c. Analisa SMART dalam penetapan target kinerja desa endemis schistosomiasis yang mencapai eliminasi sebagai berikut:
Specific
Data WHO menunjukkan pada tahun 2015, jumlah populasi yang memerlukan pengobatan preventif terhadap schistosomiasis akibat infeksi Schistosoma mansoni, S. hematobium, S. japonicum dan tiga spesies Schistosoma lain adalah sebanyak 218,7 juta orang yang
tersebar di 52 negara. Di Indonesia penyakit Schistosomiasis Japonicum hanya terdapat di Lembah Bada, Napu, dan Lindu di Provinsi Sulawesi Tengah. Penyakit ini mendera 28 desa yang tersebar di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi, dan seusai Roadmap Eliminasi Filariasis
diharapkan tahun 2020 sudah eliminasi Measurable
Indikator program Schistosomiasis adalah Jumlah desa endemis Schistosomiasis yang mencapai eliminasi. Jumlah Desa Endemis Schistosomiasis yang Mencapai Eliminasi adalah Jumlah desa dengan hasil survei prevalensi schistosomiasis 0% pada manusia.
achieveable Seluruh desa endemis Schistosomiasis tahun 2018 – 2019 memasuki Fase akselerasi sehingga tahun 2020 sudah dapat diperhitungkan tahapan eliminasinya
Relevance Berdasarkan Roadmap Eliminasi Schistosomiasi, fase eliminasi dimulai dari fase akselerasi, fase pemilaraan dan Fase deklarasi eliminasi.
Eliminasi dicapai jika prevalensi pada manusia mencapai 0%
Timebound Perhitungan setiap tahun dilakukan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap target yang telah ditetapkan
7. Nilai kinerja anggaran
a. Definisi Operasional Indikator
Capaian keluaran kegiatan diukur dari realisasi Volume Keluaran (RVK) dan realisasi volume keluaran kegiatan (RIKK) dengan menggunakan formula rata geometric b. Rumus perhitungan pencapaian indikator
58 Realisasi volume kegiatan / target volume kegiatan x realisasi indikator kegiatan / target indikator kegiatan
c. Analisa SMART dalam penetapan target kinerja:
Specific
Setiap rupiah APBN harus dikelola secara efisien & efektif untuk meningkatkan Value for Money APBN bagi pembangunan Indonesi.
Evaluasi Kinerja Anggaran sebagai tool untuk membuktikan (prove) apakah dokumen anggaran telah dilaksanakan sesuai rencana, dan sebagai umpan balik (feed-back) untuk perbaikan (improve) penganggaran pada periode berikut-berikutnya
Measurable Diukur dari realisasi Volume Keluaran (RVK) dan realisasi volume keluaran kegiatan (RIKK) dengan menggunakan formula rata geometrik achieveable Capaian dapat dilihat pada dashboard monev anggaran Direktorat
Jenderal Anggaran
Relevance
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan AnggaranKementerian/Lembaga (RKA-K/L) Peraturan Direktur Jenderal Anggaran nomor PER-1/AG/2018 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Anggaran
Timebound Perhitungan setiap bulan, triwulan dan tahun dilakukan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap target yang telah ditetapkan
8. Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran a. Definisi Operasional Indikator
Kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Negara/ Lembaga dari sisi kesesuaian terhadap perencanaan, efektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi pelaksanaan anggaran, dan kepatuhan terhadap regulasi
b. Rumus perhitungan pencapaian indikator
Perhitungan IKPA ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.
c. Analisa SMART dalam penetapan target kinerja:
Specific
IKPA merupakan alat monev kinerja pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN sesuai dengan PMK Nomor 195/PMK.05/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga (K/L). IKPA yang saat ini telah terintegrasi pada Aplikasi OM-SPAN dan digunakan oleh satker K/L diharapkan mampu mendorong peningkatan kinerja dari sisi teknis administratif pelaksanaan anggaran
Measurable Pengukuran menggunakan 13 indikator IKPA
59 achieveable merupakan hasil perhitungan dari transaksi pelaksanaan anggaran
dengan KPPN dan Kanwil DJP
Relevance
Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) menjadi ukuran evaluasi kinerja pelaksanaan anggaran yang memuat 13 indikator dan mencerminkan aspek kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan anggaran, kepatuhan pada regulasi, serta efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan
Timebound
Perhitungan setiap bulan, triwulan dan tahun dilakukan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap target yang telah ditetapkan
9. Kinerja implementasi WBK satker a. Definisi Operasional Indikator
Perolehan nilai implementasi menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) pada Satuan Kerja melalui penilaian mandiri (self Assesment) yang dilakukan oleh Satuan Kerja dengan menggunakan Lembar Kerja Evaluasi (LKE) Zona Integritas menuju WBK/WBBM yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang berlaku dan kemudian dilakukan evaluasi oleh Unit Pembina Sekretariat Direktorat Jenderal P2P.
b. Rumus perhitungan pencapaian indikator
Nilai implementasi WBK Satker dihitung dari akumulasi Nilai Total Pengungkit dan Nilai Total Hasil.
c. Analisa SMART dalam penetapan target kinerja:
Specific
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang diberikan kepada Satker yang memenuhi sebagian besar program Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan dan Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Measurable Nilai implementasi WBK Satker dihitung dari akumulasi Nilai Total Pengungkit dan Nilai Total Hasil
achieveable
Perolehan nilai implementasi menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) pada Satuan Kerja melalui penilaian mandiri (self Assesment) yang dilakukan oleh Satuan Kerja dengan menggunakan Lembar Kerja Evaluasi (LKE) Zona Integritas menuju WBK/WBBM yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang berlaku dan kemudian dilakukan evaluasi oleh Unit Pembina Sekretariat Direktorat Jenderal P2P
Relevance Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 tahun 2014
Timebound Perhitungan tahun dilakukan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap target yang telah ditetapkan
60 10. Persentase Peningkatan kapasitas ASN sebanyak 20 JPL
a. Definisi Operasional Indikator
Pengembangan kompetensi bagi ASN yang dilakukan paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun dan dapat dilakukan pada tingkat instansi dan nasional b. Rumus perhitungan pencapaian indikator
Jumlah ASN yang ditingkatkan kapasitas sebanyak 20 JPL dibagi jumlah seluruh ASN dikali 100%
c. Analisa SMART dalam penetapan target kinerja:
Specific
Sesuai PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang manajemen PNS, PNS memiliki hak dan kesempatan untuk diikutsertakan dalam pengembangan
kompetensi dilakukan paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun
Measurable Jumlah ASN yang ditingkatkan kapasitas sebanyak 20 JPL dibagi jumlah seluruh ASN dikali 100%
achieveable Dilakukan pendataan terhadap seluruh pegawai di lingkungan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
Relevance
Sesuai dengan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil dan PerLAN Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengembangan Kompetensi PNS Timebound Perhitungan tahun dilakukan untuk melaksanakan monitoring dan
evaluasi terhadap target yang telah ditetapkan
61 B. Kegiatan dan Kerangka Pendanaan
Sebagai upaya mencapai target indicator tersebut, kegiatan yang dilakukan dan pendanaan bersumber dari APBN baik yang bersumber dari Rupiah Murni Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN)adalah:
1. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai API<1/1.000 penduduk sebanyak 500 kabupaten/kota di 34 Propinsi
No Tahun Target Kegiatan Alokasi Dana
1 2020 466 Kab/Kota
1. Koordinasi pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian penyakit malaria
2. Sosialisasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria 3. NSPK pencegahan dan
pengendalian penyakit malaria
4. Layanan Investigasi SKD/KLB Malaria 5. Media komunikasi,
informasi, edukasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria
6. Pengembangan /pemeliharaan Sistim Informasi Pencegahan dan Pengendalian Malaria
7. pendidikan dan pelatihan SDM Malaria 8. Bimbingan teknis
pencegahan dan
10. Pengadaan alat dan bahan pencegahan
62 11. Surveilans dan deteksi
dini penyakit malaria Tingkat Provinsi 12. IRS/Indoor Residual
Spraying (Penyemprotan
insektisida pada dinding rumah)
13. Survei Darah Massal Malaria
14. Intensifikasi percepatan eliminasi malaria Papua dan Papua barat
2 2021 475 1. Koordinasi pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian penyakit malaria
2. Sosialisasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria 3. NSPK pencegahan dan
pengendalian penyakit malaria
4. Layanan Investigasi SKD/KLB Malaria 5. Media komunikasi,
informasi, edukasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria
6. Pengembangan /pemeliharaan Sistim Informasi Pencegahan dan Pengendalian Malaria
7. pendidikan dan pelatihan SDM Malaria 8. Bimbingan teknis
pencegahan dan
10. Pengadaan alat dan bahan pencegahan pengendalian malar
1. APBN: Rp 58,048,233,000 Hibah :
63 11. Surveilans dan deteksi
dini penyakit malaria Tingkat Provinsi 12. IRS/Indoor Residual
Spraying (Penyemprotan
insektisida pada dinding rumah)
13. Survei Darah Massal Malaria
14. Intensifikasi percepatan eliminasi malaria Papua dan Papua barat
3 2022 484 1. Koordinasi pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyakit malaria
2. Sosialisasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria 3. NSPK pencegahan dan
pengendalian penyakit malaria
4. Layanan Investigasi SKD/KLB Malaria 5. Media komunikasi,
informasi, edukasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria
6. Pengembangan /pemeliharaan Sistim Informasi Pencegahan dan Pengendalian Malaria
7. pendidikan dan pelatihan SDM Malaria 8. Bimbingan teknis
pencegahan dan
10. Pengadaan alat dan bahan pencegahan pengendalian malar
1. APBN : Rp 69,657,879,600 Hibah :
64 11. Surveilans dan deteksi
dini penyakit malaria Tingkat Provinsi 12. IRS/Indoor Residual
Spraying (Penyemprotan insektisida pada dinding rumah) 13. Survei Darah Massal
Malaria 14. Intensifikasi
percepatan eliminasi malaria Papua dan Papua barat
4 2023 495 1. Koordinasi pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian penyakit malaria
2. Sosialisasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria 3. NSPK pencegahan dan
pengendalian penyakit malaria
4. Layanan Investigasi SKD/KLB Malaria 5. Media komunikasi,
informasi, edukasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria
6. Pengembangan /pemeliharaan Sistim Informasi Pencegahan dan Pengendalian Malaria
7. pendidikan dan pelatihan SDM Malaria 8. Bimbingan teknis
pencegahan dan
10. Pengadaan alat dan bahan pencegahan pengendalian malar
1. APBN : Rp 81.267.526.000,- Hibah :
65 11. Surveilans dan deteksi
dini penyakit malaria Tingkat Provinsi 12. IRS/Indoor Residual
Spraying (Penyemprotan
insektisida pada dinding rumah)
13. Survei Darah Massal Malaria
Intensifikasi percepatan eliminasi malaria Papua dan Papua barat
5 2024 500 1. Koordinasi pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian penyakit malaria
2. Sosialisasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria 3. NSPK pencegahan dan
pengendalian penyakit malaria
4. Layanan Investigasi SKD/KLB Malaria 5. Media komunikasi,
informasi, edukasi pencegahan dan pengendalian penyakit malaria
6. Pengembangan /pemeliharaan Sistim Informasi Pencegahan dan Pengendalian Malaria
7. pendidikan dan pelatihan SDM Malaria 8. Bimbingan teknis
pencegahan dan
10. Pengadaan alat dan bahan pencegahan pengendalian malar
APBN : Rp
104.486.819.600,-
66 11. Surveilans dan deteksi
dini penyakit malaria Tingkat Provinsi 12. Survei Darah Massal
Malaria
13. Intensifikasi percepatan eliminasi malaria Papua dan Papua barat
2. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1%
sebanyak 236 kabupaten/kota di 28 Propinsi
No Tahun Target Kegiatan Alokasi Dana
1 2020 55 1. Pendampingan Survey Penilaian Pasca POPM Filariasis
2. Koordinasi LP/LS dalam rangka penguatan program
pencegahan dan
pengendalian
3. Assessment Persiapan Eliminasi filariasis dan schistosomiasis
4. NSPK Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan 5. Pelaksanaan Pengadaan
Alat dan Bahan Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan
6. Pelaksanaan Pengadaan Media KIE pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan
7. Survei Tinja Penilaian Prevalensi Cacingan Pasca POPM
2.703.921.000
562.617.000
2 2021 73 1. Pendampingan Survey Penilaian Pasca POPM Filariasis
2.Koordinasi LP/LS dalam rangka penguatan program pencegahan dan pengendalian
123.100.000.000
67 3.Assessment Persiapan
Eliminasi filariasis dan schistosomiasis
4.NSPK Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan 5.Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Bahan Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan 6.Pelaksanaan Pengadaan Media KIE pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan
7.Survei Tinja Penilaian Prevalensi Cacingan Pasca POPM
3 2022 110 1.Pendampingan Survey Penilaian Pasca POPM Filariasis
2.Koordinasi LP/LS dalam rangka penguatan program pencegahan dan pengendalian 3.Assessment Persiapan Eliminasi filariasis dan schistosomiasis
4.NSPK Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan 5.Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Bahan Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan 6.Pelaksanaan Pengadaan Media KIE pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan
7.Survei Tinja Penilaian Prevalensi Cacingan Pasca POPM
126.300.000.000
4 2023 147 1.Pendampingan Survey Penilaian Pasca POPM Filariasis
2.Koordinasi LP/LS dalam rangka penguatan program pencegahan dan pengendalian 3.Assessment Persiapan Eliminasi filariasis dan schistosomiasis
4.NSPK Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan
130.100.000.000
68 5.Pelaksanaan Pengadaan Alat
dan Bahan Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan 6.Pelaksanaan Pengadaan Media KIE pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan
7.Survei Tinja Penilaian Prevalensi Cacingan Pasca POPM
5 2024 184 1.Pendampingan Survey Penilaian Pasca POPM Filariasis
2.Koordinasi LP/LS dalam rangka penguatan program pencegahan dan pengendalian 3.Assessment Persiapan Eliminasi filariasis dan schistosomiasis
4.NSPK Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan 5.Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Bahan Penanggulangan Filariasis dan Kecacingan 6.Pelaksanaan Pengadaan Media KIE pencegahan dan Pengendalian Filariasis dan Kecacingan
7.Survei Tinja Penilaian Prevalensi Cacingan Pasca POPM
131.000.000.000
3. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki ≥ 20% puskesmas rujukan Rabies Center (RC) sebanyak 184 kabupaten/kota di 34 propinsi
No Tahun Target Kegiatan Alokasi Dana
1 2020 136 1. Advokasi dan Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis
2. Koordinasi LS/LP Pencegahan dan Pengendalian
3. Assesment Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis 4. Surveilans Pencegahan dan
Pengendalian Zoonosis
2.678.586.000
69 5. Monitoring Kewaspadaan Dini dan
Penanggulangan KLB Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis 6. Pelaksanaan Pengadaan Media KIE
Zoonosis
7. Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis
8. Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Bahan Pencegahan dan Pengendalian
8. Pelaksanaan Pengadaan Alat dan Bahan Pencegahan dan Pengendalian