• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARGET KINERJA

Dalam dokumen Sekertariat Jenderal Dewan Energi Nasional (Halaman 35-65)

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

IV.1 TARGET KINERJA

Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2020 s.d. 2024 disusun dengan menerapkan metode balance scorecard, dimana setiap target kinerja yang dimiliki oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di cascading kepada seluruh Eselon I sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki.

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional sebagai salah satu Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyusun Rencana Strategis tahun 2020 s.d. 2024 berdasarkan hasil cascading kinerja dari Kementerian serta menetapkan indicator kinerja yang terukur dengan metode penilaian yang transparan dalam rangka menilai pencapaian secara akurat serta memetakan kendala dan hambatan sedini mungkin, untuk menentukan langkah-langkah yang diperlukan sebagai upaya mengoptimalkan kinerja organisasi. Penjabaran indikator kinerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional sampai dengan tahun 2024 disajikan pada tabel dibawah ini.

No Sasaran Strategis dan

Indikator Kinerja Utama Satuan Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi

- Rumusan kebijakan/ strategi peningkatan ketahanan energi nasional

Rumusan rekomendasi

1 4 4 4 4

2 Layanan Dukungan Teknis Administratif yang Optimal Setjen DEN - Indeks Kepuasan Layanan

dukungan teknis dan administratif yang optimal Setjen DEN

Indeks 3.07 3.25 3.30 3.35 3.40

No Sasaran Strategis dan

Indikator Kinerja Utama Satuan Target

2020 2021 2022 2023 2024 3 Layanan Penyusunan Rancangan Perencanaan Energi Lintas Sektor yang Berkelanjutan - Indeks kepuasan layanan

perencanaan energi Indeks 3.07 3.25 3.30 3.35 3.40

4 Merumuskan Kebijakan Energi dan Menyusun Perencanaan Energi Yang Bersifat Lintas Sektor Serta Kehumasan dan Persidangan DEN

- Rumusan rekomendasi

- Rumusan perencanaan energi

yang bersifat lintas sectoral Outlook Energi

- Persentase produk hukum

yang ditindaklanjuti % 100 100 100 100 100

5 Melaksanakan Pengawasan Implementasi Kebijakan Energi Yang Bersifat Lintas Sektoral - evaluasi pencapaian bauran

energi primer nasional

Rumusan hasil pengawasan

1 2 2 2 2

- Evaluasi pencapaian bauran

energi daerah Rumusan 6 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Organisasi serta Perumusan Regulasi

- Nilai SAKIP Setjen DEN Nilai 80 85.31 85.58 85.83 86.08

- Level maturitas SPIP Setjen DEN Indeks 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 7 Terwujudnya Birokrasi Yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi Pada Layanan Prima

- Indeks Reformasi Birokrasi Nilai 80 85 85 90 90

8 Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul

- Indeks profesionalitas ASN % 71 81 82 82 82

- Nilai evaluasi kelembagaan

Setjen DEN nilai 54.99 74 74 74 75

9 Pengelolaan Sistem Anggaran yang Optimal - Nilai Indikator Pelaksanaan

Anggaran (IKPA)

Nilai 93.8 94 94.3 94.5 94.98

35 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Setiap indikator kinerja ditetapkan sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki oleh masing-masing Biro di lingkungan Sekretariat Jenderal DEN.

Penilaian atas capaian target tersebut disampaikan secara rinci dibawah ini.

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional.

IKU 1: rumusan kebijakan/ strategi peningkatan ketahanan energi nasional Definisi Ketahanan Energi Nasional Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi dan akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Ketahanan energi bersifat dinamis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan strategis baik internal maupun eksternal, antara lain perkembangan pasokan dan kebutuhan energi, investasi untuk mendukung pembangunan infrastruktur energi, dan dampak kebijakan dan regulasi sektor energi dan lintas sektor terkait.

Sekretariat Jenderal DEN melalui kegiatan ini melakukan penilaian ketahanan energi nasional dan regional (difokuskan di Pulau Sumatera) pada tahun berjalan. Dalam kegiatan ini memerlukan masukan dan tanggapan dari para pemangku kepentingan dan pakar energi terhadap masing-masing aspek, indikator dan parameter yang telah disusun untuk menilai tingkat ketahanan energi nasional melalui Focus Group Discussion (FGD). Berdasarkan hasil penilaian tingkat ketahanan energi nasional, akan dirumuskan rekomendasi peningkatan ketahanan energi Indonesia dan buku Ketahanan Energi Indonesia.

Penilaian ketahanan energi nasional mengunakan pendekatan 4 aspek ketahanan energi yang saling terkait dan berpengaruh, yaitu aspek ketersediaan (availability), kemampuan akses (accessibility),

36 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

keterjangkauan (affordability) dan penerimaan masyarakat (acceptability). Dalam penentuan penilaian ketahanan energi nasional diperlukan data dan informasi kondisi penyediaan dan kebutuhan energi terkini secara nasional. Metode yang digunakan adalah multi criteria analysis (MCA). Metode ini dipilih dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi penilaian ketahanan energi pada masing-masing aspek. Diperlukan narasumber sebagai expert judgement guna menilai kondisi ketahanan energi berdasarkan data capaian masing-masing parameter. Narasumber berasal dari Kementerian/Lembaga, antara lain unit-unit Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Riset, Teknologi, Bappenas, Lemhannas, serta Badan Usaha sektor energi, akademisi perguruan tinggi, asosiasi, pakar energi, dan pihak lain yang terkait. Expert judgement juga akan diminta pendapatnya terhadap bobot dari masing-masing aspek, indikator, atau parameter.

Strategi pencapaian target IKU dari rumusan/strategi peningkatan ketahanan energi nasional dilakukan dengan menganalisis indeks ketahanan energi nasional yang berasal dari Kementerian EDSM, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Dalam Negeri, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dari hasil penilaian, di lakukan analisa terhadap masing-masing indikator.

Terhadap Indikator yg menunjukkan kondisi kurang tahan atau nilainya di bawah rata-rata, dilakukan pendalaman dengan mengundang stakeholder terjait untuk mengkaji cara meningkatkan indikator dimaksud.

37 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Sasaran Strategis 2: Layanan Dukungan Teknis dan Administratif yang Optimal Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

IKU 2: Indeks Kepuasan Layanan Dukungan Teknis dan Administratif Yang Optimal Sekeretariat Jenderal DEN.

Dalam rangka mengukur keberhasilan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional memberikan dukungan teknis dan administrative kepada Dewan Energi Nasional, maka ditetapkan indikator kinerja yang dapat dijadikan instrument penilaian yaitu Indeks Kepuasan Layanan Dukungan Teknis dan Administratif yang Optimal Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

Sejalan dengan gerakan reformasi birokrasi untuk membangun kepercayaan publik, melalui indikator ini dirasa dapat mencerminkan kualitas layanan dengan penetapan standar pelayanan yang optimal guna mengukur sejauh mana kualitas pelayanan yang telah diberikan.

Adapun aspek penilaian dari tingkat kepuasan dari pelayanan antara lain:

1. Pesyaratan layanan/ Standar Operasional Prosedur (SOP)

Aspek Persyaratan layanan/Standar Operasional Prosedur (SOP) didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan persyaratan layanan/ Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kesesuaian pelayanan dengan persyaratan layanan/ Standar.

2. Sistem, Mekanisme, Prosedur

Aspek Kemudahan Prosedur Layanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan prosedur pelayanan yang mudah dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kemudahan prosedur pelayanan yang diberikan.

38 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

3. Waktu Penyelesaian

Aspek Kecepatan Waktu Layanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan waktu layanan yang cepat dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kecepatan waktu pelayanan yang diberikan.

4. Kewajaran terhadap Biaya/ Tarif yang dibebankan

Aspek Kewajaran terhadap Biaya/Tarif yang dibebankan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan tarif yang wajar dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kewajaran tarif yang dibebankan terhadap pengguna layanan dengan jenis layanan yang diberikan. Mengingat Sekretariat Jenderal DEN memberikan pelayanan kepada DEN tanpa memungut biaya/ tariff, hal ini menjadi sebuah keunggulan tersendiri dalam penilaian indeks kepuasan layanan.

5. Kesesuaian Produk Pelayanan pada standar pelayanan dengan hasil produk pelayanan

Aspek Kesesuaian Produk Pelayanan pada standar pelayanan dengan hasil produk pelayanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan pencantuman produk layanan yang dikeluarkan dalam standar layanan serta penilaian kepuasan terhadap hasil produk pelayanan jika dibandingkan dengan produk pelayanan yang dijanjikan dalam standar pelayanan.

6. Kompetensi dan Kemampuan petugas (Layanan Tatap Muka) atau Ketersediaan informasi sistem online (Layanan Online)

a) Kompetensi dan kemampuan petugas (layanan tatap muka) Aspek Kompetensi dan Kemampuan Petugas didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap perlu tidaknya kompetensi dan kemampuan petugas pada sebuah

39 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

layanan serta penilaian kepuasan terhadap kompetensi dan kemampuan petugas yang diberikan.

b) Ketersediaan informasi sistem online

Aspek Ketersediaan informasi sistem online didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap ketersediaan informasi pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap tingkat ketersediaan informasi pada sistem online untuk layanan yang diberikan.

7. Perilaku Petugas petugas (Layanan Tatap Muka) atau Ketersediaan informasi sistem online (Layanan Online)

a) Perilaku petugas (layanan tatap muka)

Aspek Perilaku Petugas didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap penilaian perilaku petugas pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap perilaku petugas yang diberikan.

b) Kemudahan dan kejelasan fitur sistem online (Layanan Online) Aspek kemudahan dan kejelasan fitur sistem online didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kemudahan dan kejelasan fitur pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap tingkat kemudahan dan kejelasan fitur sistem online untuk layanan.

8. Kualitas Sarana dan Prasarana

Aspek Kualitas Sarana dan Prasarana didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kualitas sarana dan prasarana pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kualitas sarana dan prasarana yang sediakan.

40 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

9. Penanganan Pengaduan

Aspek Penanganan Pengaduan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap keberadaan fasilitas dan penanganan pengaduan dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap fasilitas dan penanganan pengaduan yang diberikan.

Untuk mendapatkan nilai atas indeks kepuasan layanan teknis dan administrative yang optimal Sekretariat Jenderal DEN, dilakukan melalui pengisian kuesioner survey kepuasan layanan dengan frekuensi per triwulan oleh customer (Anggota DEN). Data hasil survey yang telah terkumpul akan diinput dalam format perhitungan yang telah disiapkan oleh Biro Perencanaan Kementerian ESDM.

Sasaran Strategis 3: Layanan Penyusunan Rancangan Perencanaan Energi Lintas Sektor Yang Berkelanjutan

IKU 3: Indeks kepuasan layanan perencanaan energi

Sesuai Pasal 4 butir b pada Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang RUEN menyatakan bahwa Dewan Energi Nasional bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan pembinaan penyusunan rancangan RUED Provinsi dan berdasarkan Pasal 30 ayat 2 pada Peraturan Menteri ESDM No 14 Tahun 2009 tentang Tugas dan Fungsi Dewan Energi Nasional menyatakan bahwa Subbagian Pemantauan Pelaksanaan Rencana Umum Energi Nasional mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rencana Umum Energi Nasional, serta urusan perencanaan energi di daerah.

Dalam memberikan dukungan teknis kepada Dewan Energi Nasional sudah seharusnya mengacu pada tugas Dewan Energi Nasional dimana salah satunya adalah khususnya dalam menetapkan Rencana Umum

41 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Energi Nasional (RUEN) yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi, dimana kondisi di daerah saat ini secara umum belum mempunyai sumber daya manusia dengan kompentensi yang cukup dan seringnya terjadi rotasi dalam Unit Kerja ataupun kelembagaan sehingga belum cepat, cermat, dan efektif dalam menggunakan alat pemodelan untuk mengetahui pasokan dan permintaan energi serta manajemen investasi energi yang tertuang dalam penyusunan dokumen perencanaan energi jangka panjang. Oleh karena itu, perlunya dilakukan Pembinaan Penyusunan RUED dan Pembinaan Perencanaan Pelaksanaan RUED Provinsi. Pembinaan perencanaan energi tersebut dapat berupa asistensi, konsultasi, workshop, diskusi grup (FGD), maupun diskusi secara online.

Untuk mendapatkan nilai atas indeks kepuasan layanan perencanaan energi, dilakukan melalui pengisian kuesioner survey kepuasan layanan dengan frekuensi per semester oleh customer (Organisasi Perangkat Daerah Provinsi). Data hasil survey yang telah terkumpul akan diinput dalam format perhitungan yang telah disiapkan oleh Biro Perencanaan Kementerian ESDM.

Sasaran Strategis 4: Merumuskan Kebijakan Energi dan Menyusun Perencanaan Energi Yang Bersifat Lintas Sektor Serta Kehumasan dan Persidangan DEN

IKU:

4. Rumusan rekomendasi kebijakan energi lintas sektor hasil koordinasi dan sinkronisasi

Salah satu tugas DEN adalah membuat Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014. KEN merupakan kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna

42 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional. Tujuan KEN adalah sebagai pedoman untuk memberi arah dalam pengelolaan energi nasional. KEN 2015 s.d. 2050 memuat arah kebijakan pengelolaan energi nasional, sasaran-sasaran yang ingin dicapai serta kebijakan utama dan kebijakan pendukung.

Untuk mewujudkan target dan sasaran KEN, berdasarkan kondisi saat ini masih terdapat isu dan permasalahan strategis energi lintas sektoral yang belum terselesaikan.

Dalam penyelesaian berbagai permasalahan tersebut juga terdapat isu strategis terkait lemahnya koordinasi lintas sektoral dan daerah serta penegakan hukum. Hal ini berakibat terjadinya permasalahan tumpang tindih lahan, kesulitan perizinan dari sektor lain/pemerintah daerah terkait, keekonomian harga belum tercapai dengan timbulnya biaya/pungutan lain, dan hambatan pembangunan infrastruktur energi dengan keterbatasan dukungan infrastruktur lain.

Berbagai isu terkait dengan energi tersebut perlu segera diselesaikan karena dapat mempengaruhi pembangunan sektor-sektor lainnya dan juga daerah. Selain itu, isu-isu global yang terjadi juga dapat memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan energi di Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan target dan sasaran KEN, DEN perlu memberikan masukan berupa rekomendasi isu dan kebijakan strategis energi yang bersifat lintas sektoral kepada Pemerintah. Rekomendasi kebijakan tersebut diharapkan dapat membantu Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan dan regulasi yang tepat untuk mengantisipasi dampak berbagai isu strategis energi lintas sektoral dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan di sektor energi yang bersifat lintas sektoral.

43 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Dalam pelaksanaan tugas DEN, Sekretariat Jenderal DEN juga akan memfasilitasi kegiatan Anggota DEN yang meliputi 7 kementerian/lembaga yang menjadi anggota DEN dari unsur pemerintah, yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Bappenas, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, Kementerian Ristek, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup serta delapan anggota DEN dari unsur pemangku kepentingan. Selain itu juga, melibatkan pemerintah daerah dan kementerian/lembaga serta pelaku usaha yang terkait.

Dalam menyiapkan bahan rekomendasi isu dan kebijakan strategis energi yang bersifat lintas sektoral, Sekretariat Jenderal DEN perlu melaksanakan kegiatan, yaitu:

1. Melaksanakan Sinkronisasi Kebijakan Energi Lintas Sektoral, Formulasi Kebijakan Energi Lintas Sektoral.

2. Menyusun Formulasi Kebijakan Energi Lintas Sektoral 3. Melaksanakan Tinjauan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Dalam pelaksanaan kegiatan ini akan membentuk Tim Teknis Lintas Sektoral yang melibatkan Kelompok Kerja DEN, Anggota DEN serta kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait.

Kegiatan dilaksanakan melalui rapat koordinasi lintas sektor yang terkait dengan pembahasan substansi isu-isu dan permasalahan strategis baik dari sektor energi (sisi penyediaan maupun pemanfaatan energi) maupun sektor lain yang terkait serta kunjungan kerja yang akan melibatkan para pemangku kepentingan di beberapa wilayah untuk mengetahui langsung berbagai isu dan permasalahan strategis dalam pengelolaan dan pendistribusian energi di beberapa wilayah.

Pertimbangan penentuan wilayah koordinasi di daerah berdasarkan kepada daerah dengan konsumsi energi terbesar, daerah penghasil

44 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

energi serta daerah yang mengalami permasalahan dalam pengelolaan energi.

Melalui ketiga kegiatan tersebut, diharapkan rekomendasi isu strategis akan ditindaklanjuti menjadi bahan rapat dan persidangan DEN agar dapat diperoleh rumusan rekomendasi kebijakan energi lintas sektor yang diperlukan.

5. Rumusan perencanaan energi yang bersifat lintas sectoral

Berdasarkan hasil Coffee Morning dengan seluruh unit di lingkungan KESDM yang tertuang dalam surat Wakil Menteri ESDM No.

0445/WM/04/2013 yang menyatakan bahwa Setjen DEN menjadi koordinator pelaksanaan Energi Outlook dengan didukung oleh Pusdatin ESDM.

Outlook Energi Indonesia bertujuan untuk menganalisis penyediaan dan permintaan energi sampai dengan tahun 2050 dengan memasukkan asumsi yang realistis dan mengacu pada perkembangan kondisi saat ini. Dari hasil proyeksi, akan dilakukan analisis untuk menghasilkan rumusan program-program nyata yang dapat mendukung tercapainya target-target yang terdapat dalam kebijakan energi termasuk lingkungan.

Skenario yang dibahas pada Outlook Energi disesuaikan dengan permasalahan yang sedang berkembang. Oleh karena itu dalam penyusunannya, Setjen DEN berkoordinasi dengan Pusdatin dan seluruh unit-unit internal KESDM, serta Kementerian/ Lembaga dan Asosiasi terkait, terutama dalam menetapkan asumsi asumsi di masing-masing skenario.

Untuk meningkatkan kualitas Outlook Energi, model yang digunakan untuk melakukan proyeksi supply demand energi juga terus

45 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

dikembangkan, yaitu pada tahun 2020 dilakukan kerjasama dengan Denmark menggunakan model Balmorel untuk proyeksi pasokan listrik, selain itu model LEAP digunakan sebagai dasar proyeksi supply demand energi total.

Outlook Energi Indonesia disusun setiap tahun dengan telah mendapat nomor ISSN sebagai syarat penerbitan publikasi rutin dari LIPI. Outlook Energi Indonesia ini disusun dalam bentuk buku fisik dan juga dalam bentuk publikasi online yang disematkan dalam website KESDM dan juga dalam website DEN serta website KESDM.

6. Jumlah penyiapan Persidangan DEN (SA dan SP)

Dewan Energi Nasional (DEN) adalah suatu lembaga bersifat nasional, mandiri, dan tetap yang bertanggung jawab atas kebijakan energi nasional. Dalam melaksanakan tugasnya DEN dibantu oleh Sekretariat Jenderal DEN yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang mempunyai tugas memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Dewan Energi Nasional (DEN).

Dewan Energi Nasional melakukan Sidang Paripurna secara berkala yang dihadiri Pimpinan dan Anggota Dewan Energi Nasional sekurang kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu jika diperlukan, dan melakukan Sidang Anggota secara berkala yang dipimpin oleh Ketua Harian Dewan Energi Nasional dan dihadiri Anggota Dewan Energi Nasional sekurang kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

Sesuai Keppres Nomor 11 Tahun 2009 tentang susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal DEN, Sekretaris Jenderal DEN dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan yang mempunyai tugas membantu Sekretaris Jenderal dalam menyelenggarakan persidangan, penyiapan dan

46 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

pengelolaan bahan-bahan persidangan DEN dalam rangka perancangan dan perumusan kebijakan energi nasional serta penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan.

Kegiatan penyiapan persidangan DEN meliputi, koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penjadwalan pelaksanaan persidangan dan penyiapan bahan Sidang Anggota dan Sidang Paripurna.

Bahan Sidang Anggota dan/atau Sidang Paripurna disusun berdasarkan gagasan atau ide baru terkait dengan keenergian dan disepakati oleh DEN dalam rapat Anggota sebagai topik yang akan dibahas.

Sasaran Strategis 5: Melaksanakan pengawasan implementasi kebijakan yang bersifat lintas sektoral

IKU:

7. Evaluasi pencapaian bauran energi primer nasional

Dalam Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), Salah satu upaya dalam pemenuhan sasaran penyediaan dan pemanfaatan Energi Primer dan Energi Final adalah tercapainya bauran energi primer yang optimal sebagai berikut:

1. Pada tahun 2025 peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit 23% dan pada tahun 2050 paling sedikit 31%;

2. Pada tahun 2025 peran minyak bumi kurang dari 25% dan pada tahun 2050 menjadi kurang dari 20%;

3. Pada tahun 2025 peran batu bara minimal 30% dan pada tahun 2050 minimal 25%; dan

4. Pada tahun 2025 gas bumi minimal 22% dan pada tahun 2050 minimal 24%.

47 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Dalam rangka mendorong tercapainya bauran energi primer yang optimal tersebut, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional melakukan evaluasi terhadap capaian bauran energi yang sudah dihitung dalam rentang waktu tertentu.

Evaluasi dilakukan berdasarkan hasil koordinasi dengan seluruh stakeholder terkait, baik Kementerian/Lembaga dan badan usaha guna mengumpulkan data dan informasi serta melakukan perhitungan bauran energi. Evaluasi dilakukan per semester untuk meningkatkan kualitas data maupun informasi yang digunakan dalam perhitungan bauran energi dan hasil evaluasi final dilaporkan kepada Menteri ESDM serta dapat dijadikan sebagai masukan bagi stakeholder terkait.

Angka capaian final ini selanjutnya akan menjadi bahan evaluasi untuk menyusun strategi capaian bauran energi tahun berikutnya.

8. Evaluasi pencapaian bauran energi primer daerah

Rencana Umum Energi Daerah (RUED) disusun oleh Pemerintah Daerah dengan berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), sejalan dengan RUEN, RUED juga terdapat target pencapaian bauran energi primer daerah dimana penyediaan dan pemanfaatan EBT sebagai agenda utama dalam pengelolaan energi masing masing daerah.

Dengan telah disahkannya peraturan daerah tentang RUED, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional juga berupaya untuk turut memberikan dukungan dengan bersama sama melakukan evaluasi pencapaian bauran energi primer daerah yang dimulai pada tahun 2021. Upaya yang dilakukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional adalah menyepakati metode pegnghitungan, faktor kapasitas, dan efisiensi pada pembangkit.

Evaluasi dilakukan berdasarkan hasil koordinasi dengan seluruh stakeholder terkait, baik Kementerian/Lembaga dan badan usaha

48 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

serta Pemerintah Daerah guna mengumpulkan data dan informasi serta melakukan perhitungan bauran energi. Evaluasi dilakukan untuk semakin meningkatkan penggunaan EBT dan mengendalikan penggunaan energi fosil di daerah. Khusus penggunaan EBT diupayakan dengan menggunakan potensi energi di daerah.

Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai masukan khususnya bagi pemerintah daerah dalam mendukung rencana pembangunan dan mewujudkan pengembangan energi khususnya EBT dengan mengundang investor baik dalam dan luar negeri.

9. Terselenggaranya monitoring implementasi matriks kegiatan RUEN Kebijakan pencapaian target KEN yang telah dijabarkan di dalam matrik RUEN harus dapat diimplementasikan oleh Kementerian tekait, untuk itu Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional melakukan monitoring implementasi terhadap 383 kegiatan pada matrik RUEN.

Kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan aplikasi SISANTER bersama sama dengan Kementerian/

Lembaga terkait.

Monitoring yang dilakukan menggunakan sistem aplikasi yang dimiliki oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional tersebut, dimana setiap Kementerian/Lembaga dapat memasukkan data capaian kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian dilakukan koordinasi untuk mendapatkan konfirmasi terhadap capaian target ataupun kendala yang dihadapi berdasarkan hasil monitoring.

Sasaran Strategis 6: Monitoring dan Evaluasi Kinerja Organisasi serta Perumusan Regulasi

IKU 10: Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

Dalam dokumen Sekertariat Jenderal Dewan Energi Nasional (Halaman 35-65)

Dokumen terkait